PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 14 Februari 2017

Sinopsis Hwarang Episode 17 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Kim Seub memberitahu Ada epidemi menyebar di luar ibukota jadi harus cepat memberikan obat-obatan Tapi ibukota telah kehabisan obat. Anak buah tuan Park pikir mereka punya banyak hal penting dibahas, tapi Kim Seub malah buang waktu hanya karena petani.
“Itu benar.... Baekje dan Goryeo terlalu kuat.Apa Anda duduk dan menonton?” ucap Anak Buah Tuan Park
“Kita tak tahu kapan epidemimemasuki Ibukota.Apakah Anda tidak takut?Jika kita tak bisa kumpulkanlebih banyak pajak... maka Kita semua harus menyumbang untuk mereka.” Kata Kim Seub
“Kita hanya bisa bukagudang penyimpanan istana.Jika Anda berikan makanan di gudang penyimpanan.. maka Anda bisa menyelamatkan petani.” Ucap  anak buah Tuan Park yang lainya.
“Bagaimana jika epidemimenyerang di Ibukota?Istana seperti benteng Ibukota.Bagaimana kita bisa hilangkanepidemi tanpa obat?” kata Kim Seub dengan nada tinggi. 

Tuan Park mulai berkomentar  Setiap orang dalam posisi yang sama. Menurutnya Jika peduli tentang para petani maka Tuan Kim Seub saja memberikan yang dimilikinya. Kim Seub kaget mendengarnya, Tuan park pikir Bahkan jika Cheol-in menghilang sepenuhnya maka tak akan mempengaruhi mereka
“Mereka tahu petani memasuki Ibukota dibunuh... maka mereka tak akanmasuk Ibukota.” Tegas Tuan Park
Ratu sedari tadi hanya diam saja mendengar adu mulut para mentri, lalu tiba-tiba seperti melihat Tuan Park dengan nada sinis bertanya “Kapan Anda akan mundur?Bukankah kau katakan padaku... Bahwa Hwarang adalah keberadan  Sam Mek Jong?”
Semua mentri menyuruhnya agar mundur dan turun dari tahta,  bahkan Kim Seob juga ikut berteriak agar Ratu Ji So segera turun dari tahta. Ratu Ji So terlihat gelisah dirinya seperti berhalusinasi dan terlihat panik, Kim Seub menyadarkan ratu dengan menanyakan keadaanya.
“Kami bertanya apa harus mengirim utusan ke Goryeo.” Tanya Kim Seub, Ratu Ji So berusaha untuk tetap tenang diatas singasana.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya jika mereka minta ampun atas kesalahan mereka dan bersumpah tak melakukannya lagi, tidak ada tawar-menawar.” Tegas Ratu, Semua mentri pun hanya diam. 


Moo Myung duduk berjauhan dengan Maek Jong, lalu melirik mengingat ucapan sebelumnya “Ini perjuangan...berharap Silla lebih baik. Perjuangan berharap rakyat Silla tak akan mati lagi karena aturan Silla. Perjuangan  melindungi rakyat sehingga mereka tak menjadi pencuri lagi.”
Maek Jong sempat melirik sinis, Yeo Wool masuk memanggil Sun Woo dan Ji Dwi
 Kalau Wi Hwa memanggilnya. Keduanya menatap binggung, Yeo Wool pikir jangan tanyakan alasan padanya, karena ia juga tidak tahu.

Keduanya akhirnya datang menghadap ketua Hwarang, Wi Hwa mengataka kalau minta datang untuk mengajukan pertanyaan. Saat itu terdengar pintu diketuk, Ah Ro masuk dikagetkan dengan melihat Maek Jong dan Moo Myung sudah ada didalam.
Maek Jong seperti teringat saat melihat Ah Ro dan Maek Jong yang berciuman, lalu meminta Ah Ro agar datang padanya dan berjanji  akan hidup sebagai rakyat biasa bukan Raja siapa pun. Ah Ro pikir Maek Jong mengunakan dirinya sebagai alasan untuk lari
“Jika Anda melihat dalam mata seseorang...yang menyerah. Anda tahu. Yang Mulia kau pasti tahu... tak pernah menyerah.” Kata Ah Ro. 

Akhirnya Ah Ro berdiri disamping Moo Myunng, Wi Hwa memberitahu kalau Ah Ro yang minta bantuan sebagai tabib di Rumah Hwarang. Tapi melakukan pekerjaan lain di luar. Lalu menyuruh Ah Ro untuk menceritakan  sesuatu penting.
“Masalahnya...obat sulit didapat... Wabah penyakit epidemi akan melanda Ibukota dan semua Silla. Epidemi telah melanda desa Makmang dan semua orang sekarat,tapi tak bisa berbuat apa-apa.” Cerita Ah Ro, Moo Myung yang mendengarnya menahan penuh amarah.
“Aku menemukan bahan-bahan obat. Itu.. berada di gudang penyimpanan Gakgan. Ia punya cukup obat untuk semua orang di Silla disembuhkan... Tapi tak akan berbagi atau menjual itu. Sebaliknya... jika ada pun bersedia membeli semuanya, ia tetap menyimpannya. Jadi, tak ada bisa membeli obat berapa pun dibayar.  Park Young Shil harus menunggu epidemi.. memburuk sehingga Ia menjual obat lebih dari harga emas. Orang-orang seperti Cheol-in di desa Makmang.... semua akan bisa mati. Itu masalahnya.” Cerita Ah Ro, kali ini Maek Jong menahan emosiny.
Wi Hwa menanyakan cara menyelesaikan masalahnya, karena Kalau mereka semakin menunda kehidupan orang dari desa Makmang akan dalam bahaya. Jadi ia ingin tahu apa yang akan mereka lakukan. Keduanya hanya terdiam, Wi Hwa menegaskan kalau Masalah ini harus diselesaikan oleh mereka bersama.
“Aku berasumsi bahwa kalian telah merenungkan paling penting. bagaimana jadi raja. Itu asumsiku. Aku memberi masalah ini pada kalian jadi cari solusi. Masalah ini...bukan tentang lulus atau gagal. Kalian dapat memecahkan atau tidak jadi Kalian bisa keluar dari sini dan berpura tak mendengar apa-apa. Keputusan...ada ditangan kalian” kata Wi Hwa 


Maek Jong dan Moo Myung duduk diam memikirkan masalahnya, Maek Jong lalu bertanya pada temanya apa yang akan dilakukanya sekarang, Moo Myung hanya diam saja. Sementara didalam ruangan, Ah Ro terlihat kesal pada Wi Hwa karena memberitahu keduanya padahal mengetahui keduanya itu penuh rasa emosi jadi akan menimbulkan masalah.
“Itu sebabnya aku memanggil mereka. Jika tak menyebabkan masalah, dunia tak akan berubah. Apa yang terjadi tergantung pada keputusan mereka. Membangkitkan mereka... mungkin... mampu mengubah Silla setidaknya sedikit.” Ucap Wi Hwa yakin
Moo Myung berkomentar kalau Maek Jong tak bisa mengatasinya. Maek Jong tak suka mendengarnya langsung menanyakan alasan Moo Myung mengatakan hal itu, Moo Myung pikir Maek Jong itu tak tahu  bagaimana rakyatnya itu  hidup, betapa indah tempat itu, mengapa itu berharga dan harus dilindungi.
“Aku tahu menyimpan obat menghasilkan uang berurusan nyawa rakyat pantas mati. Itu bukan hanya kau. Aku marah jika ada ketidakadilan.” Tegas Maek Jong , Moo Myung mengaku tak tahu apa yang  dipikirkan.
“Selama hasil kita sama. Aku juga bisa atasi.” Kata Maek Jong
“Aku punya satu jawaban.” Kata Moo Myung, Maek Jong juga seperti itu 


Ban Ryu berjalan sendirian, mengingat saat kejadian penyerangan pembunuh bayaran ia hanya melihat dari kejauhan saat Moo Myung tak sadarkan diri, So Ho dkk membantunya. Lalu mengingat ancaman So Ho
“Kau lebih baik tak terlibat insiden itu. Jika kau terlibat, maka Kau brengsek. Lalu... Aku akan membunuhmu.”ancam So Ho, saat itu sebuah batu jatuh padanya, terlihat So Yun berdiri didepan dinding memanggilnya. 

So Yun berdiri ditangga menanyakan kabar Ban Ryu,  lalu mengangumpkan kalau merindukannya walaupun sudah berusaha untuk tidak datang tapi sangat merindukan, jadi itu alasan datang menemuinya. Ban Ryu hanya diam saja karena tak bisa berkata-kata.
“Jika perasaanmu berubah, Aku tak masalah  Jika kau pikir aku tak canti lagi, aku juga tak peduli.  Aku sangat berterima kasih padamu, Ban Ryu. Kupikir semua orang seperti kakakku tapi ada pria yang baik seperti Ban Ryu di dunia. Jadi... aku berterima kasih padamu. Aku ingin melihatmu hanya sekali lagi. Karena, seperti itu... Aku bisa membiarkanmu pergi. Tapi... melihatmu seperti ini... Aku bahkan lebihmerindukanmu” kata So Yun sambil menangis.

“ Aku ingin... menyakiti hatimu sehingga saatmu memikirkanku, kau akan ingat rasa sakitmu padaku. Aku ingin menyakiti hatimu. Aku harus...Tapi aku tak bisa berpikir saat aku melihatmu. Jadi menjauhlah. Aku pria yang buruk. Jadi... menjauhlah sejauh mungkin... dariku sebelum kau terluka.” Kata Ban Ryu ikut sedih.
So Yun memegang tangan Ban Ryu mengungkapkan kalau pria didepanya itu  bukan orang jahat dan bisa tahu kalau Ban Ryu itu orang baik. Ban Ryu seperti tak menyangka kalau ada Soo Yun yang mengangap dirinya orang baik. 


Maek Jong dkk berkumpul dikamar, seperti merencanakan sesuatu, Yeo Wool dan Sun Woo seperti tak pecaya mendengarnya. Maek Jong tak ingin mereka banyak bicara hanya ingin tahu jawabanya mereka akan ikut atau tidak, Yeo Wool mengaku tak tahu.
“Aku punya alasan melakukannya, tapi kalian tak perlu. Aku tak bisa tanggung jawab, sehingga pikirkan dengan baik.” Kata Moo Myung
“Aku mau melakukannya karena seperti harus dilakukan. Aku tidak akan bisa tidur sebaliknya.” Kata Sun Woo
Akhirnya Yeo Wool pun setuju akan ikut juga, walaupun Tuan Park mungkin ayahnya, So Ho mengejek Yeo Wool itu punya terlalu banyak ayah di ibukota. Saat Ban Ryu akan masuk mendengar namanya disebut, Yeo Wool pun menanyakan tentang Ban Ryu.
“Ban Ryu tidak bisa melakukan ...Kita merampok gudang Gakgan (tuan Park), maka Dia akan mengadukan kita. Selain itu Mungkin menyakitinya, jadi Kita tak bisa biarkan itu terjadi. Lagi pula, kita tak bisa biarkan dia tahu.” Ucap So Ho, Ban Ryu terdiam mengetahui temannya diam-diam ingin merampok gudang milik ayah tirinya. 

Wi Hwa berjalan didepan sebuah rumah, lalu seperti mencoba meyakinkan dirinya dan berteriak “Buka pintu gerbang!” dengan suara seperti orang mabuk. Seseorang membuka pintu, Wi Hwa terlihat mabuk memintaa gar memanggil Tuan Park kalau  datang untuk minum anggur yang berumur 30 tahun, si pria terlihat binggung. Wi Hwa melihat ada banyak penjaga di dalam rumah Tuan Park.
Flash back
Moo Myung meminta Wi Hwa agar mengalihkan perhatian Park Young Shil. Wi Hwa mengelu kenapa Moo Myung meminta melakukan itu, Moo Myung menegaskan kalau dirinya tak ingin gagal dan harus menyelamatkan orang-orang. Wi Hwa mengejak Moo Myung Sekarang. akhirnya menghormatinya.
Wi Hwa yang berpura-pura mabuk mengumpat kesal pada Moo Myung yang berani memintanya melakukan ini, lalu bertingkah seperti orang mabuk yang ingin pergi ke kamar kecil.
Saat itu juga empat hwarang sudah mengunakan kain untuk menutupi wajahnya berusaha masuk ke dalam gudang dengan Wi Hwa yang mencoba mengalihkan perhatian Tuan Park. 

Para penjaga kelabakan melihat tingkah Wi Hwa melarangnya pergi ke suatu tempat, Wi Hwa berteriak kesal kalau dirinya itu kepala Hwarang karena ditarik oleh pengaja. Saat itu Do Woo dan akan buahnya menyapa Wi Hwa memberitahu kalau Tuan Park sudah menungunya.
Mo Young datang ke tempat Ah Ro dengan dua dayang, Ah Ro binggung melihat dua wanita yang datang ke tempatnya.  Mo Young memberitahu kalau datang dari istana. Ah Ro makin binggung untuk apa dari istana datang ke tempatnya,  Moo Young menyuruh dua dayang agar segara membawa Ah Ro.  Ah Ro meminta agar memberitahukan alasanya, tapi keduanya sudah menarik untuk membawa ke istana. 

Tuan Park pun menyambut Wi Hwa menanyakan alasan datang ke rumahnya, Wi Hwa menceritakan kalau baru saja minum-minum lalu teringat dengan anggur yang disebutkan Tuan Park  sebelumnya. Tuan Park heran karena Wi Hwa yang tiba-tiba teringat anggur. Wi Hwa membenarkan walaupun terlihat sedikit gugup.
“Aku juga mendengar kau punya banyak pria baik  dengan pedang bekerja untukmu di sini. Kirimlah beberapa dari mereka  di Rumah Hwarang. Para Pembunuh masuk ke Rumah Hwarang dan menyerang Hwarang baru-baru iniApa kau mau mengirim mereka?” Bisik Wi Hwa, Tuan Park sedikit kaget mendengarnya. 

Tiba-tiba Ban Ryu masuk ke dalam rumah ayah tirinya, sambil mabuk memanggil sang ayah karena perlu bicara. Do Woo melihat Ban Ryu memegang obor menyuruh agar mengatasinya sebelum bermain dengan api. Ban Ryu ditahan oleh beberapa pengawal.
“Katakan ayahku untuk keluar!... Ayah, ini Ban Ryu.” Teriak Ban Ryu, Tuan Park didalam ruangan kaget mendengar nama Ban Ryu yang datang ke tempatnya.
 Tuan Park membuka pintu dan melihat anaknya yang sudah ada didepanya lalu berlutut. Ban Ryu meminta agar ayahnya untuk membunuhnya saja, Tuan Park bertanya apakah anaknya minum, Ban Ryu membenarkan dan Wi Hwa pun melihat tingkah Ban Ryu dari dalam ruangan.
“Ini menyakitkan... Jadi aku minum-minum. Kau mengadopsiku pada usia dini dan punya rencana besar unutkku tapi semua pernah kulakukan mengecewakanmu. Itu sanga menyakitkan. Bahkan pembunuh datang ke Rumah Hwarang...” ucap Ban Ryu langsung disela oleh Tuan Park agar menutup mulutnya. 

Empat Hwarang bisa masuk ke dalam gudang dengan banyak tumpukan obat, Yeo Wool tak percaya karena telah melihat banyak perbuatan gila tapi tindakan kali ini adalah  yang paling gila dan Tuan Park punya beberapa gudang seperti ini.
“Ia punya lebih banyak emas dan obat Dan dia adalah pejabat tertinggi Silla.” Kata Maek Jong penuh amarah
“Apa ini aturan bangsa ini?” kata Moo Myung, Maek Jong menegasakan kalau ini tak benar.
So Ho pikir mereka harus segera memasukan semua obat karena tak punya waktu. Maek Jong mengambil karung mindahkan beberapa obat yang dibutuhkan. 

Ban Ryu menaruh pedang dilehernay berpikir  akan mati. Wi Hwa yang melihat Ban Ryun merasa kalau mengerikan melihat anak didiknya,  Tuan Park menyuruh anak buahnya agar menyerat Ban Ryu keluar. Ban Ryu langsung mengancam akan membunuh mereka kalau berani mendekat.
“Aku Park Ban Ryu... Aku raja masa depan Silla!” teriak Ban Ryu menyuruh mereka sema pergi menjauh darinya.
“Rencana besar pasti.. menjadi raja Silla.” Komentar Wi Hwa, Tuan Park hanya bisa diam saja, saat itu Ban Ryu berusaha dibawa oleh pengawal untuk pergi.

Yeo Wool dan So Ho sudah lebih dulu melompati dinding dengan melempar semua obat yang berhasil dirampok. Maek Jong dan Moo Myung akan pergi, tiba-tiba Do Woo datang dengan seorang aljogo, menyapa Moo Myung seperti bisa mengenali hanya dari matanya.  Moo Myung menyuruh Maek Jong menyingkir. So Ho dan Yeo Wool kaget mendengar ada orang yang memergoki mereka.
Maek Jong mengingat kalau orang itu  dari kedai daging. Do Won mengucapkan terimaksih karena luka panah yang menyakitkan saat cuaca sedang hujan. Maek Jong pikir lebih baik ia dulu yang majua karena punya perasaan negatif pada keduanya, serta sudah digantung tanpa alasan apapun.
Algojo melawan Maek Jong, tapi kapaknya langsung jatuh. Sementara Ban Ryu juga melawan para pengawal. Maek Jong berhasil membuat si algoyo jatuh pingsan denga memukul bagian atas kepala. Do Woo menyerang dengan pisau dan Maek Jong bisa menotok bagian leher sampai tak sadarkan diri. Moo Myung tak banyak komentar mengajak mereka segera pergi saja. 

Tuan Ahn duduk lemas seperti terlihat sangat frustasi dengan keadaan wabah penyakit yang tak bisa ditanganinya. Woo Reuk tiba-tiba datang melihat sebuah gerobak yang membawa banyak barang. Ia melihat ada banyak ginseng dan obat-obatan lainya yang mereka butuhkan.
Sebuah surat berada didalamnya karung “Minum dan tersenyum lebar.” Tuan Ahn langsung tersenyum membacanya, kalau itu “Dadu.” Woo Reuk merasa tak percaya. Moo Myung duduk sendirian dengan melempar dadu miliknya. 

Yeo Wool mengaku belum pernah lihat banyak  emas sebelumnya lalu bertanya-tanya alasan Ban Ryu membuat keributan seperti itu, menurutnya itu aneh kalau di sebut sebagai kebetulan. Saat it Ban Ryu masuk kamar, So Ho melihat Ban Ryu seperti sudah tahu kalau tadi malam membantunya dan mengucapkan terimakasih. 

Ratu terdiam didalam kamarnya, mengingat kejadian sebelumnya bertemu dengan Kyung Kong.
Flash Back
Ratu Ji So merasa kadang-kadang berpikir baru saja terjadi sang kakakk yang mengambil tahta. Jadi apabila Kyung Kong ingin mengambilnya maka tak akan menyerah begitu saja.
“Aku tidak akan harus bertahan... kejam seperti itu.” Tegas Ratu Ji So
Lalu Kyung Kong datang mengatakan kalau Semuanya... Dimulai karena Ratu Ji So itu sendiri. 

[20 tahun yang lalu, Wolseong]
Ratu menaruh pedang pada seorang wanita sambil menangis mengatakan kalau harus membunuhnya. Seorang wanita seperti orang terdekat Ratu seperti tak percaya dan ketakutan, Ratu melihat si wanita akan terus menimbulkan bencana.
“Tolong selamatkan hidupku Aku temanmu satunya.” Ucap Si wanita
“Wonhwa menghambat penguatan  Keluarga Kerajaan. harus dihilangkan. Seperti Nam Mo mati, kau tak harus hidup. Kau harus mengambil semua kesalahan. Aku harus membunuhmu... untuk anakku.” Kata Ratu Ji So sambil menangis menusuk pedang ke bagian jantung. 

Maek Jong datang dengan wajah panik, Moo Myung binggung bertanya ada apa. Maek Jong memberitahu bahwa Ah Ro dibawa ke istana. Moo Myung kaget bertanya kapan dibawanya. Maek Jong makin kaget karena Moo Myung tak mengetahuinya.  Moo Myung bertanya kapan Ah Ro dibawa ke istana. 

Ratu Ji So menemui Ah Ro yang sudah ada didepanya, membahas tentang anaknya yang ingin mengambil tahta, menurutnya Maek Jong itu tak seperti itu di masa lalu.
“Dia seorang raja yang baik  sedang menungguku dan untuk menyerahkan Silla. Apa kau membuat dia seperti itu? Apa kau... pikir Sam Mek Jong seperti itu? Sama seperti yang ibumu lakukan untuk ayahmu!” teriak Ratu Ji So penuh dendam
“Tidak... Aku tak pernah melakukan itu.” Kata Ah Ro tertunduk ketakutan.
“Tidak masalah. Aku akan membuatmu Wonhwa. Dan Aku akan buat kau  bertemu nasib Wonhwa.” Tegas Ratu, Ah Ro melotot kaget mendengarnya.
Bersambung ke episode 18

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar