PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
bermain timpani sambil berjinjit teringat yang dikatakan pada Jang Yoon
sebelumnya.
Flash Back
Tapi
sepertinya aku menyukaimu... Aku menyukaimu.” Akui Yi Young malu-malu
“Itu
tidak akan berujung baik.” Kata Jang Yoon, Yi Young binggung apa maksud
ucapanya itu.
“Kau dan
aku... Kita tidak bisa menjalin hubungan apa pun.” Kata Jang Yoon, Yi Young tak
mengerti apa maksudnya "Tidak bisa" dan ingin tahu alasanya.
“Saat Ian
meninggal, di jasadnya, salah satu lukanya tidak berasal dari kecelakaan. Luka
tusukan oleh orang lain. Mungkin kaulah yang menikam Ian.” Kata Jang Yoon. Yi
Young pikir kalau Jang Yoon itu sedang bicara omong kosong.
“Aku ragu
kau ingat itu, tapi gadis yang dicintai adikku adalah kau.” Ucap Jang Yoon. Yi
Young terdiam mendengarnya.
“Bisakah
kau mengulangi itu lagi? Aku tidak bisa.. Aku tidak mengerti apa pun yang baru
saja kau katakan. Jadi, maksudmu aku yang membunuh Kim Ian? Ulangi ucapanmu
barusan. Katakan semua yang kau ketahui. Jangan melewatkan apa pun. Benarkah
aku pacarnya Ian?” ucap Yi Young penasaran.
“Setahuku
begitu.” Kata Jang Yoon dingin, Yi Young ingin tahu bagaimana Jang Yoon bisa
mengetahuinya.
“Aku saja
tidak tahu kapan menjadi pacarnya.” Ucap Yi Young binggung
“Karena Ian
berulang kali memberitahuku bahwa dia mencintai seseorang.” Kata Jang Yoon. Yi
Young bingung kenapa Jang Yoon tahu itu dirinya.
“Sangat
jelas jika kau melihat foto-fotomu yang dia ambil. Sulit menggambarkannya
dengan kata-kata, tapi jika kau ingin melihatnya, akan kutunjukkan.” Ucap Jang
Yoon.
“Apa Beberapa
foto adalah bukti aku dan Ian pernah berkencan? Kau bilang foto seperti itu ada
di mana-mana. Tentu. Seperti katamu, anggaplah aku berkencan dengan Ian.” Ucap
Yi Young menahan tangisnya.
“Kalau
begitu, Apa aku membunuh pacarku? Apa Aku menikamnya dengan pisau? Ayolah. Kenapa kau melakukan ini padaku? Jika
kau tidak menyukaiku, katakan saja. "Aku tidak bisa melihatmu. Aku tidak
bisa mengencanimu." Hanya itu yang perlu kau katakan.” Ucap Yi Young marah
“Kami
menemukan tasmu di mobil dari kecelakaan itu. Hari itu, kau bersama dengannya.”
Kata Jang Yoon. Yi Young tak percaya mendengarnya.
“Ada luka
tikaman pada jasad Ian. Dan pisau berlumuran darah ditemukan di tempat kamu
pingsan.”ucap Jang Yoon.
“Apa
maksudmu... Jika itu benar, kenapa mereka tidak menyelidikinya dengan baik? Kenapa
tidak ada yang memberitahuku soal ini?” kata Yi Young tak percaya dengan ucapan
Jang Yoon.
“Karena
kejadian itu ditutupi sebagai tabrak lari. Apa Kau tahu? Itu menjadi kasus
tabrak lari. Aku menemukan pisau itu sendiri di tempat kau ditemukan. Hari itu saat
kita pergi ke lokasi kecelakaan, apa kau ingat yang kau katakan kepadaku?” ucap
Jang Yoon.
Flash Back
Yi Young
mengingat kalau Jang Yoon mengatakan pacar Ian itu masih hidup dan bisa
menanyakannya apa yang terjadi hari itu. Jang Yoon menatap Yi Young karena yang
dicintai Ian adalah wanita yang ada didepanya.
“Aku
mendatangimu karena menginginkan jawaban. Aku ingin mendengar apa yang terjadi
hari itu darimu.” Akui Jang Yoon.
Yi Young
akhirnya jatuh dan lelah setelah melampaiskan amarahnya, lalu berbaring
dilantai sambil menangis.
Jang Yoon
berlari menaiki tanggan dan terengah-engah sampai ke lantai atas, mengingat
kejadian sebelumnya.
Flash Back
“Itu
berarti kau tahu siapa aku dari awal. Kau tahu siapa aku saat kau mendekatiku.
Benar kan? Kamu mendatangiku, mengira aku membunuh adikmu. Kau pikir aku pembunuh.
Benarkan?” ucap Yi Young marah
“Aku
hanya... Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi hari itu. Maafkan aku. Tapi aku
tidak bisa memberitahumu.” Akui Jang Yoon.
“Begini,
aku tidak ingat apa pun. Aku yakin kau sudah tahu itu.” Ucap Yi Young
Jang Yoon
mengatur nafasnya mengingat kembali kejadian saat bersama dengan Yi Young. Di
mulai Yi Young yang mengaku menyukainya bahkan memikirkan itu semalam. Lalu Ia
yang membantu Yi Young saat akan terjatuh.
“Aku
sudah memikirkannya bahkan setelah bangun pagi ini. Aku menyukaimu.” Ucap Yi
Young dengan senyuman bahagia.
Yi Young
pun terakhi kali berani meminta izin untuk menciumnya dan mereka pun berciuman.
Mereka akhirnya pergi kencan dengan pergi ke toko buku dan pagi harinya Yi
Young tak percaya dengan ucapan Jang Yoon kalau dituduh sebagai pembunuh
adiknya.
“Kau tahu
siapa aku saat kau mendekatiku. Benarkan? Kau mendatangiku, mengira aku
membunuh adikmu. Kau pikir aku pembunuh. Benarkan?” ucap Yi Young.
Jang Yoon
mencoba untuk tetap tenang dengan semua yang terjadi.
Yi Young
mencari tahu tentang Kim Ian dan melihat berita di internet "'Pianis
Pemula Kim Ian Meninggal dalam Kecelakaan Mobil'"
“Aku
menatap wajahnya semalaman, tapi aku tidak punya kenangan atau emosi. Apa aku
sungguh mencintai pria ini? Benarkah aku...” ucap Yi Young menatap foto Ian
karena tak mengingat kenangan apapun.
Joo Wan
masuk rungan mengeluh kalau Di luar amat panas, lalu menyapa Yi Young yang
terlihat tegang dan langsung menutup laptopnya.
Joo wan bertanya Ada apa dengan wajah Yi Young, apakkah merasa kurang
sehat. Yi Young mengaku tidak bisa tidur nyenyak semalam.
“Hari ini
kita berlatih lagu terakhir, kan? Aku akan membagikan partiturnya.” Ucap Yi
Young gugup lalu keluar dari ruangan.
Joo Wan
merasa ada yang aneh dengan Yi Young akhirnya membuka laptop diatas meja dan
akhirnya melihat foto Ian, wajah Joo Wan pun terlihat tegang ternyata Yi Young
mencari tahu tentang Ian.
Saat
latihan dimulai, mata Jang Yoon menatap Yi Young yang duduk dengan wajah
tertunduk. Joo Wan merasakan permainan anggotnya yang aneh dan beberapa pemain
pun juga terlihat binggung. Akhirnya Joo Wan meminta agar berhenti dan bertanya
“Ada apa? Apa masalahnya?”
“Kurasa
lagu kita tercampur dengan musik lain.” Kata Han Suk. Yi Young mulai tersadar
“Maaf.
Kurasa aku salah memasukkan partitur untuk biola... Maafkan aku.” Kata Yi Young
memohon maaf.
“Kenapa
kau membuat kesalahan seperti itu? Ada yang memeriksa partitur kalian sebelum
latihan? Jika salah satu dari kalian tahu, ini bisa dicegah.” Ucap Joo Wan ikut
marah
“Maaf.
Ini salahku.” Kata Han Suk, tapi Yi Young mengaku kalau ini salahnya dan
langsung membungkuk meminta maaf.
“Mari
istirahat. Tolong kembalikan partiturmu. Kami akan memberimu versi revisinya.” Ucap
Joo Wan. Yi Young pun kembali meminta maaf, Jenny merasa kasihan dengan Yi
Young membantu mengambil partitur untuk diganti.
Yi Young
membaringkan kepala diatas meja, Jenny memberikan minum untk temanya melihat Yi
Young “ tampak kacau sejak pagi dan menimbulkan kekacauan bahkan wajahnya yang
lesu jadi ingin tahu Apa yang terjadi dan berpikir kalau Habis bertengkar
dengan pacarnya.
“Tidak,
bukan begitu.” Ucap Yi Young. Jenny langsung menduga si Bedebah itu berselingkuh. Yi Young
menegaskan bukan itu.
“Lalu
apa?” tanya Jenny penasaran. Yi Young mengaku hanyasangat frustrasi dan meminta
maaf karena akan memberitahunya semuanya nanti lalu teringat sesuatu.
“Jenny...
Apa kau tahu seperti apa hubunganku dengan Kim Ian?” tanya Yi Young. Jenny
heran Yi Young Mendadak sekali menanyakan hal itu.
“Apa aku
pernah bilang kalau kami berpacaran?” tanya Yi Young. Jenny mengaku tidak
“Apa Kau
mengencaninya tanpa memberitahuku?” ucap Jenny.
Yi Young mengaku bukan seperti itu lalu pamit pergi dan mengucapkan
terimakasih
“Hei... Ada
apa dengannya belakangan ini?” ucap Jenny bingung. Yi Young bergegas keluar dari
ruangan.
Yi Young
berjalan mengingat yang dikatakan Jang Yoon sebelumnya “Kami menemukan tasmu di
mobil dari kecelakaan itu. Hari itu, kau bersama dengannya.”
“Jika
perkataannya benar, aku tidak naik taksi saat kecelakaan itu terjadi tahun
lalu.” Gumam Yi Young dan mengingat
kembali yang dikatakan Jang Yoon.
“Ada luka
tikaman pada jasad Ian. Dan pisau berlumuran darah ditemukan di tempat kau
pingsan.” Kata Jang Yoon.
“Apa
pisau yang dia temukan adalah milikku? Benarkah aku membunuh Kim Ian dengan
pisau itu? Tapi Untuk apa? Jika aku membunuh seseorang... Jika aku benar-benar
menikam Ian...” ucap Yi Young panik
Saat itu
Yi Young melihat Jang Yoon diujung lorong, dan langsung berbalik arah
menghindarinya. Jang Yoon memanggil dan mengerjanya sampai keluar gedung
meminta agar bicara sebentar. Yi Young menarik tanganya, memohon agar
meninggalkan sendiri.
“Aku
tidak mau bicara dengan siapa pun sekarang.” Ucap Yi Young. Jang Yoon tetap memaksa
mereka harus mau bicara karena ini penting.
“Aku
tidak tahu apa-apa. Sudah kubilang aku tidak ingat!” tegas Yi Young.
“Ada
orang yang mati. Tulang di tubuhnya hancur, dan organ-organnya hancur.” Ucap Jang
Yoon.
“Hentikan!”
teriak Yi Young menutup telinganya, seperti sangat frutasi, kertas partiturnya
pun terjatuh. Jang Yoon pun bisa menahan diri mengerti dengan keadaan Yi Young.
“Baiklah,
Yi Young. Dengar... Aku juga tidak suka begini. Setahun lalu, Ian tewas dan kau
selamat. Mereka yang selamat memiliki rasa tanggung jawab. Itu berlaku untuk
kita berdua.” Jelas Jang Yoon.
“Aku tahu
kau tidak mau, tapi paksakan dirimu untuk ingat. Hanya kamu yang bisa ingat,
jadi, kumohon... Kumohon.” Pinta Jang Yoon.
“Lalu
bagaimana denganku? Bagaimana jika aku memang membunuhnya? Bagaimana aku bisa
hidup? Kau tidak peduli denganku. Kau akan baik-baik saja jika aku menghilang. Karena
semua momen kita bersama adalah kebohongan.” Ucap Yi Young marah sambil
menangis.
“Karena
aku wanita mengerikan yang mungkin membunuh adikmu. Entah apa yang kamu pikirkan
setiap kali melihatku. Aku pasti sangat mengerikan dan hina. Kenapa kau tidak
memberitahuku lebih awal sebelum aku mulai menyukaimu? Dengan begitu, rasanya
tidak akan sesakit ini. Maaf, tapi aku butuh waktu.” Ungkap Yi Young lalu
melangkah pergi.
Joo Wan
berjalan melihat Yi Young menangis seperti tak menyadari ada dirinya, lalu tak
sengaja melihat Jang Yoon sedang membereskan kertas di lantai. Ia pun mendekati
Jang Yoon, bertanyaApa yang terjadi, karena melihat Yi Young menangis.
“Kenapa
kau membuatnya menangis? Aku jadi kesal.” Ungkap Joo Wan ikut membantu mengambi
kertas yang terjatuh.
“Apa Kau
selalu penasaran dengan kehidupan pribadi anggotamu?” sindir Jang Yoon.
“Dia
asistenku. Jadi Wajar aku memedulikannya. Dan Ini membuatku marah. Terlebih
lagi, karena aku menyukainya.” Akui Joo Wan. Jang Yoon langsung menatap sinis.
“Bisakah
kau bawakan ini ke ruanganku?” ucap Joo Wan berdiri memberikan kertas yang ada
ditangan. Jang Yoon pun mengambilnyanya dengan tatapan dingin. Joo Wan pun
mengucapakan Terima kasih sebelumnya.
Joo Wan
melihat Yi Young duduk di panggung, lalu mendengar mengeluh karena Yi Young
bukan di tempat teduh. Yi Young langsung berdiri meminta maaf karena aku
merusak latihannya dan berjanji tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi.
“Tentu, kau
tidak boleh melakukan, karena Hari konser tinggal sebentar lagi.” Kata Joo Wan.
Yi Young pun meminta maaf.
“Baik,
aku tahu kau menyesal. Jika ada waktu luang malam ini, mau bekerja paruh waktu?”
ucap Joo Wan. Yi Young bingung tiba-tiba
Joo Wan menyarankan Pekerjaan paruh waktu
“Aku
harus pergi ke suatu tempat.Tapi aku tidak berani ke sana sendirian.” Kata Joo
Wan.
Jang Yoon
baru keluar gedung, melihat Joo Wan membuka pintu untuk Yi Young lalu pergi
meninggalkan gedung latihan. Eun Joo masuk ruangan Joo Wan dan tak melihat ada
diruangan akhirnya mencoba menelp tapi ponselnya sedang tak aktif.
“Di mana
kau? Aku tidak suka bermain petak umpet. Berhentilah membuatku memohon
perhatian. Dan jangan tinggalkan aku sendirian. Aku pun tidak tahu bisa senekat
apa.” Tulis Eun Joo mengirim pesan pada Joo Wan.
Sementara
Joo Wan mengajak Yi Young pergi ke "Restoran Mi" lalu Joo Wan menyapa
seorang nenek yang sedang memasak didapur.
Si nenek langsung mengumpat Joo Wan itu
bedebah tidak berguna. Yi Young binggung karena tiba-tiba si nenek
mengumpat.
“Apa Kau
di sini untuk mendoakan kesembuhan nenek setelah mendengar nenek akan mati? Keluar
dari sini. Nenek bilang, keluar.” Teriak si nenek sambil memukul Jang Yoon
dengan baskom, tapi Joo Wan masih saja tersenyum.
“Astaga,
berhentilah bersikap seolah-olah tidak senang melihatku. Nenek pandai
mempermainkan hatiku.” Ejek Joo Wan.
“Astaga,
dasar berandal tidak tahu terima kasih... Pergi dari sini, Berandal. Keluar
dari sini.” Ucap si nenek mendorong Joo Wan keluar dari restoran, Yi Young
masih bingung akhirnya terdorong keluar.
“Nenek
sedang bekerja... Jadi, pulanglah dan tunggu nenek di sana jika kau mau.” Ucap si
nenek lalu menutu pintu restoranya. Joo Wan masih saja tersenyum melihat sikap
neneknya.
“Siapa
dia?” tanya Yi Young dengan wajah binggung. Jang Yoon menjawab kalau itu adalah
pilarnya yaitu sang nenek.
Mereka pun
pergi ke rumah nenek duduk diteras, Yi Young mengaku tidak tahu ini kampung
halaman Joo Wan dan ingin tahu Sampai
usia berapa tinggal dirumah neneknya. Joo Wan menjawab tinggal di sini sampai
16 tahun lalu ke Seoul saat berusia 17 tahun.
“Aku
sangat ingin masuk sekolah seni di SMA, jadi, saat itulah aku mulai tinggal
sendiri. Nenekku bekerja setiap hari agar dia bisa mengirimiku uang. Begitulah
aku bisa bertahan hidup.” Cerita Joo Wan.
“Kurasa
dia memang pilarmu.” Komentar Yi Young dan saat itu nenek masuk sambil mengeluh
kalau cuaca yang panas sekali. Yi Young langsung berdiri menyapa nenek.
“Aku
tidak sempat memperkenalkan diri tadi. Aku asisten Maestro Nam. Namaku Hong Yi
Young.” ucap Yi Young. Nenek Joo Wan tak mengertir ucapan Yi Young.
"Asisten"?”
kata Nenek Joo Wan, Yi Young menjelaskan Pekerjaannya adalah membantun Joo Wan seperti
sekretarisnya.
“Jadi,
kau hanya anak buahnya... Kau tidak perlu menggunakan kata yang sulit... Hei..
Apa yang kau lakukan, Berandal? Ikuti nenek! Setidaknya kita harus menyiapkan
makan malam untuk tamu kita.” Keluh Nenek. Joo Wan tersenyum akhirnya masuk
dengan sang nenek.
Nenek
menyuruh Yi Young menunggu saja, Joo Wan pun memeluk neneknya sambil masuk ke
dalam rumah. Sang nenek mengeluh kalau akan Joo Wan akan membunuhnya karena
Punggungnya bisa patah.
Nyonya
Seo memberikan hadiah untuk Nyonya Yoon diatas meja, Nyonya Yoon merasa tak
enak hati dan tidak perlu membelikannya untuknya. Nyonya Seo mengaku tak masalah karena menganggap saja hadiah karena menemui
Pimpinan Jang untuknya. Nona Yoon pun mengucapkan Terima kasih.
“Pimpinan
Jang sepertinya menyukaimu. Aku tidak pernah mendengarnya memuji siapa pun
sebelumnya.” Ucap Nyonya Seo. Nona Yoon pikir Pasti dia hanya berbasa-basi.
“Mungkin
karena kau bekerja dengan baik.” Kata Nyonya Seo. Nona Yoon pikir mereka semua tahu
betapa murah hatinya diri Nyonya Seo saat berurusan dengan investor.
“Aku
tidak akan menyangkal itu. Aku akan merekomendasikanmu ke dewan direksi begitu kita
mendapatkan sumbangan itu. Aku butuh seseorang di pihakku Dan aku terganggu dengan
bagaimana Kang Myeong Suk terus mengganggu yayasan.” Ungkap Nyonya Seo.
“Aku akan
menjadwalkan pertemuan secepatnya.”kata Nona Yoon sambil menuangkan minum.
“Cukup
soal itu... Aku menyadari kau membuat kesalahan saat aku tidak ada.” Kata Nyonya
Seo. Nona Yoon bingung Kesalahan apa yang dilakukanya.
“Apa kamu
tetap diam meski sudah tahu?” ucap Nyonya Seo memperlihatkan foto Eun Jo diatas
meja. Nona Yoon kaget melihatnya.
“Benarkah
kau tidak tahu?” ucap Nyonya Seo tak percaya. Nona Yoon mengaku tak tahu.
“Apa kau
punya masalah denganku karena aku memilih Presdir Ko saat rapat dewan terakhir?”
kata Nyonya Seo. Nona Yoon mengaku bukan seperti itu.
“Ini
sangat menjengkelkan, Malah aku yang kesal. Aku mulai meragukan kesetiaanmu
kepadaku. Aku tahu kami sudah dikenal sebagai pasangan palsu, tapi ini salah.” Ucap
Nyonya Seo
“Maafkan
aku. Seharusnya aku lebih berhati-hati.” Kata Nona Yoon kebingungan.
“Kenapa
kau membiarkan ini terjadi? Seharusnya kau menanganinya sebelum aku tahu.
Pertama, singkirkan gadis muda itu. Aku sangat malu sampai tidak bisa tidur di
malam hari.” Ucap Nyonya Seo keluar dari ruangan. Nona Yoon hanya bisa diam
saja.
Eun Joo
masuk ruang latihan bertanya pada anak muridnya apakah sering berlatih dan Sudah sejauh apa mereka
berlatih dan mengajak untuk mulai dengan bagian kedua. Si anak memberitahu Eun Joo kalau meminta instruktur baru mulai
pekan ini.
“Apa
maksudmu? Tidak ada yang memberitahuku.” Ucap Eun Joo kaget dan binggung.
“Ibuku
sudah bicara dengan Profesor Kang di telepon.” Ucap Sianak. Eun Jo tak bisa
terima akhirnya bisa mengerti.
“Aku
tidak mengerti kenapa ibumu tiba-tiba berubah pikiran. Tapi setidaknya dia
harus memberitahuku alasannya. Ini sangat tidak sopan. Aku sudah mengajarmu
selama tiga tahun.” Ungkap Eun Joo
marah.
“Ada
rumor yang beredar di antara para ibu di sekolah.” Cerita si anak. Eun Joo
ingin tahu rumor apa itu.
“Mereka
pikir kau tidur dengan pria kaya untuk membeli Guadagnini. Ibuku bilang kau
menjijikkan.” Ucap si anak polos. Eun Joo akhirnya keluar dengan wajah kesal
“Choi Seo
Joo, wanita gila itu. Aku tidak akan membiarkan wanita berengsek itu
memengaruhiku.” Ucap Eun Joo marah dan siap membalas dendam pada Yoo Da.
Yi Young
makan sambil menatap Joo Wan makan dengan lahap sampai habis lalu mengaku
Kenyang sekali dan merasa jauh lebih baik, dengan senyuman bahagia. Yi Young
berkomentar kalau tidak pernah melihat Joo Wan makan begitu lahap.
“Ini yang
biasa kumakan saat masih kecil. Lidahku sangat kuno dan Nenek masih pandai
memasak.” Ucap Joo Wan memuji neneknya.
“Hentikan
omong kosong itu, Berandal... Hei, jika sudah selesai makan, kau harus mencuci piring
dan menaruhnya terbalik. Pastikan kau menaruh mangkuknya terbalik.” Ucap Nenek
keluar rumah sambil membawa alas tidur.
Yi Young
langsung berdiri ingin membantu nenek, nenek mengaku tak perlu karena merasa masih
sangat kuat. Yi Young tetap memaksa untuk membawakan alas tidur lalu bertanya Di mana harus meletakkan saat
masuk ruangan. Nenek menyuruh untuk menaruh dilantai saja.
“Hanya
ini selimut ekstra yang kumiliki.” Ucap si nenek, Yi Young mengerti lalu
terlihat kaget maksud ucapan nenek.
“Kenapa
kamu sangat terkejut? Apa Kau akan pergi tanpa bermalam di sini?” kata sang
nenek. Yi Young bingung menjelaskan.
“Berandal
itu... Dia belum pernah membawa siapa pun ke sini.” Kata Nenek. Yi Young
melonggo seperti seolah-olah tak mendengar apapun lalu memastikan pada nenek.
“Apa kau
tuli? Sejak masih kecil pun, dia tidak pernah mengajak teman. Dia terlalu
menghormati harga dirinya. Astaga, kurasa akhirnya dia sudah dewasa.” Ungkap nenek
dan mencari kelambu.
Yi Young
keluar rumah, Joo Wan bertanya dimana neneknya.
Yi Yong memberitahu kalau nenek Joo Wan sudah mematikan semua lampu dan
tidur. Joo Wan sudah tahu kalau Neneknya selalu tidur pukul 20.00dan bangun
pagi-pagi sekali.
“Ada apa?
Apa karena kita tidak akan kembali ke Seoul? Aku tidak mengira kita akan
bermalam di sini. Bukankah kau ada latihan besok?” ucap Yi Young binggung.
“Latihannya
dibatalkan karena seminar. Kau harus memeriksa pesan teksmu. Nona Yang sudah
mengirim pesan ke semua orang.” Ucap Joo Wan.
“Omong-omong,
kenapa kau tiba-tiba memilih untuk ke sini?” tanya Yi Young bingung.
“Karena
kau... Kau menangis.” Kata Joo Wan. Yi Young bingung kalau itu karena dirinya.
“Jangan
terlalu terkejut. Nenekku mengirimiku pesan.” Ucap Joo Wa memperlihatkan pesan
di ponselnya.
Neneknya mengirimkan
pesan “Kau sudah mati? Aku sakit, Berandal.” Yi Young tersenyum berpikir kalau
nenek Joo Wan ternyata mahir memainkan ponsel cerdas.
“Dia
lebih baik dariku. Mengatakan dia sakit adalah caranya bertanya kenapa aku
tidak datang. Aku sudah mengabaikan pesannya. Sepertinya aku tidak bisa ke sini
setelah musim panas lalu. Sudah setahun bagiku juga.” Cerita Joo Wan.
“Tapi
kenapa tadi kau menangis? Sepertinya kau dan Yoon bertengkar. Apa itu
pertengkaran kekasih?” ucap Joo Wan penasaran.
Yi Young
teringat yang dikatakan Jang Yoon “Kumohon. Aku tahu kau tidak mau, tapi
paksakan dirimu untuk ingat. Hanya kamu yang bisa ingat, jadi, kumohon.”
“Kuharap
begitu... Terjadi sesuatu yang menyakitkan.” Akui Yi Young. Joo Wan ingin tahu
Apa yang terjadi. Yi Young kebingungan untuk menjelaskan.
“Jika
tidak mau memberitahuku, tidak perlu mengatakanya. Aku senang kita ke sini malam ini. Jangan memikirkan
apa pun dan kembali. Kau dan aku butuh hari seperti ini.” Kata Joo Wan keduanya
pun menatap langit bersama.
Eun Joo
minum di rumah Joo Wan akhirnya menerima pesan balasanya. “Kukira kamu mengebomku dengan pesanmu.
Benarkah? 32 pesan? Aku di Chuncheon sekarang. Aku tidak bisa menemuimu hari
ini.”
Jang Yoon
pulang ke rumah tak melihat lampu yang menyala dikamar Yi Young, lalu teringat
kalau Yi Young diajak pergi oleh Joo Wan. Yi Young sudah berbaring dikamar dan
melihat Jang Yoon menelpnya tapi tak diangkat.
Joo Wan
tidur diluar sambil menepuk nyamuk yang mengerubunginya, Yi Young akhirnya
keluar kamar. Joo Wan bertanya kenapa Yi Young belum tidur. Yi Young mengaku
bisa mendengar Joo wan yang menangkap
nyamuk di luar rumah.
“Tempat
ini banyak nyamuk. Obat nyamuk bakarnya tidak berfungsi sama sekali.” keluh Joo
Wan.
“Lagu apa
itu?” tanya Yi Young melihat Joo Wan memakai earphon. Joo Wan menjawab itu Lagu
Debussy.
“Tidur di
bawah bulan membuatku sangat emosional.” Ucap Joo Wan lalu memberikan satu
earphonenya pada Yi Young
“Sudah
lama aku tidak mendengar ini.” Ucap Yi Young, Joo Wan mengaku sama sambil
menatap Yi Young dengan senyuman.
Di rumah,
Eun Joo tertidur di sofa setelah minum wine. Jang Yoon pun duduk lemas dikamarnya sambil
melihat pisau yang masih disimpanya sebagai bukti terjadi pembunuhan. Yi Young
tertidur dikamar seperti bermimpi buruk.
Dalam
mimpinya, Yi Young dikejar oleh seseorang lalu jatuh berguling dan melihat
orang dengan tangan bekas luka yang mengejarnya. Yi Young pun terbangun dan
melihat sekeliling ruangan lalu tersadar kalau ada dirumah Nenek Joo Wan.
Bersambung
ke "Episode 14"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar