PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 11 Februari 2017

Sinopsis Tomorrow With You.Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
So Joon duduk sendirian kata-kata Do Sik terus teringat dikepalanya agar bisa memiliki anak.  Sampai akhirnya menyadarkan dirinya kalau sudah gila karena memikirkan hal itu.  Akhirnya ia pergi ke dapur, tiba-tiba melihat Bap Soon yang duduk dan berkata “Beri aku nasi.” Seperti dalam filmnya.
So Joon berusaha menghindar tapi Ma Rin datang dari arah sebaliknya mengodanya sebagai suaminya dengan jubah mandinya.  Keduanya saling mengoda So Joon dan So Joon mencoba menyadarkan dirinya agar bisa terhindar dari Ma Rin. 

So Ri memberikan amplop meminta maaf karena tidak bisa banyak membantu dan hanya memberikan sedikit. Ma Rin mengucapkan Terima kasih pada temanya, berjanji segera mengembalikannya dan akan melamar di semua tempat, dengan sibuk menelp pasfotonya.
“Kau bilang pria itu Presdir sebuah perusahaan real estate.Bukankah dia lebih kaya dariku?” kata So Ri , Ma Rin pikir tak ada hubunganya.
“Dia ke rumahmu dua kali, menurutku itu cinta.” Komentar So Ri, Ma Rin pikir juga sepert itu tapi mustahil.
“Kau tidak tahu saja seperti apa dia itu.Dia sangat kaya.Jadi, tidak mungkin dia menyukaiku. Dan aku rasa, otaknya sedang tidak waras saja.” Ujar Ma Rin
“Walapun Gila tidak masalah, yang penting dia kaya raya.” Kata So Ri
“Kau jadi kedengaran seperti Gun Sook sekarang.Aku punya uang dan terkenal saat usia enam tahun tapi sekarang tidak ada gunanya.Kau harus belajar dari pengalaman.Jika kau terjebak dalam situasiku, semua jadi sia-sia.” Kata Ma Rin

Ponsel Ma Rin berdering melihat nama dalam ponselnya membuat enggan mengangkatnya,  So Rin menyuruh Ma Rin mengangkat saja karena penasaran, Ma Rin menolaknya menurutnya untuk apa So Joon meneleponnya, dengan wajah kesal memilih untuk keluar dari tempat So Ri.
So Ri akhirnya mengangkat telp Ma Rin, So Joon langsung menanyakan keberadaanya. So Ri memberitahu kalau ia adalah teman Ma Rin, memberitahu Kalau ingin bertemu datang saja ke Akademi Piano So Ri di Oksu-dong, mereka akan menunggunya. 
So Joon pergi ke tempat So Ri, didepan gedung terlihat beberapa anak kecil mengejar Ma Rin dengan memanggilnya “Ahjumma” semua seperti sangat senang dengan Ma Rin.  Ma Rin meminta mereka memanggil Nuna atau Eonnie, tetap saja anak itu memanggilnya  Ahjumma. Soo Joon tersenyum mendengarnya, teringat kembali kata-kata Ma Rin sebelumnya
“Bukankah seharusnya kau menahan diri karena aku tidak mengenalmu?” ucap So Jin dan Do Sik yang menyuruhnya agar memiliki anak karena Kehidupan yang tidak terprediksi.
Salah seorang anak berteriak memanggil “ayah” dan berlari pada So Joon, So Joon siap membuka tanganya tapi anak itu berlari pada pria yang datang dibelakang So Joon.  Ma Rin pun tersadar So Joon ada didepanya, lalu bertanya Bagaimana bisa datang ke tempatnya. So Joon mengaku kalau  juga tidak mengerti kenapa datang. Ma Rin pikir kalau So Joon itu  menguntitnya.
“Kau bilang menguntitmu? Temanmu yang menyuruhku...” ucap So Joon
“Aku yang meminta dia datang.” Ungkap So Ri akhirnya datang, So Joon pikir Ma Rin bisa mendengarnya.
Ma Rin akhirnya menyuruh So Joon mengikutinya agar mengajaknya makan, So Joon pun mengucapkan terimakasih. So Ri menatap So Joon merasa kalau pernah melihat So Joon sebelumnya, lalu teringat saat di Pernikahan Gun Sook sebagai Presdir.

So Joon duduk dalam restoran menatap keluarga yang makan bersama, Ma Rin heran melihat tatapan So Joon, Soo Joon mengalihkan  dengan mengajak Ma Rin makan saja.  Ma Rin mengaku Meskipun temannya yang memberitahu,  aneh sekali So Joon yang benar-benar datang menurutnya pasti punya penyakit kambuhan sebagai penguntit dan Lalu, terakhir kaliberteriak seperti Emosinya bermasalah, berpikir kalau “bipolar”
“Apa kau perlu ke rumah sakit bersama?” ucap Ma Rin,
“Kurasa, kau lebih membutuhkan penanganan psikiater  dibanding aku” ejek So Joon
“Apakah...sedang ada masalah dengan perusahaan atau warisanmu? Kau pasti Tahu, seperti di drama TV itu dan tidak kelihatan seperti pekerja keras Apa Kau main kotor untuk mempertahankan posisi Presdir? Jadi, sekarang kau stres karenanya?”kata Ma Rin, So Joon pun tak percaya So Jin bisa mengetahuinya.
“Belakangan ini seperti itulah kondisiku.” Akui So Joon, Ma Rin merasa kalau sudah menduga dan pasti itu alasannya.

“Apa Kau pikir hanya soal perusahaan yang menggangguku?” kata So Joon mengoda, Ma Rin menduga kalau itu ibu So Joon, tapi akhirnya memutusakan tidak boleh ikut campur soal keluarga.
“Tidak ada masalah serius dalam keluargaku. Tapi Ambisi lebih berbahaya daripada hubungan darah.” Jelas So Joon.
“Apa ibumu tipe yang akan menyiram air pada kekasihmu lalu memberi uang agar dia menyingkir?” tanya Ma Rin yang selalu menonton drama
So Joon memutuskan tidak mau membicarakannya lebih jauh. Ma Rin bisa mengerti sekarang alasanmu memberontak Jadi, Soo Joon sedang memberontak sekarang ini. So Joon hanya bisa menahan tawa, Ma Rin hanya bisa melihat  kalau So Joon pasti sempat sulit tertawa, tapi tak mengerti harus melakukan apapun.
“Kau tidak  kelihatan terlalu licik dan tampak sangat manusiawi. Jadi, kenapa tidak kau bayar saja udon ini?” kata Ma Rin lalu beranjak pergi, So Joon binggung kemana Ma Rin akan pergi.  Ma Rin menegaskan Aku tidak penasaran lagi tentang So Joon. 

Ma Rin sudah bisa menduga  kalau saat ada yang aneh, pasti ada akar masalahnya. So Joon mengejarnya merasa mengeluh kalau pergi begitu saja setelah menanyainya padahal  sudah jauh-jauh datang kemari. Ma Rin meminta agar menganggapnya sebagai hutang jadi  melupakan semuanya.
“Kau harus menyadarkan dirimu! Aku harap kau akan berguna untuk negara ini.” Kata Ma Rin, So Joon menarik tas Ma Rin karena belum selesai bicara. Tas Ma Rin akhirnya jatuh dan membuat semua foto berjatuhan.  So Joon pun hanya meminta maaf dengan meminta agar penjalan kaki tidak menginjaknya karena  wajah manusia.
“Kau harus mengumpulkan semuanya. Aku tidak ingin wajahku beterbangan di jalanan.” Perintah Ma Rin, So Joon pun membantu Ma Rin mengumpulkan foto yang berserakan.
“Kenapa kau bawa banyak sekali foto? Apa untuk lamaran kerja?” tanya So Joon, Ma Rin  pikir itu Bukan urusan So Joon .

“Aku membaca artikel tentangmu dalam kecelakaan Stasiun Namyeong. Apa Kau mengenal salah satu korban? Apa Ingat seseorang yang secara ajaib selamat bersamamu?” tanya So Joon, Ma Rin heran So Joon menanyakan hal itu
“Aku hanya ingin tahu saja dan terpikir soal itu setelah membaca artikelnya.” Ungkap So Joon mencari alasan
“Aku Tidak ingat, keadaannya sangat kacau saat itu dan be harap dia hidup dengan baik.” Kata Ma Rin
“Dia sangat beruntung bisa selamat. Aku yakin dia hidup dengan baik.” Komentar So Joon
“Aku akan senang jika memang begitu,  meski kurasa tidak mudah. Aku harap dia tidak merasa bersalah.” Kata Ma Rin
So Joon binggung kenapa merasa bersalah,  Ma Rin pikir So Joon tidak akan mengerti meski dijelaskan, menurutnya Orang bilang beruntung bisa selamat Tapi mereka tidak tahu perasaan bersalah yang dimilikinya, menurutnya menyenangkan kalau bisa bertemu orang itu  sekali lagi jadi bisa saling menghibur.
“Bagaimana caramu menghibur dia?” tanya So Joon, Ma Rin pikir tak harus mengatakan padanya.
“Aku hanya akan lakukan di depan dia.” Tegas Ma Rin, So Joon terdia menatap pasfoto milik Ma Rin
“Kenapa kau menatapi fotoku begitu? Dan kau.. tahu sebelum artikel itu dirilis. Soal kecelakaan itu... Bagaimana kau bisa tahu?” kata Ma Rin
“Bukankah aku sudah menceritakan tentang keluargaku padamu? Sekretarisku menceritakan tentangmu padaku.” Ungkap So Joon
“Apa yang harus kita lakukan? Apa Orang tuamu tahu tentangku? Apa mereka mengawasi kita?” ucap Ma Rin panik mencari mungkin ada orang yang melihatnya.
So Joon menyuruh agar Ma Rin jangan berlebihan lalu meminta satu fotonya, Ma Rin ingin mengambilnya karnea untuk apa menyimpan fotonya. So Joon mengaku akan membawanya pulang dan menatapnya, menurutnya wajah Ma Rin agar bisa memahaminya, karena terlihat... imut. Ma Rin hanya diam membiarkan So Joon yang mengambil fotonya. 

Ki Doong dan So Joon sibuk dengan ponselnya, Se Young yang duduk bersama mengeluh dua temanya diperbudak ponsel dan harus menelpnya kalau tingkahanya seperti ini.   So Joon mengaku kalau datang karena Ki Doong meneleponnya dan sedang melakukan sesuatu yang penting. Ki Doong langsung mengambil ponsel So Joon menurutnya bicara itu lebih penting.
“Haruskah aku... coba kalian pikirkan kalau aku sudah menikah.  Bagaimana menurut kalian?” tanya So Joon
“Malang sekali wanitanya. Kenapa Dia harus hidup dengan seseorang yang hanya peduli dengan diri  sendiri sepertimu?” komentar Se Young, So Joon mengelaknya.
“Berkencan sajalah dulu!” saran Se Young, So Joon mengeluh kalau  sebelumnya tidak pernah terpikir soal pernikahan. Ki Doong pun menyuruh So Joon kalau jangan menikah.

“Ya, kau ‘kan tidak akan mati meski tidak menikah. Lalu Ada apa sebenarnya?” tanya Se Young curiga.
So Joon tak ingin membahasnya meminta pada Ki Doong yang diminta sebelumnya. Ki Doong memberikan sebuah kamera untuk fotografer pro, tapi kenapa temanya itu membutuhkannya, So Jon menyuruh mereka makan saja dan pamit pergi.  Ki Doong memangil So Joon kalau ponselnya yang tertinggal.
“Apakah terjadi sesuatu padanya?” tanya Se Young, Ki Doong mengaku tak tahu
“Apa Dia sungguh berkencan dengan seseorang?” tanya Se Young, Ki Doong juga tak tahu, Se Young mengeluh kalau Ki Doong yang tak tahu apapun. 

Ma Rin pergi ke tempat tragedi ledakan, teringat kembali pertanyaan So Joon sebelumnya “ApaKau ingat orang yang secara ajaib selamat dari kecelakaan bersamamu?”
“Karena aku selamat dari kecelakaan itu...aku masih saja diberi ucapan selamat  meski sudah tujuh tahun berlalu. Maafkan aku.” Gumam Ma Rin lalu berdoa didepan para korban. 

Ma Rin keluar dari rumah dikejutan dengan ada sebuah tas dan isinya adalah kamera, matanya mencari-cari siapa yang mengirimkanya, lalu berpikir kalau Langit yang mengirimkannya. Sebuah note tertulis didalamnya “ini Hadiah - Dari cowok pemberontak yang kaya raya.” Ma Rin sudah mengetahui siapa yang memberikan padanya.
So Joon sedang bersama Ki Doong dalam ruangan, Ki Doong bertanya apakah So Joon sudah memeriksa apakah tidak masalah  membeli lahan lebih banyak di distrik Sobeol. So Joon mengaku belum. Ki Doong mengeluh padahal sudah mengatakannya padamu beberapa waktu lalu.
“Presdir harus tanda tangan agar Direktur Investasi bisa mulai bergerak.” Kata Ki Doong, So Joon menganguk mengerti dan memberitahu kalau ia sedang bekerja. Ki Doong binggung melihat peta yang diwarna lalu bertanya apa itu. So Joon dengan bangga kalau itu sapi.
Saat itu ponsel So Joon berbunyi “Terima kasih untuk kameranya, tapi berat menerimanya. Akan kukembalikan. Dimana kau sekarang?” Senyuman So Joon terlihat setelah membacanya. Sementara Ki Doong tak percaya kalau So Joon bisa menggambar kepala sapi di atas peta.
“Aku sedang bekerja.  Itu hanya hadiah kecil dari bocah kaya rasa sepertiku. Terima saja.Kamera itu tidak salah, kan?” Balas So Joon
So Joon akhirnya berdiri merasa kalau bekerja terlalu keras hari ini dan membahas masalah L Group mengincar Distrik Sobeol, lalu pergi keluar dari ruangan. Ki Doong hanya bisa melonggo. 



Ma Rin pergi ke gedung So Joon berpikirkalau Kameranya memang tidak bersalah, lalu berjalan mundur. Tapi akhirnya menyakin kalau harganya terlalu mahal, Jadi kameranya bersalah. Akhirnya Ma Rin masuk melihat gedung yang besar berpikir kalau itu milik orang tua So Joon.
Saat itu So Joon berjalan keluar gedung, Ma Rin akhirnya mengejar So Joon yang menerima kunci dari valley. So Joon yang melihat Ma Rin heran karena datang ke kantornya, Ma Rin mengatakan kalau datang untuk mengembalikannya. Diam-diam Tuan Kim dan Sek Hwang melihat dari balik dingin. So Joon pikir kalau menyuruh Ma Rin agar mengambilnya.
“Kudengar kameramu rusak saat di kantor polisi.” Kata So Joon, Ma Rin pikir akan mengurusnya sendiri.
“Banyak sekali orang di sini. Sebaiknya kau pergi,  kecuali memang ingin buat keributan. Kau bisa diseret pada Ibuku kalau seperti itu.  Kau tahu, kan? Disiram air, lalu diberi amplop uang.” Ucap So Joon mengoda masuk ke dalam mobil.
“Memang kau itu Raja, dasar!! Aku tidak takut, Mungkin buatmu tidak mahal,  tapi bagiku sangat mahal!” ucap Ma Rin menaruh tas ke dalam mobil dan membawa tas cameranya.
So Joon binggung Ma Rin malah meninggalkan tasnya dalam mobil, Ma Rin berusaha untuk largi karena sudah melakukan hal benar dengan mengembalikan kameranya karena harganya mahal, tapi beberapa saat kemudian tersadar kalau salah menaruh tasnya, dan melihat mobil So Joon sudah pergi meninggalkan gedung. Akhirnya ia pun mengejar So Joon dengan naik taksi.
“Ada hubungan apa mereka? Aneh sekali.” Ucap Tuan Kim sedari tadi melihat keduanya.
“Dia Bap Soon...maksud saya, teman isteri Anda yang datang waktu pernikahan.”kata Sek Hwang, Tuan Kim membenarkan dan penasaran hubungan keduanya.

Ma Rin mencoba menelp tapi ponsel So Joon tak aktif, So Joon pergi ke bagian parkiran lalu pergi ke stasiun Subway. Ma Rin melihat dari seberang jalan mengikuti So Joon karena meninggalkan mobilnya dan naik subway. Ia pun bisa menemukan So Joon dalam gerbong kereta dengan senyuman.
Sementara So Joon senyum sendirian, lalu menyadarkan diri kalau tak boleh tersenyum terus tapi menurutnya memang saatnya untuk tersenyum. Keduanya saling menatap, tiba-tiba ingatan Ma Rin kembali datang saat menegur So Joon yang mengambil foto dari ponselnya.

Ia pun mengingat pertanyaan So Joon sebelumnya “Apa kau sungguh korban selamat dari kecelakaan Stasiun Namyeong saat itu? Apa Kau ingat lelaki yang secara ajaib selamat bersamamu?” keduanya saling menatap sampai akhirnya lampu di kereta mati dan Ma Rin langsung memalingkan wajahnya karena shock.
So Joon hanya diam menatapnya, setelah menenangkan diri Ma Rin membalikan badanya dan So Joon sudah tak ada ditempatnya berdiri, So Joon sudah pindah di kereta masa depan dengan penumpang yang banyak. 


Sek Hwang merasa terharu karena Gun Sook yang mengundang datang kemari,  menurutnya Ini rumah pengantin baru paling mewah yang pernah dilihat. Ia pikir Seumur hidup  kalau rumah Gun Sook ini benar-benar yang terbaik, lalu bertanya apakah Apakah ada sesuatu di dapur berantakan.
“Airnya tidak keluar. Perbaikilah!” ucap Gun Sook, Sek Hwang memastikan kalau Gun Soo memanggilnya itu untuk memperbaikinya.
“Bukankah itu tugas Sekretaris?Aku berharap punya Sekretaris sepertimu juga, Sekretaris Hwang.” Kata Gun Sook lalu sibuk dengan ponselnya, Sek Hwang pun membuka jasnya mulai memperbaiki saluran air. 

Gun Sook menelp So Ri dengan memberitahu agar bisa mendengar  suara anginnya. So Ri sedang membuka tempat lesnya pikir sudah tahu kalau Gun Woo itu di Hawai. Gun Sook dengan bangag memberitahu kalau Lautnya cerah dan jernih sampai bisa melihat ikan di dalamnya, serta ombaknya....
“Kenapa kau terus menelepon selama bulan madu? Kau begitu ingin pamer. Tapi Aku tidak yakin harus memberitahumu atau tidak. Ma Rin sedang berkencan dengan seseorang.” Kata So Ri, Gun Sook terlihat tak percaya
“Aku baru akan memperkenalkan dia pada Sekretaris Hwang. Siapa dan apa pekerjaannya?” kata Gun Sook, Sek Hwang terus mendengar namanya disebut.
“Oh, aku tidak tahu harus memberitahumu.” Kata So Ri, Gun Sook pikir bisa menebak dan Pasti sulit mengatakannya dengan berpikir kalau pria itu yang sudah menikah
“Hei! Apakah Presdir My Rich sudah menikah Presdir perusahaan suamimu yang sedang berkencan dengan dia.”kata So Ri, Gun Won pikir para binatan juga tak mungkin tertipu lalu menutup telpnya.

Gun Sook tak percaya si Bap Soon kencan dengan orang yang lebih kata, Sek Hwang menceritakan Pagi tadi, saya memang melihat wanita itu bertemu Presdir. Gun Sook ingin tahu siapa yang dimaksud. Sek Hwang memberitahu kalau yang dimaksud Bap Soon.
“Saya tidak tahu untuk apa, tapi dia memang bersama Presdir.Mereka terlihat dekat.” Cerita Sek Hwang
“Apa kau yakin itu Bap Soon?” tanya Gun Sook tak percaya, Sek Hwang yakin kalau itu Bap Soon.
“Bukan tetangga bernama Bap Soon, tapi...Bap Soon yang selalu bilang, "Beri aku nasi..." itu?”kata Gun Sook benar-benar tak percaya, 

Ma Rin duduk distasiun bertanya-tanya Kenapa sampai tidak mengenali So Joon, dengan menatap gambar So Joon saat dirinya mabuk. Sementara So Joon duduk dikursi yang sama di masa depan lalu mengambil ponsel yang disembunyikan dan kaget melihat waktunya[25 Maret 2019, Hari Kejadian]
“Ini Harinya! Ini hari terakhirku. Kenapa aku bisa kemari?” gumam So Joon kesal 

Akhirnya So Joon keluar dari subway, menelp dirinya dimasa depan keberadanya. So Joon Seperti tak mengenali suara dirinya sendiri dimasa lalu. So Joon kesal kalau tak mengenali suaranya sendiri. So Joon dimasa depan memberitahu kalau sedang mengemudi.
“Apa Sudah temukan jalan keluar?” tanya So Joon, So Joon masa depan pikir tidak ada jalan keluar. So Joon berteriak kaget.
“Lalu Apa kau malah mengemudi sekarang? Kau ini Sudah gila, Apa kau Tidak tahu hari ini? Dimana kau sekarang?” tanya So Joon
“Kau harus kembali sekarang. Jika aku mati, kau juga dalam bahaya.” Kata Soo Joon masa depan
“Kunci saja diri di rumah,  atau pergi mendaki gunung yang jauh.” Kata So Joon
So Joon dimasa depan mengaku tidak ingin menjalani saat terakhirnya seperti itu. So Joon makin kesal seperti So Joon dimasa depan pasrah kalau hari ini adalah hari terakhir.
“Aku sedang menuju Stasiun Namyang dan ingin menaikin subway untuk terakhir kalinya.” Kata So Joon masa depan, So Joon meminta agar dirinya dimasa depan berhentilah menyebut kata "terakhir!"
Ia merasa kalau dirinya dimasa depan bukan seperti dimasa sekarang karena tak pernah menjadi pencundang seperti ini. 
Ma Rin berada diseberang jalan, So Joon dimasa depan hanya bisa menangis menatap Ma Rin. So Joon berteriak memanggil dirinya dimasa depan. So Joon pikir sekarang untuk coba membuat hubungan dengan Ma Rin berhasil. Saat itu kecelakaan beruntun pun terjadi ditengah jalan. So Joon dimasa sekarang mencoba mencari dirinya dan melihat mobil polisi dan ambulance pergi ke arah jalan.
Akhirnya So Joon melihat dirinya yang dibawa ke ambulance dan juga Ma Ri dibawa oleh tandu. Ma Rin seperti masih setengah sadar mengaku sangat takut dan meminta agar tak pergi. So Joon pikir Ma Rin mungkin tidak tahu kalau sebelumnya pernah sekali menyelamatkannya jadi Jangan mencemaskanya. Ma Rin segara dibawa ke dalam ambulance.
“Aku... akan....menyelamatkanmu.” ucap So Joon lalu bergegas pergi. 


Ma Rin yang menunggu distasiun merasa sangat gugup, akhirnya mengirimkan pesan pada So Joon “Kita bertemu saat insiden Stasiun Namyeong. Aku akhirnya mengingatnya. Apa Kau ingin bertemu sekarang? Aku tunggu di Stasiun Namyeong. Suasana hatiku sangat baik sekarang. Karena...Karena, tidak peduli siapa pun kau.. aku senang kau selamat.”
So Joon berusaha berlari ke stasiun Subway, tapi kereta yang ingin dinaikinya sudah pergi, teringat kembali ucapan Do Sik 25 Maret 2019 pukul 9.15 malam adalah Waktu kematian So Joon, apabila  So Joon di masa depan mati maka tidak tahu yang akan terjadi pada So Joon juga. So Joon panik melihat jam sudak pukal 9.14 lalu terlihat langsung menghilang
“Karena hari itu kita selamat bersama.”Aku selalu bersyukur. Karena bukan hanya aku yang selamat. Aku senang bertemu lagi denganmu.”
Ma Rin menunggu didepan pintu subway, terlihat sangat bahagia menunggu kedatangan So Joon.
Bersambung ke episode 4

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar