PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tabib
melihat luka di tubuh Won Deok, lalu bertanya Apa suami Hong Shin itu ditembak
dengan panah. Ayah Hong Shin pikir kalau itu Pasti terjadi sesuatu selama masa wajib militernya. Ia menceritakan saat
Won Deok kembali dalam keadaan kacau.
“Aku membalut
lukanya dengan kulit pinus dan sari
bakung laba-laba merah, lukanya hampir sembuh.” Jelas Ayah Hong Shin
“Lukanya
mulai berdarah lagi karena infeksi.” Kata Tabib. Ayah Hong Shin panik karena
berpikir Won Deok akan mengalami hal buruk.
“Mari
kita lihat... Denyut nadinya terasa kosong dan energinya rendah. Tapi kurasa
dia pingsan bukan karena itu. Kekurangan energi dan makanan yang berkepanjangan
menyebabkan pening dan tak sadarkan diri” kata Tabib setelah memeriksa denyut
nadi.
“Aku
sungguh frustrasi... Bisakah kau menjelaskannya dengan sederhana dan cepat? Maksudmu
kondisinya parah atau tidak?” kata Ayah Hong Shin panik.
“Dalam istilah
orang awam, dia pingsan karena kelaparan.” Kata Tabib. Keduanya kaget
mendengarnya.
“Selama
ini dia hanya makan sedikit karena sangat pemilih soal makanan.” Ucap Ayah Hong
Shim
“Apa
maksud Ayah? Tempo hari dia menghabiskan seporsi gukbap di pasar.” Keluh Hong
Shim kesal
“Seharusnya
dia tidak melakukannya. Luka cenderung memburuk jika kita makan sup panas. Kalau
begitu, ini akibat ulahnya sendiri.” Keluh Hong Shim kesal
“Aku akan
memberinya resep obat herba yang bergizi. Rebuskan herba itu dengan
sungguh-sungguh. Ada tanduk rusa di resep itu, dan harganya akan cukup mahal. Tapi
obat itu akan sangat manjur.” Kata Tabib
Hong Shim
melonggok mendengar Tanduk rusa, Tabib berpesan agar mereka memastikan Won Deok
makan makanan sehat sebelum minum obat, karena Saat mereka merasa lemah, penyakit
yang hampir sembuh akan kembali dalam kekuatan penuh.
“Astaga,
aku tidak perlu cemas. Dia bukan manusia, tapi siluman yang memakan semua uang
kami.” Keluh Hong Shim kesal.
Keduanya
diluar rumah, Ayah Hong Shim mengeluh anaknya yang malah membiarkan tabib itu
pergi karena Seharusnya mendengarkan dan membeli obat itu untuk Won Deuk. Hong
Shim memberitahu ayahnya kalau Sudah 10
hari aku tidak buang air besar karena tidak makan.
“Kita
tidak mampu membeli obat herba yang mengandung tanduk rusa.” Kata Hong Shim
“Hanya
ada satu cara agar Won Deuk bisa makan tanduk rusa... Aku harus menangkap rusa.
Tapi aku belum pernah melihat rusa di Gunung Chunwoo.”kata Ayah Hong Shim
binggung
“Dengan
kata lain, mustahil untuk menangkap rusa.” Ucap Hong Shim menyadarkan ayahnya.
“Ayah
harus melakukan sesuatu. Minimal ayah harus membeli daging.” Kata Ayah Hong
Shim khawatir,
“Astaga...
Memangnya daging gratis? Dia sudah berutang 30 yang. Apa Ayah mau menambah
utangnya?” kata Hong Shim kesal
“Kaulah
yang ingin dia bekerja... Maka setidaknya kita harus membantunya pulih. Jika
terus berbaring seperti itu, bagaimana dia bisa bekerja dan melunasi utang?”
jelas Ayah Hong Shim
“Tapi... Tidak
boleh ada utang lagi.” Tegas Hong Shim. Ayahnya mengeluh anaknya yang tak mau
menuruti perkataaan ayahnya.
“Baiklah.
Lakukan sesukamu karena dia suamimu... Biarkan dia mati jika kam mau. Ayah
tidak akan peduli lagi.” Keluh Ayah Hong Shim kesal
“Astaga,
apa yang harus kulakukan? Jika orang yang berutang mati, siapa yang akan
membayar utangnya? Siapa yang harus membayar? Apa Aku harus membayarnya? Wah...
Merepotkan sekail.” Keluh Hong Shim menatap kamar yang tertutup.
Hong Shim
menatap Won Deuk yang terbaring dikamar akhirnya pergi ke hutan mencari tanaman
herbal, menyimpanya dalam tasnya. Setelah itu memekai ketapel untuk menangkap
ayam yang terbang. Tanganya seperti sangat terampil mengambil bahan makanan dari
hutan.
Ia lalu
pergi dapur merebus ayam di dapur dan ramuan obat untuk Won Deuk. Saat malam
hari, Hong Shim memberikan makan dan juga obat dalam bentuk cairan agar
suaminya bisa pulih, tak lupa mengompresnya agar suhu tubuhnya turun.
Pagi
hari, Ayah Hong Shim bangun menatap kamar anaknya yang masih tertutup.
“Sebenarnya
aku senang dia sakit. Berkat ini, mereka berdua tidur sekamar. Aku harus
membiarkan mereka berdua, entah akan bertengkar atau tidak. Aku tidak boleh
terlibat.” Ucap Ayah Hong Shim lalu pami pergi kalau akan pergi ke pegunungan.
Won Deuk
perlahan membuka matanya, seperti masih lemah dan mencoba untuk membuka lebar.
Lalu melihat Hong Shim yang berbaring di lantai disampingnya, matanya menatap
Hong Shim seperti hatinya mulai tertarik dan mengelus rambut Hong Shim.
Hong Shim
membuka matanya sempat melihat tangan Won Deuk yang memegang rambutnya. Won
Deuk sempat gugup lalu langsung berpura-pura tidur menarik tanganya. Keduanya
terlihat canggung dan akhirnya sama-sama duduk.
“Bukankah
aku menyuruhmu pindah kamar? Kenapa tidur di sini?” ucap Won Deuk marah
“Aku
menyelamatkan nyawamu dan lihatlah cara bicaramu... Ini karena aku harus merawatmu
semalaman.” Keluh Hong Shim kesal
“Apa yang
terjadi?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengejek Won Deuk yang sekarang tidak ingat kejadian tempo hari
“Kau
terjatuh dan pingsan da juga memecahkan kendi di Gunung Chunwoo. Kau tampak
sehat-sehat saja, tapi bahkan tidak sanggup memikul kendi. Kenapa kau
memecahkannya?” tanya Hong Shim
“Aku
mendaki gunung dan kepalaku terasa sangat sakit. Aku merasa sesak hingga tidak
bisa bernapas. Aku ingin tahu apa yang kualami di sana.” Kata Won Deuk juga
binggung.
“Mungkin
kau mau mencari kayu bakar dan malah bertemu macan.” Ejek Hong Shim
“Dalam perjalanan
pulang, aku penasaran tentang kisah masa laluku. Dan juga kisah bersamamu... Katakan
bagaimana perangaiku dahulu.” Kata Won Deuk penasaran.
“Dahulu
kau orang baik.” Kata Hong Shim. Won Duk ingin tahu agar Hong Shim menceritakan
lebih spesifik. Hong Shim mengingat saat bersama dengan ayahnya.
Flash Back
Ayah Hong
Shim menceritakan kalau Won Deuk sangat gagah dan bisa diandalkan, ramah. Hong
Shim ingin ayahnya agar menceritakan kepandaiannya, bukan kepribadiannya karena
harus menyuruhnya bekerja apa pun untuk melunasi utangnya.
“Dia
mahir bersikap tampan.” Kata Ayah Hong Shim. Anaknya menganguk mengerti.
“Tapi Apa
Hanya itu?” tanya Hong Shim penasaran.
Hong Shim
memberitahu Won Deuk itu pekerja keras, Entah itu menanam padi, membajak, atau
memberi makan hewan akan menyelesaikan pekerjaan dalam setengah hari. Won Deuk
mengerluh kalau Bukan jawaban itu yang diinginkan.
“Aku
tidak bisa membayangkan diriku dengan cerita seperti itu.” Ucap Won Deuk. Hong
Shim seperti kebingungan karena sudah berbohong.
“Maka...Apa
yang harus kuceritakan?” ucap Hong Shim lalu teringat sedng merebus air di tungku dan bergegas keluar
karena panik.
“Kau sendiri
tidak tahu siapa dirimu, mana mungkin aku tahu? Wah.. Kenapa semuanya berakhir
seperti ini?” keluh Hong Shim menatap ke arah kamar tempat Won Deuk tidur.
Hong Shim
pergi ke dapur melihat masakan yang baru dibuatnya, lalu dikagetkan dengan Won
Deuk sudah ada didepan pintu. Ia mengeluh suaminya yang sudah duduk didepan
pintu. Won Deuk mengaku Saat tidur mendengar ayah Hong Shim pergi untuk
melakukan tugasnya.
“Tapi
tugasnya bukan hari ini... Apa Gu Dol berpura-pura sakit lagi? Berandal itu tidak
punya rasa tanggung jawab.” Keluh Hong Shim kesal
“Lalu Bagaimana
kondisimu?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku merasa jauh lebih baik.
“Tentu
saja setelah semua yang kulakukan untuk merawatmu. Aku mencari di seluruh
pegunungan untuk memberimu makanan sehat.” Kata Hong Shim banga.
“Apa Pipimu
terluka karena itu?” tanya Won Deuk khawatir. Hong Shim memegang pipinya tak
ingin membahasnya.
“Aku
harus membuatkanmu sarapan, jadi tunggulah di dalam. Jika tidak, maka kau akan
pingsan lagi.” Ucap Hong Shim mengeluarkan sesuatu dari kendi.
Won Deuk
bertanya apa yang akan dibuatnya. Hong Shim mengatakan kalau akan membuat sup
cacing tanah. Won Deuk kaget dan bertanya apakah ia juga memasukkannya pada sup
yang dimakanya semalam. Hong Shim membenarkan kalau yang di simpannya bukan
cacing tanah biasa.
“Cacing
ini punya garis putih di sekitar lehernya.”
Kata Hong Shim bangga memperlihatakan cacing ditanahnya. Won Deuk tak
bisa menahan mual lalu bergegas pergi.
“Hei...
Jangan muntah... Apa Kau tidak tahu betapa berharganya cacing tanah... Kau
harus Telanlah sekalipun supnya naik.” Ucap Hong Shim menekan mulut Won Deuk
agar tak muntah. Won Deuk langsung menghempaskan tanganya.
“Apa Kau
baik-baik saja? Muntahmu sudah berhenti?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengumpat
marah.
“Kenapa
kau menyuapiku makhluk menjijikkan seperti itu?” teriak Won Deuk marah.
“Tapi kau
menikmatinya.” Kata Hong Shim. Won Deuk pikir itu karena tidak tahu bahannya
dan juga sedang tidak sadar.
“Apa Kau
tidak tahu kisah Biksu Won Hyo? Dia masuk ke gua dan meminum air, bahkan
menelannya dengan lancar. Keesokan harinya, dia tahu itu air dari tengkorak. Apa Kau pikir dia muntah
sepertimu setelah mengetahuinya? Tidak, dia menjadi sadar... Air yang sama,
kemarin terasa lezat, tapi hari ini terasa menjijikkan. Dia sadar itu salah... Dia
menyadari semuanya tergantung hati kita. Ini disebut Pencerahan Pikiran..”
Cerita Hong Shim.
“ Apa sekarang
kamu berusaha mengguruiku?” kata Won Deuk marah
“Cacing tanah
itu hanya hidup di tanah. Kenapa kau menilai dari penampilannya?” keluh Hong
Shim
Won Deuk
pun bertanya kenapa Hong Shim tidak coba memakannya. Hong Shim menagku tidak
akan memakannya karena sup itu bukan seleranya. Won Deuk mengumpat kalu itu
sangat menjijikkan jadi tidak akan membiarkan Hong Shim lolos begitu saja
dengan tangan menunjuk.
“Aku
harus menghukummu!” kata Won Deuk. Tapi Hong Shim malah mendekap tangan Won
Deuk dengan ayah bahagia. Won Deuk binggung kenapa Hong Shim seperti itu.
“Itu
Karena aku senang dan Sebenarnya aku cemas jika kondisimu parah. Tapi melihatmu
berteriak, kurasa kondisimu sudah pulih. Mulai sekarang, jangan sakit atau
terluka... Tubuhmu tidak hanya milikmu.” Kata Hong Shim.
Won Deuk
bingung apa maksud ucapanya, Hong Shim menegaskan kalau Tubuh Won Deuk adalah
miliknya hingga melunasi semua utang. Won Deuk menarik tangan agar Hong Shim
melepaskan tanganya, tapi Hong Shim tetap memegangnya dengan erat.
Ayah Hong
Shim akan pergi ke gunung dikagetkan melihat ada petugas kerajaan. Kwon Hyuk
bertanya apakah Ayah Hong Shim petugas mercu suar. Ayah Hong Shim membenarkan
dan sedang dalam perjalanan untuk melakukan tugasnya.
“Siapa
Anda?” tanya Ayah Hong Shim tertunduk ketakutan.
“Aku
petugas pengawal istana dari Hanyang.” Kata Kwon Hyuk. Ayah Hong Shim menganguk
mengerti.
“Apa Kau
tidak melihat pria aneh di gunung ini beberapa hari lalu?” tanya Kwon Hyuk.
Ayah Hong Shim mengaku tak melihatnya.
“Sebagai
petugas mercu suar, aku sering datang ke gunung ini. Aku hanya melihat hewan,
bukan manusia. Bahkan tidak ada orang yang datang di sekitar area ini... Omong-omong,
siapa yang Anda cari?” tanya Ayah Hong Shim.
Kwon Hyuk
ingin memberitahu tapi saat itu pengawal lain datang memberitahu sesuatu, Kwon Hyuk pun pamit pergi mengikuti pengawal
lain ke bagian atas gunung.
“Entah
siapa yang kau cari, tapi kau tidak akan bisa mencari orang itu.” Ucap Ayah
Hong Shim menatap Kwon Hyuk yang pergi.
Kwon Hyuk
jalan dengan cepat ingin tahu apa yang terjadi,
Pengawal mengatakan menemukan jubah di sungai dan itu diduga milik Putra
Mahkota. Kwon Hyuk pun langsung makin bergegas.
Hong Shim
mengajak Won Deuk ke tempat kayu bark. Won Deuk binggung karena Hong Shim yang
menyuruh memotong kayu bakar. Hong Shim mengingatkan kembali ucapan Won Deuk
yang bilang ingin ingatannya kembali dan Semua kayu bakar bisa membantu
mengingat perangai Won Deuk.
“Selama
apa pun aku melihatnya, ini tampak asing.” Pikir Won Deuk.
“Cobalah
lakukan dahulu... Tubuhmu mungkin ingat meski pikiranmu lupa.” Kata Hong Shim
memberikan kapak untuk membela kayu bakar.
“Kau
masih bisa melarikan diri dari anjing gila walau tidak lari selama sebulan. Begitulah
cara kerja tubuh kita. Ingatanmu akan kembali begitu kau melakukannya.”jelas
Hong Shim
Won Deuk
mencoba membelah kayu tapi tanganya tak bisa membelah kayu, Hong Shim akhirnya
menyuruh Won Deuk untuk memutar jerami agar menjadi sandal, tapi tak bisa
melakukanya. Hong Shim gemas meliahtnya.
Akhirnya
mereka pergi ke hutan, Won Deuk sudah memegang sabit, wajahnya sangat percaya
diri tapi ketika memotong tanaman seperti sangat kesusahan,bahkan membuat sabit
terlepas dari gagangnya. Hong Shim makin kesal.
Keduanya
pun berjalan menuruni bukit, Won Deuk berkomentar kalau Benda bernama sabit ini sangat berbahaya jadi
menurutnya ini bukan jenis pekerjaannya dan Setiap manusia dilahirkan berbeda
jadi mereka pasti punya bakat yang
berbeda.
“Aku pasti
pandai melakukan sesuatu... Kita harus mencarinya.” Ucap Won Deuk. Hong Shim
hanya diam dan terus ebrjalan.
“Sikap Diammu
membuatku merasa tidak nyaman.” Keluh Won Deuk.
“Semua
tentang dirimu membuatku merasa tidak nyaman... Bahasa bangsawan payah itu
adalah ciri terburukmu. Jadi Bawalah ini dan ikuti aku....” Ucap Hong Shim
memberikan kotak peralatan pada Won Deuk.
Tuan Kim
menemukan topi pengawal yang sudah terkena lumpur. Pengawal memberitahu kalau
mereka bisa segera menemukannya. Tuan Kim mengeluh kalau Putra Mahkota itu
merepotkan bahkan setelah mati, Saat itu
terdengar suara.
“Di
sebelah sini... Itu jubah Putra Mahkota...” ucap Pengawal. Mereka pun bergegas
ke bagian sisi sungai dan terlihat pakaian Lee Yeol
“Kalian
Tunggu apa lagi, Periksa jasad itu.” Kata Pengawal. Tuan Kim menahanya.
“Aku..
akan memeriksanya sendiri.” Ucap Tuan Kim berjalan ke arah mayat yang diduga
adalah Le Yeol
“Tunjukkan
rasa hormat kalian... Dia Putra Mahkota.” Kata Tuan Kim lalu semua orang
langsung berlutut.
Keduanya
berjalan pulang, Won Deuk mengeluh kalau Semua debu itu membuatnya haus jadi
ingin makan baesuk dingin, bahkan Air pun tidak masalah. Hong Shim terdiam lalu
melonggo melihat ada dua orang didepan rumah.
“Bayarlah
kendi itu.” Kata Tuan Park dan Rentenier meminta bayar bunga.
“Ayolah.
Urusanmu tidak mendesak, jadi Bayarlah kendinya dahulu.” Kata Tuan park
“Dia
meminjam uang dariku 15 hari yang lalu dan memecahkan kendi beberapa hari lalu.
Jadi Bayarlah aku dahulu.” Ucap Rentenier.
“Kendi
itu milik Biro Hakim... Mereka harus lebih dahulu membayar pada pemerintah.”
Kata Tuan Park
“Apa Kau
tidak bisa melakukan apa pun tanpa kendi?” sindir Rentenier.
“Ma
Chil... Apa Kau membantahku? Aku seorang pejabat. Kau hanya rentenir yang
beroperasi secara ilegal. Jaga ucapanmu.”kata Tuan Park marah
“Hei...
Berani sekali kau meremehkanku padahal hanya pejabat rendahan?” keluh Ma Chil.
Tuan Park
tak terima dianggap Pejabat rendahan dan menurutnya Ma Chil bkan orang hebat
karena mengenal Hakim karena harus menghajar dengan kemampuan seni bela
dirinya. Ma Chil marah dianggap orang bodoh. Keduanya saling adu mulut dan
akhirnya berkelahi.
Hong Shim
hanya bisa terdiam melihat keduanya adu mulut, sementara Won Deuk panik karena
keduanya akan terjatuh di atas tanaman yang dibelinya dan mendorong agar
menjauh.
“Kalian
berdua, hentikan!” teriak Hong Shim,
“Bayarlah
kendinya dahulu.” Ucap Tuan Park. Ma Chil ingin Hong Shim membayar bunganya
lebih dulu.
“Bunga
ini sangat mahal, Hampir saja rusak.” Ungkap Won Deuk memegang bunga yang
sangat disayanginya. Hong Shim pun mengajak mereka untuk ikut denganya. Keduanya
bertanya kemana mereka akan pergi.
Mereka
pergi ke kantor hakim, Hong Shim mengatakan tidak sanggup membayar utang. Hakim
Park ingin tahu alasan tidak sanggup membayar utang. Ma Chil memberitahu Hakim
kalau Pria bernama Won Deuk itu sudah menandatangani kontrak dan memperlihatkan
surat ditanganya.
“Dokumen
itu tidak sah.” Kata Hong Shim, Ma Chil bertanya apakah Dokumen yang Won Deuk
tanda tangani sendiri tidak sah dengan nada menyidnir.
“Apa Anda
ingat Mal Nyeon yang wafat dua tahun lalu? Dahulu dia memakai bunga sebesar ini
di rambutnya. Dia mencuri cincin giok dan tidak dihukum... Apa alasannya?.”
Ucap Hong Shm
“Ya... Dia
benar-benar lepas...Karena dia gila.” Kata Hakim. Hong Shim bisan mengerti.
“Anda tidak
mendakwanya karena mentalnya tidak stabil... Suamiku Won Deuk juga begitu.”
Kata Hong Shim
“Apa
Maksudmu Won Deuk sungguh bodoh? Kau tidak bisa mengatakan itu sekarang. Dia
tampak baik-baik saja.” Ucap Hakim
“Kau
jelas-jelas mengatakan ada yang salah dengan kepalanya hingga dia tidak berguna
dan kau bilang akan menjualku sebagai gantinya.” Kata Hong Shim pada Ma Chil
“Aku
bukan orang bodoh. Aku baik-baik saja.” Tegas Won Deuk membela diri. Hakim
menyimpukan kalau Won Deuk mengaku baik-baik saja.
“Aku bisa
membuktikan kebalikannya.” Kata Hong Shim meminta tolong Goo Dul sebagai saksi.
“Dia
tidak tahu soal kejadian di gudang jerami... Menurutku itu aneh... Di Gunung
Chunwoo. Saat kami pergi ke Gunung Chunwoo, aku menyuruhnya membawa pengangkut
kendi, tapi dia memakainya secara terbalik dan itu mengejutkan.” Cerita Goo Dul
“Aku
menyuruh dia membayar sup dan nasi yang dia makan, tapi dia malah berkedip
kepadaku seperti itu. Aku tidak percaya ada orang bodoh seperti dia.” Komentar
bibi pemilik kedai
“Tempo
hari dia memegang tanganku dan memasukkannya ke kotoran.” Ucap Teman Hong Shim
“Dia
terus kabur dariku karena tidak mau mengembalikan sepatu hitam yang dia pinjam
untuk pernikahannya. Menurutku itu sangat aneh.” Komentar Tuan Park
“Seluruh
desa membicarakannya... Won Deuk itu TAG... Dia Tidak Ada Gunanya.” Kata Kkeut
Nyeo menambahkan. Won Deuk hanya bisa terdiam.
“Semua
cerita itu membuatku berpikir bahwa pikirannya memang tidak waras.” Kata Hakim
Park berpikir
“Bagaimana
bisa dokumen yang dia tanda tangani dengan cara ditipu itu sah? Kumohon Anda membuat
keputusan yang bijaksana.” Kata Hong Shim
“Aku
memang bijaksana, kau ada benarnya” kata Hakim Park. Ma Chil tak terima
“Bagaimanapun,
memang benar dia telah meminjam uang.” Ucap Ma Chil
Hakim
Park akhirnya menyuruh agar mengmbil semua barang yang dibeli Won Deuk dengan
pinjaman itu. Won Deuk menolak dengan tegas.
Beberapa orang mengeluh suami Hong Shim tidak waras. Hakim Park
menegaskan kalau Won Deuk tidak bisa mengatakan itu, karean dirinya aadalah
hakim.
“Aku tidak
mau mengembalikan apa pun. Aku tidak bisa mengakui bahwa aku orang bodoh yang
tidak waras dan tidak mau utangku dibebaskan karena itu.” Ucap Won Deuk. Hong
Shim melonggo bingung.
Semua
akhirnya berjalan pulang dari tempat hakim, semua berkomentar kalau Won Deuk
adalah suami sekaligus masalah bagi Hong Shim. Won Deuk berhenti saat Hong Shim
yang berjalan didepanya berhenti lalu membalikan badan dengan wajah marah.
Semua pun bergegas bubar membiarkan mereka berdua saja. Hong Shim akhirnya
mengumpat marah pada suaminya.
“Aku
ingin menanyakan itu kepadamu... Hanya demi uang, kau mengubah suami normalmu
menjadi orang bodoh?” ucap Won Deuk marah
“ Apa Kau
normal? Apa Kau tidak mendengar perkataan orang-orang? Kau tidak normal.” Tegas
Hong Shim marah
“Kau
bilang aku melakukan semuanya dengan baik. Aku hanya mengalami kesulitan karena
hilang ingatan. Bukannya menutupi kesalahanku...” kata Won Deuk dan langsung
disela oleh Hong Shim.
“Jumlahnya
30 yang. Aku bisa menghapus utang itu. Siapa peduli kau bodoh atau lebih bodoh?”
kata Hong Shim.
“Kenapa
kau tidak menjadi selir?.. Kau pasti sudah tahu aku miskin. Kenapa kau mau
menikah denganku? Jadilah selir jika kau sangat menyukai uang. Kenapa? Apa Kau
tidak mau suami tua dan lebih memilih aku yang sehat dan muda?” ucap Won Deuk.
Hong Shim
tak bisa menahan amarahnya langsung memberikan tamparan. Won Deuk tak percaya
kalau Hong Shim seorang wanita yang berani menampar suaminya. Hong Shim memilih
untuk pergi meninggalkan Won Deuk sendiri.
Won Deuk
pulang ke rumah memegang pipinya, teringat ucapan di kantor hakin kalau Seluruh
desa membicarakan dirinya yaitu Won Deuk itu TAG, Tidak Ada Gunanya jadi mereka
pikir Semua cerita itu membuatnya berpikir memang tidak waras.Hong Shim memiih
untuk pergi ke tempat pemakan ayah dan ibunya.
“Kenapa
Ayah tidak menepati janji? Ayah berjanji akan mencarikanku pria yang luar biasa
yang seperti Ayah... Karena aku bukan lagi Yoon Yi Suh, tapi Yeon Hong Shim,
Apa Ayah tidak menganggapku sebagai putrimu lagi? Andai kau masih hidup, aku
tidak akan menikah dengan pria seperti Won Deuk.” Ungkap Hong Shim kecewa.
Raja
sedang melakukan rapat di ruangan. Seorang kasim datang menemui Raja kalau Seorang
utusan baru saja tiba dari Gunung Chunwoo membawa surat. Raja melihat surat
yang dibawa oleh kasim dan wajahnya langsung berubah, Tuan Jung Sa Yeob melihat
wajah Raja saat membaca surat.
“Wajah
Yang Mulia menjadi pucat setelah membaca surat itu. Surat itu pasti berisi
kabar buruk tentang Putra Mahkota.” Ucap Tuan Jung menemui Ratu Park.
“Kabar
buruk? Bukankah itu kabar baik bagi kita? Sekarang kau harus fokus untuk
meningkatkan pengaruhmu.” Kata Ratu Park dengan wajah bahagia. Tuan Jung
mengangguk mengerti.
Di dalam
kamarnya, So Hye menerima berita dari pelayannya,wajahnya masih terlihat tegang
menganguk mengerti lalu menatap ke arah jendela sambil menerawang.
Flash
Back
Lee Yeol
berteriak apa ayahnya kalau tak mau dengan
Putri dari Kim Cha Eon, karena Itu menakutkan dan mengerikan. Raja
memegang wajah anaknya memberitahu kalau Hanya Keluarga Park yang bisa
melindungi mereka berdua. So Hye yang masih kecil mendengar dan melihat
keduanya sedang bicara.
“Andai
tidak bertemu sebagai suami dan istri, kita tidak akan berakhir begini. Semoga
kamu berada di tempat yang lebih baik.” Kata So Hye menyakinkan kalau Lee Yeol
sudah mati.
Je Yoon
berdiri diatas tebing menatap ke arah bawah merasa Aneh sekali, Pasti ada
sesuatu lalu datang ke tempat pembuat panah. Anaknya sambil menangis
menceritakan kalau ayahnya terjatuh dari jurang dan meninggal. Je Yoon kaget
mendegarnya.
“Salah
satu tetangga menemukannya.... Entah kenapa dia pergi ke sana.” Ucap Si anak
yang masih sedih.
Je Yoon
kembali ke markas mengatakan kalau Ada masalah mendesak yang harus dilaporkan
kepada ketua. Ketua pengawal mengatakan kalau
Ada masalah yang lebih mendesak yaitu Seseorang merusak dinding kediaman
Kepala Gubernur.
“Kau
Uruslah masalah itu... Dia geram. Jika terus begini, kita bisa dipecat.” Ucap
ketua
“Pembuat
panah yang merupakan kunci dalam kasus tabib wanita itu, sudah meninggal. Mereka
pasti tahu aku sedang menyelidikinya, Mereka pasti membunuh dia karena takut kita
akan mengetahui dalang di balik semua itu.” Ucap Je Yoon mengebu-gebu.
“Berhentilah
menyelidiki kasus itu.” Kata Ketua. Je Yoon terlihat kesal.
“Apa
karena dia tidak berkeluarga dan kematian seperti itu tidak penting? Tuan,
sudah kukatakan pasti ada skema besar di balik kasus ini.” Ucap Je Yoon dengan
nada tinggi.
“Pelakunya
menyerahkan diri selagi kau tidak ada.” Ucap Ketua. Je Yoon kaget.
Je Yoon
memegang sebuah panah yang sama di tanganya, lalu bertanya Sudah berapa lama memakai ini. Si pria
terlihat ketakutan mengatakan sekitar
dua tahun, Je Yoon seperti tak percaya meminta agar membuktikan apakah benar
memang pelakunya.
Si pria
akhirnya pergi ke lapangan memegang panahnya, lalu seekor ayam diterbangkan.
Dan dengan cepat, Ayam pun jatuh terkena panah. Je Yoon berkomentar si pria
yang sangat andal.
“Bagaimana
bisa itu dijadikan bukti? Dia tidak membunuhnya dengan sengaja. Tapi Dia tidak
sengaja membunuhnya karena panahnya salah arah.” Ucap Ketua
“Dia
bukan pembunuhnya. Tapi tolong kurung dia untuk sementara waktu.” Kata Je Yoon
“Kenapa
kita harus mengurungnya jika dia bukan pembunuhnya? Kenapa?”tanya Ketua
“Karena hari
ini tanggal 15.” Ucap Je Yoon lalu keluar dari tempat. Ketuanya mengeluh apa
hubungannya dengan itu sambil berteriak. Je Yoon tak peduli memilih terus
berjalan. Ketua berteriak karea Je Yoon
yang tidak akan pergi ke kediaman Kepala Gubernur.
Hong Shim
pergi ke jembatan melihat dua pria sedang berbicara tentang minum-minum seperti
berharap salah satu adalah kakaknya. Tapi tak ada sosok pria seperti sedang
menunggunya, ketika membalikan badan Je Yoon sudah ada didepanya.
“Kakakmu
sangat kejam... Dia seharusnya menepati janjinya kepadamu.” Komentar Je Yoon.
“Sedang
apa kau?” tanya Hong Shim ketus. Je Yoon mengaku sengaja datang karena ingin
melihat wajah Hong Shim
“Wanita
pasti menyukaimu tiap kali kau mendekati mereka seperti ini.” Komentar Hong
Shim melihat wajah Je Yoon yang sangat dekat denganya.
“Itu
tidak benar. Aku belum pernah mendekati siapa pun.” Ungkap Je Yoon.
“Maka Apa
aku yang pertama?” kata Hong Shim bangga. Je Yoon merasa kalau Itu makin
menyinggungnya dan sangat meremehkan dirinya juga.
“Mungkin
ini mengejutkanmu, tapi aku ingin mengakui sesuatu.” Kata Je Yoon. Hong Shim
langsung melarangnya.
“Kau
tidak tahu apa yang ingin kuakui.” Kata Je Yoon lalu menunjuk ke arah sungai
didepan mereka.
“Aku kemari
untuk mewujudkan harapanmu... Konon harapan kita akan terwujud jika lentera itu
tiba di laut dengan selamat. Jadi, aku menaruhnya di air untukmu. Aku berdoa
agar kau bertemu lagi dengan kakakmu.” Ungkap Je Yoon.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad...LA LAKERS
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar