PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hong Shim
mengulurkan tanganya membiarkan bunga sakura jatuh ditangan, teringat dengan
saat bertemu dengan Lee Yeol saat masih kecil. Yi Seo memberikan pilihan yang
mana yang lebih disukai, salju atau bunga yang berguguran.
“Aku...menyukaimu...
Aku akan menikahimu.” Ucap Lee Yeol
Lee Yeol
melihat sakura yang berguguran juga mengingat kenanganya, Hong Shim menurunkan
penutup kepalanya. Lee Yeol seperti mengenali wajah Yi Seo yang sudah dewasa,
saat itu Je Yoon melihat dari kejauhan Hong Shim seperti terkesima.
Hong Shim
menyadari tatapan Lee Yeol dan bergegas pergi, Lee Yeol mengejar Hong Shim yang
selama ini merasakan kehilangan. Je Yoon melihat Hong Shim yang kabur dengan
sengaja membuat Lee Yeol menabrak dirinya.
Lee Yeol
akhirnya kehilangan Hong Shim tak terlihat di matanya, Hong Shim ternyata
bersembunyi di bawah jembatan, tapi saat itu
seseorang menepuk pundak Hong Shim dari belakang.
“Dia
pasti terlihat seperti itu jika dia masih hidup.” Kata Lee Yeol yang kehilangan
Yi Seo
“Aku
sudah memberitahumu kalau tidak ada seorangpun dari keluarga itu yang selamat.”
Ucap Do Joon
“Cari dia
sekali lagi hanya untuk berjaga-jaga.” Tegas Lee Yeol
“Aku
sudah mencarinya ke seluruh penjuru negeri selama bertahun-tahun. Dan Sudah jelas
dia tidak berhasil selamat, tapi aku tetap melakukannya karena itu perintah
darimu. Bagaimana bisa kau masih belum melupakannya?” ucap Do Joon sedikit
mengeluh.
“Bukan
aku tidak bisa melupakannya. Tapi Dia masih ada di ingatanku karena aku menukar
hidup gadis itu dengan pakaian kerajaanku.” Kata Lee Yeol.
Hong Shim
berdiri di depan seorang pria, Jung Je Yoon memperkenalkan kalau dari Kantor
Distrik Ibukota dan ingin tahu melarikan
diri dari apa. Hong Shim terlihat binggung dan mengaku hanya terburu-buru
karena harus melakukan sesuatu.
“Tas
besar itu tidak cocok dengan pakaianmu. Bolehkah aku melihat ke dalam?” kata Je
Yoon .
“Tentu.”
Ucap Hong Shim memperbolehkanya, tapi berusaha untuk kabur. Je Yoon bisa
menahanya dan keduanya sempat sedikit berkelahi dengan kedua tangan dan Hong
Shim tak bisa melawanya.
“Kau
memiliki kemampuan bela diri yang cukup baik untuk ukuran seorang wanita. Ini
semakin mencurigakan.” Kata Je Yoon
“Aku terkejut
karena kau mengejarku tiba-tiba malam ini.” Akui Hong Shim berbohong
“Siapa
kau, dan dimana kau tinggal?” tanya Je Yoon curiga, Yeon Hong Shim mengaku dari
Desa Songjoo.
“Kau
pasti belum menikah. Urusan apa yang kau milik di Hanyang dari Desa Songjoo?”
tanya Je Yoon
“Aku
disini untuk bertemu seseorang.” Kata Hong Shim. Je Yoon pikir yang dimaksud
adalah kekasihnya.
“Aku berjanji
untuk bertemu saudaraku di jembatan ini tanggal 15 setiap bulannya, apa kau
puas? Ngomong-ngomong, kenapa kau memperlakukanku... seperti sedang
menginterogasiku ketika aku tidak pernah berbuat salah padamu?” keluh Hong Shim
kesal.
Je Yoon
mengaku kalau itu Karena tertarik pada Hong Shim. Hong Shim tak peduli memilih
untuk pergi, tapi Je Yoon malah mengikutinya. Ia mengeluh Je Yoon yang terus
mengikutinya bukannya pulang ke rumah saja. Je Yoon mengejek kalau Jembatan ini
bukan milik Hong Shim.
“Aku
datang ke sini untuk menikmati bulan hari ini karena bulannya penuh malam
ini... Wah... Indah sekali.” kata Je Yoon duduk di pinggir jembatan menatap
langit seperti berpura-pura
“Kau
Tetap disana... Jangan coba-coba untuk merayuku.” Tegas Hong Shim memperingati.
“Aku
berencana melindungimu... Kau mungkin akan di kejar oleh pria-pria itu lagi.
Dan Saudaramu pasti lupa dengan janji kalian. Jadi Aku akan menemuimu di
tanggal 15 setiap bulannya.” Ucap Je Yon lalu berjalan pergi. Hong Shim hanya
menatapnya.
Do Joon
melaporkankaalu kehilangan pembunuhnya, dan satu-satunya saksi sudah meninggal
jadi ingin tahu apa yang akan dilakukan sekarang. Lee Yeol terdiam lalu
tiba-tiba wajahnya tersenyum. Do Joon ingin tahu pakah Lee Yeol itu sudah punya
ide.
“Aku harus
mengadakan sebuah perayaan.” Ucap Do Joon tersenyum bahagia.
Lee Yeol
sudah berganti pakaian dengan baju pangeran berwarna biru, lengkap dengan ikan
pinggangnya, mereka pun akan memulai
perayaannya. Semua berada didepan istana menikmati perayaan di dengan musik-musik
dari alat musik petik dan taburan drum.
“Aku
tadinya akan melewatkan ulang tahun tahun ini karena penyakit Putra Mahkota.”
Ucap Raja.
“Aku
sudah merasa lebih baik karena kita merayakan perayaan bersamanya dengan
situasi yang lebih baik. Aku dengar ratu berdoa pada para dewa setiap hari.”
Kata Lee Yeol.
“Pasti
kau membaik karena doa-doanya.” Ucap Raja bahagia.
“Aku
senang kau sudah sembuh, tapi Putri Mahkota terlihat sangat pucat.” Kata Ratu
park melihat ke arah So Hye
“Maafkan
aku. Aku tidak tidur dengan baik tadi malam.” Ungkap So Hye. Ratu Park
menyindir kalau Kecantikannya tidak berguna.
“Putra
Mahkota, kenapa kau tidak merawat istrimu?” sindir Ratu Park pada Lee Yeol
“Orang-orang
mungkin merasa bosan karena kita melewatkan pertunjukan tari-tarian. Bolehkah
aku melanjukan ke bagian selanjutnya?” ucap Lee Yeol
“Kau
pasti merasa terburu-buru. Jadi kau bilang kau menginginkan busur dan panah
untuk hadiah ulangtahunmu.” Ucap Raja
“Ada
banyak barang berharga di negeri ini, tapi kenapa dia hanya menginginkan busur
dan panah untuk hadiah ulang tahunnya?”tanya Ratu Park kembali sindir.
“Aku suka
bela diri sejak aku kecil. Sepertinya keahlian itu masih ada di diriku.” Ucap
Lee Yeol yakin.
Flash Back
Do Joon
ingin tahu apakah menurut Lee Yeol bisa menangkap pelakunya hanya dengan busur
dan panah. Lee Yeol yakin kalau Ada ratusan pengrajin yang membuat panah
menurutnya Seluruh panah terlihat sama jika dilihat sekilas.
“Tapi
tergantung dari siapa yang membuat dan bahan apa yang digunakan, panah memiliki
berbagai macam karakteristik. Panah yang menancap di tenggorokan tabib wanita
itu, tidak bisa dengan mudah ditemukan di pasar.” Ucap Lee Yeol
“Batang
dan bulunya terbuat dari bahan langka dan lengkungannya yang unik memberitahuku
kalau itu berasal dari seorang pembunuh, bukan para berandalan. Hanya keluarga
orang yang berpengaruh yang memilki kekuatan untuk mempekerjakan seorang
pembunuh.” Kata Lee Yeol yakin
“Tapi,
kau tidak tahu... apakah mereka akan memberimu jenis busur dan panah yang sama
sebagai hadiahmu.” Ucap Do Joon
“Seekor
anjing rendahan dan tidak berguna... bisa memberikan hasil yang mengejutkan
pada pemiliknya.” Kata Lee Yeol.
Lee Yeol
duduk menunggu dan seorang Wakil Perdana Menteri Kedua Shin Seung Jo,
menawarkan hadiahkan untuk Lee Yeol lalu membuka kotak yang berisi busur panah
lengkap. Lee Yeol berkomentar kalau panahnya
terlihat luar biasa dan pasti dari pelatihan militer dan mengaku puas.
“Itu panah
pendek dan kecil. Aku tertarik pada panah sejenis itu akhir-akhir ini. Terima
kasih.” Kata Lee Yeol melihat hadiah dari Pedana mentri yang lain.
“Yang
Mulia, Pangeran Seowon memasuki ruangan.”kata Pelayan yang lain.
Akhirnya
Pangeran Seowon masuk istana menghadap Raja lebih dulu meminta maaf, Ratu Park
senang melihat anaknya yang datang.
Pangeran Seowon mengaku Membutuhkan
waktu lama untuk mendapatkan busur dan panah yang langka ini menurut perintah
ibunya. Raja mengaku tak masalah.
“Aku
penasaran seberapa langka benda itu.” Ucap Lee Yeol seperti yakin kalau Ratu
yang mencoba membunuhnya.
“Aku
dengar kau jatuh sakit tapi aku tidak menjengukmu karena kedatanganku bisa
membuatmu marah.” Kata Pangeran Seowon menghadap Lee Yeol
“Kenapa
aku harus marah? Kita kan saudara... Meskipun berbeda ibu.” Ucap Lee Yeol
menyindir. Ratu Park terlihat marah memperingatkan Lee Yeol
“Aku
tidak sabar untuk melihat apa yang telah Ratu persiapkan untukku.” Kata Lee
Yeol
“Untuk memperingati
hari ulang tahunmu, aku mempersembahkan ini atas nama Ratu.” Kata Pangeran
Seowon dan membuka kotak berisi busur panah.
“Ini
bukan jenis yang sama.” Kata Lee Yeol kaget ternyata bukan busur panah yang
sama.
“Ini
terbuat dari bambu.” Komentar Lee Yeol setelah memegangnya. Pangeran Seowon
kaget karena Lee Yeol mengetahuinya.
“Ini
panah yang terbuat dari bahan terbaik terbuat dari bambu yang berusia tiga
tahun dan bulu elang.” Ucap Pangeran Seowoon.
“Aku
benar-benar menghargai kau membawa ini untukku.” Ucap Lee Yeol sambil bergumam
kalau tidak akan bisa menemukan siapa pemanahnya.
“Aku
dengar tidak ada seorangpun yang bisa menyamai kemampuan memanahmu. Akan sebaik
apa kau dengan semua hadiah in?”Ucap Tuan Kim
menemui menantunya.
“Aku diberitahu
untuk bisa menguasai keduanya, sastra dan bela diri jadi aku selalu melaukan
yang terbaik.” Kata Lee Yeol
“Wakil
Perdana Menteri, aku lihat kau belum memberkan hadiah” ucap Raja.
“Aku
tidak memiliki cukup waktu untuk membuatkan satu sebelum perayaannya.” Kata
Tuan Kim
“Jarak waktunya
sama untuk semua orang. Apa ayah dari Putri Mahkota tidak memiliki hadiah untuk
Putra Mahkota?” sindir raja.
“Maksudku
bukan begitu. Apa yang aku punya tidak spesial, jadi khawatir kalau Yang Mulia
akan kecewa.” Kata Tuan Kim akhirnya membuka busur panah yang dibawanya.
“Ini
bukanlah apa-apa dan hanya busur dan panah biasa. Batangnya terbuat dari semak
semanggi. Bulunya terbuat dari burung hantu rajawali dan busurnya buatan
tangan.” Jelas Tuan Kim. Lee Yeol melotot kaget melihatnya.
“Ini
adalah busur dan panah yang sama dengan yang membunuh tabib wanita itu.” Gumam
Lee Yeol lalu bertanya Apa ini busur dan panah yang biasanya digunakan Tuan
Kim.
“Ya, Yang
Mulia... Itu yang selalu aku gunakan untuk berburu.” Kata Tuan Kim
“Apa kau
orang yang membunuh tabib wanita itu? Apa kau yang mencoba untuk membunuhku?”
kata Lee Yeol melotot tak percaya teringat kembali apa yang dilakukan Tuan Kim
saat membunuh ayah Yi Seo
“Aku
harap kau meninggalkan rasa marahmu. Dan jangan khawatir dengan anak-anakmu.
Mereka akan segera mengikutimu.” Ucap Tuan Kim setelah menusuk Tuan Yoon
menyuruh agar mengejar semua keluarganya untuk dibunuh.
“Tidak
boleh ada seorangpun dari anggota keluarganya yang hidup.” Tegas Tuan Kim pada
semuanya anak buanya.
“Akankah
dia membunuhku seperti membunuhnya?” gumam Lee Yeol melotot marah
“Jika
Anda kecewa, maka aku akan membuatka yang baru untukmu.” Kata Tuan Kim melihat
tatapan Lee Yeol seperti tak suka.
Lee Yeol
mengaku Tidak perlu karena panah itu yang diinginkan. Tuan Kim menawarkan kalau
menyuruh mereka untuk memainkan musik. Lee Yeol pun menolak dan menegaskan
kalau perjamuannya sudah selesai lalu menuruni tempat acara.
Lee Yeol
menuliskan buku harianya dalam kamar.
“Kim Cha
Eon sudah membunuh tabib wanita itu. Aku yakin itu untuk menutupi fakta kalau
dia mencoba meracuniku. Tapi kenapa? Kenapa dia ingin membunuhku?”
Saat itu
terdengar pengawal memberitahu kalau Putri Mahkota datang. Lee Yeol langsung
menutup buku dan menaruh dia dalam lagi meja. So Hye datang dengan pengawal
wanita dan juga Kasim. Lee Yeol menyindir kalau
Tidak sopan datang tanpa penberitahuan pada malam hari.
“Tolong
suruh mereka meninggalkan ruangan. Aku ingin bicara berdua denganmu.” Kata So
Hye
“Kau
bilang Berdua? Itu membuatku merasa tidak nyaman.” Ucap Lee Yeol tak suka.
So Hye
memohon, akhirnya Lee Yeol pun meminta agar pengawal dan kasim untuk
meninggalkan mereka berdua. Setelah itu So Hye duduk di depan suaminya. Lee
Yeol mengaku sudah ketinggalan membaca karena acara perjamuan tadi. Jadi
meminta agar bicara dengan cepat.
“Kau menyamar
dan pergi keluar dari istana diam-diam
baru-baru ini. Aku benar-benar khawatir ketika kau terbaring sakit, tapi
sekarang aku bertanya-tanya apa kau benar-benar sakit. Apa mungkin kau
berpura-pura sakit untuk menghindari tidur denganku?” ucap So Hye menyindir
“Aku
tidak akan pernah melakukan sesuatu yang murahan dan kotor. Aku Putra Mahkota
di negeri ini, apa kau lupa?” kata Lee Yeol menyindir.
“Ayahku...mempertaruhkan
nyawanya sendiri untuk membantu Yang Mulia Raja mendapatkan tahta.” Ucap Soo
Hye membela diri.
“Apa Dia
mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk negeri ini? Ini Aneh. Apa dia tidak
mendapatkan tanah di Hanyang dan Gyeonggi? Dan juga, aku mendengar kalau keluargamu
memiliki lebih banyak harta dibandingkan Keluarga Kerajaan. Aku yakin itu bukan
hanya sekedar rumor.” Kata Lee Yeol menyindir
“Apa
karena itu? Apa karena itu kau membenciku? Yang Mulia Raja-lah yang menyarankan
pernikahan kita..” ucap So Hye
“Kita
berdua tahu kalau pernikahan ini hanya sandiwara, jadi kenapa kau tiba-tiba
mempermasalahkanya?” komentar Lee Yeol
“Aku tahu
kau menghabiskan malammu mempelajari tata krama. Kau tidak menerima Pelajaran
Kerajaan sampai kau datang ke istana ini saat berusia 10 tahun. Lalu Kementerian
menyuarakan kekhawatiran mereka.” Ucap So Hye
“Itulah
kenapa kau selalu belajar setiap malam selama sepuluh tahun terakhir agar kau
menjadi Putra Mahkota yang sempurna. Tapi, tanpa seorang putra, kau tidak akan
pernah dianggap begitu.” Ungkap So Hye.
Lee Yeol
mengartikan kalau So Hye menyarankan. supaya mereka memiliki anak. So Hye
mangaku untuk pertama dan terakhir kalinya, membuat permintaan yaitu meminta Tolong
agar membiarkan dirinya berada di dekapan Lee Yeol malam ini dan akhirnya
mendekati Lee Yeol agar menyentuh wajahnya.
“Pasti
tidak mudah memberanikan diri untuk mengatakan itu.” Ucap Lee Yeol seperti
terlihat gugup menyentuh bibir So Hye.
“Tapi, hatiku...
sepertinya tidak bisa... meyakinan tubuhku.” Bisik Lee Yeol lalu melepaskan
tanganya dari wajah So Hye.
“Aku
tidak memiliki alasan untuk mengkhawatirkan tentang masa depanku tanpa seorang
anak. Jadi kumohon pergi.” Tegas Lee Yeol.
So Hye
keluar kamar dengan wajah kesal bertanya Apa ayahnya sudah kembali dari
kantornya. Sementara di ruangan Tuan Kim mengingat dengan tatapan Lee Yeol saat
menerima hadiah darinya dan bertanya Kenapa menantunya itu menatapnya seperti
itu.
“Aku
tidak sedang mengharapkanmu.” Ucap Tuan Kim melihat So Hye yang datang.
“Rencanaku
tidak berhasil... Aku tidak memiliki banyak waktu.” Kata So Hye
“Aku
mengerti... tapi apa maksudmu.” Ucap Tuan Kim.
Hong Shim
berjalan pulang dikagetkan dengan Tuan Park berlari ketakutan dan hampir
menabrak. Tuan Park memperingatkan Hong Shim agar jangan lewat jalan itu karena
melihat hantu. Hong Shim hanya melonggo mendengarnya karena itu Tidak mungkin.
“Coba kau
Tunggu... Dengarkan baik-baik... Apa Kau dengar itu? Lihat apa yang kumaksud?”
ucap Tuan Park mendengar lolongan binatang yang dianggap seperti hantu.
“Ini
semua salahmu... Kau masih lajang... dan itulah kenapa mereka mengirim hantu!”
ucap Tuan Park berlari ketakutan. Hong Shim mengelengkan kepala karena tak
habis pikir Tuan Park yang ketakutan.
Ayah Hong
Shim gelisah di depan rumah, Hong Shim menyapa ayahnya yang baru pulang.
Ayahnya langsung mengambil tas yang dibawa Hong Shim dan mengajaknya duduk.
Hong Shim melihat sesuatu yang ditutup diatas meja. Ayahnya menyuruh membuka
saja karena tahu anaknya pasti lapar.
“Apa kau
sudah menungguku dari tadi tanpa memakan apapun?” kata Hong Shim khawatir
melihat dua mangkuk yang utuh.
“Tentu
saja tidak. Ini makan malamku yang kedua. Jadi Makanlah.” Ucap Ayahnya. Hong
Shim pun mulai makan dengan wajah gembira.
“Aku
tidak ingin kau pergi ke Hanyang lagi mulai bulan depan. Saudaramu tidak muncul
dan itulah kenapa kau kembali sendirian. Berjanjilah padaku kau tidak akan
pergi ke sana.” Kata Tuan Kim khawatir. Hong Shim langsung menolaknya.
“Saudaramu
adalah hal terakhir yang harus kau khawatirkan. Beberapa pria mendatangiku dan
menceramahiku tentang pernikahanmu. Kalau begini, aku takut sesuatu yang buruk
mungkin terjadi.” Kata Ayah Hong Shim
“Apa yang
kau khawatirkan? Aku sudah memberitahu mereka tentang Won Deuk.” Ucap Hong Shim
yakin. Tapi Ayah Hong Shim masih saja khawatir.
Dong Joo
melihat Lee Yeol yang tidak tidur sama sekali tadi malam dan Apa sedang mengidentifikasi
pelakunya melalui busur dan panah. Lee Yeol menatap panah yang dibawa Tuan Kim
untuknya, lalu berbicara pada Dong Joo.
“Dong
Joo... Kalajengking yang harus melewati sungai kecil di punggung seekor katak,
ternyata malah menyengat si katak. Jadi Sudah jelas mereka berdua akan
tenggelam dan mati. Tapi kenapa dia membunuh katak?” kata Lee Yeol memberikan
perumpaan.
“Aku
tidak tahu. Itu pertanyaan sulit.” Kata Dong Joon.
“Aku
harus tahu jawaban, pertanyaan sulit itu... Ada sesuatu yang harus kau cari
tahu sekarang.” Ucap Lee Yeol lalu melepaskan busur panah yang hasilnya
membelah busur panah lain.
Dong Joo
pergi menemui seorang tabib yang membawa tumpukan buku. Tabib mengatakan kalau
hanya itu jurnal yang tersisa di toko obat. Dong Joo ingin tahu alasanya kenapa
hanya itu saja. Tabib mengatakan kalau Seseorang
datang dua hari lalu dan mengambil semua
yang kita miliki.
“Aku pergi
ke Ruang Kesehatan Kerajaan, tapi seseorang sudah mengambilnya” ucap Dong Joo
melapor
“Siapa
orang itu?” tanya Lee Yeo penasaran lalu berjalan melewati tempat saat menerima
pelajaranya.
Seseorang
berdiri di depan soal yang diberikan dan memberikan jawaban. Lee Yeol datang
langsung membenarkan jawabanya. Je Yoon melihat membalikan badan dan tertunduk.
Tapi Lee Yeol juga mengatakan jawaban Je Yoon juga salah.
“Dia Jung
Je Yoon, seorang petugas di Kantor Distrik Ibukota, Petugas Kelas 7” ucap Dong Joo. Lee Yeol
akhirnya menatap Je Yoon.
Keduanya
akhirnya bertemu disebuah ruangan. Lee Yeol ingin tahu alasan Je Yoon yang
membawa jurnal apotik itu. Je Yoon mengatakan diperintahkan untuk menginvestigasi.
pembunuhan tabib wanita beberapa waktu lalu. Lee Yeol ingin Je Yoon memberitahu
yang sudah ditemukan.
“Itu
bukan disebabkan oleh dendam. Pembunuhan yang disebabkan oleh dendam biasanya
bersifat impusif dan membabi-buta. Kebanyakan kematiannya disebabkan oleh luka
sayatan atau dicekik.” Jelas Je Yoon.
“Dan Ini
juga tidak disebabkan oleh dendam. Tabib wanita itu tidak memiliki teman dekat
atau keluarga dan tidak berhubungan dengan tetangga, jadi tidak ada seorang pun
yang memiliki dendam padanya. Jadi, asumsiku adalah itu adalah pembunuhan berencana
yang disebabkan oleh masalah internal di bagian Kesehatan Kerajaan.” Ucap Je
Yoon.
Lee Yeol
memikirkan tentang Pembunuhan berencana, Je Yoon mengaku menyelidiki jurnal
apotik itu dengan membayangkan apa yang terjadi dengan tabib Sung
“Tabib
wanita Song Sun adalah seorang pemula yang masih dalam masa pelatihan. Jadi Dia
ditiadakan dari shift malam. Tapi suatu hari, sesuatu terjadi pada seorang
tabib wanita yang biasa berjaga malam. dan Song Sun menggantikan tempatnya.”
Jelas Je Yoon.
Tabib
Song membungkus obat-obatan dimalam hari, seorang pria juga sudah kelelahan
mengaku harus pergi dan tidur. Tabib Song pun mempersilahkan pria itu pergi dan
saat itu seorang datang mengatakan kalau ingin segera bergegas.
“Pada
tanggal 14 Februari... Jurnalnya tidak menjelaskan dengan detail tentang apa
yang terjad hari itu, jadi aku tidak bisa terlalu yakin, tapi keesokan harinya,
Song Sun ditugaskan di Gyoyeondang.” Jelas Je Yoon melihat buku
“Kau
bilang Gyoyeondang?” tanya Lee Yeol tak percaya. Je Yoon mengatakan kalau itu adalah Ruangan
Putri Mahkota.
“Ini
promosi yang sangat cepat Dan sangat tidak biasa. Pada malam dia dibunuh, seseoran melihat dua
pria di rumahnya...” ucap Je Yoon dan langsung disela oleh Lee Yeol
“Jangan
lanjutkan investigasinya dan Menjauhlah dari kasus ini. Ini perintah.” Tegas Lee
Yeol lalu keluar dari ruangan. Je Yoon terdiam seperti kebingungan.
“Jika
memang Kim Cha Eon adalah orang yang mencoba meracuniku, Putri Mahkota sudah
pasti ikut terlibat. Lalu apa yang dia sembunyikan dariku? Kenapa dia mencoba
membunuhku? Dia meminta Song Sun menemuinya pada 14 Februari. Mereka bertemu
hari itu untuk merencanakan memberi racun untukku.” Gumam Lee Yeol memikirkan.
Flash Back
So Hye
menyuruh Tabib Song mencuri daftar makanan yang tidak diperbolehkan diam-diam.
Tabib Song mengatakan akan melakukannya. Seperti Lee Yeol membayangkan yang
direncankan So Hye.
“Putri
Mahkota membatalkan pemeriksaan fisik yang dijadwalkan keesokan harinya. Lalu
dia menunjuk Song Sun sebagai tabib pribadinya. Apa itu karena...” gumam Lee
Yeol seperti menemukan sesuatu.
Flash Back
Ia
menatap jawaban dari pertanyaan "To
harbor." Lalu membaca buku Catatan
Gyoyeondang, yaitu catatan kesehatan
Putri Mahkota.
"Sibuk mempersiapkan upacara sutera,
tidak ada pemeriksaan... Di tandatangani oleh Kim Nae Cheon."
“Meninggalkan istana untuk mengunjungi
kerabat yang sakit. Tidak ada pemeriksaan. Di tandatangani oleh Kim Nae
Cheon."
“Dia
seharusnya melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan, tapi dia terus
melewatkannya.” Gumam Lee Yeol tersenyum bahagia.
Dong Joo
bertanya Apa Lee Yeol sudah punya jawaban untuk kecurigaan sekarang. Lee Yeol
pikir kalau Mungkin sudah tahu jawabannya selama ini. Saat itu pelayan datang
memberitahu So Hye kalau Putra Mahkota datang. So Hye terlihat panik dan
bergegas berdiri sebelum Lee Yeol datang.
“Yang
Mulia, apa yang membawamu kemari tanpa pemberitahuan?” ucap So Hye membungku.
“Aku
terlalu tidak sabar untuk mengirimkan pesan dulu.” Kata Lee Yeol lalu duduk di
tempat So Hye biasa duduk.
“Haruskah
aku membawakan teh dan makanan?” tanya Pelayan. Lee Yeol menolak
“Tinggalkan
kami... Aku ingin berdua dengan istriku.” Ucap Lee Yeol. Pelayan kaget
mendengarnya seperti bahagia dan akhirnya berjalan mundur, tapi malah menabrak
pintu dan langsung bergegas pergi.
“Pelayanku
sangat terkejut, melihatmu mengunjungiku disini” kata So Hye.
“Kau juga
terlihat sangat terkejut dan juga Kau terlihat sangat pucat. Apa kau tidak
senang melihatku?” ucap Lee Yeol. So Hye mengaku membenarkan.
“Jadi aku
mempersiapkan sesuatu... Kasim Yang, bawa dia masuk.” Kata Lee Yeol. Seorang
wanita masuk dengan nampan.
“Kenapa
kau membawa tabib wanita?” tanya So Hye mulai panik dan Lee Yeol melihat tangan
So Hye meremas bajunya.
“Aku
sadar kau akhir-akhir ini terlihat pucat dan lemah. Aku baru tahu kalau kau
melewatkan pemeriksaan rutinmu dua bulan ini. Aku khawatir dan membawa tabib
bersamaku.” Jelas Lee Yeol.
Ia
meminta tabib agar memeriksa denyut jantung dan siapkan resep obat untuk So Hye.
Tabib menganguk mengerti, tapi So Hye malah menyembunyikan tanganya dan
terlihat makin panik. Lee Yeol memaksa agar segera memeriksa denyut nadinya.
“Yang
Mulia... Aku memiliki gangguan pencernaan dan itu akan terlihat dari denyut
jantungku. Aku akan diperiksa ketika merasa lebih baik jadi aku tidak akan
membuatmu khawatir lagi.” Ucap So Hye menyembunyikan tanganya.
“Ratu
memintaku untuk menjagamu. Jadi aku memutuskan untuk mencoba dan melakukannya hari
ini.... Sayang sekali.” komentar Lee Yeol dengan nada menyindir.
So Hye
pun meminta maaf. Akhirnya Lee Yeon meminta agar tabib meninggalkan mereka lalu
diri dari tempat duduknya, sebelum pergi kembali berbicara dengan So Hye
membahas mereka bahkan tidak pernah sekedar berpegangan tangan.
“Tapi Apa
kau hamil?” ucap Lee Yeol. So Hye kaget mendengarnya.
“Kenapa
kau terlihat sangat terkejut?” sindir Lee Yeol. So Hye mengaku tidak mengerti
maksud ucapan Lee Yeol.
“Menurut
temanku, istrinya hamil ketika mereka tidak pernah menghabiskan malam bersama. Dia
bertanya apa yang harus dia lakukan pada istrinya karena perbuatan jahat sang
istri. Jadi Bagaimana menurutmu?” ucap Lee Yeol makin menyindir
“Bagaimana
bisa kau bertanya padaku untuk memberi jawaban pada kejadian tragis seperti
itu?” kata So Hye mencoba terus mengelak.
“Kau
bilang Tragis? Dan lagi, ini adalah sesuatu yang harus dicatat dalam sejarah. Jadi
Dia harus dicatat sebagai wanita murahan yang mempermalukan keluarganya.”kata
Lee Yeol
“Apa yang
akan kau lakukan padanya jika kau jadi temanku?” tanya So Hye
“Aku akan
mengatakan "Kau dan keluargamu akan tamat." Tapi Sebelum berkata itu,
aku akan memberi wanita itu sedikit waktu untuk membuat keputusan sendiri karena
kami sudah menghabiskan waktu bersama.” Ungkap Lee Yeol
“Betapa bijaksananya
engkau, Yang Mulia.” Komentar So Hye
“Pada
saat yang bersamaan, Akulah Putra Mahkota yang tidak beruntung.’ Komentar Lee
Yeol. So Hye hanya bisa terdiam.
Raja
bertanya Apa lukisan naganya sudah jadi, Menteri mengatakan lukisannya sudah jadi dan terlihat indah dengan
naga yang terlihat seperti akan terbang kapanpun jadi yakin ini akan efektif untuk
sekarang. Raja juga berpikir kalau sudah
seharusnya.
“Hujan
harus turun dalam waktu dekat. Aku merasa terbebani.” Ucap Raja gelisah
“Yang
Mulia, aku pikir sebaiknya, kau tidak berpartisipasi pada rital hujan kali ini.”
Kata Tuan Kim. Raja dan lainya terlihat kaget mendengarnya.
“Kita sudah
melakukan berbagai ritual. Tapi jika kali ini hujan tidak kunjung turun, apa
yang menurutmu akan terjadi?” kata Tuan Kim. Raja makin gelisah mendengarnya.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar