PS : All images credit and content copyright : MBN
Ma Sung
menuliskan buku jurnalnya, [6 Agustus, Pukul 9:30 pagi:Berkunjung ke lab Dr.
Yoon... Mengungkapkan keraguan terkait visiku]
[Pukul
1:00 siang: Membeli gedung Naungan Star Entertainment atas permintaan Ki Joo]
Ia lalu mengingat kembali pembicaran dengan Gi
Bbeum, saat bertanya apa seperti ini
mereka berpisah? Yaitu Gi Bbeum yang
mendorongnya pergi dan ia berusaha menahannya.
“Jangan
mengingat yang terjadi. Jangan pernah mengingatnya. Lupakan saja semuanya.”
Kata Gi Bbeum marah
Sementara
Gi Bbeum duduk diatas mesin cuci mengingat yang dikatakan Ma Sun setelah 3
tahun tak bertemu
“Kau yang
putuskan. Apa aku bisa mengingatmu besok Atau aku menghapusmu dari ingatanku?
Putuskanlah.” Ucap Ma Sung.
Ayahnya
kembali membaca puisi “Cuma karena aku miskin Bukan berarti aku tak tahu rasanya
kesepian. Cahaya biru turun, Aku berjalan melewatinya, setelah berpisah
denganmu diterangi dengan cahaya biru. Hujanan dari sinar bulan.”
“Cuma karena aku miskin bukan
berarti aku tak punya ketakutan Cuma karena aku miskin bukan berarti aku tak
mengerti hati pria. Kehangatan bibirmu di bibirku. Nafasmu yang sekali berbisik
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu.Kau terisak dalam tangis, saat aku
membalikkan badan.
Gi Bbeum
ingat saat bersama Ma Sung mereka ciuman padahal baru pertama kali bertemu,
lalu mereka menari bersama. Ma Sung pikir Gi Bbeum Jangan khawatir, karena tak
akan meninggalkannya.
“Apa aku
harus jadi penggemarmu? Tak bisakah aku jadi pacarmu saja?” ucap Ma Sung
mengoda.
“Bisa
kita bertemu satu jam lagi disini? Aku akan menunggumu.” Kata Ma Sung sebelum
mereka akhirnya berpisah tak pernah beftemu lagi.
Gi Bbeum
mengingat semua kenangan dengan Ma Sung hanya bisa menangis, tapi sengaja di
ruang mesin cuci agar tak terdengar dua adiknya yang ada di dalam kamar.
Sementara Ayahnya masih tetap membaca puisi “Kenapa aku harus tak tahu itu, cuma karena aku
miskin, Apa aku harus membuangnya cuma karena aku miskin?”
Ma Sung
berbaring di tempat tidur kebingungan karena tak bisa tidur seperti biasanya,
akhirnya pergi ke lemari tempat sayuran ditaman, sambil mengajak ngobrol kalau
mereka juga tak bisa tidur juga sambil menyiramnya agar mereka bisa tidur
setelah minum.
“Itulah
cara kalian bisa melupakan semuanya besok.” Kata Ma Sung bahagia lalu menatap
tananam selada didepanya.
“Selada...
Laktatarium yang dihasilkan selada bagus untuk membuat seseorang tertidur. Bahkan
siswa sekolah dasarpun mengetahuinya, kenapa aku bisa lupa?” ucap Ma Sung lalu
mengambil beberapa lembar dan langsung memakanya agar mengantuk.
Ia makan
selada sambil meminta maaf dan mulai merasakan ngantuk dengan bahagia karena
bisa membantu tidur. Tapi ternyata Ma Sung tak bisa tidur juga memilih untuk
minum wine.
“Apa
karena mereka tumbuh dibawah pencahayaan buatan? Ini membuatku semakin terjaga
dibanding mengantuk.” Kata Ma Sung binggung sambil minum wine.
Akhirnya
Ia menelp nama [Bukan peliharaan atau kekasih] Sek Yang sedang berjalan pulang
berdoa agar Ma Sung tak menelp, tapi doanya tak terkabul, bosnya yang
menyebalkan menelp dan terpaksa harus mengangkatnya.
“Kalau
aku merengek dan memintamu memberitahuku yang terjadi hari ini, katakan kalau
tak ada yang terjadi.” Ucap Ma Sung
“Tunggu,
apa Maksudmu, soal Joo Gi Bbeum?” tanya Sek Yang
“Terutama
nama itu! Jangan sebut nama itu. Itu nama yang dilarang mulai saat ini juga,
paham?” tegas Ma Sung. Sek Yang pikir tak perlu khawatir dengan hal itu.
“Aku akan
melupakan semuanya mengenaimu besok.” Kata Ma Sung yakin dan menuliskan kalau
ditanganya [Orang
aneh yang buat kericuhan a.k.a Mencurigakan.] yang dimaksud adalah
Gi Bbeum
“Baik,
setidaknya, Aku merasa punya tempat untuk mengingatmu besok.” Kata Ma Sung.
Ma Sung
mandi di pagi hari, ingatan kembali teringat seseorang yang mengatakan “Jangan
pernah mengingatnya. Lupakan semuanya.” Akhirnya Sek Yang datang di perlihatkan
kembali gambar seperti jalan tangan dengan dinding batu.
“Apa ini?”
tanya Ma Sung yang tak mengingat apapun. Sek Yang mencoba berpikir melihat ada
sesuatu yang berjalan.
“Aku
tahu, hantu.” Kata Sek Yang asal. Ma Sung menatap sinis. Sek Yang pikir kalau
jawabanya salah.
“Aoa
Pikirmu aku lagi bercanda ?” ucap Ma Sung marah. Sek Yang akhirnya meminta maaf
“Dimana
tempat itu? Aku memikirkannya sepanjang pagi.” Kata Ma Sung bingung
“Apa kau
mengingat sesuatu lagi? kata Sek Yang penasaran.
“Apa ini pernah
terjadi sebelumnya?” ucap Ma Sung, Sek Yang mengaku tak pernah.
“Jadi Itu
manusia atau hantu. Dan aku tak tahu dimana tempat itu.” Kata Ma Sung mencoba
mengingat-ngingat, lalu dikagetkan dengan lemari seladanya yang sudah kosong.
Di dalam
mobil Ma Sung berbicara sendiri kalau ada sesuatu yang mengganggu, ingin tahu
kenapa bisa seperti itu. Ia lalu melihat ditanganya ada bekas tulisan yang
sudah tak jelas. Sek Yang tak ingin banyak komentar hanya melirik dari spion
depan.
Gi Bbeum
mengambar model baju lalu memperlihatkan pada Nam Joo kalau itu itu adalah
pakaian yang ingin dibuat. Nam Joo pikir kalau
hasilnya akan tampak berkelas dan menyuruh Gi Bbeum untuk membuat contoh
pakainya dulu saja.
“Kalau
layak, aku akan pakai ekstra.” Ucap Nam Joo, Gi Bbeum terlihat bahagia
mendengarnya.
Dua anak
buah Nam Joo saling mendorong ketakutan, untuk
memberitahu sesuatu. Akhirnya salah satu anak buahnya memberitahu Nam
Joo kalau Terjadi kesalahan pada
pengirimannya yaitu Kalung berbulu hitamnya sedang menuju Gwangju saat ini.
“Kenapa
kau tak tunggu dan jemput?” ucap Nam Joo marah. Anak buahnya hanya bisa meminta
maaf.
“Kita tak
punya waktu lagi... Cepat cari yang lain.” Perintah Nam Joo
“Tapi Ha
Im yang memilihnya sendiri. Jadi kami tak bisa tukar dengan yang lain.” Kata
anak buahnya.
“Ha Im
punya perangai buruk dan tak akan membiarkannya.” Ucap anan buah lain ketakutan
dan waktu mereka cuma 10 menit.
“Kau
sudah tahu Ha Im orang seperti apa, malah begini... Kurasa dia akan merusak
segalanya. Cepat cari di toko lain.” Kata Nam Joo marah
Gi Bbeum
memastikan kalau waktunya hanya 10 menit saja, lalu mengeluarkan beberapa bahan
memotong dan langsung menjahitnya.
Setelah menjadi kalung berbulu yang sama dan bertanya pada Nam Joo
apakah kalung itu bisa digunakan.
“Ini sama
persis dengan kalung itu. Apa Kau baru saja membuatnya?” tanya Nam Joo tak
percaya
“Ya, aku
punya kemampuan bertahan hidup yang kuat.” Kata Gi Bbeum bangga.
“Apa yang
kalian lakukan? Cepat Berangkat!” teriak Nam Joo, keduanya pun bergegas pergi
mengantar kalung
“Kemampuan
bertahan hidupmu luar biasa, Joo Gi Bbeum! Terima kasih banyak!” ucap Nam Joo
memeluk temanya dengan bahagia. Gi Bbeum pikir kalau tak perlu seperti itu.
“Kuharap
segalanya berjalan dengan baik.” Kata Gi Bbeum.
Ha Im
sudah menunggu disebuah ruangan dengan wajah kesal. Nam Joo pun datang dengan
kalung. Ha Im mengomel kalau meminta dibelikan dan berpikir kalau mereka itu
membuatnya sendiri karena lama sekali datang. Nam Joo meminta maaf dan menyuruh
anak buahnya segera memakaikan kalungnya.
“Aku
kehabisan nafas.” Ucap Nam Joo berharap agar Ha Im menyukainya dan sedikit
mengumpat “Dasar perangai buruk.”
Ha Im
seperti mendengar dan Nam Joo langsung
berbalik memuji Ha Im yang memakai kalung yang cantik.
Ki Joon
sedang bermain dengan koper, lalu menyapa Ji Min yang bdaru datang, memberitahu
dengan bangga kalau AC kantor sudah menyala dengan baik, Ji Min menganguk lalu
bertanya Bagaimana bisa atasi masalah keuangan.
“Aku
menjual keimutanku. Apa kau sudah caritahu yang kuminta?” ucap Ki Joon. Ji Min
mengeluarkan ponselnya.
“Aku
sudah mencarinya, tapi... Nn. Joo Gi Bbeum adalah kepala keluarga. Lalu karena
kasus video terakhir kali, Sekarang Ia cuma pekerja paruh waktu di toko.” Jelas
Ji Min memperlihatkan keluarga Gi Bbeum duduk di teras rumah
“Apa
pekerjaan ayahnya, kalau begitu?” tanya Ki Joon.
“Beliau
bekerja di komunitas pusat pelayanan.” Kata Ji Min. Ki Joon pikir ayah Gi Bbeum
itu pemiliknya.
“Tidak,
bukan begitu... Beliau membersihkan sampah dan merawat bunga. Dan kurasa Joo Gi
Bbeum menerima pembayaran kecil, Dari agensi lamanya untuk pekerjaan yang
dilakukannya dahulu.” Jelas Ji Min
“Berarti
keluarganya cukup miskin, ya?” komentar Ki Joon. Ji Min menganguk.
“Ngomong-ngomong...
Kenapa kau tertarik sekali dengan Joo Gi Bbeum belakangan ini? Apa
jangan-jangan, kau...” kata Ji Min menduga sesuatu.
“Benar...
Aku menyukai Joo Gi Bbeum. Apa Itu yang minta kubelikan?” ucap Ki Joon melihat
barang yang dibawa Ji Min.
“Aku
sudah beli, tapi ini buat siapa?” tanya Ji Min binggung. Ki Joon dengan bangga
kalau barang itu untuk Ayah mertuanya.
Tuan Joo
membersihkan taman agar rapih, lalu mengomel dua wanita kalau mereka tak boleh
membuang sampah begitu saja tanpa disortir dulu Tapi seharusnya Kumpulkan
dengan baik dan sortir, aga bisa selamatkan bumi.
“Kalau
dibuang begitu saja dengan sampah lain, Kau akan buat bumi sakit.” Ucap Tuan
Joo, tapi dua wanita itu tak peduli terus saja menyapu tanpa memilahnya.
“Sudah
kubilang jangan mencampurnya dengan sampai lain!” kata Tuan Joo
“Kukira
kerjanya cuma mabuk-mabukkan. Apa Ia benar-benar tahu sesuatu?” bisik salah
satu nenek melihat sikap Tuan Joo seperti orang yang tak normal.
“Katanya
Ia juga penyair atau apalah.”keluh wanita yang lain mengejek Tuan Joo yang tak
tahu apapun.
Ki Joon
melihat dari kejauhan Tuan Joo yang masih berjongkok ditaman, lalu mendekat
menyapanya. Tuan Joo mengeluh kalau datang lagi kemari. Ki Joon kaget karena
Tuan Joo ternyata mengenalnya. Tuan Joo
mengatakan kalau kemarin juga datang
“Apa Kau
mengingatnya? Ya, benar. Aku juga kemarin kesini.” Ucap Ki Joon bangga.
“Dasar
kau ini... Apa yang kau makan sampai gemuk begitu?” kata Tuan Joo
“Oh, Apa
aku jadi gemuk? Apa aku harus turunkan berat badan?” ucap Ki Joon tapi saat
mendekat ternyata Tuan Joo sedang berbicara dengan seekora anjing didepanya.
Ki Joon
ketakutan berjalan mundur sambil menutupi selangkanganya, saat itu si anjing
langsung menyerang. Ki Joon ketakutan dua buah tanganya langsung terlempar begitu
saja, Ja Rang sedang mengantar ayam turun dari motor berteriak melihat ayahnya
ternyata menyelamatkan Ki Joon yang akan terjatuh di jalan.
Gi Bbeum
mencari kamar ayahnya, lalu bertanya pada adiknya apa yang terjadi pada
ayahnya. Ja Rang mengatakan kalau ayahnya itu jatuh. Gi Bbeum binggung kenapa
ayahnya bisa Jatuh. Ja Rang menceritakan kalau seseorang menabraknya.
“Ngomong-ngomong,
ranjang ini nyaman sekali.” ucap Sa Rang mendekati ayahnya yang berbaring di
ranjang yang nyaman.
“Ayah
seharusnya lebih waspada, tubuhmu saja kurang sehat. Ngomong-ngomong. bukankah
ini kamar rumah sakit mahal? Bagaimana kau bawa ayah ke kamar yang mahal?”
keluh Gi Bbeum.
“Mereka
membawa kami kemari, katanya sudah dipesan untuk Ayah.” Ucap Ja Rang.
“Oleh
siapa?” tanya Gi Bbeum. Tuan Joo
menyebut “Si Pria kunyuk itu” Gi Bbeum bertanya siapa yang dimaksud.
“Pria
yang kelihatan dungu dan menyedihkan.” Kata Tuan Joo. Gi Bbeum memastikan kalau
yang dimaksud Tuan Joo adalah pria kemarin?
“Apa Kau
kenal seseorang di Rs ini? Apa dia pria kaya?” tanya Sa Rang penasaran.
“Ja Rang,
Ayo bawa Ayah keluar RS dan bawa pulang.” Ajak Gi Bbeum marah.
Sa Rang
mengeluh kalau mereka akan pulang,
menurutnya Tempat ini bahkan lebih baik dari rumah merkea jadi tak mau
pulang. Tapi Tuan Jo juga ingin pulang karena lebih suka rumah mereka, tapi
pinggangnya masih terasa sakit dan semua pun panik. Tuan Joo memastikan kalau baik-baik saja.
Ma Sung
menatap ditanganya yang masih terlihat “Kericuhan... aneh.” Lalu mencoba
mengatik keyword di komputernya. Hasilnya adalah berita [Pria mencurigakan tak dikenal memasuki
bangsal, bersama pasien VVIP di RS]
“Apa
maksudmu, pria tak dikenal masuk RS?” kata Manager rumah sakit kaget. Ma Sung
memarahi manager yang tak bisa mengelola keamanan Rumah Sakit, Manager terlihat
binggung
“Rekrut
lebih banyak tim keamanan mulai hari ini.” Perintah Ma Sung. Manager pikir Itu
tidak mungkin.
“Kemarin,
aku...” kata Manager dan langsung disela oleh Ma Sung dengan memperlihatkan
tulisan ditanganya [Mencurigakan]
“Lebih
jelasnya, aku telah... cukup terkejut sudah menulisnya disini.” Kata Ma Sung.
Manager hanya bisa menganguk mengerti.
“Pastikan
hal ini tak terdengar siapapun, Dan cari tahu siapa orang itu. Khususnya jangan
biarkan orang mencurigakan masuk bangsal VVIP, memakai alasan berkunjung,
paham?” tegas Ma Sung.
Sa Rang
membawa ayahnya keluar dari kamar melihat Ma Sung mengingatnya si pria sepatu.
Gi Bbeum melihat Ma Sung menyuruh keduanya pergi lebih dulu dengan ayahnya. Ma
Sung pun melihat Gi Bbeum memastikan kalau mereka itu memang sungguh pasien
bangsal VVIP.
“Aku
kurang yakin.” Ucap Manager. Ma Sung memarahi manager yang bisa menjawab dengan hal itu. Manager
langsung meminta maaf.
“Mari
bicara sebentar.” Kata Gi Bbeum menghadang Ma Sung yang sedang berjalan. Ma
Sung ingin tahu ada apa.
“Kurasa
kau tahu lebih baik ini mengenai apa.” Balas Gi Bbeum. Ma Sung memastikan kalau
Gi Bbeum wali dari pasien tadi. Gi Bbeum membenarkan.
“Sekarang
kau sadar aku perlu membicarakannya denganmu, kan?” kata Gi Bbeum yakin. Ma
Sung pun mempersilahkan.
“Jangan
kira semua orang akan berterima kasih atas niat baikmu cuma karena mereka tak
punya uang. Karena aku tak akan terima sepeserpun dari orang sepertimu. Dan
Juga, aku akan bayar biaya RS ayahku, jadi jangan ikut campur.” Tegas Gi Bbeum
yang berpikir Ma Sung membayar biaya rumah sakit.
“Ini
Menyedihkan... Jadi, intinya itu apa? Siapa lagi yang harus membayarnya kalau
begitu, apakah aku? Tentu saja kau yang
harus bayar. Apa kau sengaja melakukan ini supaya tak perlu bayar?” sindir Ma
Sung. Gi Bbeum mencoba mengelak.
“Kalau
tidak seperti itu, kau bisa turun ke meja pembayaran dan bayar.”” Ucap Ma Sung.
Gi Bbeum berjalan pergi.
“Ide
siapa yang biarkan mereka masuk bangsal VVIP? Kenapa aku harus dengar omong
kosong seperti ini? Belajar bedakan antara yang asli dan palsu.” Tegas Ma Sung
pada Managernya.
Manager
pun menganguk mengerti, keduanya pun berjalan pergi. Gi Bbeum hanya bisa
menghela nafas melihat tingkahnya.
Gi Bbeum
pergi ke bagian depan rumah sakit kaget kalau bukan Direktur Pusat Gong Ma
Sung, tapi Direktur lain. Pegawai membenarkan, Gi Bbeum ingin tahu Siapa nama
direkturnya, pegawai menyebut nama, Direktur Sung Ki Joon.
“Apa?
Jadi, Tn. Ki Joon? Jadi, bukan Gong Ma Sung tapi Sung Ki Joon?” ucap Gi Bbeum
benar-benar kaget. Pegawai membenarkan.
“Aku
melakukan kesalahan.” Kata Gi Beum panik lalu mengucapkan terimakasih dan
pergi.
Ma Sung
melihat foto diponselnya yaitu seekor anjing dan itu sebagai pelakunya. Ki Joon
tak bisa tiduran menutup bagian selangkanganya, Ma Sung tak percaya kalau Ki
Joon bisa digigit. Ki Joon mengaku Rasanya seperti efek domino dan merasakan
sakit.
“Kau tahu
hal yang paling kutakutkan selain ibuku adalah anjing.” Ucap Ki Joon
“Apa kau
alami peristiwa traumatik oleh mereka?” tanya Ma Sung. Ki Joon juga tak tahu.
“Aku
digigit anjing saat kecil. Dan digigit dibawah sini, juga.” Kata Ki Joon. Ma
Sung bingung Dibawah sini, dimana yang dimaksud.
“Dimana
letak kebanggaan pria.” Kata Ki Joon menunjuk bagian selangkanganya.
“Apa kau
digigit ditempat yang sama hari ini?” tanya Ma Sung menahan tawa. Ki Joon
mengaku kalau itu nyaris saja ingin memperlihatkan pada Ma Sung
“Tidak,
jangan turunkan celanamu Dokter spesialis akan segera datang. Gigitan anjing
punya peluang besar terjadi infeksi dibanding luka biasa. Jadi, anggap ini
serius dan jalani perawatan. Paham?” jelas Ma Sung.
Ki Joon
panik memastikan kalau tak akan mati dan masih bisa menikah, Ma Sung menyakin
kalau tak akan mati tapi kalau menikah tak tahu dengan nada mengoda. Ki Joon
berteriak panik. Ma Sung memberitahu kalau ucapanya bercanda karena Ki Joon
bisa menikah besok kalau mau.
Ki Joon
memastikan Ma Sung tak akan membocorkan pada siapapun. Ma Sung pikir itu
Tergantung kelakuan Ki Joon sekarang. Ki Joon pun mengeluh kareana harus
terjadi didepan ayah Gi Bbeum dan menurutnya itu memang yang terburuk.
Gi Bbeum
melonggo melihat tagihan [Rumah Sakit Sunwoo, 4,967,500 won] lalu berpikir
kalau angka nol-nya kelebihan satu. Pegawai menjeaskan Total biaya kamar VVIP
ditambah pemeriksaan khusus, semua berjumlah 4,967,500 won.
“Masalahnya,
Ia cuma dirawat disana beberapa jam saja.” Kata Gi Bbeum. Saat itu Ma Sung
lewat memberikan kode agar pegawai agar diam saja.
“Apa
kalian menyediakan potongan harga untuk karyawan? Sebenarnya, aku kenal seseorang
yang posisinya cukup tinggi di Rumah Sakit ini. Dan karena Ia pula Ayahku
dirawat disana beberapa jam, Jadi, bisa bantu aku berikan diskon karyawan?
Kumohon” bisik Gi Bbeum
“Aku
tidak tahu masih ada orang memakai nama petinggi Rumah Sakit untuk dapatkan
diskon belakangan ini.” Sindir Ma Sung mendengar semuanya. Gi Bbeum kaget dan
langsung menyangkalnya.
“Aku
dengar semuanya... Katamu kau akan bayar sendiri Dan tak butuh bantuanku.” Kata
Ma Sung
“Aku tak
tahu semahal ini.” Akui Gi Bbeum. Ma Sung pikir kalau Gi Bbeum sekarang ingin
terima bantuan.
“Apa kau
Pikir rumah sakit seperti pusat perbelanjaan atau supermarket, minta diskon?
Jadi Pastikan kau bayar 4,967,500 won, sampai receh sekalian.” Tegas Ma Sung.
Akhirnya
Gi Bbeum mengelaurkan 5 kartu kredit meminta agar membuat cicilan 24 bulan,
Pegawai melihat salah satunya adalah kartu transportasi. Gi Bbeum malu meminta
agar pembayarannya pakai 4 kartu ini.
Akhirnya
Ma Sung pergi sambil mengeluh Gi Bbeum itu Wanita aneh. Tiba-tiba ingatannya
kembali datang saat Gi Bbeum memukul dengan tas di malam hari.
“Kenapa
kau tak datang hari itu? Kurasa kau memang tak ingin mengingatnya.” Teriak Gi
Bbeum.
Ma Sung
binggung menatap Gi Bbeum kembali yang baru selesai membayar tagihan rumah
sakit. Akhirnya Gi Bbeum pun perti tanpa memperdulikan Ma Sung. Ma Sung pun
seperti kebingungan karena Gi Bbeum masuk dalam ingatanya.
Ma Sung
menatap gambar didepanya dan ingin tahu apa yang ingin dikatakan Sek Yang
padanya. Sek Yang mengaku Sepanjang pagi ini sudah mempertimbangkannya apa harus
bilang atau tidak, bagaimana dapatkan kata yang tepat. Tapi, merasa
sekarang sebaiknya memberitahu. Ma Sung
ingin tahu kata yang tepat apa maksudnya.
“Kau
mengancamku, dan menyuruhku untuk tak menyebutnya, jadi...” ucap Sek Yang
ketakutan
“Apa Aku
mengancammu? Kau berkata konyol hanya karena aku tak akan mengingatnya...” Ma
Sung marah dan Sek Yang menyebut nama "Joo Gi Bbeum."
“Joo Gi
Bbeum.... Joo Gi Bbeum... Joo Gi Bbeum! Joo Gi Bbeum!” ucap Sek Yang terus menerus
membuat Ma Sung seperti kesakitan dibagian kepalanya.
“Hentikan,
sebaiknya aku berhenti lunak padamu. Tadi pagi kau juga begitu, Jadi kau
sungguh meremehkanku, ya?” ucap Ma Sung marah
“Maksudku,
kupikir kau tak mengingatnya, jadi... Kau tak bertemu Joo... maksudku, wanita
itu tanpa sepengetahuanku, kan?” kata Sek Yang.
Ma Sung tak mengingat siapa namanya. Sek Yang hanya bisa menghela nafas.
Sek Yang
memperlihatkan kembali video Gi Bbeum mencoba melepaskan semua kesialanya. Ma
Sung baru tahu kalau Ia membuat kericuhan besar kemarin karena Gi Bbeum. Sek
Yang membenarkan kalau mendapatkan alamat rumah dan menyerahkannya pada Ma Sung.
“Dan kau
bilang tak akan menemuinya.” Ucap Sek Yang. Ma Sung mengigat kalau Ini wanita
tadi.
“Astaga,
orang ini benar-benar menemuinya. Mungkin tempat yang kau ingat pagi ini adalah
rumah Joo Gi Bbeum.” Komentar Sek Yang, Ma Sung terlihat kesal.
Ma Sung
menemui dokter Yoon ditempat seperti ruangan berbeda. Dokter Yoon membahas
kalau Ma Sung masih mengingat wanita yang kemarin. Ma Sung mengaku cuma
punggungnya saja Dan rumahnya, Tapi, setelah melihat seorang wanita hari ini
malah mengingat hal yang dingat pagi ini.
“Aku tak
tahu kenapa ini terus terjadi. Ini membuatku cukup bingung.” Kata Ma Sung
binggung.
“Yah...
Hipnosis tak memiliki segala jawabannya. Tapi kurasa ini persoalan cukup
sederhana.” Ucap Dokter Yoon.
“Kau
bilang Sederhana?” kata Ma Sung binggung. Dokter Yoon pikir mereka bisa mulai dengan memecahkan teka-teki kata
di lengan Ma Sung.
Ma Sung
melihat tulisan yang hanya terlihat [Kericuhan... Aneh] mengaku kalau benar-benar
tak tahu. Dokter Yoon pikir Ma Sung
pasti mengetahuinya karena Ma Sung orang yang mungkin menulisnya kemarin
malam.
“Aku tahu
ini mungkin sulit, Tapi, bisakah kau usaha mengingatnya?” kata Dokter Yoon
berharap banyak.
Ma Sung
seperti mengingat bayangan dirinya menuliskan ditangan kalau sengaja punya
tempat untuk mengingat Gi Bbeum besok.
“Kurasa
aku menulisnya agar bisa mengingat wanita itu.” Ucap Ma Sung. Dokter Yoon ingin
tahu wanita siapa.
“Apa
rumah tadi itu rumah wanita itu?” tanya Dokter Yoon. Ma Sung juga mengaku tak
tahu soal itu dan mencoba mengingatnya.
Ma Sung
mengingat Halaman kecil, dengan melihat 4 pasang sepatu. Dokter Yoon ingin Ma
Sung mengingat apa yang dibicarakan dengan wanita itu. Ma Sung mencoba
mengingat kalau Gi Bbeum itu marah karena tak mengingatnya.
Akhirnya
Ma Sung seperti dihipnotis, Dokter Yoon memberikan sugesti kalau setelah tubuh
Ma Sung tertidur dengan nyaman mengajak untuk berkelana ke banyak tempat dan
waktu yang pernah dikunjunginya.
Ma Sung
mengingat saat pertama kali bertemu Gi Bbeum yang mengetahui namanya lalu
bertanya Apakah tak mengingatnya. Tapi Ma Sung membalas dengan sinis “Apa kau
seseorang yang layak di ingat?” Lalu bertanya siapa Joo Gi Bbeum, karena tak
mengenalnya.
“Kau
mengenalku, kan?” tanya Ma Sung akhirnya membuat Gi Bbeum datang ke rumahnya.
“Permisi...
Kau pasti keliru karena kau seorang playboy... Kenapa kau tak datang hari itu?”
kata Gi Bbeum. Ma Sung binggung Hari apa yang dimaksud.
“Kau
bahkan menciumku.” Ucap Gi Bbeum marah, lalu mereka bertem di jalan dengan
banyak tangga.
“Jangan
pernah mengingatnya... Lupakan saja semuanya.” Tegas Gi Bbeum
Ma Sung
bangun dengan wajah panik dan ketakutan. Dokter Yoon pikir kalau Ma Sung tahu
bagaimana otak merespon saat manusia jatuh cinta, Ma Sung hanya diam saja.
Dokter Yoon menyimpulkan kalau Ma Sung sedang jatuh cinta.
“Kau
bilang Cinta? Aku?” kata Ma Sung tak percaya.
“Ingatanmu
menghilang setiap hari tapi otakmu bekerja keras agar tidak melupakan cinta
itu. Itulah kenapa kau terus memikirkan wanita itu.” Jelas Dokter Yoon yakin.
Dokter
Yoon membuat catatan medisnya [Perubahan Emosional] tapi Tak bisa dipahami jadi
memirikiarn Wanita seperti apa dia yang disukai oleh Ma Sung.
Ma Sung
menulis jurnalnya, [Punggung wanita bersedih, dan wanita itu menghilang, Jendela
kecil, empat pasang sepatu olah raga. .Suara angin... suara jendela tertutup.
Ia menghilang. Ingatankupun menghilang Cinta... menghampiriku.]
“Apa Aku
jatuh cinta?” kata Ma Sung seperti tak yakin.
Gi Bbeum
ingin melihat tabunganya dan kaget saldonya tinggal 2000 won setelah
mengeluarkan 40,000 won. Ia memastikan agar menghitung nolnya dengan benar dan
hasilnya tetap 2.000 won saja.
Ia pun
berjalan masuk pasar pergi ke sebuah tukang jahit, memperlihatkan model bajunya
kalau ingin gunakan sebagai contoh jadi meminta tolong jahit pinggirnya. Saat
itu Gi Bbeum melihat nama [Gonggalppang] menelp tapi memilih untuk tak
mengangkatnya.
“Apa Ia
menutup teleponnya? Dengan Kenyataan Ia menutup teleponku berarti Ia menyadari
keberadaanku, kan?” ucap Ma Sung.
Gi Bbeum
kaget melihat pesan yang dikirimkan Ma Sung
[Aku ingin beli 100 pakaian!] tapi menyadarkan diri kalau Ma Sung yang
berusaha memakai tipuan yang sama dan membalasnya. Ma Sung kaget membaca pesan
Gi Bbeum kaget [Tak jual]
“Dia
bilang Tak jual? Apa Ia masih seperti itu kalau kulakukan ini?” kata Ma Sung
Gi Bbeum
melonggo melihat pesan yang dikirimkan Ma Sung [Potongan biaya rumah sakit
50%!] Ma Sung mengeluh karena Gi Bbeum juga tak menjawab. Gi Bbeum panik
melihat pesan [Diskon 40%] dan mengeluh karena malah tawaranya menurun bukan
naik.
Ia
menjerit makin panik karena Ma Sung memberikan Diskon 30%!, lalu 25%, memohon
jangan turunkan dan berpikir tak bisa dibiarkan. Akhirnya Ia menelp lebih dulu
Ma Sung kalau semua yang tak terhitung dengan tak lihat pesan sebelumnya.
“Beri
aku... beri aku diskon 30%.” Ucap Gi Bbeum. Ma Sung menyindir Gi Bbeum bisa
uang membuatnya cepat membalas?
“Itu tak
dihitung, ya? Barusan aku menulis pesan 40% , jadi Apa itu hangus juga?” sindir
Ma Sung. Gi Bbeum mengeluh Ma Sung yang selalu menjahilinya dengan nada tinggi.
“Apa Kau
teriak padaku?” kata Ma Sung ikut marah. Gi Bbeum mengelak.
“Aku...
cuma bicara keras-keras supaya kau bisa dengar.” Kata Gi Bbeum
“Aku tak
sedang menjahilimu Jadi Ayo bertemu.” Ajak Ma Sung. Gi Bbeum setuju kalau akan ketempatnya.
“Tidak,
aku yang akan ketempatmu, kau dimana?” tanya Ma Sung.
Ma Sung
turun dari mobil berjalan masuk ke dalam pasar ingin tahu Apa yang dilakukannya
ditempat seperti ini, akhirnya menelp Gi Bbeum ingin tahu keberadaanya. Gi
Bbeum sedang menunggu sambil minum bales menanyakan keberadaan Ma Sun sekarang.
“Aku
berada di pintu masuk pasar yang kau bilang.” Kata Ma Sung. Gi Bbeum memiliki
ide untuk mengerjai Ma Sung.
“Kalau
begitu, dari sana, belok kanan. Terus menuju koridor Shanghai, belok kiri dan
jalan lurus dari sana.” Ucap Gi Bbeum. Ma Sung pun mengikuti perintah Gi Bbeum.
“Jadi,
setelah belok kanan terus belok kiri menuju koridor Shanghai?” kata Ma Sung. Gi
Bbeum membenarkan.
“Shanghai
itu dimana? Aku ketempat yang kau arahkan, tapi tak kulihat tulisan
"Shanghai." Apa nama toko?” tanya Ma Sung binggung.
“Tak ada
palang namanya. Kau cukup jalan lurus terus, seperti kubilang.” Ucap Gi Bbeum
menyuruh untuk Lurus terus.
“Aku
lurus terus tapi tak melihatmu.” Ucap Ma Sung. Gi Bbeum pura-pura binggung.
“Padahal
aku sudah memberikan arah yang benar. Sepertinya kau tersesat. Pokoknya,
berbelok dan lurus, disana kau bisa melihatku. Hati-hati dalam perjalanannya.”
Ucap Gi Bbeum langsung menutup telp untuk membalas Ma Sung.
Tapi Ma
Sung malah bisa melihat Gi Bbeum yang sedang duduk daiam sambil minum. Gi Bbeum
ingin Ma Sung itu bisa menikmati perjalananyadan bisa cukup menderita. Ma Sung
akhirnya mendekat dan Gi Bbeum kaget ternyata orang yang dikerjainya malah
sampai lebih dulu.
“Ya,
mengenai tagihan biaya pasien Joo Man Shik. Terjadi kekeliruan, jadi aku ingin
memperbaikinya.” Ucap Ma Sung duduk sambil menelp.
“Kalau Ia
kekasihmu, aku akan berikan keluarganya diskon, Pak.” Kata pegawai. Gi Bbeum
mendekat ingin menguping.
“Eh,
Bukan kekasihku! Ia bukan kekasihku, cuma kenal saja. Jadi, uang yang telah Ia
bayarkan bagaimana? Kau bisa Kasih Ia diskon 40%. Baiklah, sekarang.” Kata Ma
Sung lalu menutup telp.
“Terima
kasih banyak, aku tak akan melupakannya.” Kata Gi Bbeum memberikan minum dan
pamit pergi. Ma Sung panik karena Gi Bbeum meninggalkan begitu saja dan
mengikutinya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar