PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
keluar kamar melihat nenek sudah sibuk didapur lalu menyapanya, dan bertanya
Apa ada yang bisa dibantu. Nenek pun memberikan kayu agar Yi Young bisa menekanya,
Yi Young bertanya Apa hanya perlu
menekannya dengan keras. Nenek membenarkan.
“Astaga,
ini... Itu...” ucap Yi Young binggung karena ternyata susah menekanya.
“Astaga,
tekan lebih kuat. Apa Kau pikir dorongan lemah itu akan cukup untuk membuat mi?”
keluh sang nenek. Yi Young seperti baru tahu cara membuat mie.
“Ini
sangat menarik, Bu.” Komentar Yi Young akhirnya melihat mie yang keluar dari
bawah dan membuat dengan cara manual. Nenek Joo Wan heran Yi Young
menganggapnya menarik
“Tapi ini
terlalu merepotkan. Apa Anda melakukan ini setiap pagi?” tanya Yi Young
“Tentu,
kulakukan setiap hari. Apa Kau pikir aku sering bolos? Aku sudah melakukan ini
selama 47 tahun.” Ucap Si nenek. Yi
Young pun membantu nenek yang lainya.
“Hei,
Anak Buah. Apa Menurutmu hidup ini menyenangkan?” kata sang nenek. Yi Young
terlihat binggung.
“Aku hanya
bertanya padamu karena kau tampak tidak bahagia. "Aku kabur dari Seoul
karena tidak ada hal lain yang bisa kulakukan." Tertulis begitu di dahimu.”
Kata Nenek. Yi Young hanya bisa terdiam karena dugaan nenek benar.
“Apa Kau
tahu? Dalam hidup, kau pasti akan disiksa kesulitan. Itu bukan hanya kau. Semua
orang mengalaminya. Semuanya. Hanya karena keadaan menjadi sulit, apa menurutmu
adil untuk kabur dari masalahmu?” ucap Sang nenek yang membuat Yi Young terdiam
“Kau
harus menghadapi masalahmu secara langsung Atau kamu bisa menyerang masalahmu
dengan kekuatan penuh. Kamu bisa mencoba menghancurkan semua masalahmu dengan
tendanganmu. Kau harus ingat jika kau kalah dari masalahmu, tamatlah riwayatmu.”
Jelas sang nenek
“Jadi, kau
harus berusaha mengalahkan masalahmu sekalipun kau berdarah-darah. Itu
satu-satunya cara. Hanya dengan begitu, kau akan bisa tersenyum nanti.
Mengerti?” nasehat nenek. Yi Young menganguk
“Kau
tahu, aku wanita tua dan bodoh yang bertugas memberi makan orang. Tapi tugasmu adalah
memberi makan jiwa rakyat. Itu sebabnya kalian tidak boleh putus asa karena
kalian juga akan membuat orang lain putus asa. Senyum. Perlihatkan senyummu.” Kata
Nenek. Yi Young pun memberikan senyumanya
“Walau kau
berguling di tanah, kamu tetap harus tersenyum. Mengerti? Tersenyumlah.” Kata sang
nenek. Diam-diam Joo Wan mendengar ucapan neneknya seperti membuatnya tak bisa
berkata-kata.
Jang Yoon
baru saja kembali membeli sarapan, melihat mobil Joo Wan datang. Yi Young mengucapkan
Terima kasih sudah menemaninya kemarin. Joo Wan pikir ia yang harus berterima
kasih karena Jika bukan karena Yi Young maka neneknya pasti sudah memukuli saat
datang.
“Bolehkah
aku meneleponnya sesekali?” tanya Yi Young, Joo Wan mempersilahkan.
“Bukankah
kalian sudah bertukar nomor? Jangan ganggu aku.” Ucap Joo Wan. Yi Young
menganguk mengerti dan akhirnya turun dari mobil.
Jang Yoon
melihat mobil Joo Wan pergi dan melihat Yi Young akan menaiki tangga, lalu
menyindir Yi Young tampak bahagia, bahkan tersenyum. Yi Young mengaku memutuskan
untuk berhenti menangis lalu berjalan mengacuhkan Jang Yoon.
“Kau
mengabaikan teleponku kemarin. Kalian berdua ke mana? Sepertinya kau tidak
pulang.”tanya Jang Yoon mengikuti Yi Young.
“Kenapa
kau penasaran soal itu?” sindir Yi Young, Jang Yoon mengaku tak tau karena
hanya merasa seperti pacarnya yang sakit menelepon temannya lebih dahulu
sebelum meneleponnya.
“Hati-hati
dengan ucapanmu. Aku bukan pacarmu.” Ucap Yi Young marah.
“Kau
pacar mendiang adikku. Apa kau harus mengatakan itu? Aku tidak salah.” Sindir Jang
Yoon.
“Kau juga
tidak benar bahkan Tidak ada buktinya.” Kata Yi Young yakin.
“Kubilang
ada. Datanglah ke rumahku dan akan kutunjukkan. Jangan kabur begitu saja dengan
pria lain.” Ejek Jang Yoon.
“Aku
tidak akan kabur. Tunjukkanlah. Aku akan melihatnya.” Ucap Yi Young menantang.
Joo Wan
baru pulang, tiba-tiba segelas wine terlempar kearah dinding, lalu melihat Eun
Joo sudah ada di dalam dan bertanya apa yang dilakukanya. Eun Joo mengaku itu
yang dirasakan sekarang. Joo Wan bertanya apakah Eun Joo tidur di sini semalam.
“Kenapa
kau tidur di rumah orang asing?” sindir Joo Wan sambil mengambil air minum
diatas meja.
“kau
bilang "Rumah orang asing"? Apa Hanya itu yang bisa kau katakan? Kau
tidak tahu bagaimana perasaanku kemarin. Kau bersama Yi Young, bukan? Aku tidak
ingin tahu, tapi aku tahu itu, Berkat banyak orang yang melihatmu menjemput Yi
Young.” ucap Eun Joo marah
“Apa Kau
tidur dengannya?” tanya Eun Joo, Joo Wan pikir Apa harus menjawabnya. Eun
Joo berpikir akan memberikan Joo Wan
nasehat.
“Makin kau
memihaknya, makin dahsyat kehancurannya. Begitulah cara kerja industri ini. Dia
sudah sangat tidak stabil, jadi, menurutmu berapa lama dia akan bertahan? Jika
kau tidak tulus, biarkan saja dia. Jika tidak, maka aku akan menghancurkannya.”
Tegas Eun Joo.
“Aku tidak
memihak atau tidur dengannya. Kami tidak seperti itu. Aku membiarkannya mencari
udara segar karena dia tampak kesulitan.” Jelas Joo Wan.
“Aku juga
kesulitan... Aku sangat kesakitan. Kau tahu betul bagaimana rasanya
berguling-guling di lumpur yang menjijikkan. Itulah yang kurasakan kemarin. Aku
ingin dihibur.... Aku bukan robot. Aku juga manusia... Aku bisa terluka dan
merasa sakit.” Ungkap Eun Joo sambil menangis.
“Saat aku
tahu pria yang kusukai telah tidur dengan wanita lain, maka aku ingin
membunuhnya.” Ungkap Eun Joo marah lalu keluar dari rumah, Joo wan pun hanya
bisa diam saja.
Jang Yoon
memperlihatkan foto milik adiknya, Yi Young melihat foto dirinya lalu berkomentar
kalau Semua tempat yang Jang Yoon ajak perg ada di album ini dan itu artinya
Ian membawanya ke tempat-tempat ini. Jang Yoon membenarkan.
“Tunjukkan
pisaunya... Itu yang kamu bawa-bawa, kan?” ucap Yi Young. Jang Yoon pun
memperlihatkan pisau lipat.
“Kurasa
aku pernah melihatnya sekali.” kata Yi Young melihat pisau ditanganya.
Yi Young
tiba-tiba merasakan ingatanya kembali saat seseorang mengejarnya, lalu melihat
Ian yang tertusuk dan tangan memegang pisau itu. Ia pun menjatuhkan pisau
dilantai. Jang Yoon menanyakan keadaan
Yi Young.
“Bukan
apa-apa... Maaf, tapi aku harus pergi sekarang.” Ucap Yi Young bergegas pergi.
Jang Yoon pun tak berbuat apa-apa.
Soo Young
masuk ruangan melihat Yi Young, mengaku
tak tahu kalau sepupunya datang ke rumah sakit. Yi Young berkomentar
kakaknya sudah melepas gips. Soo Young
mengaku sudah merasa segar dan bebas lalu bertanya ada apa datang.
“Aku
punya pertanyaan... Aku baru bertemu Jang Yoon.” Ucap Yi Young. Soo Young
tegang ingin tahu Kenapa.
“Dia
bilang aku mungkin telah membunuh adiknya.” Cerita Yi Young, Soo Young tak
percaya Jang Yoon bisa berkata seperti itu.
“Kakak
tahu semuanya, kan? Kakak tahu aku tidak naik taksi, tapi di mobil Ian hari
itu. Kenapa Kakak tidak memberitahuku? Apa ada alasan Kakak tidak bisa
memberitahuku?” ucap Yi Young penasaran.
“Tidak
ada... Kau tidak pernah naik mobilnya.” Tegas Soo Young, Yi Young ingin tahu Apa
Bibi dan Paman juga tahu soal ini.
“Apa
maksudmu? Apa yang membuatmu memercayai ucapannya?” tanya Soo Young marah
“Ada luka
tikaman pada tubuh Ian. Bahkan Yoon menunjukkan pisaunya.”kata Yi Young.
Soo Young
mengingat saat Yi Young mengatakan
"Pisau" Yang bisa dilipat menjadi dua. Tapi Ada darah di
tanganku.” Ia pun mencoba mengaku tak tahu pisau apa yang dimaksud. Yi Young
memberitahu Pisaunya ditemukan di tempat mereka
menemukannya.
“Dia
pikir aku menikam Ian dengan itu.” Cerita Yi Young. Soo Young tak bisa menahan
emosinya merasa Jang Yoon itu pasti sudah gila.
“Beraninya
dia menuduh orang tidak bersalah sebagai pembunuh? Yao Berdiri. Ayo temui dia.
Berdiri!” teriak Soo Young menarik adiknya.
“Tapi
tahukah kau? Kurasa dia benar. Apa kau tahu apa artinya itu?” ucap Yi Young
pasrah.
“Ayo
Lihat aku. Sadarlah! Jangan berani memercayainya. Semua itu bohong Semua pikirannya
itu hanya ilusi, paham? Kau ditemukan sehari setelah kematiannya, bukan pada harinya.
Lokasinya juga berbeda.” Tidak ada bukti bahwa kau dan Ian berada di mobil yang
sama.” Tegas Soo Young menatap mata adiknya.
“Kudengar
tasku ditemukan di mobilnya.” Kata Yi Young sambil menangis. Soo Young makin marah bertanya Siapa yang bilang
begitu, apakah Jang Yoon.
“Bagaimana
dia bisa tahu? Aku yang bergegas ke kantor polisi lebih dahulu setelah kau
ditemukan! Jangan pernah menemuinya lagi. Dia pemeras, mengerti? Jawab aku!”
tegas Soo Young. Yi Young hanya bisa menganguk mengerti.
Yi Young
duduk dengan wajah kebingungan, lalu melihat pesan dari Jenny. “Di mana kamu? Kami
berkumpul untuk merayakan ulang tahun Nona Wang. Kemari sekarang juga.”
Eun Joo
melihat Yoo Da dilorong dan langsung menariknya lalu mendoronnya dalam ruangan
kelas. Yoo Da kaget mengeluh kalau Eu Joo itu gangster. Eun Joo ingin tahu apa
yang dikatakan Yoo Da pada kenalanya.
“Aku
memberi tahu mereka yang kau katakan padaku. Kau bilang ayahku memberimu
Guadagnini. Kamu sendiri yang mengatakannya.” Ucap Yoo Da sinis.
“Apa itu
satu-satunya cara otakmu bekerja?”keluh Eun Joo marah. Yoo Da malah makin
mengejek melihat Eun Joo.
“Ada apa?
Apa kau menyesali perkataanmu setelah kehilangan sumber uangmu? Kau benci
mengajari anak-anak itu, tapi tetap mengajar agar kau bisa menjadi profesor,
bukan? Kau sungguh harus sadar, Eun Joo” ejek Yoo Da.
“Apa Kau
ingin menjadi profesor di Shinyoung College of Music? Apa Kau pikir mudah
mendapatkan pekerjaan itu? Kau bisa melakukan yang terbaik, tapi kau tidak akan
pernah bisa berhasil. Kau memperlakukan kami seperti sampah, tapi kamilah yang
membantumu. Kau seharusnya bersyukur kami memberimu pekerjaan.” Ejek Yoo Da.
Eun Joo
mengumpat dan ingin menamparnya, tapi Yoo Da sudah lebih dulu menahan
pegelangan tangan Eun Joo. Eun Joo menahan rasa sakit dan menyuruh Yoo Da untuk
melepaskanya. Yoo Da malah sengaja meremas tangan Eun Joo.
“Apa ini
Sakit? Bagaimana kau akan mencari nafkah jika tidak bisa bermain lagi?” sindir
Yoo Da. Eun Joo mengeluh bertanya apaka Yoo Da tak ingin melepasnya.
“Tidak...
Eun Joo.. Tamatlah riwayatmu. Jika ada yang membuat kami kesal, kami pastikan
mereka tamat.” Kata Yoo Da mengancam.
“Apa kau
mau taruhan siapa yang akan kalah? Aku akan membunuhmu, Choi Seo Joo.” ucap Eun
Joo akhirnya menendang kaki Yoo Da. Yoo Dan pun menganduk kesakita.
“Kita Lihat
saja siapa yang kalah dalam pertarungan ini.” Kata Yoo da penuh amarah melihat
Eun Joo yang pergi.
Joo Wan
mendengar ada suara musik klasik lalu perlahan masuk ke ruangan dan melihat ada
seseorang yang duduk dikursinya. Tuan Yang mengaku membuat kopi untuk dirinya sendiri dan memuji
kopinya enak. Joo Wan langsung mematikan musik dan menyuruh Tuan Yang keluar
dari ruangan area Ini bukan tempat untuknya.
“Astaga,
kau mulai membuatku kesal. Kukira kita rekan seperjuangan. Kita berdua melalui
peristiwa besar tahun lalu. Apa Kau lupa?” sindir Tuan Yang. Joo Wan terdiam
melihatanya.
“Kenapa
kau di sini? Bukankah kau sudah mendapatkan keinginanmu?” kata Joo Wan.
“Tidak
semuanya. Aku masih belum menemukan apa yang hilang dariku. Aku harus menemukan
itu untuk mendapatkan sisa uangku. Profesor Kang memberitahuku itu. Omong-omong,
semua orang pintar itu berengsek. Begitu juga kau.” Sindir Tuan Yang.
“Keluar
dari ruanganku sekarang juga.” Ucap Joo Wan seperti sangat muak.
“Kenapa?
Apa Aku terlalu kotor untuk berada di sini? Tapi itu semua karena kalian.
Kalian yang memenjarakanku. Maestro Nam, Apa kau tahu seperti apa penjara
itu?Aku akan memberimu uang. Bagaimana jika kau ke penjara mewakiliku?” ejek
Tuan Yang.
“Aku
kembali dari neraka, dan kalian baik-baik saja seolah-olah kalian lupa dengan
kejadian tahun lalu. Kau bisa tersenyum, makan makanan enak, dan mengencani
wanita. Kau dan Profesor Kang Serta Hong Yi Young. Aku akan membalas dendam.”tegas
Tuan Yang
“Aku
sudah tidak berharga dan menjalani hidup yang hina.” Ungkap Tuan Yang. Joo Wan
pikir Tuan Yang sedang mengancamnya.
“Ini
bukan ancaman. Tapi Aku meminta bantuanmu. Kau tahu apa yang dimiliki Yi Young,
kan? Temukan benda itu. Aku harus menemukannya untuk mendapatkan sisa uangku.
Dengan begitu, aku akan memaafkanmu.” Kata Tuan Yang
“Jika
sudah selesai, silakan pergi. Jangan pernah kembali ke sini lagi. Ini
peringatan.”tegas Joo Wan.
“Aku akan
memutuskan akan kembali atau tidak. Terima kasih kopinya.” Ucap Tuan Yang. Joo
Wan hanya bisa terdiam karena masalahnya bertambah.
Nyonya
Wang masuk cafe, bingung karena gelap dan sunyi. Saat itu lampu dipanggung
menyala, pemain orkestra mulai memainkan lagu selamat ulang tahun. Nyonya Wang
tersenyum bahagia melihat surpise yang diberikan, Michael datang dengan kue
bersama dengan Yi Young dkk.
"Selamat
ulang tahun, Nona Wang.. Kami menyayangimu!” ucap Yi Young dan Nyonya Wang
meniup lilin. Diam-diam Jang Yoon bermain piano meliat Yi Young tersenyum
menutupi masalahnya.
“Aku
tidak percaya aku sudah bergabung di Shinyoung Philharmonic selama 10 tahun. Kalian
bisa minum sebanyak yang kalian inginkan. Nona Yoon akan mentraktir malam ini!”
ucap Nyonya Wang. Semua berteriak gembira.
Mereka pun
pergi ke tempat karaoke, Nyonya Wang dkk mulai menyanyi lalu trot. Jang Yoon
duduk disamping Yi Young yang sedang minum dan trus menatapnya. Yi Young pun
menatap balik sambl bertanya sedang apa di sini, karena tahu Jang Yoon jarang
datang ke makan malam tim.
“Agar aku
bisa bersamamu. Apa kau keberatan dengan itu?” ucap Jang Yoon.
“Apa Kau
di sini untuk mengawasi pelakunya?” sindir Yi Young terus minum dan Jang Yoon
hanya diam saja.
Nyonya
Wang sudah selesai menyanyi, Mereka meminta agar Nyonya Wang menyanyi lagi.
Tapi Nyonya Wang menolak, karean terlalu lelah untuk menyanyi lalu memanggil
Hong Yi Youn si pembuat onar untuk menyanyi. Yi Young menolak.
“Astaga,
aku bukan anggota orkestra lagi.” Ucap Yi Young tapi melihat semua anggota
akhirnya naik ke atas pangung.
Ia
menyanyi lagu Twice - TT, seperti
mengakui perasaanya pada Jang Yoon kalau hanya suka sepihak pada seorang pria.
Jang Yoon hanya bisa terdiam lalu tersenyum melihat tingkah Yi Young. Semua
memberikan tepuk tangan untuk Yi Young.
“Sekarang,
orang berikutnya adalah pria di sana yang minum sendirian. Mari beri tepuk tangan
untuk pianis genius kita, Jang Yoon! Bernyanyilah untuk kami!” ucap Yi Young
Jang Yoon
kaget akhirnya maju suap siap dengan stand mic, semua menunggu dan siap menjadi
penari latar. Jang Yoon mulai menyanyi lagu “Kim Jong Kook – Man” tapi suaranya
benar-benar sumbang. Akhirnya penari pun mundur seperti tak mau menahan malu.
Sementara
Yi Young tersenyum mendengar suara Jang Yoon, seperti mengingat pertemua
pertamanya di depan minimarket. Jang Yoon pun membantunya tidur dengan
menyanyikan lagu setiap malam, tapi akhirnya membuat sedih karena cintanya
bertepuk sebelah tangan.
Yi Young
berjalan pulang sambil menyanyikan lagu Jang Yoon "Ada seorang pria, Seorang
pria yang sangat mencintaimu" Jang Yoon tahu kalau Yi Young memaksanya
menyanyi agar bisa mempermalukannya jadi Jangan berpura-pura tidak menyukainya.
“Aku juga
melihatmu menyanyi lagi.” Ejek Jang Yoon, Yi Young beralasan kalau hanya
menyanyikannya karena Nona Wang memaksanya.
“Benar.
Nona Wang... Nona Wang sangat menyukainya. Jika terus begini, kau bisa punya
klub penggemar. Kau tahu, salah satu anggota orkestra memiliki tanduk seperti
ini.”ucap Yi Young menaruh dua tanganya diatas kepala.
“Maestro
Nam.”kata Jang Yoon, Yi Young menjawab bukan karena tanduk orang ini panjang.
Jang Yoon bingung.
“Kau
orangnya.... Kau... Kau orangnya.” Ucap Yi Young seperti mabuk menusuk
tanduknya kearah Jang Yoon.
“Ada apa
denganku? Aku bisa gila... Aku masih menyukaimu seperti biasanya. Tapi aku tidak
boleh merasa seperti ini. Benarkan? Aku bahkan tidak memahami diriku. Aku juga
jijik dengan perasaanku. Maafkan aku.” Ucap Yi Young lalu berjalan pergi tapi
tak bisa berjalan lurus.
“Apa kau
baik-baik saja?” tanya Jang Yoon menahan tangan Yi Young, Yi Young menjawab tidak
baik-baik saja.
Jang Yoon
membawa Yi Young ke kamarnya dan akan mencari obat pengar dan menyuruhnya
berbaring. Yi Young membahas kalau Jang Yoon bilang ia punya tanggung jawab,
yaitu Tanggung jawab karena selamat sendirian. Jang Yoon membenarkan.
“Akan
kucoba... Aku akan mencoba menindaklanjuti tanggung jawab itu.” Ucap Yi Young.
“Terima
kasih.” Kata Jang Yoon dengan wajah terkejut. Yi Young pir Jangan berterima
kasih kepadanya.
“Aku
mungkin telah membunuh adikmu. Inilah yang menurutku konyol tentang diriku.
Mungkin aku memang telah membunuh seseorang. Mungkin aku seorang pembunuh.” Ungkap
Yi Young menahan tangisnya.
“Tapi terlepas
dari kemungkinan itu, aku sangat takut karena mungkin aku tidak bisa bertemu
denganmu. Bukankah itu konyol? Aku tidak bisa tinggal di sini, Kurasa aku harus
pulang.” Kata Yi Young melangkah pergi.
Jang Yoon
menariknya dan langsung memeluk Yi Young, Yi Young pun menangis dipelukan Jang
Yoon. Keduanya lalu saling menatap, Jang Yoon seperti tak bisa menahan
perasaanya mencium Yi Young lebih dulu dan Yi Young tak menolaknya. Keduanya berciuman
lebih dalam.
Jang Yoon
terbangun dari tidurnya, lalu tak melihat Yi Young dikamarnya, lalu melihat
ponselnya. Yi Young mengirimkan pesan pada Jang Yoon sangat panjang.
“Apa tidurmu nyenyak? Konyolnya,
aku bisa tidur nyenyak.”
Jang Yoon
panik langsung keluar rumah,mengedor pintu rumah Yi Young dan menekan bel tapi
Yi Young tak keluar rumah.
“Saat kamu tidur semalam, aku memikirkan
beberapa hal sendirian. Sebenarnya, aku ingat beberapa potongan kenanganku. Aku
tidak sanggup memberitahumu tentang itu. Aku akan berterus terang sekarang.”
Yi Young
melihat pisau diatas meja, lalu menatap Jang Yoon yang tertidur pulas di sofa.
“Pisau
yang kamu miliki adalah pisau yang pernah kumiliki. Aku memang menikam Kim Ian
dengan pisau itu. Entah kenapa aku menikamnya. Aku tidak ingat apa yang terjadi
sebelum dan sesudahnya. Aku akan pergi sebentar untuk mencari tahu apa yang
terjadi.”
“Tapi aku tidak bisa menjamin aku
akan berhasil. Begitu aku tahu semuanya, banyak hal di antara kita akan
berubah, kan? Akan lebih menyedihkan jika aku mengucapkan selamat tinggal
nanti, jadi, biarkan kulakukan sekarang.”
Yi Young
sudah naik bus sendirian memegang pisau ditanganya, tanpa sadar Tuan Yang duduk
dibelakang mengikutinya. Sementara Jang Yoon mengemudikan mobilnya dengan cepat
mengejar Yi Young.
“Aku sangat senang bertemu denganmu.
Aku senang punya kesempatan untuk memberitahumu ini. Selamat tinggal. Aku
sangat menyukaimu.”
Yi Young
sudah berdiri didepan gudang, terlihat Tuan Yang dibelakangnya menunggu. Yi
Young memberanikan diri membuka rantai gudang lalu masuk ke dalamnya, saat itu
pintu gudang ditutup. Yi Young panik dan melihat seorang pria masuk lalu
bertanya “Siapa kau?”
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar