PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hong Shim
memarahi Won Deuk yang menaruh tangan sembarangan, Won Deuk mengaku kalau tidak
mencoba menyentuhn tapi hanya mencoba untuk menarik tangan dan harus
mengeluarkannya untuk melakukan sesuatu. Hon Shim menyuruh Won Deuk diam dan
jangan bergerak saja.
“Kita
tidak bisa keluar dari sini seperti ini.” Ucap Hong Shim. Won Deuk ingin tahu
apa yang akan dilakukanya.
“Kita
harus berguling bersama... Kau bisa Bergulinglah kesana.” Ucap Hong Shim. Won
Deuk tiba-tiba menolak
“Aku tidak
mau berguling...Aku...ingin tetap seperti ini.” Kata Won Deuk berbaring
“Apa? Kau
bilang tidak nyaman. Jangan bilang kau
sekarang menikmati ini!” keluh Hong Shim
“Dibelakangmu...
aku melihat tikus... Secara perlahan menuju ke arah ini... Mata kita hanya
bertatapan gini. Apa yang harus aku lakukan?” kata Won Deuk panik melihat tikus
berjalan seperti mencari makanan.
“Astaga...
Hanya tikus kecil.” Ucap Hong Shim seperti biasa melihat tikus.
“Tikus
itu bisa tiba-tiba melompat ke wajahku.” Kata Won Deuk panik
“Itulah
mengapa kita harus berguling.” Ucap Hong Shim . Won Deuk menolak untuk
berguling.
“Jangan berguling ke kanan... kita akan
menekan tikus itu.” Kata Won Deuk panik
“Apa
lebih baik daripada melompat di wajahmu?” tanya Hong Shim
“Aku
benci kedua pilihan itu. .. Tidak.. aku tidak akan berguling.” Kata Won Deuk.
Hong Shim tak peduli langsung menghitung lebih dulu. Won Deuk pun berteriak
mulai berguling didorong oleh Hong Shim.
Ayah Hong
Shim menunggu di hutan terlihat panik, lalu dua orang yang tadi menghadang Hong
Shim dan Won Deuk datang. Ayah Hong Shim mengeluh keduanya yang datang begitu
lama, ingin tahu hasilnya apakah berhasil menghentikan mereka.
“Sudah
kubilang jangan khawatir karena ini adalah sepotong kue untuk kita.” Ucap si
pria ternyata orang suruhan Ayah Hong Shim
“Apa kau
tidak menyakiti mereka?” tanya Ayah Hong Shim memastikan.
“Kami
tidak melakukannya.” Kata si pria.
Flash Back
Hong Shim
dan Won Deuk duduk tak sadarkan diri, si pria tambun menyuruh anak buahnya agar
mengikat keduanya. Si pria binggung
dengan apa mereka mengikatnya. Si pra tambun mengeluh kalau temanya tak membawa
tali. Si pria pikir atasanya itu tak menyuruhnya.
“Apa yang
kita lakukan? Mereka akan segera bangun.” Kata Si pria panik
“Kamu
tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar, kan?” keluh si pria tambun.
“Bagaimana
kalau kita gunakan itu?” ucap Si pria menunjuk lembaran karung yang bisa di
jadika selimut.
Si pria
tambun yakin kalau mereka sedang
menikmati kebersamaan satu sama lain sekarang. Ayah Hong Shim bisa bernafas
lega, Si pria pun bersedia Ayah Hong Shim bisa meminta lagi kalau membutuhkan
bantuan seperti ini lagi.
“Aku akan
menghentikan mereka kalau melintasi hutan ini lagi.” Kata Si pria tambun. Ayah
Hong Shim mengerti dan memberikan bayaran pada keduanya.
Hong Shim
duduk sambil membersihkan badanya, Won Deuk hanya diam dengan tatapan kosong.
Ayah Hong Shim datang dengan berpura-pura mempelihatkan wajah panik menanyakan
kedaaan anaknya. Hong Shim bingung ayahnya bisa tahu keberadanya.
“aku khawatir,
jadi aku mengikutimu keluar. Bagaimanapun, apa yang terjadi?” ucap Ayah Hong
Shim.
“Tidak
ada yang terjadi, jadi jangan khawatir.” Ucap Hong Shim menangkan ayahnya.
“Apa
maksudmu tidak ada yang terjadi? aku membunuh seseorang.” Kata Won Deuk kesal
“Apa? Kau
membunuh seseorang? Apa kau membunuh seorang pria?” tanya Ayah Hong Shim panik
“Aku menindih tikus dengan punggungku. Aku belum pernah melakukan hal yang mengerikan seperti
itu sebelumnya. Ini semua terjadi karena kau ingin pergi ke desa atas. Kau
tidak akan harus membunuh jika kamu tinggal di rumah. Ini semua salahmu! Kenapa
kau menyuruhku pergi ke sana?” Kata Won Deuk kesal
“Itu
bukan demiku... Kami sedang dalam perjalanan untuk mengumpulkan uangmu.” Kata
Hong Shim membela diri
“Aku
tidak butuh uang itu, jadi jangan pernah mengajakku pergi ke desa atas lagi.”
Tegas Won Deuk
“Dia
benar... Ide bagus... kau bukan dari desa atas lagi... Rumahmu ada di sini di
Desa Songjoo.”ucap Ayah Hong Shim mengajak mereka untuk segera pulang.
Ayah Hong
Shim mengulurkan tanganya, Hong Shim ingin meraihnya tapi ternyata sang ayah
malah memegang tangan Won Deuk untuk mengajak pulang. Won Deuk yang tak bisa
disentuh langsung melepaskan tangan Ayah Hong Shim dan berjalan sendiri. Ayah
Hong Shim menahan amarah dan sadar dengan tatapan Hong Shim yang sinis.
Meja
makan sudah penuh dengan banyak menu makanan. Raja melihat ada menu makanan
yaitu Kue daging favorit Putra Mahkota. Ratu Park mengaku kalau itu adalah menu
makanan favoritnya dan mendengar kalau raja
tidak memiliki banyak nafsu makan jadi
meminta pelayan menyiapkannya.
“Bagaimana
kau bisa begini tanpa berpikir? Kami masih belum tahu apa dia sudah mati atau
masih hidup. Ini Tidak cukup bahkan jika aku kehilangan nafsu makan. Dan kamu
melayaniku dengan pancake daging?” ucap Raja marah yang sebelumnya membalikan
meja
“Akan
buruk jika kau membahayakan kesehatanmu. Putra Mahkota akan kembali dengan
selamat, jadi...” kata Ratu Park yang langsung disela oleh Raja
“Apa kau
bersungguh-sungguh? Apa kau yakin ingin dia kembali?” kata Raja sinis. Pangeran
SeoWon marah mendengar ayahnya yang menyudutkan ibunya.
“Apa kau
juga berpikir seperti itu? "Untuk membuat Pangeran Seowon menjadi putra
mahkota, Ratu telah melukai Putra Mahkota." Semua orang mencurigaiku setiap
kali terjadi sesuatu padanya. Ketika dia jatuh dari kuda dan terluka, semua
orang bilang itu karena kutukanku” ucap Ratu Park sedih
“Tidak...
Bukan itu... Ibu sangat ingin dia untuk kembali dengan selamat. Dia bilang dia
takut mungkin dicurigai sebagai dalang. dan hidupku mungkin akan berada dalam
bahaya. Tolong pahami perasaannya.” Kata Pangeran SeoWon membela ibunya
“Aku menjadi
sensitif dan tak berpikir jernih, Ratuku, tolong jangan ambil ke hatimu.” Kata
Raja. Ratu Park seperti berusaha mengambil hati Raja.
Di atas
gunung.
“Tuanku, mencari
hanya gunung tidak akan membantu. Melihat bahwa mayat petugas Putra Mahkota
dari yang terdekat belum ditemukan, mereka mungkin pergi ke desa bersama.”ucap
Kwon Hyuk
“Raja
telah memerintahkan kita untuk melakukan ini secara rahasia. Kami harus memikirkan
setiap cara yang mungkin.” Kata Mentri
“Biarkan
aku membuat gambar Yang Mulia dan cari dia di sekitar desa.” Saran Kwon Hyuk
“kau seorang
petugas penjaga istana. Beraninya kau mencoba memberikan pendapatmu kepadaku? Bagaimana
jika dia menjadi sakit hati karena kita memperluas batas pencarian dan butuh
waktu lebih lama? Apa kau akan bertanggung jawab untuk itu?” kata Mentri
Kwon Hyuk
pun hanya bisa tertunduk meminta maaf, Mentri pun meminta agar mereka Lebih
teliti dalam mencarinya, bahkan setiap batu dan semak di pegunungan. Kwon Hyuk
menganguk mengerti.
Won Deuk
langsung menolak untuk pergi. Hong Shim ingin tahu alasanya, Won Deuk mengaku
akan semakin tertekan kalau mengetahui faktanya bahwa ia adalah anak yatim
piatu tanpa uang sepeser pun. Hong Shim menegaskan kalau Won Deuk harus
menggerakkan tubuhny saat depresi.
“Aku
lelah karena tidak bisa tidur tadi malam juga.” Keluh Won Deuk
“Tapi
sepertinya kamu tidur nyenyak.” Komentar Hong Shim
“Aku
tidak dapat menggerakkan lenganku karena belum sepenuhnya pulih.” Kata Won Deuk
memegang lenganya.
“Baiklah...”
kata Hong Shim mengangkat tanganya seperti ini memukul. Won Deuk langsung bisa
mengangkat tanganya untuk menghindar.
Hong Shim
menyindir kalau tangan Won Deuk yang terlihat lebih baik. Won Deuk mengaku
kalau yang sakit tangan kirinya. Hong
Shim memberitahu kalau merekamemiliki banyak pajak yang harus dibayar dan
dengan mengerakan bokong Won Deuk itu tidak akan cukup membayarnya.
“Aku
tidak ingin bekerja sekeras itu.” Ucap Won Deuk dengan jiwa sebagai raja.
“Aku
tidak tahu tentang hal lain, tetapi kau harus menghasilkan uang untuk makananmu
sendiri.” Tegas Hong Shim
“Aku
tidak makan.” Kata Won Deuk. Hong Shin kesal dengan Won Deuk yang sangat
menyebalkan sekali ingin memukulnya.
Sang ayah
datang menghentikanya, Ayah Hong Shim
langsung mendekati Won Deuk yang Pasti sangat sulit bagi mereka semalam jadi
meminta gar mereka berdua harus beristirahat di rumah dan ia akan pergi sebagai
gantinya.
“Jagalah
semua kotoran dan putar tiga tali jeraminya.” Tegas Hong Shim kesal pada
suaminya lalu memilih pergi. Won Deuk mengaku sudah tahu dengan hal itu.
Hong Shim
pergi menemui teman-temanya dengan wajah kesal. Kkeut Nyeo heran melihat Hong
Shim berwajah lesuh ketika sudah jadi seorang istri yang baru menikah. Temanya
heran dengan pertanyaan Kkeut Nye yang menanyakan hal semacam itu.
“Aku tahu
dia tidak bisa tidur cukup semalam. Jadi Apa tipenya? Apa dia mulai duluan pada
malam hari atau siang hari?” goda temanya.
“Bukan
itu masalahnya... Dia tidak puas baik pada malam hari maupun siang hari.” Kata
Hong Shim kesal
“Astaga,
aku sangat cemburu, kau menikah dengan pria yang tampan seperti itu, tetapi kau
masih mengeluh.” Komentar Kkeut Nyeo.
“Jangan
mulai, Tapi Dia ternyata tidak punya uang, yang dia miliki hanyalah tubuhnya.”
Keluh Hong Shim kesal
“Apa kau
sudah menemukan dirinya sekarang? Aku pikir kamu sudah pacaran sama dia udah
lama. “ komentar Kkeut Nyeo heran. Hong Shim mengaku kalau sudah tahu
“Aku
tahu, tapi aku semakin kesal karena memikirkannya.” Keluh Hong Shim menutupi
kebohonganya.
“Astaga, Apa
kau masih kesal saat melihat wajahnya? Aku akan bersenandung bahagia setiap saat
jika aku itu adalah dirimu.” Komentar Kkeut Nyeo mengoda dan juga dua temany
lainya.
“Bersenandung,
Apa?” Aku lebih suka mengendus padanya.” Keluh Hong Shim kesal lalu tak sengaja
tanganya terkena lilitan jerami dan berdarah, temanya panik melihat tangan Hong
Shim.
Won Deuk
berkeliling melihat rumah yang baru ditinggalinya, menatap ada kotoran sapi dan
bertanya-tanya Apa ia satu-satunya yang merasa tidak nyaman dengan rumah
ini. Ia measa tidak nyaman tidak peduli
betapa melihat sekeliling tempat ini.
Tuan Park
berteriak memanggil Won Deuk, tapi Won Deuk hanya diam saja.
“Won
Deuk, mengapa kamu tidak menjawab? Sopanlah sedikit.” Keluh Tuan Park saat
masuk ke dalam rumah.
“Aku
tidak bisa terbiasa dengan nama Won Deuk.” Komentar Won Deuk
“kau
tidak asing bagiku juga... kau seorang petani, tetapi kamu berbicara seperti
seorang guru dari Hanyang.” Komentar Tuan Park kesal
“Apa itu
kedengarannya seperti itu? Apa mungkin, aku seorang tuan dari Hanyang.” Kata
Won Deuk
“Apa sekarang
lagi trendi minum di siang hari? Hentikan omong kosong itu, dan kembalikan
pakaian pernikahannya.” Ucap Tuan Park. Won Deuk menjawab dengan lirikan
matanya.
“Astaga,
aku tidak bisa terbiasa dengan kekasaranmu... Berikan aku sepatu itu juga.”
Kata Tuan Park. Won Deuk mengaku akan memakainya.
“kau
harus mengembalikannya setelah pernikahan... Berikan kepadaku.” Ucap Tuan Park
“Aku
telah memakai sepatu jerami, tetapi mereka tidak merasa nyaman. Jadi, aku harus
memakai sepatu ini.” Kata Won Deuk menolak untuk mengembalikan.
“Mereka
kan aset dari kantor hakim, kau tak bisa memakainya hanya karena kau
menginginkannya... Berikan itu padaku.” Tegas Tuan park
“Dasar Menyebalkan
sekali.” umpat Won Duk. Tuan Park tak percaya Won Deuk berani mengatakan hal
itu dan meminta agar mengambalikanya.
“Sudah
kubilang aku tidak mau.” Kata Won Deuk. Tuan Park menegaskan sedang tidak ingin
bermain untuk melupakan sepatu itu.
Won Deuk
tetap ingin mengunakan sepatu yang nyaman untuk kakinya, dan akhirnya memilih
untuk kabur. Tuan Park mencoba mengejarnya tapi Won Deuk sudah lari sangat
cepat dari kejaran Tuan Park.
“Dia
tidak dapat mengingat apa pun dan bersikap konyol! Apa yang salah dengannya?”
keluh Tuan Park Kesal.
Won Deuk
pergi ke pasar melihat-melihat barang-barang yang dijual lalu melihat alas
tidur dan berkomentar kalau itu sutra hwamun dari Seongcheon. Si bibi kaget
karena Won Deuk bisa tahu hanya dengan melihatnya
“Ini adalah
sutra berkualitas tinggi... Kain Sutranya memang berkualitas tinggi, tetapi
warnanya tidak harmonis. Apakah kau memiliki satu dengan cahaya lilin berwarna
merah?” kata Won Deuk
“kau
memiliki standar tinggi untuk penampilanmu, Hanya ada satu yang tersisa, Aku
tidak yakin apa kamu mampu membelinya.” Kata Si bibi meremehkan Won Deuk.
“Tunjukkan
saja padaku, Aku ingin bantal bersulam dengan peony. dan selimut berwarna merah
delima.” Kata Won Deuk
“Tentu,
aku akan segera mengambilnya.” Ucap Bibi bergegas dan Won Deuk menghitung
semuanya 15 Yang dan 7 pun.
“Biayanya
begitu banyak uang untuk mengirimnya ke sini dari Hanyang. Bagaimana dengan 15
Yang?” kata Bibi memberikan tawaran. Won
Deuk memikirkanya.
“Ayolah...
aku tidak bisa pergi lebih rendah... Berapa banyak yang kau miliki sekarang?”
tanya si bibi
“Tidak
ada.” Ucap Won Deuk. Si bibi kaget mendengarnya dan sedang bercanda denganya.
“Apa kau
mencoba merusak hariku? Beraninya kau berbicara seperti itu?” teriak si bibi
marah
“Apa kau
tahu siapa aku” ucap Won Deuk merasakan dirinya seperti dihormati.
“Pergilah
sebelum aku melemparkan lebih banyak garam padamu.” Teriak bibi menyiram Won
Deuk dengan garam. Won Deuk menutupi wajahnya yang tersiram dengan garam.
Teman
Hong Shim datang terburu-buru memberitahu kalau sesuatu yang mengerikan telah
terjadi dan tidak punya waktu untuk disia-siakan. Keduanya berlari dan melihat
Meok Goo yang sudah dipukuli. Tiga orang mengumpat pada Meok Goo yang bodoh.
“Apa yang
sedang terjadi?” tanya Hong Shim binggung melihat anak desanya yang
diinjak-injak.
“Layang-layang
Tuan Muda terjebak di pohon. Dia menyuruh Meok Goo naik dan mengambilnya. Meok
Goo naik setinggi ini lalu ketakutan dan turun, lalu mereka mulai menendangnya.” Cerita teman Hong
Shim.
“Hentikan,
tuan muda... Apa kau hanya perlu layang-layang itu kembali?” ucap Hong Shim
akhirnya menyelamatka Weok Goo
“Apa kau
bilang bisa memanjat pohonnya?” tanya Tuan Muda yang masih kecil.
“Tidak
perlu memanjatnya.” Kata Hong Shim lalu melempar ketapel dan kea arah pohon dan
layang-layang pun jatuh.
“Apakah
kau melihat itu? Beritahu aku jika layangmu nyangkut lagi. Aku akan
mendapatkannya untukmu.” Ucap Hong Shim ramah. Tapi Tuan muda yang sombong
mengaku tidak perlu dan bergegas pergi. Hong Shim pun memeluk Meok Goo.
“Meok
Goo... Biarkan aku melihatmu. Apa mereka sudah menyakitimu? kau akan lebam
seluruhnya” ucap Hong Shim membersihkan luka ditangan.
“Aku akan
baik baik saja, kau sudah menyelamatkanku dari pemukulan yang lebih buruk.”
Kata Meok Goo
“Apa aku
tidak memberitahumu, Datang kepadaku jika terjadi sesuatu Lalu aku akan
menyelesaikan semuanya?” ucap Hong Shim sedih
“Aku tadi
ingin berlari kepadamu, tapi aku terjatuh.”akui Meok Goo. Hong Shim sedih mendengarnya. Meok Goo heran
karena Hong Shim yang baik sekali padanya.
“Dulu
ada, seorang bocah yang aku sebut Bodoh tinggal di lingkunganku... Senyummu
mengingatkanku padanya.” Cerita Hong Shim
“Apa yang
terjadi padanya? Apa dia masih bodoh?” tanya Meok Goo. Hong Shim mengaku tak
tahu.
“Dia
mungkin sedikit kurang bodoh sekarang... Ini pasti sakit... Apa kamu yakin kau
baik-baik saja?” ucap Hong Shim sedih.
Won Deuk
sudah berjalan dengan baju bahan sutra dan seperti anak bangsawan, saat itu
melihat beberapa orang yang mengeluh karena tak mendapatkan meja padahal sudah
kelaparan. Mereka tak percaya kalau sup dikedai itu rasanya enak.
Akhirnya
Won Deuk sudah duduk dengan semangkuk sup nasi didepanya, wajahnya seperti tak
biasa dengan makanan seperti untuk binatang. Tapi perutnya sangat lapar,
akhirnya Ia mencoba kuahnya, Wajah Won Deuk terlihat bahagia dan menghabiskan
makan sampai habis.
Won Deuk
selesai makan dan melihat seorang pria memberikan kedipan matanya lalu pergi.
Si wanita tersipu malu melihat pria dan memberikan pergi. Won Deuk akhirnya
akan pergi memakai sepatunya. Si bibi melihat Won Deuk itu orang baru.
“Apa kau
menikmati makanannya?” tanya Si bibi ramah pada pelanggan barunya.
“Aku
makan karena kelaparan, tapi itu mengerikan.” Ucap Won Deuk lalu memberikan
kediapan matanya lalu akan pergi.
“Hei.. kau
tidak bisa pergi begitu saja. Bayar untuk makanannya.” Ucap Si bibi menahan Won
Deuk pergi.
“Aku baru
saja membayarnya... Apa kau ingin aku membayarnya dua kali?” kata Won Deuk
memberikan kedipan matanya lagi.
“Beraninya
kau mencoba makan dan lari!!! “ucap Si bibi menahan Won Deuk pergi.
Temanya
merasa tak enak dengan Hong Shim karena menerima bayaran sedikit akibat
membantu Meok Goo dan mengeluh karena Mengapa selalu membantu orang lain. Hong
Shim pikir ini seperti karakter Cina untuk "orang"
“Ini
berarti kita harus saling membantu dan bersandar satu sama lain. Mencius
menyuruh kami untuk berbelas kasih.” Ucap Hong Shim
“Apa yang
kau bilang? Siapa Mencius?” tanya Kkeut Nyeo binggung. Hong Shim mulai panik
tak ingin diketahui kalau dulu seorang bangsawan.
“Ada
seorang pria bernama Mencius, teman ayahku.” Kata Hong Shim.
“Dia
pasti tidak dari sini, aku belum pernah mendengar namanya.” Ucap Kkeut Nyeo.
Saat itu
terdengar suara teriakan si bibi yang mencengkram Won Deuk karena tak mau
membayarnya. Kkeut Nyeo sadar kalau pria itu suami dari Won Deuk. Hong Shim pun
kaget, lalu bergegas menghampirinya.
“Kenapa
kau makan ketika kamu tidak punya uang? Apa kau tidak membayar?” teriak si
Bibi. Hong Shim datang ingin tahu apa yang terjadi.
“Dia
memesan semangkuk sup dan mencoba pergi tanpa membayar.” Kata si bibi
“Itu
tidak adil. Pria lain melakukan kedipan mata dan pergi begitu saja. Kenapa aku
tidak bisa melakukan itu?” ucap Won Deuk ikut memperagakan kedipan matanya.
“Pria itu
dan aku... Kita...,Waah... Astaga, ini membuat frustrasi.” Ucap Si bibi
binggung menjelaskan hubungan dengan pria itu
“Hei... Beraninya
kau mengambil pakaianku. Apa kau tahu siapa aku? Aku akan membuatmu dihukum
berat.” Ucap Won Deuk marah
“Kau
siapa?” tanya si bibi. Won Deuk binggung bertanya siapa dirinya. Si bibi
mengeluh karena Won Deuk itu bodoh dan akan membawanya ke kantor hakim dan akan
tahu siapa yang salah.
“Jangan
lakukan itu.” Ucap Hong Shim lalu memberikan uang pada ibii sebagai bayaran
makananya.
“Kenapa
kau membayarnya?” keluh si bibi. Kkeut Nyeo memberitahu kalau Won Deuk itu
adalah suaminya dan Mereka menikah kemarin.
“Orang
bodoh ini?” sindir si bibi sinis. Won Deuk mengeluh kalau tatapan si bibi
membuatnya tidak nyaman.
Je Yoon
penasaan Kenapa Putra Mahkota memberitahu untuk tidak menyelidiki kasus ini
dengan melihat gambaran yang sudah dibuatnya. Lalu ia mengingat saat bertemu
dengan Lee Yeol yang memegang kepalanya seteleh menceritakan yang terjadi.
“Mengapa
Putra Mahkota menyelidiki kasus ini sendiri?” ucap Je Yoon penasaran melihat
gambaran yang ada ditanganya.
“Mengapa
kau melihat itu lagi? Kami diberitahu untuk menutupinya.” Kata teman lainya.
“Itu
bukan selimut yang digunakan untuk menutupi sesuatu.” Ucap Je Yoon heran.
Temanya hanya bisa mengumpat Je Yoon bodoh.
Soo Ji
mengintip dari depan pintu ingin tahu apa yang dilakukan Je Yoon, Je Yoon
langsung berdiri menyambutny ingin tahu alasan datang ke kantornya. Soo Jin
bertanya paakah Je Yoon sibuk.
“Iya. aku
sedang menyelidiki pembunuhan dokter wanita itu.” Kata Je Yoon. Soo Ji merasa
sedih mendenagrnya.
“Aku
tidak punya orang untuk minum.” Ucap Soo Jin sedih
“Ada
pepatah. "Cepat tergesa-gesa." Hari ini.. aku ingin pergi
perlahan-lahan.” Kata Je Yoon tak bisa menolak ajakan Soo Ji
Hong Shim
memarahi Won Deuk itu memang memiliki amnesia dan bukan penyakit kebodohan. Won
Deuk merasa kalau semua ini tak mungkin terjadi karena berpikir tidak pernah kekurangan
apapun dalam hidupny. Hong Shim pikir Seorang
pemabuk tidak pernah mengaku mabuk, jadi orang bodoh tidak akan pernah mengaku
bodoh. Won Deuk terlihat binggung
“Ngomong-ngomong,
kenapa kamu berpakaian seperti itu? Dari mana pakaiannya?” tanya Hong Shim
“Itu dari
Hyungnim.” Kata Won Deuk bangga. Hong Shim tak percaya kalau Won Deuk punya
seorang kakak dan tak memberitahu padanya.
“Kelihatannya
sangat mahal.” Komentar Hong Shim bahagia melihat baju yang dipakain Won Deuk.
“Ini
sutra hwamun dari Seongcheon. Sutra dengan kualitas terbaik... Apa kamu melihat
pola bunga krisan yang cantik?” kata Won Deuk bangga.
Hong Shim
tak perlu melihatnya ingin menyentuh bahanya. Won Deuk sudah bersiap-siap
langsung memperingatkan Hong Shim tak menyentuhnya. Hong Shim mengejar Won Deuk
ingin tahu siapa pria itu apakah kakaknya orang kaya.
Mereka
berjalan pulang binggung, karena rumah mereka sudah diubah dengan banyak
tanaman. Won Deuk mengatakan kalau Rumah Hong Shim kotor dan menyebalkan, jadi membersihkannya. Hong
Shim binggung melihat tumpukan kotoran sapi yang sudah tak ada.
“Aku
bekerja selama tiga bulan untuk mengambilnya. aku bisa mendapatkan setidaknya 10
keping untuk itu.” Kata Hong Shim binggung.
Didalam
rumah sudah ada diubah layaknya ruangan putra mahkota walaupun kecil. Hong Shim
mengaku atidak suka gambar itu tapi itu lumayan. Hong Shim panik melihat alas
tidurnya yang dikeluarkan lalu bertanya Dari
mana Won Deuk mendapatkan uang untuk membeli semua ini
“Aku
bilang bertemu hyungnimku.” Kata Won Deuk. Hong Shim pikir kalau kakaknya pasti
sangat kaya.
“Ceritakan
lebih banyak tentang dia.” Ucap Hong Shim penasaran.
“Aku
berada di pasar.” Cerita Won Deuk bangga.
Flash Back
Won Deuk
baru saja dilempar garam oleh si bibi,
saat itu seorang pria berkomentar kalau si bibi terlalu keras kepada
pelanggan dan menyuruh Won Deuk agar mengambil yang dingikan karena akan membayar
semuanya.
“Apa kau
yakin? Kau memiliki hati yang murni dan memiliki penampilan yang tampak mulia.
“ ucap Si pria
Won Deuk
mengulang kata-kata si pria dengan bangga "Aku belum pernah melihat wajah
elegan seperti itu. Itu bukan wajah yang mudah dilihat dari sini. Aku ingin
menjadi temanmu karena masa depanmu tampak cerah."
“Dia
bilang banyak hal lain, tetapi aku akan berhenti di sana. Yang penting adalah
dia memberiku uang.” Kata Won Deuk
“Apa pria
itu memiliki tahi lalat di pipi kirinya?” tanya Hong Shim. Won Deuk
mengingatnya dan berpikir kalau Hong Shim mengenalnya
“Apa dia
tidak memberitahumu untuk menandatangani dengan jari tanganmu?” tanya Hong Shim
“Dia
melakukan dan berharap menjadi hyungnim, jadi aku menjawab dengan jari
tanganku.” Ucap Won Deuk bangga.
“Semuanya,
hentikan! Hentikan apa yang kau lakukan dan keluar dari sini.” Teriak Hong Shim
pada semua orang.
Won Deuk
pikir tak ada yang salah karena semua sedang melakukan dekorasi kamarnya. Hong
Shim mengeluh Won Deuk itu benar-benar bodoh, karena Tidak ada di dunia ini
yang gratis bahkan semangkuk nasi atau bahkan tanaman gratis.
“Aku akan
berurusan denganmu ketika kembali nanti” tegas Hong Shim pada Won Deuk lalu
keluar dari rumah
“Selesaikan
apa yang kalian lakukan.” Perintah Won Deuk. Semua pun sibuk menyelesaikan
semuanya.
“Hei..
Kau tidak punya selera... Bunga merah akan terlihat lebih baik di depan”
komentar Won Deuk.
Hong Shim
pergi ke pasar melihat si pria bertahi lalat sedang marah-marah di depan
seorang nenek,mengancam untuk membayar bungamnya sampai besok kalau tidak akan
membakar rumah putranya. Si nenek terlihat ketakutan.
“Kau
membodohi pria yang tidak mengerti mengambil pinjaman. Kami tidak membutuhkannya,
jadi ambillah kembali.” ucap Hong Shim menghadang si renternier.
“Aku akan
menerima pembayaran jika kau bersedia memberi. Ini jumlah semuanya adalah 30
Nyang... Aku sudah menghitung bunganya, jadi bacalah dengan seksama.” Ucap Si
pria memperlihatkan perjanjian.
“Ini
sudah penipuan... 30 Yang sudah cukup uang untuk membeli rumah jerami. Tidak
ada yang mau mengambil pinjaman sebesar itu!” kata Hong Shim panik
“Aku
tahu... Tapi Suamimu benar-benar tidak mengerti. Jadi Bayar bunganya dalam 15
hari.” Kata Rentenir.
“Mengapa
aku harus yang membayarnya? Aku tidak mau, jadi lakukanlah.’” Kata Hong Shim
menantang
“Tidak
perlu terlalu menakutkan, aku bukan orang yang membunuh siapa pun tapi aku menjual
orang sebagai gantinya. Dan itu Bukan suamimu, tapi kau. Dia kelihatannya ada
sesuatu di kepala, jadi tidak ada gunanya bagi” komentar Si pria. Hong Shim
menahan amarah
“Jika kau
kehilangan kertas itu, jumlah bunganya akan naik.” Tegas si pria melempar
kertas.
“Won
Deuk, brengsek itu. aku akan menghancurkannya.” Keluh Hong Shim melihat surat
pinjaman.
Won Deuk
istriahat di depan rumah yang sudah ditutup seperti kain. Goo Dol melihat Rumah
ini sangat indah dan ingin tahu siapa pria yang memberinya uang. Won Deuk
mengatakan kalau pria itu memiliki alis
tebal Dan lelaki tampan itu memiliki tahi lalat besar di pipi kirinya.
“Hei...
Apa kau bercanda? Aku telah ke pasar berkali-kali... Kenapa tidak ada yang
mendekatiku? Kau tahu apa? Mari kita cari dia lagi... aku ingin menjadi
hyungnim-nya juga.” Kata Goo Dul
“Hei...
ada apa denganmu? Dia itu rentenir! Apa kau tidak tahu berapa nilai uangnya?”
ucap Ayah Hong Shim khawatir.
“Kau
bilang Rentenir? Apa kau meminjam uang dari rentenir?” ucap Goo Dul pabik
“Aku
tidak tahu. Dia tidak berkata begitu.” Ucap Won Deuk santai. Goo Dul binggung
denga komentar Won Deuk.
“Kau
sudah ditipu... Tentu saja. Siapa yang
akan memberikan sejumlah besar uang secara gratis?” kata Goo Dul memukul Won
Deuk. Won Deuk menepis debu dari bajunya yang baru dipukul
“Won Deuk,
ketika Hong Shim kembali, berlutut dan memohonlah.” Saran Goo Dul.
“Tidak
ada pria yang berlutut di depan wanita.” Kata Won Deuk. Goo Dul menegaskan
kalau Won Deuk harus melakukannya.
“Jika
tidak, kamu mungkin akan mati.” Ucap Goo Dul panik, saat itu tumpukan kayu
bakar tiba-tiba jatuh berantakan. Woo
Deuk pun bangun seperti merasakan sesuatu.
Je Yoon
masuk ke sebuah pintu melihat banyak wanita cantik lalu lalang dan melihat
kalau ini pasti Aeryeonjeong yang terkenal dan yakin Mereka tidak bercanda
tentang tempat di mana mendapat melihat bintang. Soo Ji didekati seorang wanita
menyapanya.
“aku
tidak ingin diganggu hari ini.” Kata Soo Ji. Si wanita mengerti lalu menunjukan
jalan.
“Mengapa
kau memberi tahu mereka untuk tidak mengganggumu hari ini? Aku tidak keberatan.”
Keluh Je Yoon dan akhirnya ikut masuk.
Seorang
wanita dari kejauhan melihat Je Yoon dan Soo Ji seperti mengenalnya dan
terkesima alu ingin menemani tamu yang baru masuk. Si Wanita yang mengantar Soo
Ji memberitahu kalau tak ingin diganggu hari ini.
“Aku
bukan sembarang orang.... aku Ae Wol.” Ucap Ae Wol bangga seperti terkesima
dengan sosok Je Yoon.
Ayah Hong
Shim gelisah didepan rumah karena anaknya belum pulang dan berpikir kalau rentenir
telah melakukan sesuatu padanya. Goo Dul merasa Ayah Hong Shim yang
mengkhawatirkan anaknya sekarang, tapi ia lebih mengkhawatirkan Won Deuk.
“Seharusnya
aku menambahkan lentera di semua sudut.” Ucap Won Deuk seperti tak merasa ada
sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Won
Deuk, sekarang bukan saatnya untuk khawatir tentang dekorasi... Sekarang Dengarkan
aku. Ketika Hong Shim masuk, kau berlututlah. Lalu dekatkan kedua tanganmu, menatapnya
dengan seperti mata anak anjing, dan mencoba untuk meneteskan air mata jika
kamu bisa melakukannya.” Jelas Goo Dul memperagakan.
“Jika
tidak, berpura-pura. Pokoknya, memohonlah. Kau bisa mengatakan "Aku sangat
menyesal, aku minta maaf. Aku tidak pantas menerima hati nuranimu." Kau
bisa Lihatkan, jadi Sekarang cobalah.” Ucap Goo Dul
“ Aku
tidak mau.” Kata Won Deuk. Goo Dul pikir Won Deuk itu tidak tahu sifat Hong
Shim.
“kau
pasti akan mati kali ini... Tolong dengarkan Goo Dul.” Saran Goo Dul merasa
ikut panik.
“Kenapa
aku harus minta maaf? Rumah terlihat lebih baik dengan dekorasi. Tadi kau
bilang begitu bahwa rumahnya terlihat cantik.” Ungkap Woo Deuk tak ada yang
salah.
Goo Dul
membenarkan, kalau Rumah itu memang
terlihat cantik dan menegaskan kalau semua ini pasti candaan. Saat itu Hong
Shim datang, Ayahnya menyapanya karena khawatir pulang ke rumah sangat lama.
Hong Shim lalu mendekati Woo Deuk.
“Apa kau
pikiranmu sudah gila itu? kau mengambil pinjaman dari 30yang. Itu cukup untuk
membeli rumah yang lebih besar dari milik kita!” ucap Hong Shim marah
“Si penipu
jahat itu... Dia tidak menyebutkan itu... Jika dia bilang begitu, bukannya
menata ulang rumah, maka aku akan membeli yang baru.” Ucap Won Deuk tanpa rasa
bersalah
Hong Shim
tak bisa menahan amarah ingin mengambil sabit, Goo Dul menyuruh Won Deuk berlutut.
Tapi Won Deuk masih berdiri akhirnya Goo Dul menendang kaki Won Deuk dan
membuatnya berlutut. Won Deuk pun berlutut dengan wajah ketakutan.
“Itu
sudah terlambat.” Ucap Hong Shim memegang sabit lalu berjalan masuk ke dalam
kamar.
Ayah Hong
Shim panik mengikutinya, memint agar tak melakukan pada diri sendiri karena ini
tidak benar. Hong Shim sudah siap memotong baju pada tali karena akan
mengakhiri pernikahan ini. Ayah Hong Shim menahanya karena baru sehari.
“Jika
hakim tahu, dia tidak akan membiarkannya.” Kata Ayah Hong Shim
“Ini
30yang dan Akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk membayarnya
kembali. Jika kita gagal membayar bunga, maka dia akan menjual kita sebagai
budak.” Ucap Hong Shim panik
“Aku akan
membayarnya kembali... aku akan melakukan apa yang diperlukan untuk membayarnya
kembali.” kata Ayah Hong Shim berkorban.
“Mengapa?
Seharusnya Orang yang mengambil pinjaman harus membayarnya kembali.” kata Hong
Shim marah lalu keluar dari rumah.
Won Deuk
sempat berdiri dan Goo Dul kembali menendangnya agar berlutut. Hong Shim merasa
sudah kehilangan pikirannya karena Won Deuk. Ia pikir kalau tak alasan untuk
memutuksan pernikahan dengan Won Deuk, Ayahnya terlihat senang mendengarnya.
“kau mati
saja sana.” Ucap Hong Shim mengancam dengan sabitnya. Won Deuk berlutut
ketakutan.
Hong Shim
menaruh baju diatas meja kalau melihat Won Deuk yang pergi berbelanja. Won Deuk
pikir Hong Shim tidak perlu untuk bahasa kasar seperti itu. Hong Shim pikir Won
Deuk itu bukan siapa-siapa jadi tak perlu bergaya dan hanya membeli
pakaian itu untuk diri sendiri.
“Apa itu
sebabnya kau menatapku?” tanya Won Deuk heran.
“Kapan
kau mulai dimanjakan? Apa Sebelum atau sesudah tugas militermu?” tanya Hong
Shim penasaran.
“Aku
tidak akan mengalami amnesia jika bisa
mengingatnya. Ruangannya kecil dan pengap, tapi setidaknya itu menyenangkan
untuk dilihat. Tapi Akan lebih baik dengan kertas di jendela bermotif bunga.”
Kata Won Deuk menganggumi kamar yang baru.
“Dia
cukup tampan untuk memenangkan hati orang lain kemanapun dia pergi. Dia menguntungkan
dengan mulut tertutup. Dia lembut... Dia mungkin pandai memutar tali jerami... Tangan
itu sempurna untuk pekerjaan itu.” Gumam Hong Shim menatap ke arah tangan Won
Duk
“Pahanya
kokoh... Seorang pria harus memiliki paha yang kuat.” Gumam Hong Shim menatap
paha Won Deuk. Won Deuk seperti takutan menutup pahanya.
“Matamu
sangat tidak nyaman dan Perutku juga merasa tidak nyaman... kamu harus membawa
makanan untuk makan malam.” Ucap Won Deuk
“Jika kau
menginginkan makanan seperti itu, kau seharusnya membeli beras terlebih
dahulu.” Komentar Hong Shim
“Itu
tidak terpikirkan olehku. Sekarang Keluar.
kita menggunakan kamar terpisah untuk hari ini.” Kata Won Deuk.
Hong Shim
menegaskan kalau ini kamarnya, Won Deuk mengaku akau sudah mendekorasi ruangan
ini sesuai dengan gayanya jadi itu adalah kamanrya dan Hong Shim seharusnya
keluar. Hong Shim mengerti dengan mengejek.
“Yah...
Aku lupa... Ini kamarmu dihiasi dengan utangmu kan... kau akan menggunakan
ruangan ini sendiri sekarang dan selamanya. Jadi, kau berhak melunasi utang dan
bunganya.” Tegas Hong Shim.
“Apa? Apa
katamu? Apa kau tidak dimarahi oleh ayahmu? Aku suamimu yang menikah denganmu.”
Kata Won Deuk. Hong Shim mengeluh memiliki suami seperti Won Deuk.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar