PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 September 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Keduanya melihat ke arah sungai dan melihat lentera yang menyangkut di rumput, Je Yoon bergegas turun ke pinggir sungai kalau akan masuk ke air dan akan melepaskan baju, sepatu dan beberapa aksesoris dibadanya. Hong Shim tak bisa menahan diri akhirnya masuk ke dalam sungai lebih dulu.
“Apa kau siput? Kau sangat lamban.” Ejek Hong Shim bisa mengambil Lentera yang menyangkut di rumput.
“Wahh.. Berani sekali kau membohongiku? Kau menulis harapanmu sendiri, bukan harapanku.” Keluh Hong Shim membaca tulisan di lentera.
“Tidak. Jangan salah paham.”jelas Je Yoon. Hong Shim membaca tulisan di lentera "Bantulah agar aku bisa bertemu lagi dengan wanita itu di Desa Songjoo."
“Coba Di sini. Lihatlah bagian belakang lentera... "Kuharap wanita itu segera bertemu dengan kakaknya" Aku menulis harapanmu dahulu... Karena masih ada banyak tempat kosong, maka aku juga menuliskan harapanku untuk mengisi tempat itu.” Jelas Je Yoon akhirnya ikut turun ke sungai.
“Aku menulis harapanmu dengan huruf besar dan menuliskan harapanku dengan huruf kecil.” Ungkap Je Yoon banga
“Kenapa kau bersikap baik kepadaku?” tanya Hong Shim binggung.
“Sejak masih kecil, aku tidak pernah bisa mengenali wajah orang. Mereka menyebut kondisi itu sebagai prosopagnosia. Bagiku, wajah orang selalu tampak samar seperti lukisan yang dilelehkan.”cerita Je Yoon
“Tapi Wajahmu berbeda, Aku bisa melihat jelas mata jernih dan bibir merahmu. Awalnya tampak aneh, kemudian terasa menarik. Jika dipikir-pikir, mungkin ini takdir.” Jelas Je Yoon. Hong Shim tak ingin terbawa perasan mengajak untuk mengapungkan lentera saja.
“Kurasa ini tidak akan mengapung dengan baik karena sungainya dangkal akibat kekeringan. Jadi Mari kita lihat. Tempat itu seharusnya cukup baik.” Kata Je Yoon mencari sisi sungai yang sedikit dalam. 

Je Yoon berjalan ke tengah sungai tak sengaja malah jatuh dan mengenai lentera lain, Saat itu tiga orang pria datang memarahi Je Yoon karena menjatuhkan lentera majikan mereka dan itu artinya merusak harapan majikan.
“Maaf. Jika dikeringkan dengan baik, lenteranya akan baik-baik saja.” Kata Je Yoon. Si pria akan mencengkram baju Je Yoon tapi Je Yoon bisa mendorongnay kembali.
“Jabatanku tinggi, tidak seperti penampilanku. Jadi Jangan memakai kekerasan.” Tegas Je Yoon.
“Benarkah? Tapi majikan kami melarang membedakan orang berdasarkan jabatan.” Ucap si pria
“Kalian melayani majikan yang terhormat.” Komentar Je Yoon mengejek lalu mendorong tiga pria sampai terjatuh lalu menarik Hong Shim kabur.

Keduanya berlari menghindari kejaran tiga orang pria,  Je Yoon terengah—engah karena ternyata Hong Shim berlari lebih cepat darinya, Hong Shim sudah pergi jauh. Je Yoon memanggilnya, tapi Hong Shim sudah tak terlihat.
“Apa Aku harus menunggu satu bulan lagi?”kata Je Yoon sedih akhirnya kembali ke jembatan dan terlihat sebuah kertas diatas jembatan dengan batu diatasnya.
“Terima kasih atas lenteranya... Sudah lama aku tidak menerima hadiah yang menyentuh dari seseorang. Sekalipun harapanku tidak terwujud, aku sudah cukup senang. Aku sudah mendatangi jembatan itu selama 10 tahun untuk menemui kakak yang terpisah denganku. Aku penuh pengharapan dalam beberapa tahun pertama. “
“Tapi aku menderita seiring berjalannya waktu. Pada tanggal 15 setiap bulannya, aku terpaksa mengakui bahwa dia sudah meninggal. Berhentilah pergi ke jembatan itu untuk menemuiku karena aku tidak akan ke sana lagi.”
Je Yoon membaca surat yang ditulis Hong Shim, sementara Hong Shim berjalan pulang seperti wajahnya terlihat kebingungan. 


Won Deuk pergi menemui Kkeut Nyeot memberitahu kalau Hong Shim tidak pulang selama beberapa hari. Kkeut Nyeot yakin kalau Hong Shim kabur dari rumah, karena kala itu dirinya pasti akan melakukannya hal yang sama kalau  suaminya seperti Won Deuk. Won Deuk terdiam melihatnya.
“Aku bercanda... Itu Pasti karena tanggal 15... Dia pergi ke Hanyang sekitar waktu itu setiap bulan.” Kata Kkeut Nyeot. Won Deuk binggung kalau istrinya pergi ke Hanyang.
“Dia ke sana untuk membantu sepupunya yang mengelola kios buku. Tapi Bagaimanapun juga, dia akan pulang hari ini untuk menghadiri pesta. Tunggulah dia di rumah kalian.” Kata Kkeut Nyeot lalu masuk ke dalam rumah

Goo Dul melihat Won Deuk akan pergi dari rumahnay mengaku kalau baru pulang dari rumah Won Deuk tadi. Won Deuk tak peduli memilih untuk pergi. Goo Dul menahannya berpikir kalau  Won Deuk itu kesal.
“Kau bukan temanku. Bahkan Kau menyebutku bodoh di depan orang lain.” Kata Won Deuk kesal
“Makanlah ini dan segera pulih... Aku melakukan semua itu demi kau. Kupikir akan baik jika kau tidak harus membayar utang.” Jelas Goo Dul menyuapi gorengan ke muut Won Deuk.
Won Deuk terlihat kesal tapi setelah mengunyahnya wajahnya berbinar-binar. Goo Dul yakin kalau rasanya pasti lezat dan sengaja membelinya untuk temanya. Won Deuk akan mengambilnya, tapi Goo Dul melarang karena Sisanya untuk Kkeut Nyeo.
“Di mana aku bisa membeli panekuk daging itu?” tanya Won Deuk penasaran menahan Goo Dul sebelum masuk rumah. 


Goo Dul pergi ke rumah Tuan Park bersama dengan Won Deuk, untuk menerima upahnya. Tuan Park mengeluh melihat Goo Dul yang datang mengajak Won Deuk. Won Deuk mengatakan kalau sengaja datang untuk makan panekuk daging.
“Astaga. Apa Kau pikir panekuk daging itu gratis? Kau tidak pandai dalam hal apa pun.” Ejek Tuan Park
“Berilah dia tugas... Dia tidak meminta upah, tapi hanya untuk makan panekuk daging.” Jelas Goo Dul mencoba merayu
“Tugas apa yang harus kuberikan kepada TAG?” ucap Tuan Park. Goo Dul mengeluh karean Tuan Park berani mengatakan hal itu padanya. 


Goo Dul dan Won Deuk akhirnya berjalan sambil membawa kendi besar. Won Deuk ingin tahu hari spesial apa hingga semuanya sibuk. Goo Dul memberitahu kalau Hari ini Tuan Park mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-60. Won Deuk tak mengenal Tuan Park.
“Dia orang yang sangat berpengaruh di desa ini... Pria tua yang menyombongkan soal menjadikan Hong Shim sebagai selirnya.” Kata Goo Dul menunjuk pada Tuan Park Sun Doo
Beberapa orang sibuk menata meja dan makanan, Tuan Park di sebuah ruangan menerima hadiah dari para teman dekatnya mengucapkan harapan semoga sehat dan panjang umur. Won Deuk terus menatap dari kejauhan.
“Jangan menatapnya terlalu lama. Dia bisa melihatmu.. Jadi Bergeraklah dengan cepat. Kau tidak akan bisa makan panekuk zukini, apalagi panekuk daging.” Ucap Goo Dul dan Won Deuk pun mengikuti dengan membawa kendi. 


Won Deuk terdiam melihat sosok wanita yang dicarinya, Hong Shim sedang membersihkan lantai tersenyum bahagia melihat sepasang anak bangsawan, seperti sang kakak sayang dengan adiknya menyuruh makan yang banyak.
Flash Back
Seol Ha mengejek adikanya yang dihukum lagi. Yi Seo mengangkat dua tanganya hanya bisa cemberut. Seol Ha mengeluh pada adiknya yang terus memainkan pedang Ayahnya karena seharusnya bermain dengan jarum, bukan pedangnya.
“Kubilang aku tidak suka hal semacam itu.” Ucap Yi Seo kesal
“Kakak menyiapkan jarum besar karena tahu kau akan bilang begitu.” Ejek Seol Ha memperlihatkan pedang maninan.  



Hong Shim seperti sangat bahagia mengingat kenangan dengan kakaknya, tapi wajahnya cemberut saat melihat Won Deuk menatap kearahnya. Keduanya akhirnya berpisah, Won Deuk selesai menaruh kendi, saat berjalan menemukan sesuatu.
“Bahkan istana melarang rakyat untuk membunuh sapi. Siapa yang menjatuhkan panekuk berharga ini?” ucap Won Deuk akan melihat pancake daging yang terjatuh di tanah.  Saat itu Hong Shim sudah ada didepanya.
“Aku tidak hendak memakannya.” Kata Won Deuk menyangkalnya melhat tatapan wajah Hong Shim yang menakutkan.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Hong Shim marah, Won Deuk mengeluh karena Hong Shim malah menanyakan hal itu setelah menghilang beberapa hari.
“Bisa-bisanya kau meninggalkan rumah tanpa pamit? Apa Kau tahu betapa aku merasa tidak nyaman?” ucap Wo Deuk dengan gayanya.
“Aku merasa sangat tidak nyaman karena ada kau di sekitar sin. Cepat pulanglah.” Ungkap Hong Shim khawatir
“  Ada apa denganmu? Aku juga kemari karena ada urusan.” Tegas Won Deuk. 


Goo Dul datang mengeluh dengan sikap Hong Shim karena ia yang memang mengajaknya.  Hong Shim mengumpat pada Goo Dul yang membawa Won Deuk karena Semua barang di tempat Tuan Park itu mahal, tapi malah harus mengajak pembuat onar.
“Karena dia merengek ingin makan panekuk daging.” Kata Goo Dul. Won Deuk menyangkalnya.
“Apa Kau tidak akan memakan ini? Jadi Makanlah pancake daging itu dan pulanglah, Suamiku” sindir Hong Shim lalu bergegas pergi.
“Benarkah kau akan memakan ini?” kata Goo Dul tak percaya Won Deuk melihat pancake yang sudah jatuh ditanah. Won Deuk yang kesal menyuruh Goo Dul saja yang makan. 


Akhirnya acara perayaan dimulai, Tuan Park dan Hakim Park duduk di meja depan dengan petinggi lainya, Beberapa bangsawan duduk didepan merkea. Hakim Park mengaku sulit kupercaya usia Tuan Park sudah 60 tahun karena seperti masih berusia 50 tahun.
“Itu omong kosong... Dia tampak berusia 40 tahun.” Komentar petinggi lainya memuji
“Sekalian saja suruh aku menikah lagi.” Komentar Tuan Park, mereka minum sambil tertawa bahagia. 

“Aku berfirasat bahwa aku seharusnya duduk di sana.” Kata Won Deuk melihat dari kejauhan tempat Tuan Park dkk menyantap makanan enak.
“Aku berfirasat bahwa kau tidak akan mendapat panekuk daging. Itulah sebabnya kau disebut bodoh, jadi Kembali bekerja.” Kata Tuan Park mendekati Won Deuk sambil mengumpat sedikit memberikan kepalanya. Won Deuk pun seperti ingin membalasnya melihat Tuan Park yang pergi. 

Hakim Park melihat Tulisan yang dibuat Tuan Park sambil memuji dan membacanya "Byeonhwang byeonhwang yo. Hongsek jeokhong yo." Namnam jeok cheongcheon, jinhoa hoa." Ia merasa kalau Tuan Park itu penyair sejati.
“Ini akan membuat penyair Du Fu dari Dinasti Tang menangis.” Komentar Hakim Park bangga.
“Tuan, sup sarang burungnya sudah siap.”ucap Tuan Park memberitahu Hakim Park. Hakim Park pun meminta agar segera membawanya.
“Aku menyiapkan sesuatu untuk membantu mengurangi usia Anda... Itu sangat langka.” Kata Hakim Park bangga.
Saat itu seorang pelayan datang membawa mangkuk, seorang bangsawan seperti tak suka sengaja menyelengkat kaki sipelayan dan akhirnya mangkuk yang dibawanya pun terjatuh.
“Kenapa kau menumpahkannya di hari istimewa ini?” teriak Hakim Park marah. Pelayan meminta maaf dan akan menyiapkan lagi.
“Kau bilang Menyiapkannya lagi? Makanan itu sangat sulit ditemukan. Aku mendapatkannya dari pedagang Ming. Harga mangkuk yang kau tumpahkan setidaknya senilai 100 yang. Bagaimana kau mampu menyiapkannya lagi?” ucap Hakim Park marah. Si pelayan hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Cepat ikat dan pukul dia... Ayo Tunggu apa lagi... Bawa dia keluar!” teriak Hakim Park marah. Hong Shim melihat dari kejauhan bergegas menemui Hakim Park
“Tuan...Anda tidak perlu menyakiti orang rendahan di hari yang indah. Tolong tunjukkan belas kasihan.” Ucap Hong Shim memohon
“Tahukah kau, dia menumpahkan semangkuk sup sarang burung?” ucap Hakim Park marah
“Mana mungkin dia tahu harganya mahal? Dia tidak sengaja...” kata Hong Shim ingin membela tapi Hakim Park kembali berbicara.
“Tidak sengaja? Berdasarkan logikamu, jika kau membunuh orang dan menyatakan itu tidak sengaja, maka kau pantas dimaafkan.” Ucap Hakim Park

“Logika itu tidak bisa diterapkan untuk kedua situasi.”balas Hong Shim. Hakim Park makin marah karena Hong Shim Berani sekali terus membantah.
“Bawa mereka berdua keluar dari sini!” teriak Hakim Park marah tapi  Tuan Park menyuruh Hakim Park membiarkan saja.
“Ini hari ulang tahunku. Jadi Maukah kau kemari dan menuang minuman untukku? Jika kau menyajikan minuman untukku, maka aku akan menganggap sup itu sudah dimakan. Jika kau mengizinkanku menyentuh pergelangan tanganmu, maka aku akan menganggap sikapmu tidak keterlaluan.” Ucap Tuan Park memberikan penawaran.
“Jadi Bagaimana menurutmu? Apa Kau mau kemari dan menyajikan minuman untukku atau diseret keluar dan dipukuli?” Aku tidak suka menunggu.” Kata Tuan Park. Hakim Park pun menyuruh agar setuju saja. 

Pelayan tak enak hati dengan Hong Shim, Tuan Park makin mendesak kalau Hong Shim itu sudah merusak sebuah pesta jadi harus menerima akibatnya. Hong Shim pikir melihat Tuan Park sangat mengagumi pergelangan tangannya membuat tidak tahu harus berkata apa dan akan berjalan tapi saat itu Won Deuk yang hanya melihat menarik tangan Hong Shim.
“Jangan melangkah lagi tanpa seizinku.” Ucap Won Deuk memperingati Hong Shim
“Pria keturunan bangsawan seperti kalian seharusnya tidak mengejek wanita bersuami. Sepertinya kalian tidak punya sopan santun.” Kata Won Deuk dan mengajak Hong Shim pergi .
“Berani sekali si Bodoh itu pergi begitu saja? Apa Kau menunjukkan keberanian karena kamu sendiri seorang pria? Menurut rumor, kau tidak ada gunanya... Menurutku konyol jika kau ingin pamer di hadapan wanita.” Ejek Tuan Park
“Kau memamerkan puisi yang bisa ditulis anak delapan tahun dan Apa aku yang konyol?” balas Won Deuk.
Tuan Park makin marah dianggap puisinya Anak delapan tahun  dan berani sekali orang yang orang buta huruf mengatakan itu Won Deuk dengan mudah menyebut kalimat Puisi yang sama dituliskan Tuan Park dengan arti
"Warnanya kuning, kuning. Warnanya merah, merah. Biru, biru adalah langit... Menyenangkan, sungguh menyenangkan." Apa Kau menyebut itu puisi?” ejek Won Deuk.
“Tentu saja, dasar orang rendahan. "Warnanya kuning. Warnanya merah." Duhai langit biru." Betapa indahnya itu? Kalau begitu, tulislah sesuatu... Jika puisimu lebih buruk daripada puisiku, maka kau dan istrimu akan mati.” Kata Tuan Park mengancam.
“Kenapa repot melakukan itu? Bawa mereka berdua dan...” kata Hakim Park, Won Deuk langsung mengatakan puisinya
"Cheukseosukyeong saseoui, anshinmiyak gwanchanghee. Jisumanbok gengmusa, jitapcheonkyeong shinshiwi." Kata Won Deuk. Tuan Park tak mengerti yang diucapkan Won Deuk, Hong Shim pun melonggo.
“Apa Aku juga harus menerjemahkannya?!! Tikus toilet mudah takut dan tikus terpelajar mencurigakan. Tikus mencuri biji-bijian dari peti di Biro Hakim. Mereka ingin memuaskan ketamakan mereka dan makan lahap. Namun, saat bumi terbelah dan langit runtuh, mereka akan berada dalam bahaya.” Kata Won Deuk.
“Berani sekali kau menghina bangsawan dengan puisi yang pernah kau dengar? Apa Kau tidak tahu betapa berat kejahatan menghina atasan?” ucap Tuan Park marah
“Anda membahas moral terkait status dan keturunan... Anda menyuruhku membaca puisi dan aku melakukannya.” Kata Won Deuk.

Hakim Park menyuruh agar keduanya dibawa ke Biro Hakim, Tiba-tiba seorang pengawal datang mengatakan kalau Ada kabar buruk. Hakim Park dan Tuan Park mengeluh dengan keributan yang datang. Pengawal memberitahu Wakil Perdana Menteri menemukan jasad dan bergegas kembali.
Keduanya melonggo kaget dan akhirnya menyuruh semua mereka akan bubar karena tidak ada waktu. Hong Shim pun ditarik Won Deuk untuk pergi keluar dari rumah Tuan Park. 


Hong Shim meminta Won Deuk  melepaskan tanganya, Won Deuk pun melepaskan tanganya. Hong Shim ingin tahu apa yang terjadi dan Di mana mendengar puisi itu, bahkan Bagaimana tahu soal moral. Ia pun ingin tahu Apa yang dilakukan suaminya selama wajib militer.
“Andai aku tahu, maka aku tidak mungkin mengalami amnesia.” Ucap Won Deuk
“Apa Kau tahu yang terjadi jika menantang kaum bangsawan? Kita pasti dipukuli sampai mati.” Kata Hong Shim khawatir.
“Kita berdua keluar dalam keadaan hidup.” Ucap Won Deuk santai, Hong Shim pikir benar dan ingin menyela tapi Won Deuk lebih dulu bicara.
“Apa rencanamu? Apa Kau akan menyajikan minuman untuk pria tua itu? Kau datang untuk bekerja di rumah pria tua yang ingin menjadikanmu selirnya. Lalu Kenapa kau memakai lipstik?” ucap Won Deuk marah
“Agar dia terkesan” kata Hong Shim. Won Deuk makin marah
“Itu adalah pesta dan kami disuruh berdandan rapi. Dengan begitu, aku bisa bekerja dan dibayar... Kau menyuruhku menjadi selirnya... Kenapa? Apa Sekarang kau cemburu?” ejek Hong Shim
“Jika rasa tidak nyaman ini adalah rasa cemburu, mungkin aku memang cemburu. Jangan masuk ke gerbang rumah pria itu lagi dan kecuali untukku, jangan memakai lipstik.” Ucap Won Deuk menghapus lipstik di bibir Hong Shim dengan jarinya. Hong Shim terlihat gugup.
“Aku tidak ingat tentangmu dan itu membuatku frustrasi, tapi aku tahu satu hal... Aku bukan orang bodoh... Aku tahu tentang puisi... Panekuk daging itu.... Aku tidak bisa memakannya... Semua itu sia-sia.” Ungkap Won Deuk. 





Raja akhirnya datang melihat mayat yang sudah ditutup kain putih. Tuan Kim tertunduk dengan rendah diri meminta agar membunuhnya,  Raja tak percaya menurutnya tidak mungkin itu Putra Mahkota.
“Dia tidak mungkin mati seperti ini... Aku harus melihat wajahnya.” Ucap Raja akan mendekat.
“Jangan, Yang Mulia.” Kata Mentri menahan Raja, tapi Raja tetap ingin melihat dan menyuruh untuk menyingkir.
“Aku sudah memeriksanya dan memastikan itu dia, Yang Mulia. Jasadnya sudah mulai membusuk. Anda tidak akan sanggup melihatnya.” Kata mentri
“Kubilang menyingkirlah!”teriak Raja ingin melihat, Tuan Kim memberikan kode agar membiarkan Raja melihatnya.
Raja membuka kain dan melihat jasad yang sudah menghitam dan kembung tak bisa di kenali tapi bajunya mengunakan pakaian Putra Mahkota. Kakinya pun langsung lemas, semua panik melihat Raja.

Hong Shim memberikan semangku makanan untuk suaminya. Won Deuk hanya menatapnya. Hong Shim pikir kalau Won Deuk tidak mau, jadi lebih baik bekerja untuk Tuan Park dan mengambil panekuk daging. Won Deuk mengaku kalau Jika itu cara mendapatkan pancake itu maka  tidak mau memakannya.
“Rasanya sangat tidak enak.” Komentar Won Deuk saat mulai memakanya. Hong Shim cemberut mendenganyr.
“Sepertinya ini menyehatkan... Konon makanan pahit bagus untuk kita.” Komentar Won Deuk mulai memakan masakan istrinya. 


Hong Shim dkk berkerja dengan menjahit kain, temanya berkomentar kalau tadi Won Deuk sangat romantis dengan memegang tangan Hong Shim dan mengatakan  "Jangan melangkah lagi tanpa seizinku." Hong Shim hanya bisa tersipu mau tapi Kkeut Nyeo mengeluh kalau itu tak romantis.
“Dia akan terlibat masalah besar jika tidak berhati-hati.. Dia pembuat onar.” Komentar Kkeut Nyeo.
“Bagiku, itu sangat memuaskan... Maksudku, sangat tidak adil jika kita harus selalu patuh dan membungkuk untuk kaum bangsawan.” Komentar teman lainya. Hong Shim tak bisa menutupi rasa bahagianya.
“Omong-omong, kupikir Won Deuk orang bodoh... Tapi sepertinya dia bisa membaca.” Kata temanya.
“Tidak mungkin... Dia mungkin mendengar satu atau dua puisi selama masuk militer.” Ucap Kkeut Nyeo 


Hong Shim menutupi wajahnya dengan buku , meminta agar Won Deuk membacanya. Won Deuk bisa tahu judul bukunya "50 Bayangan Orang Rakus" lalu berkomentar Kenapa orang rakus punya 50 bayangan. Hong Shim kaget karena Won Deuk bisa membaca huruf ini.
"Gembala Sapi dan Gadis yang Jujur". Itu pasti novel roman yang ditulis dengan buruk.” Kata Won Deuk membaca sampul buku yang ditunjukan Hong Shim.
“Siapa yang bilang kau tidak berguna? Won Deuk, kau lebih dari berguna. Kau luar biasa!” kata Hong Shim tersenyum bahagia memeluk Won Deuk. Won Deuk melonggo bingung
“Senyummu membuatku merasa sangat tidak nyaman.” Kata Won Deuk. Hong Shim seperti tak peduli karena menemukan sesuatu yang bisa dimanfaatkan dari suaminya. 


Di ruang Raja, terasa sangat tegang. Tuan Kim masuk membawa surat dari raja karena saat ini Raja merasa sangat hancur, jadi akan menyampaikan titahnya kepada para menteri.
"Membunuh Putra Mahkota sama artinya dengan membunuhku, sang Raja. Jelas ini tindakan pengkhianatan yang tidak termaafkan. Segera bentuk Biro Penyelidikan Khusus. Tangkap semua pelaku kejahatan pengkhianatan dan hukum mereka untuk menetapkan contoh pencegahan.”
“Aku ingin Wakil Perdana Menteri Kim Cha Eon memimpin Biro Penyelidikan Khusus. Hanya sedikit asisten autopsi yang boleh menyiapkan jasadnya. Aku tidak mau orang lain melihat kondisi jasadnya yang mengenaskan. Selain itu, sederhanakan prosedur pemakamannya. Aku sangat khawatir semua ini bisa menimbulkan keresahan publik."

Tiga mentri temasuk Tuan Jung berbicar bersama, salah satu mentri merasa ini sangat aneh, karena Raja melarang kerabat kerajaan masuk sebelum pemakaman. Tapi Mentri lain berpikri aklau  itu akan menguntungkan mereka karena dengan Menyederhanakan proses pemakaman akan membantu mempercepat pelantikan putra mahkota baru.
“Yang lebih penting, kita harus mencegah Wakil Perdana Menteri menjadi kepala Biro Penyelidikan. Jelas dia akan menahan kita, dan Ratu bertanggung jawab untuk menyingkirkan kita.” Kata Mentri lain.
“Ini tidak akan mudah... Wakil Perdana Menteri tanpa Putra Mahkota bagaikan macan tanpa gigi. Bahkan pengikutnya akan mulai mengkhianati dia.” Kata Tuan Jung yakin.
“Dasar bodoh.... Apa Kau tidak tahu betapa seram dan liciknya dia? Dia pasti akan memakai tipuan. Kita harus melakukan hal serupa untuk melawannya.” Ungkap Mentri lainnya.
“Lihat saja... Raja akan segera meninggalkan dia dan berpihak kepada kita. Kita punya pewaris tunggalnya, yaitu Pangeran Seowon.” Ungkap Tuan Jung yakin. 


Ratu menemui akanya kalau tak percaya mereka  berhasil dan memang sungguh terjadi. Ia memberitahu anaknya kalau akan menjadi raja di negeri ini dan Istana Putra Mahkota akan segera menjadi miliknya.
“Apa terjadi hal buruk kepada Yul?” tanya Pangeran Seowon panik. Ratu membenarkan.
“Ada apa lagi? Putri Mahkota...” ucap Pangeran Sewon. Ratu mengeluh pada sikap anaknya agar sadar.
“Ada banyak pengintai di dalam istana ini. Jika ada yang tahu soal perasaanmu, kau dan ibu akan mati.” Ucap Ratu. Pangeran Seowoo hanya terdiam. 


Je Yoon membuka pintu penjara dan menyuruh si pria untuk pergi. Si pria binggung kenapa tiba-tiba disuruh pergi, tapi akhirnya bergegas pergi. Ketua ingin tahu alasan Je Yoon yang berpikir rpai itu bukan pembunuhnya. Je Yoon mengingat yang dikatakan pria itu  yang mengaku memakai panah itu selama sekitar dua tahun.
“tapi aku yakin dia memegangnya untuk kali pertama di hari itu... Bukan begitu cara memegang panah jenis itu... Mungkin dia tidak menyangka aku akan menyuruhnya menembakkannya.” Cerita Je Yoon.
“Aku juga tahu dia jarang pergi ke Gunung Baegak. Aku menggeledah rumahnya dan ada tanah hitam di semua sepatunya.” Kata Je Yoon
“Jika benar seseorang menyuruhnya menyerahkan diri, kita harus menyiksanya agar tahu siapa orangnya. Kenapa kau harus melakukan ini? Kenapa melepasnya dengan mudah?” keluh Ketua
“Menyiksa orang itu tidak manusiawi... Cara lebih cepat untuk mencari tahu penyuruhnya adalah membuntutinya.” Kata Je Yoon bangga
“Lantas kenapa kau masih di sini?” ucap Ketua. Je Yoon tersadar 


Je Yoon mengikutinya sampai ke pasar tapi kehilangan jejak dan  mengeluh dengan pikiran yang tak fokus akhir-akhir ini. Saat membalikan badan Je Yoon tak sengaja malah bertabrakan dengan seorang wanita. Ia meminta Maaf dan bertanya apakah melihat pria berjubah hitam yang baru saja melintas di dekatnya. Si wanita hanya diam melihat Je Yoon.
“Sepertinya kau tidak melihatnya.” Ucap Je Yoon akan pergi.
“Aku hanya berspekulasi, tapi sekarang cukup yakin kau tidak bisa mengenali wajah.” Komentar si wanita.
“Kau Ae Wol.” Kata Je Yoon setelah melihat pakaian dari si wanita.
“Kau pasti mengenali orang berdasarkan suaranya. Benar, kan? Omong-omong, mulai sekarang kau harus berhati-hati... Kudengar Putra Mahkota sudah wafat... Artinya akan segera ada pertumpahan darah di istana.” Ucap Ae Wol
“Kau bilang Putra Mahkota sudah wafat?!!!” ucap Je Yoon kaget. Ae Wol binggung melihat Je Yoon yang tidak tahu soal itu
“Ada pemberitahuan di depan Biro Distrik Ibu Kota.” Ucap Ae Wol. 


Moo Yeon datang menemui Tuan Kim yang menccarinya. Tuan Kim langsung menaruh pedang di leher Moo Yeon karena sudah melakukan kesalahan yang bisa mengancam nyawanya karena Jasad itu bukan Putra Mahkota. Moo Yeon yakin melihat Lee Yeol terjatuh setelah tertembak panahnya
“Dia pengawalnya, Mereka pasti bertukar pakaian... Misi itu sangat penting, tapi kau gagal. Apa Kau berharap aku menyelamatkan nyawamu?” kata Tuan Kim memberikan bukti kancing baju.
“Permainan berburu ini belum berakhir, jadi, terlalu cepat bagi Anda untuk membunuh pesuruh Anda, Tuan.” Ucap Moo Yeon.
“Ingatlah akibat dari kesalahanmu. Jadi Cepat pergi ke Gunung Chunwoo dan cari jasadnya. Jika Putra Mahkota masih hidup, pastikan kau membunuhnya. Kau harus membawakanku kepalanya.” Kata Tuan Kim memberikan sedikit goresan pedang di leher Moo Yeon. 


Je Yoon menemui Kwon Hyuk di tempat tersembunyi ingin tahu Apa yang terjadi, karena tidak melihatnya beberapa hari dan ingin tahu apakah meninggalkan istana untuk... Kwon Hyuk membenarkan kalau  diam-diam mencari Putra Mahkota.
“Dia memberiku ini saat pergi untuk ritual hujan.” Kata Kwon Hyuk memberikan amplop.
“Kenapa kau memberikan ini kepadaku?” tanya Je Yoon binggung
“Dia menyuruhku memberikan ini kepadamu pada tanggal 15. Aku bertanya-tanya kenapa dia menyuruhku menyerahkan ini, bukannya menyerahkannya langsung kepadamu. Setelah kupikir-pikir, dia pasti bermaksud menyerahkan ini kepadamu jika tidak berhasil kembali.” kata Kwon Hyuk.
“Bukankah ini huruf Mandarin untuk "siku"?” ucap Je Yoon membaca surat yang ditulis Lee Yeol. 


Tumpukan buku ditaruh diatas meja, Won Deuk kaget karena Hong Shim yang menyuruh untuk menulis semua ini. Hong Shim mengaku hanya membawa buku terlaris dan mendapatkan bayaran dua jeon per buku jadi mereka bisa mendapat banyak uang.
“Ini Buku "Kisah Pria Gagah"? Apa anehnya pria yang gagah?” komentar Won Deuk melihat sedikit bagian buku
“Itu bacaan wajib di kalangan wanita bersuami.” Kata Hong Shim. Won Deuk pun mulai membacanya.
"Aku ingin menjadi kekasihmu Peluk erat diriku, sebelum aku melompat ke arahmu." Aku tidak mau membaca cerita yang menjijikkan seperti itu.” Kata Won Deuk menolak.
“Kalau begitu, jangan membacanya.” Ucap Hong Shim penuh semangat. 


Won Deuk menulis sementara Hong Shim membacakan cerita,  "Kedua orang itu masuk ke paviliun untuk menghindari hujan. Wajah Yeon Hee bersinar karena cahaya bulan. Dia cantik. Seob memegang tangannya. Dan..."
“Dan Apa ?” tanya Won Deuk karena tak mendengar istrinay bicara.
“Kau Tulis saja sendiri... Penglihatanku kabur karena membaca dalam waktu lama.” Kata Hong Shim
“Lanjutkan membaca jika kau ingin mendapat dua jeon... Dimulai dari kata "dan".” Perintah Won Deuk.
“"Dia melepas tali di branya. Lalu Kulit tubuh Yeon Hee akhirnya terlihat. Dia melepaskan semuanya, Tubuhnya sangat indah... Seob membelai wajahnya dan menciumnya.. Bibir lembutnya..." kata Hong Shim terbata-bata dan membuat Won Deuk terdiam.
“Cukup...” ucap Won Deuk seperti tak bisa menahan imaginasinya. Hong Shim heran karena Won Deuk yang menyuruh melanjutkannya?
“Itu tidak masuk akal... Mereka baru bertemu di hari itu.” Keluh Won Deuk
“Itu bisa terjadi jika mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Kenapa itu tidak masuk akal?” balas Hong Shim
“Apa Kau juga jatuh cinta kepadaku pada pandangan pertama? Apa yang sangat kau sukai dariku? Aku sudah tahu kau menyukai pahaku. Jadi Katakan yang lain.” Ucap Won Deuk ingat pertama kali Hong Shim melihat bagian pahanya.
“Kaulah yang menyukaiku lebih dahulu... Karena kau sangat ingin berpacaran denganku, jadi, aku hanya membantumu.” Ucap Hong Shim menyangkal.
“Tapi kau tidak tampak seperti orang yang akan kudekati.” Ejek Won Deuk
“Siapa yang bilang? Coba Perhatikan aku...Jika melakukannya, maka kau akan langsung menyukaiku.” Ucap Hong Shim mendekatkan wajahnya.
“Dari dekat, kau tampak... Bukan apa-apa...” komentar Won Deuk seperti menutupi perasaanya. 

Pemilik toko buku kaget karena mereka,  menulis semua buku ini dalam semalam. Ia pun memuji Hong Shim mengesankan lalu memberikan bayaranya dengan sekantung uang. Won Deuk mengaku kalau dirinya yang mengesankan, bukan Hong Shim.
“Aku yang mengerjakannya.” Kata Won Deuk bangga. Si paman pun berkomentar kalau keduanya pasti pasangan serasi.
“Mulai sekarang, jika ada pekerjaan, serahkan kepada kami. Kami bisa membuat salinan baru tanpa kesalahan tulis dengan tulisan tangan bagus dalam waktu singkat.” Kata Hong Shim. Si paman pun menganguk mengerti.
“Sebagai gantinya, jadikan tiga jeon per salinan.” Kata Won Deuk. Hong Shim dan si paman langsung berpadangan. 


Hong Shim tersenyum bahagia memegang uang ditanganya, karena tak percaya Won Deuk sekarang bisa menawar. Won Deuk tak suka dengan ucapan istrinya seperti mengejek. Hong Shim mengaku kalau mengatakan ini hanya kerena bangga kepada Won Deuk.
“Apa Kau begitu senang?” tanya Won Deuk melihat Hong Shim terus tersenyum.
“Tentu saja... Aku belum pernah mendapatkan uang sebanyak ini.” Kata Hong Shim
“Aku akan makan gukbap dan membeli sepatu kulit.” Ucap Won Deuk.
“Tidak bisa. Kita harus membayar utang.” Kata Hong Shim. Won Deuk mengeluh kalau Sebagian uang itu adalah milikknya.
“Lupakan sepatu kulit... Kita akan memesan seporsi gukbap dan berbagi.” Kata Hong Shim.
“Kupikir kau wanita berkaliber tinggi. Tapi Kau lebih payah daripada keliahatannya.”komentar Won Deuk.
“Kau pasti bisa makan panekuk daging seandainya tidak punya utang.” Balas Hong Shim. 


Hong Shim berjalan lebih dulu lalu melihat Ma Chil didepanya, lalu bergegas menarik Won Deuk pergi.  Won Deuk binggung karena Kedai gukbap ada di depan mereka. Hong Shim mencari tempat persembunyian karean Ma Chil akan lewat didepanya.
“Namanya Ma Chil. Dia tampak baik, tapi sebenarnya sangat kejam. Dia sering memukuli orang tanpa memandang gendernya. Kau juga harus berhati-hati kepadanya. Jika bertemu dengannya, pastikan kau lari. Mengerti?” ucap Hong Shim berbisik
“Aku merasa sangat tidak nyaman.” Kata Won Deuk. Hong Shim tahu karean Ini karena tempatnya sempit jadi meminta agar menunggulah sebentar.
“Bukan karena itu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim binggung karena apa.
“Apa yang membuatmu merasa tidak nyaman?” tanya Hong Shim lalu tersadar kalau sudah memegang tangan Won Deuk dan langsung melepaskanya.
“Sepertinya ingatanku telah kembali.” ungkap Won Deuk menatap Hong Shim yang ada didekatnya.
Bersambung ke episode 5
Cek My Wattpad...LA LAKERS

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
                


2 komentar:

  1. Terima kasih mbk dyah deedee
    Di tunggu ep. Selanjutnya 😉

    BalasHapus
  2. makac y mbak aq suka sinopsisnya. d tunggu kelanjutannya

    BalasHapus