PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
masih terlihat gugup membuatnya tak nyaman untuk makan, Joo Wan heran Yi Young
tidak bisa makan dan berpikir kalau tidak suka makanannya. Yi Young mengaku
Bukan begitu dan menurutnya kalau sangat lezat. Jang Yoon datang mengisi
minuman digelas yang kosong.
“Sudah
lama aku tidak makan hidangan lezat begini.” Ucap Yi Young merasa tak enak pada
Jang Yoon.
“Kita harus
sering makan malam berdua.” Ucap Joo Wan. Yi Young terlihat gugup dan Jang Yoon
pun pergi.
“Dia pasti
mengomelimu tadi.” Komentar Joo Wan. Yi Young langsung tersedak mendengarnya.
“Selama
latihan. Aku mendengar semuanya saat Nona Yoon memarahimu. Jangan biarkan hal
itu mengganggumu. Dia kesal kepadaku, tapi Dia sengaja melakukan itu. Dia tidak
marah kepadamu.” Ucap Joo Wan menenangkanya. Yi Young menganguk mengerti.
“Omong-omong,
benarkah kalian saling menidurkan?” kata Joo Wan. Yi Young makin kaget
mendengarnya. Jang Yoon terlihat menatap kearah keduanya.
“Tidak,
bukan begitu... Pekerjaan paruh waktu sederhana seperti menelepon pagi hari. Dia
membantuku tidur malam dengan meneleponku. Aku menderita insomnia, jadi, entah
bagaimana, akhirnya dia membantuku.” Akui Yi Young
“Kau
bilang "Insomnia"? Tadi kau bilang tidurmu nyenyak. Kau sudah lama
menderita insomnia, kan? Apa Kau masih insomnia?” ucap Joo Wan. Yi Young
mengaku memang seperti itu.
“Aku
harus belajar cara membantumu tidur mulai sekarang.” Ucap Joo Wan. Yi Young
kembali terkejut mendengarnya.
“Kenapa
kau sangat terkejut? Pastikan kamu menghabiskan semuanya.” Ucap Joo Wan. Yi
Young pun menganguk mengerti lalu melihat Jang Yoon sedang duduk di meja bar.
Eun Joo
menerim pesan dari forum yang dikirimkan Yoo Da, terlihat foto Yi Young dan Joo
Wan makan malam berdua direstoran. "'Berita Panas Hari Ini, Pasangan Resmi
Makan Bersama, Pasangan resmi Shinyoung Philharmonic menikmati hidangan
lengkap.”
Eun Joo
dengan wajah kesal mencoba menelp Joo Wan tapi ponselnya tak aktif, akhirnya ia
melihat foto Joo Wan dan melihat wajah Jang Yoon sedang menatap cemburu pada
keduanya.
Jang Yoon
baru saja akan menutup pintu restoran, Eun Joo pun menyapa Jang Yoon ternyata
berkerja di restoran. Jang Yoon mengeluh karena kedatangan banyak tamu hari ini
dan pasti Eun Joo juga melihatnya. Eun Joo bertanya kenapa tangan Jang Yoon
terluka.
“Ini Karena
tidak sengaja.” Ucap Jang Yoon sambil membereskan kursi diluar.
“Ini
Menarik. Kau tidak bertanya kenapa aku menunggu di luar sini. Apa Kau tidak
penasaran?”ucap Eun Joo
“Apa aku
harus penasaran?” komentar Jang Yoon. Eun Joo pikir tak perlu juga dan akan
berjalan pulang.
“Kita
pernah bertemu, kan? Sebelum kita bertemu sebagai rekan kerja.” Ucap Eun Joo
memancing
“Entahlah.
Aku tidak mengingatmu.” Ucap Jang Yoon. Eun Joo merasa pernah melihatnya.
“Entah
kenapa kau terlihat familier.” Kata Eun Joo, Jang Yoon pikir itu bukan
urusanya.
“Aku
yakin pernah melihatmu di suatu tempat. Tapi Di mana aku pernah melihatmu?”
ucap Eun Joo ingin mengoda dengan mengelus pipi Jang Yoon.
“Aku tidak menginginkan
perhatianmu. Aku benci saat orang tertarik kepadaku.” ucap Jang Yoon menahan
tangan Eun Joo lalu berjalan pergi. Eun Joo pun masih bertanya-tanya Di mana
pernah melihat Jang Yoon
Yi Young
berjalan ke minimarket kesal sendiri melihat forum berita tentang dirinya. Ia
lalu melonggo ke arah minimarket, tak ada Jang Yoon seperti biasa, akhirnya ia
duduk sendiri sambil minum bir.
Tiba-tiba Jang Yoon melonggokan wajahnya.
“Apa Kau
menungguku? Seharusnya kau meneleponku jika sangat merindukanku.” Goda Jang
Yoon. Yi Young kaget melihatnya.
“Aku
tidak merindukanmu. Tapi Kapan kau tiba di sini? Aku tidak melihatmu masuk.”
Ucap Yi Young. Jang Yoon mengaku baru saja.
“Kau
memang menungguku.” Ejek Jang Yoon. Yi Young menyangkalnya. Jang Yoon pikir Yi
Young belum boleh minum karena kakinya masih sakit.
“Ini bukan
alkohol. Dan Ini bukan cedera parah. Lagi pula, sudah tidak sakit lagi.” Ucap
Yi Young. Jang Yoon menganguk mengerti.
“Syukurlah...
Aku khawatir.” Ucap Jang Yoon, Yi Young binggung memastikan apakah ini tentang
dirinya.
“Tentu
saja... Aku tertarik padamu.” Akui Jang Yoon, Yi Young makin gugup bertanya
apakah Jang Yoon sudah lihat forum internet itu. Jang Yoon mengaku sudah.
“Aku
tidak memperdulikan orang lain, tapi aku mengatakan ini karena tidak ingin kau
salah paham. Acara Makan yang kusantap dengan konduktor tadi. Itu sungguh hanya
pesta penyambutan. Selama latihan tadi, Nona Yoon memarahiku, Karena itu dia
mentraktirku makan.” Cerita Yi Young. Jang Yoon menganguk mengerti
“Mengenai
foto yang Yu Da unggah di forum tempo hari, aku hanya membantunya memilih
hadiah.” Cerita Yi Young
“Astaga,
siapa itu Yoo Da?” keluh Jang Yoon sambil makan ramyun.
“Entah
bagaimana dia memotret foto seperti itu atau kenapa dia menyebarkan rumor jahat
seperti itu. Tidak seperti yang diyakini orang-orang, Mastro Nam dan aku bukan
pasangan. Aku tidak mau kamu salah paham.” Jelas Yi Young.
“Aku
bertanya untuk berjaga-jaga. Apa kau pikir aku menyukaimu?” ucap Jang Yoon. Yi
Young melonggo kaget mendengarnya.
“Tertarik
pada seseorang dan menyukai seseorang agak berbeda.” Tegas Jang Yoon
“Apa yang
kau... Kenapa kau tertarik padaku jika tidak menyukaiku?” ucap Yi Young seperti
sedang dipermainkan.
“Setelah
aku terus tertarik kepadamu, mungkin aku bisa menyukaimu.” Jelas Jang Yoon.
Yi Young
marah berpikir Jang Yoon sedang bicara omong kosong dan mempermainkannya, lalu
memberikan uang untuk bayaran yang kurang. Ia menegaskan tidak ingin mendengar
Jang Yoon bernyanyi lagi Jadi, jangan meneleponnya lagi.
Yi Young
berbaring ditempat tidurnya, dengan menutup semua wajahnya mengunakan selimut.
Ia terlihat masih kesal mengingat yang dikatakan Jang Yoon “Apa kau pikir aku
menyukaimu? Tertarik pada seseorang dan menyukai seseorang agak berbeda.”
“Kenapa
dia membuatku bingung?” keluh Yi Young lalu melihat Jang Yoon yang menelpnya
dan langsun merejectnya. Tapi bel rumahnya terus berbunyi.
“Ini Sulit
dipercaya. Kenapa dia sangat tidak sopan?” keluh Yi Young kesal sambil menutup
telinganya.
Akhirnya
Yi Young membuka pintu rumahnya, Jang Yoon berkomentar Yi Young yang belum
tidur. Yi Young pikir sekarang sudah larut malam dan apa yang ingin dilakukan
Jang Yoon sekarang padahal sudah melarangnya menelepon.
“Karena
itu aku datang. Jadi Boleh aku masuk dan menyanyi?”ucap Jang Yoon mengoda. Yi
Young terlihat kaget.
“Apa Kau
tidak ingat? Kamu membutuhkan persetujuanku untuk mengakhiri kontrak. Aku ingin
terus melakukan pekerjaan ini.” Ucap Jang Yoon. Yi Young tak percaya dengan
yang dilakukan Jang Yoon.
“Keluarlah
jika kau tidak tidur. Aku ingin berbincang denganmu.”kata Jang Yoon. Yi Young
binggun apa yang ingin dibicarakan denganya.
“Tentang
apa?” tanya Yi Young kesal. Jang Yoon menjawab Apa saja Selama itu tentang Yi
Young.
Akhirnya
Yi Young berganti pakaian mengikuti Jang Yoon ke sebuah tempat, Jang Yoon pun
dengan bangga memperlihatkan tempatnya. Yi Young mengeluh kalau Jang Yoon
bilang akan membawa ke tempat yang menakjubkan.
“Aku
sudah berharap banyak. Tapi Tempat apa ini?” keluh Yi Young. Jang Yoon pikir
tak ada salahnya tempat tinggal mereka.
“Selama
itu indah, tidak masalah.” Kata Jang Yoon. Yi Young menatap pemandangan malam
hari dari atas.
“Yah...
Memang indah... Harus kuakui itu... Lalu Kau bilang ingin tahu tentangku. Aku
yatim piatu jadi Aku sebatang kara. Kami dalam perjalanan pulang dari
arboretum.” Cerita Yi Young
Flash Back
Terlihat
sebuah mobil terguling dijalan, petugas ambulance mengeluarkan ayah dan ibu Yi
Young yang tak sadarkan diri. Petugas lain melihat Yi Young masih kecil duduk
dibangku belakang lalu memberitahu kalau anak kecil. Yi Young setengah sadar
memanggil ibunya.
“Ayahku
bekerja lembur selama beberapa hari dan tertidur saat mengemudi. Ini yang
dikatakan pamanku kepadaku. Sejujurnya, aku sama sekali tidak ingat hal itu.
Tapi menurut sepupuku, aku mengalami shock berat. Aku trauma.” Cerita Yi Young
“Selama
sekitar satu tahun, aku menderita afasia. Aku tidak bisa bicara atau tidur
dengan tenang di malam hari. Sampai seperti sekarang. Llau Seperti apa kau saat
masih kecil? Aku sudah cerita soal
diriku, jadi, kau harus melakukan hal yang sama.” Kata Yi Young.
Jang Yoon
bingung menanyakan tentang dirinya, lalu mengaku dirinya itu pintar, menjadi ketua kelas selama sembilan
tahun dan pandai bermain piano, bahkan kapten tim sepak bola sekolah. Ia dengan
bangga kalau dirinya sangat tampan saat masih sekolah.
“Kau
mungkin menyadarinya, tapi keluargaku sangat kaya.” Ungkap Jang Yoon.
“Kau
sangat arogan. Kau pasti tidak punya teman, kan?” kata Yi Young. Jang Yoon
membenarkan.
Yi Young
tak percaya mendengarnya dan hampir terjatuh saat menuruni tangga, Jang Yoon
memegang tangan Yi Young menyuruh agar berhati-hati. Keduanya tiba-tiba saling
menatap dan terlihat gugup, Yi Young menatap bibir Jang Yoon.
“Bolehkah
aku menciummu?” ucap Yi Young. Jang Yoon hanya terdiam dan terlihat gugup.
“Tunggu.
Maksudku...Ini Sangat membingungkan, kan? Hatiku sering terluka belakangan ini.
Aku tiba-tiba berpikir mungkin kau dan aku mengalami penderitaan yang sama.”
Ungkap Yi Young gugup. Jang Yoon hanya diam saja.
“Maaf aku
tidak bisa membuat alasan yang lebih baik. Saat aku membicarakan masa laluku,
aku cenderung merasa lemah.” Ucap Yi Young. Jang Yoon tiba-tiba mendekat dan
mengecup bibir Yi Young. Yi Young kaget lalu keduanya saling menatap. Akhirnya
Yi Young mencium Jang Yoon lebih dalam lagi.
Pagi
hari, Yi Young terlihat bahagia dipagi hari mengirimkan pesan pada Jang Yoon “Apa tidurmu nyenyak? Aku sedang berangkat bekerja. Semoga
harimu menyenangkan.” Lalu menjerit mengaku sangat malu. Ia masuk ke dalam toko roti dan melihat
senior wanita.
Yi Young
mencoba menyapanya tapi seniornya tak mengubrinya, akhirnya Yi Young pun
memilih untuk berdiri dibelakang seolah tak kenal. Mereka pun keluar dari toko
roti, tiba-tiba seorang pria merampas tas senior wanita. Yi Young berteriak
kalau ada pecopet dan langsung mengejarnya.
Senior
wanita hanya bisa melonggo melihat Yi Young sangat cepat berlari. Setelah
melewati jalan, si pria tertabrak dan terjatuh. Yi Young langsung mencari
kesempatan menahan kakinya. Senior wanita datang, Yi Young langsung menyuruh
untuk memukulny.
Sang
senior akhirnya memukul dengan box kue dan menduduki wajah si pecopet, roti
milik senior pun rusak.
Keduanya
keluar dari kantor polisi, Senior wanita menanyakan keadaan Yi Young. Yi Young
mengaku baik-baik saja lalu melihat celana seniornya dan berkomentar kalau itu
terlihat seperti buang air di celana. Seniornya mengaku sudah tahu dan melihatnya.
“Tapi Kau
tampak berantakan.” Komentar Senior pada Yi Young. Yi Young juga seperti itu.
“Mulai
sekarang, aku akan bicara santai denganmu.” Ucap Senior. Yi Young pikir
Seniornya sudah bicara santai.
“Jangan
membantahku. Kau punya waktu luang, bukan? Ikuti aku.” Seniornya. Yi Young
terlihat bingung.
Yi Young
masuk ke dalam ruangan make up melihat seniornya berbicara dengan pemain
timpani. Jenny melihat wajah Yi Young kaget berpikir kalau mereka bertengkar.
Yi Young mengaku Tadi ada kejadian dan akan menjelaskan nanti.
“Apa dia
memukulmu?”tanya Jenny. Yi Young mengaku bukan seperti itu.
“Kau
tidak bisa melewati satu hari yang tenang, kan?”keluh Jenny, dan akhirnya
Seniornya kembali duduk di meja rias.
Pria
pemain timpani tiba-tiba berjalan mendekati Yi Young bertanya apakah punya waktu luang tiap hari
Rabu dari pukul 18.00 sampai 19.00. Yi Young binggung lalu menganguk kalau
punya waktu luang.
“Itu
alamat ruang latihanku. Aku hanya akan memberimu setengah harga.” Ucap si
pemain timpani memberikan kartu nama lalu keluar dari ruangan.
Yi Young
binggung lalu mendekati senior wanita dan yakin kalau itu karena seniornya
membuatnya pria timpani mau memberikan kursus dan ingin tahu apa yang
dikatakannya. Senior wanita mengau Tidak ada yang istimewa. Tapi hanya
membicarakan hidupnya.
“Hidupnya?”
ucap Yi Young binggung, Seniornya menceritakan pria itu memiliki istri di
Amerika.
“Dia
juniorku di universitas dan pemain obo. Jadi Aku hanya menanyakan kabarnya.”
Kata senior wanita. Yi Young makin binggung apa maksudnya.
“Hei...
Apa Kalian tidak latihan? Jangan bermalas-malasan.” Ucap Senior lalu keluar
dari ruangan. Yi Young masih terlihat binggung.
Yi Young
mengirimkan pesan pada Jang Yoon "Akhirnya aku pulang kerja. Pastikan kau makan malam.”
walaupun pesan sebelumnya tak dibalas. Joo Won melongggokan kepalanya bertanya
Apa kegiatannya malam ini. Yi Young kaget mengaku Kegiatannya tidak banyak.
“Bagus.
Kemasi barang-barangmu dan keluarlah.” Ucap Joo Wan dengan penuh semangat. Yi
Young dibuat binggung.
Di ruang
latihan
Seorang
anak remaja berlatih biola, Eun Joo dibelakangnya meminta agar menghentikanya
lalu berkomentar kalau menghafal lagunya. Remaja itu membenarkan dengan tatapan
sinis. Eun Joo tak suka mendengarnya lalu menyuruh agar mengeluarkan permen
karetnya.
“Cepat Keluarkan.”
Kata Eun Joo mengulurkan tanganya, Akhirnya siremaja mengeluarkan permen karet
dengan sengaja meludah.
“Shin
Young... Permainanmu sangat buruk.” Komentar Eun Joo. Shin Young terlihat
marah.
“Tapi kau
mungkin sudah tahu akan lulus tes karena uang keluargamu sangat berpengaruh.
Walaupun begitu kau tetap harus tahu faktanya. Alunan Musikmu jelek sekali Dan
kau hanya sampah. Karena kau, kandidat miskin yang kompeten akan gagal dalam
tes.” Komentar Eun Joo.
“Lalu
kenapa? Kau dibayar oleh ibuku, jadi, bagaimana denganmu? Kau sama buruknya
denganku. Aku sudah selesai hari ini.” Kata Shin Young lalu membereskan
barangnya.
Di luar
ruangan seorang pria memanggil Eun Joo agar keluar, Shin Young keluar dengan
sengaja menyenggol bahu Eun Joo, si pria berusaha menyapanya tapi tak digubris
dan hanya bisa mengumpat si socah lancang.
“Kau
benar-benar keras kepala. Kenapa kau repot-repot berdebat dengan orang seperti
dia? Yang harus kau lakukan hanyalah memastikan mereka tidak gagal dalam tes.
Bukankah kau sudah tahu itu?”keluh si pria.
“Aku akan
pergi.” kata Eun Joo seperti tak ingin berdebat lagi. Si pria mengingatkan Eun
Joo sebelum pergi.
“Jika kau
gagal menjadi solois,maka kau hanya akan menjadi pengajar. Bukankah begitu? Kau
harus mengurusnya dengan lebih baik. Dirut meminta kita memberinya perhatian
khusus. Jadi Kau harus bekerja lebih baik.” Pesan si pria.
Eun Joo
duduk termenung dalam taksi, lalu mengumpat marah. Sopir taksi binggung
berpikir Eun Joo mengumpat padanya. Eun Joo akhirnya mengubah tujuanya untuk
pergi ke Shinyoung College of Music.
Sementara
Yi Young dan Joo Wan pergi ke sebuah pesta dengan membawa sebuket bunga. Prof
Song menyambut keduanya mengaku senang sekali melihat semua orang. Joo Wan berkomentar kalau Prof Song terlihat
sangat bahagia.
“Orang-orang
memuji konser Anda di Jerman.” Puji Joo Wan. Prof Song bergurau kalau itu
karena menyuap semua wartawan.
“Begitulah
caraku bertahan selama ini.” Kata Prof Song tertawa, Joo Wan tersenyum lalu
mengucapkan Terima kasih atas sarannya.
“Lama
tidak bertemu, Profesor Song.” Sapa Yi Young memberikan buket bunga. Prof Song
mengingat Yi Young.
“Kenapa
sulit sekali bertemu denganmu? Kudengar kau menjadi anggota Shinyoung
Philharmonic.” Kata Prof Song
“Tidak,
aku dipecat.” Kata Yi Young. Prof Song kaget. Joo Wan hanya bisa menutup
bibirnya lalu memberitahu kalau hanya dalam satu hari.
“Astaga,
aku akan mengikuti audisi lagi.” Ucap Yi Young, Prof Song pun tertawa menyuruh
mereka duduk dan akan segera mengeluarkan dagingnya.
Eun Joo
berjalan di kampus melihat salah satu mahasisa berlatih sendirian dan menikmati
didepan jendela dengan wajah sedikit bahagia dan terhanyut walaupun si
mahasiswa terlihat melakukan kesalahan. Ia pun meninggalkan note.
“Beethoven
"Symphony number 7", bagian keempat. Gunakan seluruh busur untuk
menggesek ke atas. Lemaskan tanganmu saat membelai busur. Gunakan elastisitas
pergelangan tanganmu.”
Saat itu
Eun Joo melihat ke arah ruangan gedung yang yang masih menyala dan teringat
sesuatu.
Flash Back
Eun Joo
berada di ruang kelas dan Dosennya memberitahu waktunya sampai pukul 12.00
untuk menyelesaikan tes dan Setelah selesai, letakkan lembar jawaban di meja
lalu tinggalkan ruangan dengan tenang.
Lalu saat Joo Wan memperkenalkan
Jang Yoon.
“Terakhir,
Jang Yoon, pianis kehormatan yang membuatku terpesona.” Ucap Joo Wan lalu
mencoba mengingat dimana pernah melihat Jang Yoon.
“Aku tidak
menginginkan perhatianmu. Aku benci saat orang tertarik kepadaku.” ucap Jang
Yoon dan Eun Joo teringat saat masih kuliah Jang Yoon sebagai dosen
dikampusnya.
Joo Wan
dan Yi Young bermain dengan Prof Song dan anak muridnya. Yi Young mengelu kalau
menang tiga permainan berturut-turut dan menurutnya Ini sangat membosankan,
Profesor Song mengejek kalau nanti Yi Young bertambah tua.
“Kau Mau
tidak mau, tanganmu akan mulai gemetar. Jadi Bagaimana kalau kita bermain lagi?
Tapi kali ini, mari bermain Go.” Ucap Prof Song. Semua setuju main yang lain.
“Aku bisa
melakukan segalanya.” Kata Yi Young, Prof Song pun memanggil Na Young.
“Bisakah
kau ke ruang kerjaku dan mengambil papan Go?” kata Prof Song. Yi Young
mengajukan diri agar mengambilnya saja. Prof Song pun tak sabar siapa yang
menang.
Jang Yoon
baru saja pulang membaca pesan dari Yi
Young yang belum dibalas "Apa tidurmu nyenyak? Aku sedang berangkat
bekerja. Akhirnya aku pulang kerja" dan melihat Eun Joo suadh ada didepan
rumahnya. Eun Joo seperti sengaja menunggu Jang Yoon.
“Aku bertanya
kepada semua kenalanku untuk mencari alamatmu. Ternyata Separuh yang kau tulis
di resumemu itu palsu.” Ejek Eun Joo. Jang Yoon memuji Eun Joo memang luar
biasa.
“Bagaimana
kau bisa bergabung dengan orkestra? Bahkan Kau tinggal sangat dekat dengan Yi
Young. Tapi aku tidak menduga kau akan tinggal tepat di bawahnya.” Ucap Eun
Joo. Jang Yoon akan masuk akhirnya keluar lagi.
“Jadi Apa
maumu?” ucap Jang Yoon. Eun Joo mengaku Akhirnya ingat dimana pernah melihat
Jang Yoon.
“Namamu
bukan Jang Yoon, bukan? Aku datang karena tidak bisa berhenti penasaran. Jadi
Siapa nama aslimu?” ucap Eun Joo. Jang Yoon hanya menatapnya lalu memegang
tangan Eun Joo
Yi Young
pergi ke ruangan Prof Song dan melihat lorong dibelakng meja kerja berpikir di
dalam sana. Ia mencari papan permainan dan tiba-tiba matanya kaget melihat
sesuatu yang ada didepanya. Didepan
rumah, Eun Joo menahan rasa sakit ditanganya. Jang Yoon akhirnya melepaskan
tanganya. Eun Joo mengeluh Jang Yoon itu sudah gila.
“Jadi
Sudah berapa lama? Apa Kau tidak mau memberitahuku? Haruskah kujawab untukmu?”
ucap Jang Yoon. Eun Joo mulai mengumpat marah.
“Resital
pianomu mengusikku kali pertama aku mendengarnya. Nadanya sangat mirip dengan
seseorang yang dahulu kukenal. Apa kau sengaja mendekati Maestro Nam? Apa kau
memikat hatinya agar bisa bergabung di orkestra?” ucap Eun Joo. Jang Yoon pikir
tak ada yang salah.
“Jadi Katakan kepadaku. Apa tujuanmu sebenarnya?
Kenapa kau meniru seseorang yang sudah meninggal?” kata Eun Joo. Jang Yoon
ingin tahu apa yang dinginkan Eun Joo sekarang.
Yi Young
terdiam melihat poster didepanya "Orkestra
Philharmonic Asia dan Kim Ian Piano Chopin Chopin" lalu teringat yang
dengan foto di rumah Jang Yoon yang pecah dan bertanya nama adiknya. Jang Yoon
menyebut namanya KIM IAN.
“Sedang
apa? Apa Kau belum menemukannya?” ucap Joo Wan memanggil Yi Young. Yi Young
menatap Joo Wan. Akhirnya Joo Wan pun masuk ruangan lalu terdiam melihat poster
didepanya.
Jang Yon
mengulang ucapan Eun Joo "Seseorang yang sudah meninggal" dan ingin
tahu Siapa itu. Eun Joo ketakutan berjalan mundur. Jang Yoon berjalan mendekati
Eun Joo menginjak kertas partitur yang terjatuh.
“Maestro
Nam, apa kau mengenalnya?” tanya Yi Young pada Joo Wan. Joo Wan hanya diam saja
menatap poster didepanya.
Jang Yoon
terus mendesak Eun Joo ingin tahu siapa dan Kenapa sangat tertarik kepadanya.
Eun Joo terlihat ketakutan, Jang Yoon ingin tahu apa yang membuat Eun Joo cemas
dan takut. Eun Joo hanya bisa terdiam dan benar-benar panik.
“Bolehkah
aku menyelidikinya?” ucap Jang Yoon seperti mengancam.
“Aku bisa
memberi tahu semua orang bahwa kau memakai nama palsu.” Kata Eun Joo
“Silakan
saja jika bisa, Tapi Bisakah kau melakukannya?” ejek Jang Yoon menantang.
Yi Young
pun memanggil Joo Wan yang hanya diam saja, lalu memberitahu kalau Pria ini
adalah Kim Ian dan bertanya apakah tidak mengenalnya. Joo Wan hanya diam saja
menatap poster "Orkestra
Philharmonic Asia dan Kim Ian Piano
Chopin Chopin"
Flash Back
Di tengah
hujan deras, Ian terluka dibagian kepala terlihat tanganya yang memakain
cincin. Seorang pria dengan jaket, topi dan masker datang menatap Ian yang tak
sadarkan diri. Ian hanya dibiarkan begitu saja, Si pria akhirnya membuka masker
dan terlhat wajah Joo Wan.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar