PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
akan membuang sampah mencoba untuk memastikan tak bertemu dengan Jang Yoon.
Tapi saat akan pergi, Jang Yoon keluar dari rumah, Yi Young pun bergegas kabur.
Tapi Jang Yoon bisa melihatnya langsung memanggilnya.
Akhirnya
Yi Young hanya diam saja di depan tempat sampah. Jang Yoon membuang sampah lalu
memberikan tas pada Yi Young lalu bernyanyi "Angin membawa itu
kepadaku" Yi Young terlihat binggung apa maksud ucapanya.
“Akan
kukembalikan kepadamu, walaupun itu membuatku sedih.” Komentar Jang Yoon lalu
beranjak perg. Yi Young melihat isinya ada bra miliknya wajahnya langsung malu.
Jenny berteriak
tak percaya kalau Bra milik temanya, semua pengunjung cafe menatapnya. Yi Young
makin malu menyuruh Jenny agar memelankan suaranya. Jenny memastikan kalau Jang
Yoon mengembalikan bra temanya. Yi Young membenarkan.
“Ada yang
janggal darinya dan Ceritanya panjang. Dan Ada lebih dari beberapa insiden
aneh.” Ungkap Yi Young. Jenny tak percaya mendengarnya.
“Aku
yakin bramu tertiup angin... Kau mencuci pakaian dengan ceroboh.” Komentar Jenny.
Yi Young yakin bukan seperti itu.
“Tentu
saja begitu... Kau Jujur saja. Untuk apa dia mencuri bramu? Aku akan
mengambilnya jika itu sebaliknya.” Ucap Jenny.
“Aku sangat
serius soal ini sekarang” ucap Yi Young marah mengebrak meja. Jenny akhirnya
mau menganggap seperti itu.
“Apa kau
sudah mendengar rumor tentang Maestro Nam?” tanya Jenny, Yi Young mengaku tak
tahu dan ingin tahu rumor apa.
“Kurasa
dia tertarik dengan wanita berengsek itu. Maksudku, Eun Joo “ ucap Jenny. Yi
Young tak percaya mendengarnya.
“Kau
bilang "Tidak mungkin"? tapi itu benar. Eun Joo berengsek itu lebih dari mampu. Di
konser inaugurasi, dia bilang kami akan memainkan beberapa konserto tanpa
mengundang musisi lain.” Ucap Jenny.
“Tapi
untuk lagu terakhir, Eun Joo akan memainkannya, bukan si Violinis utama.” Kata Jenny
yakin. Yi Young tak percaya mendengarnya.
“Astaga,
aku mempercayai Maestro Nam. Bagaimanapun juga dia seorang pria.” Ucap Jenny
lalu pamit pergi karenaharus pergi les.
“Kau
Jangan sedih, Manusia. Begitu aku dibayar, maka aku akan mentraktirmu. Sampai
jumpa.” Kata Jenny. Yi Young terdiam mendengarnya.
Joo Wan
sedang tertidur diruangan tedengar suara dari depan ruangan. Sek mengeluh kalau
Yi Young tak bisa tapi bersikeras dan Konduktor sedang beristirahat. Yi Young
memohon agar bisa membantunya. Sek Jo Won yakin akan mati jika membangunkannya
saat dia istirahat.
“Dia
benar-benar akan memecatku.. Sebentar saja. Oke? Bukankah satu menit saja tidak
masalah?” ucap Yi Young akan menyelonong masuk. Sek Joo Wan langsung mendorong
Yi Young sampai terjatuh.
“Ayolah.
Berapa kali harus kukatakan? Tamu tidak bisa masuk tanpa janji temu.” Ucap Sek Joo
Wan.
“Kau
bilang "Tamu"? Coba lihat ini 48 dolar 35 sen. Ini uang yang aku
terima karena sudah bekerja satu setengah hari di sini. Jumlahnya 48 dolar 35
sen. Menurutmu itu tidak banyak, kan? Tapi uang ini sangat berarti bagiku.” Ucap
Yi Young.
“Aku
tidak bisa memakai uang ini. Itu masih di bank. Apa Kau tahu kenapa? Karena aku
mendapatkannya dari orkestra. Ini uang yang kuterima setelah bekerja di tempat
kerja yang telah kuimpikan selama 15 tahun.” Ucap Yi Young. Sek Joo Wan hanya
diam saja.
“Nona
Yang. Kau tidak tahu betapa keras aku berlatih memainkan timpani, bukan? Coba
Kau bisa lihat ini? Otot bisepsku? Apa Kau pikir aku memiliki otot biseps ini
karena berolahraga?” ucap Yi Young
“Aku
selalu memukul timpani dengan tongkat pemukulku. Aku memiliki otot bisesp ini
karena otot-ototku robek. Pernahkah otot bisepsmu robek sebelumnya? Aku berlatih...
Otot bisepsku yang berharga telah robek. Kenapa kau tidak mengizinkanku menemuinya
jika tidak tahu apa-apa?”kelu Yi Young.
“Memangnya
kenapa kalau ini orkestra bergengsi? Memangnya kenapa kalau dia genius? Pikirkan
siapa yang membuat kegeniusan bersinar. Dia bisa bersinar berkat orang
sepertiku. Dia pencari perhatian super yang mengenakan kostum Mozart.” Ejek Yi
Young.
Saat itu
Joo Wan melonggokan kepalanya, Sek Yang takut memilih untuk kabur. Joo Wan
bertanya apa otot bisepnya benar-benar robek dan meminta agar melihatnya. Yi
Young kaget melihat Joo Wan dan akhirnya ikut masuk ruangan.
Joo Wan
menawarkan kopi, Yi Young tertunduk memina maaf atas ucapanya dan tidak bermaksud
begitu saat bilang Joo Wan pencari perhatian. Joo Wan pikir Tidak perlu minta
maaf karena ia memang pencari perhatian.
“Jadi,
apa yang ingin kau katakan kepadaku?” ucap Joo Wan. Yi Young mengaku tentang
Pekerjaan... Joo Wan binggung.
“Aku
tidak peduli apa itu selama aku bisa tinggal di sini. Aku ingin memulai dari
bawah dan kembali ke panggung. Aku akan melakukan yang terbaik, jadi, tolong
beri aku pekerjaan. Aku akan menerima pekerjaan apa pun itu.” Ucap Yi Young
memohon.
“Baiklah...
Aku memang membutuhkanmu.” Kata Joo Wan. Yi Young kaget tiba-tiba Joo Wan
menyanggupinya.
“Aku
butuh asisten. Kau tidak akan bisa bermain atau dibayar banyak. Tapi kau akan
belajar dariku, dan akan lebih mudah bagimu untuk mendapatkan kesempatan.” Ucap
Joo Wan
“Buatkan
kopi untukku setiap latihan dan atur jadwalku. Jawab teleponku dan berikan
partiturku. Mengerti?” perintah Joo Wan. Yi Young menganguk mengerti.
Eun Joo berlatih
sendirian lalu tanganya tak sengaja seperti cedera. Wajanya terlihat kesal lalu
menerima telp dari seseorang. Ia pun berjalan masuk ke kantor polisi dan
melihat Yoo Da sedang mengangkat jari tanganya yang terluka.
“Nona Ha
Eun Joo.. Silakan kemari.” Ucap Polisi. Eun Joo mengumpat Yoo Da itu wanita
gila.
“Ada apa?
Apa Kau takut setelah aku benar-benar menuntutmu?” ucap Yoo Da sinis.
“Diam
sebelum aku juga mematahkan jari-jarimu lainnya.” Balas Eun Joo sinis. Yoo Da
pikir polisi bisa mendengarnya.
“Aku
pemain seruling. Bukankah itu ancaman kematian? Hei. Berlutut saat ini juga dan
minta maaf kepadaku sekarang. Sebaiknya kau melakukan itu. Jika tidak bisa
menyelesaikan ini, kau akan didakwa.” Ucap Yoo Da
“Bahkan Membayar
denda juga akan tercatat atas namamu. Dia sudah punya catatan kriminal. Dia
punya dua catatan penyerangan. Dan Ada lagi... Dia seorang pelacur.” Ucap Yoo
Da sengaja menyindir.
“Haruskah
kuberi tahu dia caramu mendapatkan Guadagnini?” ucap Yoo Da dan saat itu Eun
Joo langsung menarik rambut dan mendorongnya. Semua polisi melonggo tak pecaya.
“Aku
mendapatkannya dari ayahmu.” Ucap Eun Joo, Yoo Da melonggo tak percaya.
“Aku
kasihan dengan ibumu.” Sindir Eun Joo lalu mempersilahkan polisi agar
mendakwanya.
“Dasar Wanita
gila! Apa dia gila? Hei.. Hentikan dia. Kenapa kamu lakukan ini kepadaku?
Tangkap dia!” teriak Yoo Da mengamuk. Polisi pun menahanya agar tak mengejar
Eun Joo.
Nona Yoon
masuk ruangan kaget melihat ada seorang wanita dan berpikir salah ruangan lalu
keluar dari ruangan sambil meminta maaf. Ia menatap nama "Ruang
Konduktor" dan itu memang benar ruangan Joo Wan, akhirnya masuk ruangan.
“Siapa kau?”
tanya Nona Yoon binggung. Yi Young memperkenalkan diri sambil menurunkan
maskernya.
“Kenapa
kau di sini?” tanya Nona Yoon, Yi Young
menjawab dipekerjakan oleh Maestro Nam.
“Kau
bilang "Dipekerjakan"? Di mana dia? Dia tidak menjawab teleponku.” Kata
Nona Yoon marah
“Entahlah...
Dia melarangku meneleponnya.” Ucap Yi Young. Nona Yoon melonggo tak percayanya.
“Nona Hong.
Dengarkan aku baik-baik. Aku memesan limosin yang sangat mahal dan restoran
untuk hari ini. Apa Kau mengerti?” ucap Nona Yoon meluapkan amarahnya. Yi Young
menganguk mengerti.
“Jadi kau
Keluar sekarang juga, temukan dia, dandani dia, dan bawa dia ke alamat ini.” Ucap
Nona Yoon lallu keluar dari ruangan setelah memberikan kartu nama
Yi Young
akhirnya pergi ke laundry membawa pakian lalu menelp Jooo wan agar segera
kesana jadi tetap ada disana. Ia pergi keruang tapi tak melihatnya, lalu
mencari di ruangan lain Joo Wan juga tak ada. Akhirnya ia pergi ke ruang
pertunjukan dan melihat Joo Wan sedang berbaring dibibir panggung.
“Maestro
Nam, aku membawakan setelanmu. Kamu harus berganti pakaian dan pergi.” ucap Yi
Young
“Kau Berbaringlah.”
Kata Joo Wan. Yi Young binggung tapi
akhirnya mengikuti perintah Joo Wan.
“Bagaimana?
Apa Kau dengar itu?” ucap Joo Wan. Yi Young binggung bertanya Mendengar apa
itu.
“Beethoven.”
Ucap Joo Wan. Yi Young binggung mencoba
menutup mata, mendengar lagu "Beethoven"
“Maestro
Nam, kau kehabisan... Kau sudah terlambat...” ucap Yi Young kaget saat membuka
mata Joo Wan sudah ada didepanya.
“Apa yang
dia rencanakan?” gumam Yi Young bingung karena wajah mereka saling berdekatan
lalu buru-buru duduk. Keduanya saling menatap dan Yi Young pikir Joo Wan akan
menciumnya.
“Yi
Young... Selama audisi, aku melihatnya. Aku melihat sesuatu yang berkilau di
dalam dirimu. Sekarang, saatnya kamu mengeluarkannya dan memolesnya. Poleslah
dengan baik agar tidak ada yang meremehkan atau mengejekmu. Jangan lupa itu”
ucap Joo Wan
“Kita
akan berada di panggung ini bersama suatu hari nanti. Tapi Sayang sekali.” kata
Joo Wan. Yi Young bingung apa maksudnya.
“Itu waktu
yang tepat untuk ciuman. Kalau begitu, kita pergi sekarang?” kata Joo Wan
mengoda Yi Young.
“Joo Wan.
Maksudku, Maestro Nam.. Ini Jasmu. Kau harus berganti pakaian.” Ucap Yi Young
Yi Young
berbicara di telp dengan Jenny dengan bangga kalau Joo Wan itu hanya butuh
asisten. Jenny mengaku tidak bisa memahaminya tapi bangga Yi Young meminta
pekerjaan kepadanya. Yi Young senang karena tak dipecat dan akan produktif
mulai sekarang.
“Tentu.
Menjadi produktif itu bagus, tapi semua orang akan membicarakanmu besok.” Ucap Jenny.
Yi Young tak percaya akan seperti itu.
“Tentu
saja, Bodoh... Yoo Da tidak akan tinggal diam. Berhati-hatilah untuk sementara.
Jika tidak, kau bisa menggodanya.” Kata Jenny.
“Astaga,
kau sungguh tidak membantu... Kututup teleponnya.” Ucap Yi Young membayar
makanan dikasir.
Saat itu
Yi Young melihat Jang Yoon berjalan pulang lalu bertanya-tanya darimana pergi
selarut ini, karena sedang tidak berlatih hari ini. Yi Young pun mengikuti Jang
Yoon masuk rumah lalu mengintipnya, Jang Yoon terlihat sedang mengangkat
jemuran.
Akhirnya
Yi Young masuk rumah, mengingat yang dikatakan Soo Young tak perlu ada yang dipermasalahkan, karena
Tidak ada yang aneh soal itu dan hanya kebetulan. Ia memberitahu kalau sudah
bertemu tiga kali secara kebetulan dengan Jang Yoon.
“Itu aneh
sekali... Dia memberiku nomor teleponnya, dan dia ikut audisi untuk Shinyoung
Philharmonic. Kini, dia bahkan pindah ke rumah tepat di sebelahku.” Ucap Soo
Young
“Benarkah
kau pikir aku penguntit?”ucap Jang Yoon terakhir kali. Yi Young pikir Malam
ini, akan mencari tahu siapa Jang Yoon itu sebenarnya.
Yi Young
mendengar ada yang berusaha masuk ke dalam rumahnya, lalu bersembunyi disamping
tempat tidurnya. Tapi ponselnya tertinggal, untung ia memiliki alat pencapit
lalu mengambil ponselnya. Seorang dengan baju hitam masuk rumah dan saat itu
ponsel Yi Young berdering.
“Ada
pencuri!” teriak Yi Young, Si pria pun bergegas kabur keluar kamar. Jang Yoon
pun keluar rumahnya melihat pria yang keluar dari rumah Yi Young.
“Kau Telepon
polisi.” Perintah Jang Yoon lalu mengejar si pencuri.
Si
pencuri sempat jatuh tapi bisa berdiri lagi sambil melempar sampah ke arah Jang
Yoon. Tapi saat itu ada besi terkena tangan Jang Yoon, tapi sampai akhirnya
Jang Yoon bisa menariknya dan akhirnya si pencuri pun terjatuh.
“Apa Kau
menangkapnya?” tanya Yi Young datang dengan nafas terengah-engah.
Jang Yoon
berhasil membuka masker pencuri, Yi Young kaget melihat wajah Jae Hyung
ternyata yang masuk ke dalam rumahnya. Saat itu polisi pun datang langsung
membawa Jae Hyung ke dalam mobil.
“Yi Young
Nuna , aku tidak bermaksud menyakitimu.... percayalah kepadaku!”teriak Jae
Hyung
Yi Young
masih tak percaya lalu melihat tangan Jang Yoon yang berdarah. Jang Yoong
mengaku baik-baik saja tapi Yi Young tetap ingin melihatnya dan merasa bersalah.
Yi Young
pun akhirnya duduk di kantor polisi dengan Jang Yoon yang sudah diperban.
Tatapanya terlihat sedih dan merasa bersalah, lalu Yi Young di perlihatkan ada
kamera yang ditempel di dalam lemarinya. Dan Ia baru tahu kalau Jae Hyung menyelinap
ke rumahku tiga kali.
“Apa
hubunganmu dengannya?” tanya polisi pada Yi Young yang diinterogasi tentang Jang
Yoon.
“Kali pertama adalah karena dia
merindukanku dan mengkhawatirkanku. Kali kedua akibat marah karena aku tidak
membalas pesannya. Dan terakhir kali adalah
karena dia ingin memberiku CD Johannes Brahms.”
“Dia
tetanggaku.” Jawab Yi Young menatap ke arah Jang Yoon dengan tangan yang
terluka.
“Entah
kapan cinta tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang menyimpang. Apakah cinta sungguh
emosi yang murni dan polos?” gumam Yi Young yang sempat menemukan CD yang
dijatuhkan oleh Jae Hyung lalu membuangnya ke tempat sampah.
Pagi
hari, Yi Young menjadi assitant Joo Wan hanya mencatat dan melihat Joo Woan dkk
berlatih. Saat malam hari Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Yi Young menitip
dulu dari lubang pintu dan hanya melihat botol minum lalu membuka pintunya.
Jang Yoon
sudah berdiri didepan rumah. Yi Young bertanya apa yang diingian Jang Yoon
sekarang.
“Menurutmu
apa? Aku ingin kau membukakannya untukku.” Ucap Jang Yoon memperlihatkan tangan
kananya yang cedera. Akhirnya Yi Young membuka kaleng minuman dan akan menutup
pintu tapi Jang Yoon menahanya.
“Apa kau
sibuk?” tanya Jang Yoon, Yi Young mengeluh kenapa Jang Yoon bertanya.
“Kau
harus pergi denganku.” Ucap Jang Yoon. Yi Young heran apakah harus sekarang
juga.
“Aku
terluka. Aku bahkan tidak bisa makan. Dan aku bahkan tidak bisa mencuci atau
mengemudi. Aku pianis, tapi aku bahkan tidak bisa bermain piano... Astaga, aku
seperti sudah mati.”keluh Jang Yoon. Yi Young akhirnya menerima kunci mobil
dari tangan Jang Yoon.
Jang Yoon
menekan GPS dimobil setelah itu meminta agar Yi Young membangukan setelah
sampai. Yi Young mengeluh melihat tingkah Jang Yoon dan melonggo kalau mereka
akan pergi ke Provinsi Gangwon. Akhirnya mereka sampai di sebuah gerbang rumah
yang tinggi dan menakutkan.
“Tempat
siapa ini? Apa kita boleh masuk?” tanya Yi Young masuk rumah dengan wajah
ketakutan.
“Ini
milik seorang kenalan. Masuklah.” Ucap Jang Yoon masuk lebih dulu ke dalam
rumah.
“Kau bisa
Duduk dan anggap rumah sendiri. Aku akan menyajikan teh. Jika kamu sangat takut
kepadaku, hubungi seseorang yang kau kenal dan beri tahu mereka bahwa kau di
sini.” Ucap Jang Yoon
“Aku
tidak keberatan... Astaga, ayolah... Aku tidak setakut itu. Tapi Siapa
kenalanmu itu?” ucap Yi Young masuk ke dalam ruang tengah. Jang Yoon yang ada
dapur tak bisa mendengarnya.
“Siapa
pemilik tempat ini?” tanya Yi Young dengan suara lantang, Jang Yoon menjawab
kalau itu ayahnya. Yi Young kaget mendengarnya lalu melihat foto yang ada di
atas buffet.
“Jangan
sentuh itu. Aku tidak mau kamu menodainya.” Sindir Jang Yoon lalu menaruh
kembali diatas meja.
“Apa ini
fotomu? Lalu Kamu yang mana? Apa Bocah di sebelah kiri?” tanya Yi Young. Jang
Yoon menjawab yang sebelah Kanan sambil membuka kain yang menutup teropong.
“Lalu Siapa
anak di sebelahmu?” tanya Yi Young. Jang Yoon menjawab kalau itu adiknya.
“Apa Kau
punya adik? Apa pekerjaannya?” tanya Yi Young penasaran. Jang Yoon menjawab seorang
pianis. Yi Young makin penasaran dan terlihat bersemangat.
“Apa dia
masih bermain?” tanya Yi Young. Jang Yoon menjawab tidak karena adiknya
meninggal setahun lalu dengan dibunuh. Yi Young terdiam tak percaya
mendengarnya.
Joo Wan
duduk di ruang tengah menonton video seseorang yang sedang berlatih piano, lalu
pria tersebut malu meminta agar berhenti merekam. Tapi Joo Wan seperti terus
merekamnya. Si pria mengaku tidak bisa memainkannya karena terus merekamnya.
Yi Young
melihat foto seorang pria lalu teringat kembali saat seseorang mengatakan “Ayo
naik kereta gantung besok pagi, Yi Young.” lalu figura di tanganya terjatuh dan
pecah. Jang Yoon bergegas masuk rumah setelah dari balkon dengan wajah panik.
“Apakah
cinta sungguh emosi yang murni dan polos? Entah kapan cinta tiba-tiba berubah menjadi
sesuatu yang menyimpang. Aku tidak tahu apa-apa. Namun, hanya ada satu hal yang
kuyakini sekarang. Ingatanku yang hilang mulai kembali.” gumam Yi Young menatap
Jang Yoon yang ada didepanya.
Flash Back
Yi Young
menunggu dibandara menanyakan setiap pria yang datang apakah ia Tuan Kim Ian,
tapi semua mengelengkan kepala. Ia sampai kelelahan menunggu orang bernama Kim
Ian yang yang tak kunjung datang lalu mengumpat kesal.
“Aku
membawa banyak tas.” Ucap seorang pria datang dengan kacamata hitam dan makan
sosis.
“Apa? Apa
kau bicara denganku tadi?” kata Yi Young binggung. Si pria memberitahu kalau membawa
banyak tas.
“Apa Kau
bisa menanganinya sendiri? Aku tidak akan membantu.” Kata Si pria. Yi Young memastikan
kalau Pria itu Kim Ian. Kim Ian membuka kacamata dan memberikan senyuman yang
lebar.
“Adikmu...Siapa
yang membunuhnya?” tanya Yi Young penasaran. Jang Yoon menjawab Seseorang yang
dicintai adiknya.
“Namanya...Boleh
aku tahu nama adikmu?” tanya Yi Young memastikan. Jang Yoon mnejawab Ian... Kim
Ian... Yi Young terlihat tak percaya mendengar Ian adalah adik Jang Yoon.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar