PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[Satu tahun yang lalu]
Bibi Yi
Young tertidur di ruang rawat, Soo Young juga ikut tertidur dan tersadar
melihat sepupunya tak ada diranjang. Ia membangungkan ibunya memberitahu kalau Yi
Young menghilang. Ibunya terbangun tapi masih setengah sadar
“Ibu! Yi
Young menghilang.” Ucap Soo Young panik bergegas keluar, Ibunya pun tersadar
dan bergegas mencari.
Sementara
Yi Young berjalan dengan infus ditengah hujan yang turun dengan deras, wajahnya
terlihat sangat frustasi dan mendengar suara seseorang “Ayo naik kereta
gantung besok pagi, Yi Young.” Tubuhnya
pun langsung jatuh lemas.
“Tidak...
Aku tidak melakukannya... Aku tidak membunuh... Aku tidak membunuh... Bukan
aku... Apa yang harus kulakukan?” ucap Yi Young sambil menangis.
“Apa kau
ingat aku?” tanya Jang Yoon datang dengan payung hitamnya. Yi Young hanya diam
saja menatap Jang Yoon.
“Haruskah
aku mengganti pertanyaanku? Apa kau ingat siapa yang kau bunuh?” kata Jang Yoon
dengan mata penuh amarah. Yi Young langsung tak sadarkan diri ditengah hujan.
Yi Young
sudah tertidur di ruang rawat, Soo Young memastikan keadaan sepupunya tertidur
pulas lalu menemui Jang Yoon yang menunggu di luar rumah sakit. Soo Young
mengaku bisa bernapas lagi karena Soo Young terdengar baik-baik saja di telepon
tadi pagi.
“Aku
sangat ketakutan saat melihatnya datang dalam keadaan pingsan. Dia pasti
membuatmu terkejut. Dia hanya jogging di pagi hari. Kau pasti sangat takut. Maafkan
aku.” Ucap Soo Young
“Tidak
apa-apa... Dia bilang tidak mau, tapi aku menyeretnya ke Gunung Nam. Maaf soal
ini.” Kata Jang Yoon juga merasa bersalah.
“Apa Kau
pikir dia akan pergi denganmu jika tidak mau? Aku yakin ada alasannya. Jadi, Apa
kalian berdua anggota Shinyoung Philharmonic? Apa yang kau mainkan?” tanya Soo
Young
“Piano...
Aku bermain piano.” Kata Jang Yoon, Soo Young menganguk mengerti.
“Tunggu,
bukankah kau yang pernah membantu Yi Young? Apa kau Ingat hari hujan saat dia
pingsan?” ucap Soo Young menatap wajah Jang Yoon.
“Aku
tidak akan bilang membantunya. Mungkin karena rute kami sejalan atau
semacamnya, jadi, sesekali kami bertemu.” Kata Jang Yoon. Soo Young mengerti
“Pantas
sepupuku yang tidak tahu apa-apa bersikap berlebihan... Astaga, bukan apa-apa.
Dia bilang terus bertemu dengan pria akhir-akhir ini. Dia khawatir apakah pria
itu penguntit.” Cerita Soo Young
Jang Yoon
tak percaya dianggap "Penguntit" Soo Young meminta Jang Yoon jangan
tersinggung karena sepupunya itu memang unik dan mengkhawatirkan hal yang tidak
berguna sejak kecil Tapi melihat Jang Yoon
secara langsung membuatnya lega.
“Lalu
Siapa namamu?” tanya Soo Young. Jang Yoon menyebut namanya saat itu terdengar
suara ponsel.
“Kau bisa
menjawabnya. Jika kau sibuk, silakan pergi.” ucap Soo Young. Jang Yoon pun
pamit pergi dan meminta maaf.
"Jang
Yoon"? Namanya terdengar tidak asing.” Komentar Soo Young setelah Jang
Yoon pergi.
Jang Yoon
pulang menerima note yang tertempal dirumahnya “ Barang-barangmu cukup rapi.
Penala piano datang. Kartu nama ada di
piano.” Akhirnya Jang Yoon duduk didepan piano lalu melihat kartu nama dan
langsung memainkanya.
Saat
memainkan piano teringat ketika mengatakan “Ayo naik kereta gantung besok pagi,
Yi Young.” lalu Yi Young terlihat panik dan bertanya siapa sebenarnya Jang
Yoon. Lalu Jang Yoon mengaku “Entahlah. Siapa aku?”
Jang Yoon
terus memainkan pianonya, teringat kembali saat Yi Young ketakutan sambil
menangis meminta agar jangan mendekat. Jang Yoon malah menatap sinsi mengeluh
Yi Young yang menangis dan menegaskan
bisa tahu hanya jika Yi Young memberitahunya.
“Entahlah...
Aku tidak ingat apa pun... Tolong ampuni aku. Kumohon. Tolong ampuni aku.” Ucap
Yi Young ketakutan dan langsung pingsan. Jang Yoon juga mengingat kejadian 1
tahun lalu
“Haruskah
aku mengganti pertanyaanku? Apa kamu ingat siapa yang kamu bunuh?” ucap Jang
Yoon dan akhirnya Yi Young kembali tak sadarkan diri.
Di ruang
spa
“Sebelum
festival musik, aku pikir konser inaugurasi untuk Maestro Nam akan menyenangkan.
Aku datang untuk meminta masukan darimu. Banyak penggemar dia yang memintanya. Dan
kita bisa lebih memerhatikan festival musik itu. Bagaimana menurutmu?” tanya
Nona Yoon.
“Kedengarannya
bagus. Jangan mengkhawatirkan asosiasi pendukung. Lanjutkan saja sesuai
keinginanmu.” Kata Nyonya.
“Terima
kasih, Bu. Aku akan mengabarimu setelah kami memutuskan lagunya.” Ucap Nona
Yoon.
“Jangan
berusaha berhemat. Jangan membuatnya terlihat norak. Kita juga harus menjaga
reputasi yayasan kita. Lalu Bagaimana keadaan Nam Ju Wan? Bisakah kau
mengendalikannya?” tanya Nyonya
“Aku
harus bekerja lebih keras.” Ucap Nona Yoon. Nyonya meminta agar Nona Yoon harus
menjaga keseimbangan yang baik untuknya.
“Jika
pria muda seperti dia terlalu menonjol, orang-orang cenderung mengkritiknya. Maksudku
adalah audisi yang baru-baru ini dia adakan. Dia bersikeras mengadakannya. Kudengar
orang yang dipecat melompat dari jembatan di Sungai Han.” Ucap Nyonya
“Untungnya,
tidak ada luka serius. Kami berencana memberinya uang untuk menghiburnya.” Kata
Nona Yoon.
“Pastikan
kau membungkamnya agar para wartawan tidak tahu.” Ucap Nyonya. Nona Yoon yakin Ini
tidak akan menjadi heboh.
“Apa Kau
tidak tahu betapa cemburunya orang-orang di industri ini? Kita harus
menyelamatkan wajahnya jika kita ingin memanfaatkannya untuk waktu yang lama.”
Kata Nyonya
Akhirnya
Nona Yoon keluar ruangan sambil ngedumel sendiri “Untuk apa dia membawa
konduktor itu? Apa “Memanfaatkannya”? lalu mengumpat Nyonya itu memang rubah
yang tua. Ia lalu menelp seseorang
mengajak bertemu karena sedang murung jadi butuh minum.
Joo Wan
sedang melihat kertas not baloknya, Eun Joo masuk ke dalam ruangan. Joo Won
berpikir kalau Nona Yoon yang datang sambil mengejek Eun Joo selalu tahu
keberadaanya. Eun Joo mengaku hanya
melihat monitor CCTV keamanan.
“Jika
masuk ke tempat seperti itu, orang tidak akan menyukaimu.” Ucap Joo Won
“Karena
itulah seharusnya kau tidak mematikan ponselmu.” Komentar Eun Joo. Joo Wan
mengaku merasa sesak dan Eun Joo mengajak untuk mencari udara segar.
Keduanya
duduk di pinggir sungai Han sambil meminum bir, Joo Wan mengaku tidak tahu Eun
Joo ingin datang ke tempat seperti ini. Eun Joo malah bertanya memangnya
kenapa, apakah tempat ini tidak cocok untuknya, lalu mengaku Terkadang datang ke sini saat bosan berlatih.
“Apa kau
tahu ada pelangi di sini? Jika beruntung, kamu akan melihatnya. Tapi aku belum
melihatnya tahun ini.” Ucap Eun Joo, Joo Wan hanya bisa tersenyum.
“Aku
punya pertanyaan.” Kata Eun Joo, Joo Wan mengejak Eun Joo itu selalu penuh pertanyaan dan ingin tahu apa
pertanyaany.
“Ini
tentang Jang Yoon... Kau memilihnya, kan?” ucap Eun Joo, Joo Wan malah balik
bertanya kenapa Eun Joo tiba-tiba bertanya.
“Bagaimana
kau membawanya? Dia tidak mempelajari musik atau berpengalaman. Dia bahkan
tidak mengikuti audisi.” Ucap Eun Joo. Joo Wan pikir Eun Joo tahu semuanya dan
mencoba mengingat saat pertama kali mendengar Jang Yoon menangis.
“Kurasa aku
mendengar dia bermain piano dalam perjalanan menuju audisi. Dia tidak memiliki
teknik yang istimewa, tapi aku tertarik kepadanya. Dia menyentuh emosiku. Lalu Kenapa
bertanya soal itu?” ucap Joo Wan.
“Cara dia
bermain piano terdengar terlalu mirip dengan orang lain yang dahulu kukenal.
Kau juga merasakannya, kan? Aku penasaran apakah itu alasanmu memilihnya.” Kata
Eun Joo
“Jangan
membayangkan banyak hal. Ada banyak orang dengan gaya yang sama. Cukup dengan
novelmu dan bangun. Jadwalku padat. Tapi aku tidak yakin kau tahu itu.” Ucap
Joo Wan lalu berdiri dari tempat duduknya.
Malam
hari, Jang Yoon menelp Yi Young tapi tak diangkat dan terlihat Yi Young masih
tertidur. Ia pun mematikan ponsel masih dengan nama "Insomnia" di
ponselnya. Ia lalu menonton video wawancara Soo Young dirumahnya.
“Dalam
wawancara sebelumnya, kau bilang kau menjadi tertarik dengan afasia pada
anak-anak karena sepupumu. Bisakah kau menceritakannya kepada kami?” ucap MC
“Aku punya
adik sepupu perempuan yang sudah seperti adik sendiri. Pada usia lima tahun,
dia kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan mobil, dan kami tinggal bersama
sejak itu. Karena trauma, dia tidak bisa bicara selama satu atau dua tahun. “
ucap Soo Young
“Itu kali
pertama aku menyadari penyakit itu. Dan insiden itu memotivasiku untuk memilih
jurusanku.” Jelas Soo Young
“Kapan kau
paling kesulitan?” tanya MC. Soo Young memikirkan paling kesulitan
“Saat
afasianya kambuh sekali lagi. Tahun lalu, dia mengalami kecelakaan besar lagi.
Itu juga kecelakaan mobil. Dia tidak bisa bicara selama sebulan. Dia masih
mengalami efek susulan, jadi, dia tidak ingat kejadian itu.” Ucap Soo Young
“Dia menderita
insomnia dan mimpi buruk. Sebagai seorang dokter, aku sangat sedih.” Ungkap Soo
Young. Jang Yoon mengulang-gulang hasil wawancara seperti sangat ingin
mengetahui tentang Yi Young dengan tatapan dingin.
Yi Young
terbangun memegang kepalanya yang terasa sakit, Soo Young masuk dengan wajah
kesal melihat Yi Young akhirnya sadar. Yi Yong kaget melihat Soo Young dan ada
dirumah sakit. Akhirnya Yi Young makan dengan lahap di kantin rumah sakit.
“Apa kau
pengemis? Di mana sopan santunmu?” keluh Soo Young memukul kepala Yi Young lalu
memberikan pil sakit kepala untuk dua hari.
“Memangnya
aku anjing? Jangan menggangguku saat makan.” Keluh Yi Young terus makan dengan
lahap.
“Apa
kegiatanmu sekarang? Kau tidak pernah joging.” Ejek Soo Young. Yi Young
menegaskan kalau dirinya itu diseret.
“Jika
tidak mau pergi, seharusnya kamu tolak, dasar Bodoh. Lalu Apa hubunganmu dengan
Jang Yoon?” tanya Soo Young
“Jangan
konyol... Tidak ada hubungan apapun” ucap Yi Young. Soo Young tak percaya
karena mereka itu pergi joging bersama.
“Kau
bersikap berlebihan tentang dia sebagai penguntit. Bisakah kau sadar? Berhentilah
bersikap lemah.” Pinta Soo Young.
Yi Young
menganguk mengerti meminta Soo Young Jangan khawatir. Soo Young memberitahu
kalau Yi Young meninggalkan ponselnya di kamar rumah sakit, karena Ponselnya
terus berdering, jadi menjawabnya.
Ia
memberitahu kalau Latihan Yi Young hari
ini akan dimulai satu jam lebih awal. Yi Young melonggo mendengarnya lalu
mengomel karena Soo Young tidak memberitahunya lebih awal. Soo Young mengeluh
Yi Young berani membentaknya padahal ia yang menghidupkannya kembali.
Yi Young
bergegas pergi, Soo young kembali berteriak agar membereskan bekas makananya
tapi Yi Young tak peduli dan langsung
pergi.
Yi Young
berlari akan masuk gedung lalu tersadar hanya memakai sandal, saat akan menaiki
tangan Jang Yoon sedang minum memanggilnya. Yi Young panik. Jang Yoon bertanya
Apa Yi Young datang dari rumah sakit? Bagaimana keadaannya.
“Entahlah...
Jangan bicara denganku.” Kata Yi Young ketus. Jang Yoon ingin tahu alasanya.
“Jangan
mengatakan apa pun kepadaku. Aku tidak bisa mendengarmu.” Ucap Yi Young lalu
bergegas pergi.
Di ruang
latihan sudah dibagikan lembaran kertas yang baru, Jenny terlihat gugup karena
Yi Young belum juga datang. Jenny akhirnya masuk ruang latihan meminta maaf
karena datang terlambat, lalu panik melihat timpani miliknya akan dipindahkan.
“Ini
milikku... Aku harus menggunakannya hari ini.” Ucap Yi Young panik, temanya
hanya menatap dengan dingin.
“Hari
ini? Hanya satu set timpani yang dipesan untuk hari ini.” Kata Si pria dan Yi
Young baru sadar kalau lagunya sudah diubah wajahnya hanya bisa melonggo
bingung. Jang Yoon masuk pun hanya bisa terdiam.
“Selamat
pagi, Semuanya... Aku berdandan untuk kalian. Bagaimana penampilanku?” ucap Joo
Wan masuk dengan dandanan layaknya Louis. Semua memuji kalau Joo Wan tampan.
“Apa Kalian
sudah menerima partitur ?” tanya Joo Wan. Semua menjawab sudah. Yi Young masih
saja kebingungan. Joo Wan pun mengajak Yi Young untuk bicara. Saat itu Sek Joo
Wan memanggil dari luar ruangan.
Yi Young
kaget kalau lagunya diubah menjadi "Scheherazade" Sek Joo Wan mengaku
baru tahu setelah datang bekerja hari ini dan Ada orang lain yang menjawab,
jadi, semua disampaikan kepadanya. Yi Young pikir ada kesalahpahaman.
“Bukankah
konduktor sudah memberitahumu? Ini bayaranmu selama satu setengah hari
terakhir. Uangnya akan ditransfer pada tanggal 25.Lalu Kau bisa mengosongkan
lokermu di penghujung hari.”ucap Sek Joo Wan. Yi Young pun tak bisa berkata
apa-apa.
Yi Young
pergi ke loker mengambil kertas note dan juga ada foto Joo Wan yang masih
disimpan lalu menaruh dalam tas. Ia juga mengambil pemukul timpani yang
disimpanya,wajahnya terlihat sangat sedih.
“Usiaku
27 tahun... Aku tidak punya pekerjaan ataupun pacar. Aku tidak punya tujuan apa
pun. Ini usia yang sangat menggelisahkan.” Gumam Yi Young
Di malam
hari Yi Young hanya bisa melamun, Jang Yoon menelp sesuai janjinya tapi Yi
Young tak mengangkatnya. Sampai akhirnya Yi Young hanya bisa menangis sendiri.
“Yang
kuinginkan selama 27 tahun terakhir hanyalah diakui oleh seseorang. Aku hanya ingin
menerima pujian dari orang yang kuharap mengakuiku. Hanya itu yang kuinginkan.”
Gumam Yi Young
Yi Young
mengajar anak-anak bermain drum, saat
menaiki bus menerima pesan dari Jenny “Aku tahu kau terpukul, tapi jangan lupa makan. Makanlah
daging babi dan bersemangatlah.” Ia
berkomentar temanya itu memang manis.
Saat itu
pesan masuk dari Jae Hyung, Yi Young mengeluh mau apa lagi mantan pacarnya itu.
“Nuna Yi Young, akhirnya aku bisa
tampil hari ini. Ini kali pertamaku dibayar untuk sebuah penampilan. Apa kau
akan hadir? Aku ingin kau melihatku tampil. Aku ingin menerima pujian darimu. “
“Aku akan menunggumu. Kuharap kau
datang. Aku akan menunggu sampai kau datang. Mari makan daging panggang saat aku
dibayar untuk penampilan ini. Aku yang traktir. Aku janji.”
Jae Hyung
terlihat menari didepan restoran yang baru saja buka, tarianya terlihat sangat
bagus dengan anggota lainya. Yi Young melihat dari restoran yang ada diseberang
jalan.
“Aku
ingin tahu seperti apa penampilan para pemuda ini. Ini Norak, jelek, dan tidak
penting. Saat melalui masa muda yang tidak penting, kau akan merasa gelisah dan
plinplan.” Gumam Yi Young
“Impianmu
begitu jauh, dan uang benar-benar di luar jangkauan. Kau tidak sekadar
menjalani hidup. Kau harus bertahan dengannya.” Gumam Yi Young. Saat itu Eun
Joo menelp Yi Young
“Tapi
bagaimanapun juga, tidak semua orang melalui masa muda yang sama. Anak yang
beruntung.” Gumam Yi Young melihat nama Eun Joo lalu mengangkat dan bertanya
apa yang dinginkanya.
“Kurasa
kau belum mati.” Ejek Eun Joo. Yi Young pikir Eun Joo pasti kecewa karena ia
tidak mati
“Aku di klub
jazz. Sampai jumpa di sini.” Ucap Eun Joo lalu menutup telpnya.
“Astaga,
apa-apaan... Dia sulit dipercaya. Apa Kau pikir aku akan ke sana hanya karena
memintaku datang? Dia menganggapku apa?” ucap Yi Young kesal menikmatia Jae
Hyung yang sedang menari.
Yi Young
akhirnya sudah berdiri didepan Bar Jazz lalu berpikir harus sopan dan mendengar
apa yang ingin Eun Joo katakan saja. Eun Joo melihat Yi Young masuk langsung
melambaikan tangan dan memesan dua tequila. Yi Young mengeluh memperingatakan
Eun Joo lebih dulu.
“Jangan
menyuruhku datang dan pergi. Itu sangat menyinggungku, lalu Apa yang ingin kau katakan?” tanya Yi
Young seperti tak ingin berlama-lama.
“Apa kau
akan berhenti?” tanya Eun Joo, Yi Young tak mengerti maksudnya. Eun Joo
menjelaskan maksudanya Shinyoung Philharmonic.
“Maestro
Nam ingin memainkan lagu lain. Apa yang bisa kulakukan? Pada dasarnya dia
menyuruhku pergi.” kata Yi Young pasrah
“Lalu
kenapa?Apa Kau akan pergi hanya karena dia menyuruhmu? Apa hanya Itu saja? Orang
yang mengasihani diri sendiri selalu mudah menyerah.” Ucap Eun Joo menyindir.
Yi Young melirik sinis.
“Apa Kau
pikir, kau menyedihkan.” Ejek Eun Joo. Yi Young tak terima dengan ucapan Eun
Joo. Eun Joo langsung memberikan sebuah kartu nama. Yi Young bertanya Apa itu.
“Coba
Lihatlah... Mereka butuh pemain timpani untuk merekam lagu film. Aku
membawakannya untukmu. Kupikir aku harus menebusnya karena tidur dengan Jae
Hyung... Bukankah begitu?” ucap Eun Joo
“Kenapa
kau tiba-tiba bersikap baik? Sejak kapan kamu memperdulikanku?” kata Yi Young
heran.
“Kurasa
aku harus memperdulikanmu mulai sekarang. Dahulu kita berteman. Meski kamu
mungkin sudah melupakan itu.” Ucap Eun Joo
Saat itu
seorang meminta untuk mendengar suara
biola lalu ada yang mengenali Eun Joo dan memanggilnya. Eun Joo akhirnya
membuka biola dan langsung naik keatas panggung memainkan dengan iringan piano.
Yi Young melihatnya dengan tatapan sedih akhirnya memesan minuman.
“Apa kamu
kemari untuk melampiaskan kemarahanmu?” ucap Jang Yoon tiba-tiba datang.
“Bisakah
kau mengurus urusanmu sendiri?” keluh Yi Young, saat itu Jang Yoon langsung
mengambil minuman dari tangan Yi Young.
“Aku
mengkhawatirkanmu.” Kata Jang Yoon. Yi Young pikir tidak pernah meminta untuk mengkhawatirkannya
sambil berharap ada sisa digelasnya.
“Aku akan
membayarnya. Sekarang kau pengangguran.” Sindir Jang Yoon. Yi Young tak terima
mendengarnya.
“Ya, aku
pengangguran... Kau benar. Aku dipecat hanya dalam satu hari. Apa kamu senang
soal itu? Kau sungguh tidak punya sopan santun.” Ucap Yi Young lalu menaruh
uang diatas meja dan pergi.
Jang Yoon
mengejarnya, Yi Young memperingatkan agar Jang Yoon Jangan mengikutinya karena
itu menyebalkan. Jang Yoon ingin tahu Kenapa Yi Young tidak menjawab teleponku
semalam. Yi Young kembali memperingati Jang Yoon agar jangan mengikutinya.
“Apa Kau
tidak akan bicara denganku lagi?” ucap Jang Yoon. Yi Young pikir tak ada alasan
untuk bicara. Jang Yoon langsung menghalangi jalanya.
“Astaga...
Kenapa kau terus melakukan ini kepadaku? Kenapa kau selalu menggangguku seperti
ini? Apa kau membuntuti aku Atau kau sungguh tertarik kepadaku?” ucap Yi Young
marah
“Sudah
kubilang aku sangat tertarik kepadamu. Bukankah kita perlu membicarakan
sesuatu?” kata Jang Yoon.
“Bisakah
kau berhenti mengikutiku?” keluh Yi Young. Jang Yoon mengingat Yi Young
menangis, berteriak, dan pingsan di Gunung Nam kemarin.
“Bagaimana
bisa aku diam saja setelah menyaksikan semua itu?” ucap Jang Yoon.
“Entahlah.
Aku tidak ingat apa pun. Berhenti mengikutiku. Jika kau melakukannya, maka aku
akan melaporkanmu ke polisi.” Tegas Yi Young lalu menghentikan taksi.
“Apa
masalahnya? Kenapa dia terus mengikutiku? Apa yang ingin dia katakan kepadaku?
Tapi Bagaimana dia bisa tahu di mana aku berada?!!!” ucap Yi Young tersadar
lalu menatap Jang Yoon dengan curiga.
“Bagaimana
dia tahu aku di sini?!! Ahh.. Tidak mungkin. Apa pria itu sungguh mengikutiku? Tidak,
aku yakin itu tidak benar. Dia bukan penguntit. Kenapa dia mengikutiku? Tapi
kenapa aku kabur darinya?” ucap Yi Young terus menatap Jang Yoon yang hanya
terdiam dan terlihat mencurigakan.
Yi Young
mencari keyword Jang Yoon, tapi tak ada info apapun di internet. Ia pun
bertanya-tanya siapa Jang Yoon sebenarnya akhirnya menemukan informasi dari
profile anggota orkesta "Instruktur Jang Yoon yang terbaik, Pianis Jang
Yoon"
“Pria ini
seperti hantu... Tidak ada apa-apa tentang dia.” Komentar Yi Young terus
berusaha mencari informasi "Jang Yoon"
“Apa ini?
Dia juga tidak punya media sosial? Aku mengerti. Aku bisa maklum jika dia tidak
memilikinya.” Ucap Yi Young lalu mendengar suara piano dari lantai atas.
“Astaga.
Yang benar saja... Apa dia tidak tahu pukul berapa ini?” keluh Yi Young berusaha
untuk tak mengubrisnya.
Saat itu
Yi Young melihat ada jejak sepatu di lantai, lalu berpikir Jang Yoon yang masuk
dan melihat ada tetesan darah. Ia pun mulai berpkir ada orang yang masuk
rumahnya.
Jang Yoon
membuka pintu dengan senyuman menyambut Yi Young yang datang. Yi Young mengeluh
mendengarnya karena berpikir kalau Jang Yoon akna tahu kalau akan datang. Jang
Yoon mengak kalau sengaja bermain piano agar Yi Young datang.
“Bagaimana?
Lagu Schubert. Aku hanya bermain alih-alih memberi kue beras karena pindah
kemari.” Ucap Jang Yoon.
“Dasar
Kurang ajar sekali. Apa Kau tahu sekarang pukul berapa? Bukankah bermain piano
di malam hari dianggap tidak sopan?” ucap Yi Young marah
“Kurasa
begitu. Apa Kau pikir aku tidak tahu etika umum?” kata Jang Yoon dan Yi Young
melihat tangan Jang Yoon diplester.
“Aku
terluka saat membersihkan kamar mandi.” Akui Jang Yoon. Yi Young pikir Jang
Yoon mencoba memasuki rumahnya lewat beranda
“Bisa-bisanya
dia sangat tidak tahu malu.. Wah... Tidak mungkin. CobaLihat sepatu itu.
Ukurannya pas...Haruskah aku mengangkat telapak sepatunya?” gumam Yi Young
melihat sepatu yang dipakai Jang Yoon.
“Apa kamu
mau masuk? Apa kamu mu masuk ke rumahku? Aku bisa menyanyikan lagu secara
langsung, bahkanTelepon malam.” Ucap Jang Yoon mengoda.
“Apa
katamu? Aku sedang tidak ingin bercanda.” Kata Yi Young kesal dan beranjak
pergi.
“Benarkah
kau pikir aku penguntit?” ucap Jang Yoon. Yi Young kaget bertanya Siapa yang
memberitahunya.
“Dokter
itu memberitahuku. Jadi, kau bilang kepadanya mengira pria yang kau temui
mungkin seorang penguntit. Jangan khawatir. Aku bukan penguntit.” Ucap Jang
Yoon. Yi Young hanya bisa diam saja.
Bersambung ke episode 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar