PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 28 Agustus 2019

Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 14

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Yi Young keluar kamar melihat nenek sudah sibuk didapur lalu menyapanya, dan bertanya Apa ada yang bisa dibantu. Nenek pun memberikan kayu agar Yi Young bisa menekanya, Yi Young bertanya Apa  hanya perlu menekannya dengan keras. Nenek membenarkan.
“Astaga, ini... Itu...” ucap Yi Young binggung karena ternyata susah menekanya.
“Astaga, tekan lebih kuat. Apa Kau pikir dorongan lemah itu akan cukup untuk membuat mi?” keluh sang nenek. Yi Young seperti baru tahu cara membuat mie.
“Ini sangat menarik, Bu.” Komentar Yi Young akhirnya melihat mie yang keluar dari bawah dan membuat dengan cara manual. Nenek Joo Wan heran Yi Young menganggapnya menarik
“Tapi ini terlalu merepotkan. Apa Anda melakukan ini setiap pagi?” tanya Yi Young
“Tentu, kulakukan setiap hari. Apa Kau pikir aku sering bolos? Aku sudah melakukan ini selama 47 tahun.” Ucap Si nenek.  Yi Young pun membantu nenek yang lainya.
“Hei, Anak Buah. Apa Menurutmu hidup ini menyenangkan?” kata sang nenek. Yi Young terlihat binggung.
“Aku hanya bertanya padamu karena kau tampak tidak bahagia. "Aku kabur dari Seoul karena tidak ada hal lain yang bisa kulakukan." Tertulis begitu di dahimu.” Kata Nenek. Yi Young hanya bisa terdiam karena dugaan nenek benar.
“Apa Kau tahu? Dalam hidup, kau pasti akan disiksa kesulitan. Itu bukan hanya kau. Semua orang mengalaminya. Semuanya. Hanya karena keadaan menjadi sulit, apa menurutmu adil untuk kabur dari masalahmu?” ucap Sang nenek yang membuat Yi Young terdiam
“Kau harus menghadapi masalahmu secara langsung Atau kamu bisa menyerang masalahmu dengan kekuatan penuh. Kamu bisa mencoba menghancurkan semua masalahmu dengan tendanganmu. Kau harus ingat jika kau kalah dari masalahmu, tamatlah riwayatmu.” Jelas sang nenek
“Jadi, kau harus berusaha mengalahkan masalahmu sekalipun kau berdarah-darah. Itu satu-satunya cara. Hanya dengan begitu, kau akan bisa tersenyum nanti. Mengerti?” nasehat nenek. Yi Young menganguk
“Kau tahu, aku wanita tua dan bodoh yang bertugas memberi makan orang. Tapi tugasmu adalah memberi makan jiwa rakyat. Itu sebabnya kalian tidak boleh putus asa karena kalian juga akan membuat orang lain putus asa. Senyum. Perlihatkan senyummu.” Kata Nenek. Yi Young pun memberikan senyumanya
“Walau kau berguling di tanah, kamu tetap harus tersenyum. Mengerti? Tersenyumlah.” Kata sang nenek. Diam-diam Joo Wan mendengar ucapan neneknya seperti membuatnya tak bisa berkata-kata. 




Jang Yoon baru saja kembali membeli sarapan, melihat mobil Joo Wan datang. Yi Young mengucapkan Terima kasih sudah menemaninya kemarin. Joo Wan pikir ia yang harus berterima kasih karena Jika bukan karena Yi Young maka neneknya pasti sudah memukuli saat datang.
“Bolehkah aku meneleponnya sesekali?” tanya Yi Young, Joo Wan mempersilahkan.
“Bukankah kalian sudah bertukar nomor? Jangan ganggu aku.” Ucap Joo Wan. Yi Young menganguk mengerti dan akhirnya turun dari mobil. 

Jang Yoon melihat mobil Joo Wan pergi dan melihat Yi Young akan menaiki tangga, lalu menyindir Yi Young tampak bahagia, bahkan tersenyum. Yi Young mengaku memutuskan untuk berhenti menangis lalu berjalan mengacuhkan Jang Yoon.
“Kau mengabaikan teleponku kemarin. Kalian berdua ke mana? Sepertinya kau tidak pulang.”tanya Jang Yoon mengikuti Yi Young.
“Kenapa kau penasaran soal itu?” sindir Yi Young, Jang Yoon mengaku tak tau karena hanya merasa seperti pacarnya yang sakit menelepon temannya lebih dahulu sebelum meneleponnya.
“Hati-hati dengan ucapanmu. Aku bukan pacarmu.” Ucap Yi Young marah.
“Kau pacar mendiang adikku. Apa kau harus mengatakan itu? Aku tidak salah.” Sindir Jang Yoon.
“Kau juga tidak benar bahkan Tidak ada buktinya.” Kata Yi Young yakin.
“Kubilang ada. Datanglah ke rumahku dan akan kutunjukkan. Jangan kabur begitu saja dengan pria lain.” Ejek Jang Yoon.
“Aku tidak akan kabur. Tunjukkanlah. Aku akan melihatnya.” Ucap  Yi Young menantang. 



Joo Wan baru pulang, tiba-tiba segelas wine terlempar kearah dinding, lalu melihat Eun Joo sudah ada di dalam dan bertanya apa yang dilakukanya. Eun Joo mengaku itu yang dirasakan sekarang. Joo Wan bertanya apakah Eun Joo tidur di sini semalam.
“Kenapa kau tidur di rumah orang asing?” sindir Joo Wan sambil mengambil air minum diatas meja.
“kau bilang "Rumah orang asing"? Apa Hanya itu yang bisa kau katakan? Kau tidak tahu bagaimana perasaanku kemarin. Kau bersama Yi Young, bukan? Aku tidak ingin tahu, tapi aku tahu itu, Berkat banyak orang yang melihatmu menjemput Yi Young.” ucap Eun Joo marah
“Apa Kau tidur dengannya?” tanya Eun Joo, Joo Wan pikir Apa harus menjawabnya. Eun Joo  berpikir akan memberikan Joo Wan nasehat.
“Makin kau memihaknya, makin dahsyat kehancurannya. Begitulah cara kerja industri ini. Dia sudah sangat tidak stabil, jadi, menurutmu berapa lama dia akan bertahan? Jika kau tidak tulus, biarkan saja dia. Jika tidak, maka aku akan menghancurkannya.” Tegas Eun Joo.
“Aku tidak memihak atau tidur dengannya. Kami tidak seperti itu. Aku membiarkannya mencari udara segar karena dia tampak kesulitan.” Jelas Joo Wan.
“Aku juga kesulitan... Aku sangat kesakitan. Kau tahu betul bagaimana rasanya berguling-guling di lumpur yang menjijikkan. Itulah yang kurasakan kemarin. Aku ingin dihibur.... Aku bukan robot. Aku juga manusia... Aku bisa terluka dan merasa sakit.” Ungkap Eun Joo sambil menangis.
“Saat aku tahu pria yang kusukai telah tidur dengan wanita lain, maka aku ingin membunuhnya.” Ungkap Eun Joo marah lalu keluar dari rumah, Joo wan pun hanya bisa diam saja. 



Jang Yoon memperlihatkan foto milik adiknya, Yi Young melihat foto dirinya lalu berkomentar kalau Semua tempat yang Jang Yoon ajak perg ada di album ini dan itu artinya Ian membawanya ke tempat-tempat ini. Jang Yoon membenarkan.
“Tunjukkan pisaunya... Itu yang kamu bawa-bawa, kan?” ucap Yi Young. Jang Yoon pun memperlihatkan pisau lipat.
“Kurasa aku pernah melihatnya sekali.” kata Yi Young melihat pisau ditanganya.
Yi Young tiba-tiba merasakan ingatanya kembali saat seseorang mengejarnya, lalu melihat Ian yang tertusuk dan tangan memegang pisau itu. Ia pun menjatuhkan pisau dilantai.  Jang Yoon menanyakan keadaan Yi Young.
“Bukan apa-apa... Maaf, tapi aku harus pergi sekarang.” Ucap Yi Young bergegas pergi. Jang Yoon pun tak berbuat apa-apa. 


Soo Young masuk ruangan melihat Yi Young,  mengaku tak tahu kalau sepupunya datang ke rumah sakit. Yi Young berkomentar kakaknya  sudah melepas gips. Soo Young mengaku sudah merasa segar dan bebas lalu bertanya ada apa datang.
“Aku punya pertanyaan... Aku baru bertemu Jang Yoon.” Ucap Yi Young. Soo Young tegang ingin tahu Kenapa.
“Dia bilang aku mungkin telah membunuh adiknya.” Cerita Yi Young, Soo Young tak percaya Jang Yoon bisa berkata seperti itu.
“Kakak tahu semuanya, kan? Kakak tahu aku tidak naik taksi, tapi di mobil Ian hari itu. Kenapa Kakak tidak memberitahuku? Apa ada alasan Kakak tidak bisa memberitahuku?” ucap Yi Young penasaran.
“Tidak ada... Kau tidak pernah naik mobilnya.” Tegas Soo Young, Yi Young ingin tahu Apa Bibi dan Paman juga tahu soal ini.
“Apa maksudmu? Apa yang membuatmu memercayai ucapannya?” tanya Soo Young marah
“Ada luka tikaman pada tubuh Ian. Bahkan Yoon menunjukkan pisaunya.”kata Yi Young.
Soo Young mengingat saat Yi Young mengatakan  "Pisau" Yang bisa dilipat menjadi dua. Tapi Ada darah di tanganku.” Ia pun mencoba mengaku tak tahu pisau apa yang dimaksud. Yi Young memberitahu   Pisaunya ditemukan di tempat mereka menemukannya.
“Dia pikir aku menikam Ian dengan itu.” Cerita Yi Young. Soo Young tak bisa menahan emosinya merasa Jang Yoon itu pasti sudah gila.
“Beraninya dia menuduh orang tidak bersalah sebagai pembunuh? Yao Berdiri. Ayo temui dia. Berdiri!” teriak Soo Young menarik adiknya.
“Tapi tahukah kau? Kurasa dia benar. Apa kau tahu apa artinya itu?” ucap Yi Young pasrah.
“Ayo Lihat aku. Sadarlah! Jangan berani memercayainya. Semua itu bohong Semua pikirannya itu hanya ilusi, paham? Kau ditemukan sehari setelah kematiannya, bukan pada harinya. Lokasinya juga berbeda.” Tidak ada bukti bahwa kau dan Ian berada di mobil yang sama.” Tegas Soo Young menatap mata adiknya.
“Kudengar tasku ditemukan di mobilnya.” Kata Yi Young sambil menangis. Soo  Young makin marah bertanya Siapa yang bilang begitu, apakah Jang  Yoon.
“Bagaimana dia bisa tahu? Aku yang bergegas ke kantor polisi lebih dahulu setelah kau ditemukan! Jangan pernah menemuinya lagi. Dia pemeras, mengerti? Jawab aku!” tegas Soo Young. Yi Young hanya bisa menganguk mengerti. 




Yi Young duduk dengan wajah kebingungan, lalu melihat pesan dari Jenny. “Di mana kamu? Kami berkumpul untuk merayakan ulang tahun Nona Wang. Kemari sekarang juga.” 

Eun Joo melihat Yoo Da dilorong dan langsung menariknya lalu mendoronnya dalam ruangan kelas. Yoo Da kaget mengeluh kalau Eu Joo itu gangster. Eun Joo ingin tahu apa yang dikatakan Yoo Da pada kenalanya.
“Aku memberi tahu mereka yang kau katakan padaku. Kau bilang ayahku memberimu Guadagnini. Kamu sendiri yang mengatakannya.” Ucap Yoo Da sinis.
“Apa itu satu-satunya cara otakmu bekerja?”keluh Eun Joo marah. Yoo Da malah makin mengejek melihat Eun Joo.
“Ada apa? Apa kau menyesali perkataanmu setelah kehilangan sumber uangmu? Kau benci mengajari anak-anak itu, tapi tetap mengajar agar kau bisa menjadi profesor, bukan? Kau sungguh harus sadar, Eun Joo” ejek Yoo Da.
“Apa Kau ingin menjadi profesor di Shinyoung College of Music? Apa Kau pikir mudah mendapatkan pekerjaan itu? Kau bisa melakukan yang terbaik, tapi kau tidak akan pernah bisa berhasil. Kau memperlakukan kami seperti sampah, tapi kamilah yang membantumu. Kau seharusnya bersyukur kami memberimu pekerjaan.” Ejek Yoo Da.
Eun Joo mengumpat dan ingin menamparnya, tapi Yoo Da sudah lebih dulu menahan pegelangan tangan Eun Joo. Eun Joo menahan rasa sakit dan menyuruh Yoo Da untuk melepaskanya. Yoo Da malah sengaja meremas tangan Eun Joo.
“Apa ini Sakit? Bagaimana kau akan mencari nafkah jika tidak bisa bermain lagi?” sindir Yoo Da. Eun Joo mengeluh bertanya apaka Yoo Da tak ingin  melepasnya.
“Tidak... Eun Joo.. Tamatlah riwayatmu. Jika ada yang membuat kami kesal, kami pastikan mereka tamat.” Kata Yoo Da mengancam.
“Apa kau mau taruhan siapa yang akan kalah? Aku akan membunuhmu, Choi Seo Joo.” ucap Eun Joo akhirnya menendang kaki Yoo Da. Yoo Dan pun menganduk kesakita.
“Kita Lihat saja siapa yang kalah dalam pertarungan ini.” Kata Yoo da penuh amarah melihat Eun Joo yang pergi. 


Joo Wan mendengar ada suara musik klasik lalu perlahan masuk ke ruangan dan melihat ada seseorang yang duduk dikursinya. Tuan Yang mengaku  membuat kopi untuk dirinya sendiri dan memuji kopinya enak. Joo Wan langsung mematikan musik dan menyuruh Tuan Yang keluar dari ruangan area Ini bukan tempat untuknya.
“Astaga, kau mulai membuatku kesal. Kukira kita rekan seperjuangan. Kita berdua melalui peristiwa besar tahun lalu. Apa Kau lupa?” sindir Tuan Yang. Joo Wan terdiam melihatanya.
“Kenapa kau di sini? Bukankah kau sudah mendapatkan keinginanmu?” kata Joo Wan.
“Tidak semuanya. Aku masih belum menemukan apa yang hilang dariku. Aku harus menemukan itu untuk mendapatkan sisa uangku. Profesor Kang memberitahuku itu. Omong-omong, semua orang pintar itu berengsek. Begitu juga kau.” Sindir Tuan Yang.
“Keluar dari ruanganku sekarang juga.” Ucap Joo Wan seperti sangat muak.
“Kenapa? Apa Aku terlalu kotor untuk berada di sini? Tapi itu semua karena kalian. Kalian yang memenjarakanku. Maestro Nam, Apa kau tahu seperti apa penjara itu?Aku akan memberimu uang. Bagaimana jika kau ke penjara mewakiliku?” ejek Tuan Yang.
“Aku kembali dari neraka, dan kalian baik-baik saja seolah-olah kalian lupa dengan kejadian tahun lalu. Kau bisa tersenyum, makan makanan enak, dan mengencani wanita. Kau dan Profesor Kang Serta Hong Yi Young. Aku akan membalas dendam.”tegas Tuan Yang
“Aku sudah tidak berharga dan menjalani hidup yang hina.” Ungkap Tuan Yang. Joo Wan pikir Tuan Yang sedang mengancamnya.
“Ini bukan ancaman. Tapi Aku meminta bantuanmu. Kau tahu apa yang dimiliki Yi Young, kan? Temukan benda itu. Aku harus menemukannya untuk mendapatkan sisa uangku. Dengan begitu, aku akan memaafkanmu.” Kata Tuan Yang
“Jika sudah selesai, silakan pergi. Jangan pernah kembali ke sini lagi. Ini peringatan.”tegas Joo Wan.
“Aku akan memutuskan akan kembali atau tidak. Terima kasih kopinya.” Ucap Tuan Yang. Joo Wan hanya bisa terdiam karena masalahnya bertambah. 



Nyonya Wang masuk cafe, bingung karena gelap dan sunyi. Saat itu lampu dipanggung menyala, pemain orkestra mulai memainkan lagu selamat ulang tahun. Nyonya Wang tersenyum bahagia melihat surpise yang diberikan, Michael datang dengan kue bersama dengan Yi Young dkk.
"Selamat ulang tahun, Nona Wang.. Kami menyayangimu!” ucap Yi Young dan Nyonya Wang meniup lilin. Diam-diam Jang Yoon bermain piano meliat Yi Young tersenyum menutupi masalahnya.
“Aku tidak percaya aku sudah bergabung di Shinyoung Philharmonic selama 10 tahun. Kalian bisa minum sebanyak yang kalian inginkan. Nona Yoon akan mentraktir malam ini!” ucap Nyonya Wang. Semua berteriak gembira. 

Mereka pun pergi ke tempat karaoke, Nyonya Wang dkk mulai menyanyi lalu trot. Jang Yoon duduk disamping Yi Young yang sedang minum dan trus menatapnya. Yi Young pun menatap balik sambl bertanya sedang apa di sini, karena tahu Jang Yoon jarang datang ke makan malam tim.
“Agar aku bisa bersamamu. Apa kau keberatan dengan itu?” ucap Jang Yoon.
“Apa Kau di sini untuk mengawasi pelakunya?” sindir Yi Young terus minum dan Jang Yoon hanya diam saja.
Nyonya Wang sudah selesai menyanyi, Mereka meminta agar Nyonya Wang menyanyi lagi. Tapi Nyonya Wang menolak, karean terlalu lelah untuk menyanyi lalu memanggil Hong Yi Youn si pembuat onar untuk menyanyi. Yi Young menolak.
“Astaga, aku bukan anggota orkestra lagi.” Ucap Yi Young tapi melihat semua anggota akhirnya naik ke atas pangung.
Ia menyanyi lagu Twice - TT,  seperti mengakui perasaanya pada Jang Yoon kalau hanya suka sepihak pada seorang pria. Jang Yoon hanya bisa terdiam lalu tersenyum melihat tingkah Yi Young. Semua memberikan tepuk tangan untuk Yi Young.
“Sekarang, orang berikutnya adalah pria di sana yang minum sendirian. Mari beri tepuk tangan untuk pianis genius kita, Jang Yoon! Bernyanyilah untuk kami!” ucap Yi Young
Jang Yoon kaget akhirnya maju suap siap dengan stand mic, semua menunggu dan siap menjadi penari latar. Jang Yoon mulai menyanyi lagu “Kim Jong Kook – Man” tapi suaranya benar-benar sumbang. Akhirnya penari pun mundur seperti tak mau menahan malu.
Sementara Yi Young tersenyum mendengar suara Jang Yoon, seperti mengingat pertemua pertamanya di depan minimarket. Jang Yoon pun membantunya tidur dengan menyanyikan lagu setiap malam, tapi akhirnya membuat sedih karena cintanya bertepuk sebelah tangan. 



Yi Young berjalan pulang sambil menyanyikan lagu Jang Yoon "Ada seorang pria, Seorang pria yang sangat mencintaimu" Jang Yoon tahu kalau Yi Young memaksanya menyanyi agar bisa mempermalukannya jadi Jangan berpura-pura tidak menyukainya.
“Aku juga melihatmu menyanyi lagi.” Ejek Jang Yoon, Yi Young beralasan kalau hanya menyanyikannya karena Nona Wang memaksanya.
“Benar. Nona Wang... Nona Wang sangat menyukainya. Jika terus begini, kau bisa punya klub penggemar. Kau tahu, salah satu anggota orkestra memiliki tanduk seperti ini.”ucap Yi Young menaruh dua tanganya diatas kepala.
“Maestro Nam.”kata Jang Yoon, Yi Young menjawab bukan karena tanduk orang ini panjang. Jang Yoon bingung.
“Kau orangnya.... Kau... Kau orangnya.” Ucap Yi Young seperti mabuk menusuk tanduknya kearah Jang Yoon.
“Ada apa denganku? Aku bisa gila... Aku masih menyukaimu seperti biasanya. Tapi aku tidak boleh merasa seperti ini. Benarkan? Aku bahkan tidak memahami diriku. Aku juga jijik dengan perasaanku. Maafkan aku.” Ucap Yi Young lalu berjalan pergi tapi tak bisa berjalan lurus.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jang Yoon menahan tangan Yi Young, Yi Young menjawab tidak baik-baik saja.



Jang Yoon membawa Yi Young ke kamarnya dan akan mencari obat pengar dan menyuruhnya berbaring. Yi Young membahas kalau Jang Yoon bilang ia punya tanggung jawab, yaitu Tanggung jawab karena selamat sendirian. Jang Yoon membenarkan.
“Akan kucoba... Aku akan mencoba menindaklanjuti tanggung jawab itu.” Ucap Yi Young.
“Terima kasih.” Kata Jang Yoon dengan wajah terkejut. Yi Young pir Jangan berterima kasih kepadanya.
“Aku mungkin telah membunuh adikmu. Inilah yang menurutku konyol tentang diriku. Mungkin aku memang telah membunuh seseorang. Mungkin aku seorang pembunuh.” Ungkap Yi Young menahan tangisnya.
“Tapi terlepas dari kemungkinan itu, aku sangat takut karena mungkin aku tidak bisa bertemu denganmu. Bukankah itu konyol? Aku tidak bisa tinggal di sini, Kurasa aku harus pulang.” Kata Yi Young melangkah pergi.
Jang Yoon menariknya dan langsung memeluk Yi Young, Yi Young pun menangis dipelukan Jang Yoon. Keduanya lalu saling menatap, Jang Yoon seperti tak bisa menahan perasaanya mencium Yi Young lebih dulu dan Yi Young tak menolaknya. Keduanya berciuman lebih dalam. 


Jang Yoon terbangun dari tidurnya, lalu tak melihat Yi Young dikamarnya, lalu melihat ponselnya. Yi Young mengirimkan pesan pada Jang Yoon sangat panjang.
“Apa tidurmu nyenyak? Konyolnya, aku bisa tidur nyenyak.”
Jang Yoon panik langsung keluar rumah,mengedor pintu rumah Yi Young dan menekan bel tapi Yi Young tak keluar rumah.
“Saat kamu tidur semalam, aku memikirkan beberapa hal sendirian. Sebenarnya, aku ingat beberapa potongan kenanganku. Aku tidak sanggup memberitahumu tentang itu. Aku akan berterus terang sekarang.”
Yi Young melihat pisau diatas meja, lalu menatap Jang Yoon yang tertidur pulas di sofa.
“Pisau yang kamu miliki adalah pisau yang pernah kumiliki. Aku memang menikam Kim Ian dengan pisau itu. Entah kenapa aku menikamnya. Aku tidak ingat apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Aku akan pergi sebentar untuk mencari tahu apa yang terjadi.”
“Tapi aku tidak bisa menjamin aku akan berhasil. Begitu aku tahu semuanya, banyak hal di antara kita akan berubah, kan? Akan lebih menyedihkan jika aku mengucapkan selamat tinggal nanti, jadi, biarkan kulakukan sekarang.”
Yi Young sudah naik bus sendirian memegang pisau ditanganya, tanpa sadar Tuan Yang duduk dibelakang mengikutinya. Sementara Jang Yoon mengemudikan mobilnya dengan cepat mengejar Yi Young.

“Aku sangat senang bertemu denganmu. Aku senang punya kesempatan untuk memberitahumu ini. Selamat tinggal. Aku sangat menyukaimu.”
Yi Young sudah berdiri didepan gudang, terlihat Tuan Yang dibelakangnya menunggu. Yi Young memberanikan diri membuka rantai gudang lalu masuk ke dalamnya, saat itu pintu gudang ditutup. Yi Young panik dan melihat seorang pria masuk lalu bertanya “Siapa kau?”
Bersambung ke episode 15

 Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar