PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Moo Yeon
menunggang kudanya ke arah hutan, teringat kembali perkataan Tuan Kim semalam.
“Tubuh
itu bukan Putra Mahkota. Jika Putra Mahkota masih hidup, pastikan membunuhnya. Kau
harus membawakanku kepalanya.”
Moo Yeon
mengingat kembali saat itu melihat sosok
pengawal ke arah berbeda dengan Lee Yeon. Ia pun yakin orang yang memakai baju
pengawal adalah pasti Putra Mahkota. Lalu Bertanya dimana penjaga itu jatuh
berguling.
“Bahkan
penjaga istana pun tidak dapat melacaknya. Kita harus pergi ke desa itu.” Kata
Moo Yeon setelah melihat tempat jatuhnya Pengawal Lee Yeol.
Hong Shim
mencari tempat persembunyian karena Ma Chil akan lewat didepanya. Won Deuk
binggung bertanya apakah ada masalah.
“Namanya
Ma Chil. Dia tampak baik, tapi sebenarnya sangat kejam. Dia sering memukuli orang
tanpa memandang gendernya. Kau juga harus berhati-hati kepadanya. Jika bertemu
dengannya, pastikan kau lari. Mengerti?” ucap Hong Shim berbisik
“Aku
merasa sangat tidak nyaman.” Kata Won Deuk. Hong Shim tahu karean Ini karena tempatnya
sempit jadi meminta agar menunggulah sebentar.
“Bukan
karena itu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim binggung karena apa.
“Apa yang
membuatmu merasa tidak nyaman?” tanya Hong Shim lalu tersadar kalau sudah
memegang tangan Won Deuk dan langsung melepaskanya.
“Sepertinya
ingatanku telah kembali.” ungkap Won Deuk menatap Hong Shim yang ada
didekatnya.
“Bagaimana
jika ingatanya sudah kembali? Apa dia akan tahu kebohonganku?” gumam Hong Shim
khawatir.
“Kau
bilang tubuhku akan mengingat bahkan jika kepalaku tidak. Sepertinya tubuhku
mengingatmu.” Ungkap Lee Yeol.
Hong Shim
tetap diam, saat itu dengan nalurinya Won Deuk menyelamatkan Hong Shim dan
tumpahan makanan diatas tampah. Hong Shim sempat binggung, Won Deuk dengan
menatap istrinya meminta agar menunggu. Hong Shim ingin tahu kemana Won Deuk
akan pergi.
Won Deuk
berjalan di pasar mencari sosok seseorang, Ma Chil berjalan mengangguk seorang
anak bahkan tak malu mengambil permen dari anak kecil. Ibunya memarahi Ma Chil,
tapi si Rentenier tak peduli. Won Deuk menatap dari kejauhan.
Di kedai
Gukbap, Si Bibi mengomel pada orang yang tak mau membayar uang sewa rumahnya
dan mengusirnya. Moo Yeon dengan dua temanya datang bertanya apakah memiliki
ruangan kosong. Si Bibi dengan senang hati memberitahu kalau baru saja kosong.
Ketiganya
akhirnya berada dalam sebuah kamar, seperti membuat sebuah rencana.
“Jika
seseorang menemukan mayat itu, dia akan berada di bawah nama John Doe. Tanyakan
pada petugas kamar mayat di Biro Hakim. Kita harus menemukan jasadnya dan
membawanya ke Wakil Perdana Menteri. Bahkan jika dia selamat dari kejatuhan,
dia tidak akan bisa bergerak. Kita juga Temui tabib dan tanyakan tentang pasien
baru-baru ini.” Jelas Moo Yeon. Dua anak buahnya menganguk mengerti.
“Ada 22
desa di dekat Gunung Chunwoo. Jadi Kita harus cepat.” Ucap Moo Yeon
memperlihatkan peta yang ada ditanganya.
Ma Chil
bertemu dengan Won Deuk, seperti Won Deuk sengaja menemui Ma Chil setelah
menagih hutan. Ma Chil mengejek melihat Won Deuk mengaku
terkesan
dengan kata-katanya di Biro Hakim, Alih-alih dicap bodoh, tapi memilih untuk mengambil
tanggung jawab membayar kembali utangnya.
“Kau mengancam
akan menjual Hong Shim.” Ucap Won Deuk marah
“Pasti
mimpi buruk untuk memikirkan hutangmu. Aku mengerti yang kau alami. Ini antara
kau dan aku, tapi Hong Shim bernilai setidaknya 50 Yang. Jadi Serahkan utangmu
padanya dan kita akan berbagi sisanya. Bagaimana?” kata Ma Chil mengejek.
“Kau
menggangguku... Rentenir seharusnya mengganggu.. Kau seharusnya tidak nyaman.”
Komentar Won Deuk
“Tetap
saja, karena kau cukup menyenangkan, Aku akan membantumu dan menjualnya sebagai
selir, bukan budak.. Hei.. Ada apa dengan mata dinginmu?” kata Ma Chil melihat
tatapan dingin Won Deuk.
“Aku juga
sedikit kesal.” Ungkap Won Deuk. Ma Chul menyuruh Won Deuk untuk menunduk.
“Aku
mendengar, kau kehilangan ingatanmu. Sepertinya kau kehilangan rasa takutmu.
Turunkan matamu.. Ternyata Kau percaya diri untuk bertarung.” Kata Ma Chil
mengeluarkan pisau di wajah Won Deuk
“Aku
tidak ingat cara bertarung... Aku juga tidak ingat itu karena aku memukuli
orang secara sepihak. Aku akan menjatuhkan mataku jika itu yang kau inginkan.”
Kata Won Deuk lalu menunduk sebentar.
“Apa
Sudah cukup?” ucap Won Deuk sinis. Ma Chil merasa kalau Won Deuks sedang
bercanda. Won Deuk mengaku sedang tidak
bercanda.
Sementara
Hong Shim gelisah karena Won Deuk yang tidak datang dan berpikir kalau akan
dipukuli Ma Chil. Akhirnya Hong Shim tak bisa tinggal diam memilih unuk keluar
dari persembunyian, tak sengaja berpapasan dengan Moo Yeon.
Hong Shim
merasakan sesuatu dan berusaha untuk mengejarnya, tapi Moo Yeon sudah jalan
lebih cepat. Hong Shim pun tak bisa melihat Moo Yeon karena terhenti orang yang
membawa barang. Dan Moo Yeon ternyata merasakan juga memilih untuk bersembunyi,
setelah memastikan Hong Shim tak ada didekatnya keluar dari persembunyian.
“Kakak?
Aku Yoon Yi Seo” ucap Hong Shim menyebut nama aslinya dan bisa menahan Moo Yeon
yang baru keluar dari persembunyian.
“Sepertinya
kau salah orang.” Kata Moo Yeon mengelak lalu bergegas pergi.
Hong Shim
mengejarnya dengan pedang yang diambil penjual mencoba bertarung dengan
kakaknya. Moo Yeon masih melakukan hal yang sama saat mereka masih kecil
berlatih pedang. Hong Shim pun yakin kalau Moo Yeon itu Kakak yang selama ini
dicarinya.
“Ilmu
pedangmu masih belum bagus.” Komentar Moo Yeon.
Woo Deuk
kembali ke tempat persembunyian dan panik karena tak melihat Hong Shim.
“Bagaimana
bisa kau melakukan ini? Kau hidup seperti ini, Bagaimana bisa, kupikir kau
sudah mati. Kupikir kau tidak akan pernah datang menemuiku karena sudah mati.”
Kata Hong Shim menahan tangisnya. Moo Yeon hanya terdiam.
“Jangan
bilang kau melupakannya. Kita berjanji untuk bertemu di Jembatan Mojeong jika
kita berpisah. Apa Kau melupakannya? Kenapa kau begitu? Katakan sesuatu padaku.
Katakan padaku alasanmu.” Ucap Hong Shim tak bisa menahan tangisnya.
Akhirnya
Moo Yeon pun memeluk adiknya yang sudah lama tak ditemuinya. Hong Shim mengaku
kalau sangat merindukan kakaknya. Moo Yeon mengaku kalau ia juga merindukan
adiknya. Saat itu Moo Yeon melihat dari kejauhan dua anak buahnya, lalu menarik
Hong Shim untuk bersembunyi.
Hong Shim
binggung ingin bertanya, tapi Moo Yeon langsung menutup mulut adiknya agar tak
bicara. Dua anak buah Moo Yeon pun lewat, Moo Yeon mengatakan kalau harus
pergi. Hong Shim menahan kakaknya agar tak pergi.
“Ada sesuatu
yang harus aku selesaikan. Aku akan mencarimu setelah usai.” Kata Moo Yeon
berjanji
“Tidak,
jangan pergi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.” Ucap Hong Shim
“Kita tidak
seharusnya ada di dunia ini. Jadi kita juga tidak boleh saling bertemu. Kita
bisa hidup bersembunyi sehingga tidak ada yang bisa menemukan kita.” Ucap Moo
Yeon panik. Hong Shim hanya bisa menangis.
“Ini yang
terakhir. Sesudah aku menyelesaikan ini,maka aku bisa pergi bersamamu. Tunggu
sebentar lagi. Ini Tidak akan lama” tegas Moo Yeon menyakinkan adiknya
“Rumah di
Jalan Gomdallae dengan pohon sakura, Kau harus menepati janjimu kali ini.”
Teriak Hong Shim sebelum kakaknya pergi.
Hong Shim
menangis melihat kepergian kakaknya, Won Deuk datang mendekati istrinya
bertanya apa yang sedang dilihatnya. Hong Shim buru-buru menghapus air matanya
mengaku Bukan apa-apa. Won Deuk memarahi Hong Shim yang pergi padahal sudah
meminta untuk menunggu.
“Jangan
bilang kau makan gukbap sendirian.” Kata Won Deuk. Hong Shim hanya terdiam.
“Apa Kau
menangis?” tanya Won Deuk, Hong Shim hanya diam dan memilih pergi.
“Hei..
Tempat gukbap bukan kesana... Itu hanya semangkuk, bukan dua. Apa Kau tidak
akan membelikanku itu? Wahh.. Betapa jahatnya kau.” Keluh Won Deuk melihat Hong
Shim berjalan ke arah yang salah seperti menghindar.
“Kau Makan
saja.” Kata Hong Shim seperti kehilangan selera, memberikan kantung uangnya.
“Apa Kau
memberiku semua uang ini? Maka aku akan makan gukbap dan pancake daging juga...
Aku juga akan makan ikan corvina kuning.” Ucap Won Deuk mengoda Hong Shim
“
Terserah.” Ucap Hong Shim tak peduli dan hilang semangat hidup.
“Tidak
nyaman makan sendirian.... Kau bilang akan berbagi mangkuk denganku.” Kata Won
Deuk, Hong Shim tak peduli memilih untuk pulang.
Kasim
Yang berteriak panik masuk ke istana memanggil Putra Mahkota lau terjatuh
karena bertabrakan dengan Soo Ji. Keduanya pun saling menatap, Soo Ji memegag
wajah Kasim Yang ingin tahu kabarnya seperti tak epcaya
“Kupikir
kau pergi ke ritual hujan dengan Putra Mahkota.” Kata Soo Ji
“Ada ruam
di sekujur tubuhku, jadi dia pergi tanpaku, dia bilang itu tidak bersih dan
tidak nyaman.” Ucap Kasim Yang
“Putra
Mahkota sudah meninggal.” Kata Soo Ji
“Itu tidak
benar, kan? Ini mimpi, kan? Aku masih dalam bermimpi 'kan?” ucap Kasim Yang tak
percaya
Soo Ji
langsung menampar Kasim Yang untuk memastikan kalau ini bukan mimpi. Kasim Yang memegang pipinya seperti tak
percaya, lalu menjerit histeris menangisi Lee Yeol.
Semua
rakyat berkumpul didepan selembaran yang ditempel, semua tak mengerti
tulisan yang ada dikertas, Mereka tak
mengerti arti dari surat China itu.
“Ini
menunjukkan kematian Putra Mahkota.” Kata Bibi pemilik kedai Gukbap.
“Bagaimana
dia akhirnya mati di usia muda seperti itu?” ucap Kkeut Nyeo sedih
“Dia
pasti terkutuk... Ayahnya membunuh begitu banyak orang hanya untuk menjadi
raja.” Kata Bibi sinis
Semua
merasa tak percaya dan merasa Kasihan sekali. Hong Shim berjalan dengan wajah
lesu. Kkeut Nyeo melihat Hong Shim bertanya apa yang harus mereka lakukan,
karena Putra Mahkota meninggal. Hong Shim terdiam dan saat itu Won Deuk datang.
“Siapa
yang meninggal?” tanya Won Deuk binggung. Kkeut menjawab itu Putra Mahkota
sambil mengumpat.
“Dia
meninggal pagi ini, lantas kenapa dia memerintahkan kita untuk menikah?” ucap
Kkeut Nyeo.
“Apa berita
kematiannya itu mengejutkan?” tanya Won Deuk binggung melihat wajah suaminya.
Saat itu juga Hong Shim langsung jatuh lemas, Won Deuk langsung menahanya.
Semua
mentri mengunakan pakaian putih tanda berkabung, dalam sebuah ruangan melihat
jasad yang ditutup dengan kain putih. Saat kain putih terbuka, semua tak
percaya kalau Putra Mahkota yang sudah meninggal. Tuan Kim menatap jasad yang
dianggap Lee Yeol.
Flash Back
Mentri
memberitahu kalau sudah merusak tubuh sehingga orang lain tidak dapat mengenali
bentuknya, tapi ingin memastikan kalau mereka
tidak akan ketahuan dan harus memikirkan Bagaimana jika seseorang
mengetahuinya.
“Kita
hanya perlu melewati proses yang tertutup. Tidak ada yang bisa melihat Pangeran
Mahkota lagi karena dia akan terjebak di dalam peti mati selamanya.” Ucap Tuan
Kim yakin.
Saat itu
mereka meminta agar Kasim Yang memeriksa tubuh Yang Mulia. Kasim Yang tertunduk
sedih ke dalam ruangan, tak percaya kalau Lee Yeol sudah meninggal. Tuan Kim
tegang takut ada yang mengenali kalau bukan tubuh Lee Yeol.
Kasim
Yang memegang tangan mayat yang goyong dan akhirnya menangis meraung-raung.
Semua pun ikut menangis sambil membungkuk memberikan hormat. Tuan Kim seperti
bisa bernafas lega.
Kasim
Yang duduk diam di ruangan Lee Yeol yang kosong. Salah satu kasim lainya datang
berkomentar kalau merasa sangat kasihan
pada Putra Mahkota menurutnya Kasim Yang sudah cukup menderita di bawah Lee Yeol si berandal
selama 10 tahun.
“Hei.... Sadarlah...”
kata Kasim melihat Kasim Yang hanya tertunduk sedih.
“Jangan
katakan itu! Dia mengeluh setiap hari, tapi dia sangat bijaksana. Dia
kehilangan ibunya di hari ayahnya menjadi raja dan merindukan seorang
perempuan. Amarahnya terpendam didalam dirinya.”ucap Kasim Yang membuat temanya
terdiam.
Kasim
Yang menangis memeluk buku-buku yang sempat dibaca oleh Lee Yeol. Ia mengeluh
pada Lee Yeol kalau memang akan meninggal begitu cepat tak perlu banyak
membaca, lalu tiba-tiba mengingat sesuatu dengan buku yang dilihatnya.
Flash Back
Kasim
Yang mengunting kuku Lee Yeol yang sedang membaca buku, lalu berkomentar kalau
Putra Mahkota harus terlihat layak untuk
ritual hujan. Lee Yeol marah karena dianggap tidak terlihat layak sekarang.
Kasim Yang tak banyak komentar kembali mengunting kuku Lee Yeol
“Aku
minta maaf. Apa Kau baik-baik saja?” kata Kasim Yang panik karena tak sengaja
mengunting kuku terlalu dalam.
“Apa ini
Kelihatan baik-baik saja?!! Wajahmu membuatku tidak nyaman.” Keluh Lee Yeol
Kasim
Yang pun teringat kuku Lee Yeol yang tak sengaja terpotong olehnya. Ia yakin
kalau ada yang janggal dengan kuku dari mayat itu. Tiba-tiba mentri, anak buah
Tuan Kim masuk ruangan dan langsung menyuruh pengawal untuk menangkap Kasim
Yang. Kasim Yang binggung tiba-tiba dibawa pergi oleh pengawal.
Ayah Hong
Shim masuk kamar melihat anaknya yang terlihat lesu berbaring. Ia berpikir
kalau Hong Shim yang terus bekerja demi uang dan membuatnya kelelahan. Hong
Shim tetap duduk diam.
“Ayo
Duduk dan Kunyah ini untuk menurunkan demam.” Ucap Ayah Hong Shim yang sudah
membuat ramuan. Hong Shim menurut.
“Ada apa
denganmu? Apa Won Deuk mendapat masalah lagi di pasar? Aku seharusnya...” kata
Ayah Hong Shim ingin memberikan pelajaran. Hong Shim menahan tangan ayahnya.
“Aku
bertemu saudaraku... Di pasar. Aku melihat saudaraku.” Kata Hong Shim dengan
wajah lesu.
“Apa itu
bukan hal yang baik? Kenapa kau berbaring di tempat tidur?” tanya ayah Hong
Shim binggung.
“Dia
pergi. Kami tidak punya waktu untuk berbicara.” Cerita Hong Shim sedih. Ayah
Hong Shim mengumpat marah dengan yang dilakukan Seok Ha.
“Kau
merindukannya selama lebih dari 10 tahun. Dan Apa dia menghilang lagi?!!” ucap
Ayah Hong Shim marah
“Dia harus
menyelesaikan sesuatu. Katanya, dia akan menjemputku jika sudah usai.” Ucap
Hong Shim
“Jika itu
masalahnya, bisakah kau tidak pergi dan tetap bersamaku sebagai gantinya?” kata
Ayah Hong Shim sedih
“Bagaimana
jika kita ketahuan? Tidak, Ayah akan jatuh dalam bahaya juga.” Ucap Hong Shim
tak ingin ayah tirinya ikut terlibat.
Ayah Hong
Shim pun ingin tahu nasibWon Deuk. Hong Shim pikir tak perlu khawatir karena
ini pernikahan palsu hanya untuk mematuhi perintah Putra Mahkota dan sekarang
anak raja itu sudah mati.
Di depan
pintu kamar, Won Deuk menguping ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Akhirnya Won Deuk memilih untuk kembali ke
kamar, tanganya di taruh didahi tanda kalau sedang berpikir. Teringat kembai
saat melihat Hong Shim dengan seorang pria berpelukan sambil menangis.
“Katakan
sesuatu. Setidaknya buatlah alasan.” Ucap Hong Shim pada sosok pria yang tak
dikenali Won Deuk.
“Siapa......orang
itu?” tanya Won Deuk penasaran.
Goo Dul
keluar rumah sambil memakai bajunya, melihat Won Deuk datang dimalam hari
berpikir kalau bertengkar dengan Hong Shim, atau diusir dari rumah atau
ditendang. Won Deuk mengatakan kalau punya pertanyaan. Goo Dul pikir Itu pasti
sesuatu yang sangat mendesak.
“Kenapa
kau ada di sini tengah malam... Jadi Kau bisa bertanya. Kau pasti penasaran..
Bisakah kau membuat tubuhmu melakukan apa yang kau inginkan? Katakan semuanya. Mana yang membuatmu
khawatir?” ucap Goo Dul berpikiran yang aneh.
“Hong
Shim.” Ucap Won Deuk. Goo Dul makin penasaran ingin tahu ada apa dengan Hong
Shim.
“Apa dia
bersama pria lain ketika aku melayani negara?” tanya Won Deuk
“Itu
tidak mungkin... Sejujurnya, beberapa pria menunjukkan minat padanya. Tapi... dia
tidak jatuh cinta pada mereka. Dia menolak semua pria, Aku bahkan belum pernah melihatnya tersenyum
pada seorang pria.” Cerita Goo Dul.
“Istriku,
Kkeut Nyeo, bilang. dia tidak pernah mendengar Hong Shim berkencan dengan seseorang.
Dia bahkan tidak tahu kalian berdua bertunangan. Kalian berdua sepertinya sudah
berkencan selama bertahun-tahun, tapi kami tidak tahu apa-apa.” Kata Goo Dul
“Jika kau
tidak tahu tentangku, maka kau mungkin tahu tentang pacar-pacarnya yang lain.”
Komentar Won Deuk.
“Kau ada
benarnya... Tapi Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Orang-orang di masa
lalunya bukanlah masalah.... Seorang pria adalah tentang kekuatan dan kau
memiliki semuanya sekarang. Sekarang kau adalah suami Hong Shim dan dia adalah
istrimu.” Kata Goo Dul mulai berpikiran yang aneh-aneh lagi.
“Aku
tidak mengerti yang kau katakan.” Ucap Won Deuk binggung.
“Maksudku,
Kau harus menaklukannya malam ini. Jadi dia tidak akan terganggu. Coba Lihatlah
Kkeut Nyeo. Dia tidak pernah terganggu... Aku laki-laki... Hal pertama yang
harus dilakukan adalah...” kata Goo Dul dan membuat Won Deuk mendekat ingin
tahu.
Di dalam
ruangan pengawal, Kwon Hyuk heran melihat Je Yoon yang hanya menatap keluar
dengan tatapan kosong. Je Yoon mengaku tidak pernah pergi keluar malam hari.
Kwon Hyuk menyuruh Je Yoon agar keluar saja dan melihat keluar. Je Yoon hanya
terdiam seperti dalam kebingungan karena Lee Yeol hilang.
“Apa yang
dikatakan oleh surat tertutup Putra Mahkota?” tanya Kwon Hyuk penasaran.
“Itu
sebuah teka-teki.” Jawab Je Yoon. Kwon Hyuk bingung dengan Sebuah teka-teki
“Kau
terlihat kecewa, yang berarti kau tidak dapat menyelesaikannya.” Komentar Kwon
Hyuk
“Aku bisa
tapi aku tidak melakukanya” kata Je Yoon. Kwon Hyuk binggung kenapa Je Yoon tak
melakukan padahal Itu dari Putra Mahkota.
“Kenapa
repot-repot menyelesaikannya ketika dia mati? Bahkan jika aku memecahkannya,
dia tidak bisa bilang apa aku benar atau salah. Bahkan jika aku benar, dia
tidak bisa mempromosikanku.” Ucap Je Yoon sedih
“Di mana
Je Yoon yang kukenal? Je Yoon yang tidak mempedulikan perkataan orang lain. “
ucap Kwon Hyuk memberikan semangat.
“Tidak
ada gunanya melakukan itu... Aku sudah memutuskan untuk berhenti menyingkir untuk
melakukan hal-hal yang tidak perlu kulakukan.” Kata Je Yoon kehilangan arah
tujuanya.
“Baik. Itu
adalah hidupmu dan pilihanmu... Aku tidak bisa memaksamu.” Ucap Kwon Hyuk
berjalan pergi.
Je Yoon
melihat Kwon Hyuk berjalan dengan kaki pincang lalu bertanya kenapa dengan
kakinya. Kwon Hyuk mengaku Kaus kaki
baru yang dibuat ibunya terlalu kecil, jadi Tumitnya tergores. Je Yoon
memikirkan sesuatu tentang tumitnya.
“Jadi
bagaimana dengan itu? Aku tidak akan mengganggu.” Tanya Kwon Hyuk mengoda. Je
Yoon menyuruh agar pergi saja.
Je Yoon
mengikuti Kwon Hyuk, lalu berjalan sejajar dengan temanya lalu berkomentar
kalau tak ada yang tahu Putra Mahkota yang terbaik. Kwon Hyuk mengejek Je Yoon
yang menyerah pada teka-teki itu.
“Aku
menyadari, tidak ada alasan untuk menyerah... Kasim Yang, kan? Apa dia masih
hidup?” ucap Je Yoon
“Aku
tidak bisa menjaminnya.” Kata Kwon Hyuk, Je Yoon binggung Kenapa Kwon Hyuk tidak menjaminnya lalu
bergegas pergi.
Hong Shim
menatap ke arah bulan purnama mengingat yang dikatakan Je Yoon.“Katanya,
keinginanmu akan terwujud jika lentera sampai di laut dengan aman, Jadi aku
menghanyutkannya untukmu. Aku mendo'akanmu, semoga bertemu saudaramu lagi.”
“Berkatmu,
aku bisa bertemu dengannya.” Ucap Hong Shim tak bisa menahan rasa harunya.
“Ekspresi
itu, seperti saat kau merindukan seseorang. Gerakannya juga menunjukkan dia
sangat menunggu seseorang.” Gumam Won Deuk menatap Hong Shim yang menatap ke
arah langit dan mengingat kembali yang dikatakan Goo Dul.
Flash Back
“Jika kau
melihat Hong Shim, lewati saja dia... Kau Berjalan saja terus... Yang penting
adalah pandanganmu... Kau harus perlihatkan "Aku semangat malam ini."
Itu pandangan yang seharusnya.” Ucap Goo Dul mencontohkan tatapannya.
“Aku
tidak mau... Ini bukan demi diriku...” kata Won Deuk
“Aku
mencoba membantumu... Sepertinya kau tidak membutuhkannya. Tatapan normalmu
seakan melakukan trik... Tatapanmu...” kata Goo Dul. Won Deuk merasa tak butuh
bantuan Goo Dul dan akan pergi.
“Tidak,
tunggu! Ini sudah waktunya untuk hal-hal yang baik.” Ucap Goo Dul.
Hong Shim
melihat Won Deuk datang bertanya Dari mana berkeliaran di malam hari. Won Deuk
hanya diam menatap Hong Shim teringat dengan pesan Goo Dul untuk membuat buket
bunga cantik saat pulang.
“Dalam
pengalamanku, semua wanita menyukai bunga. Berikan dengan santai...” pesan Goo
Dul.
“Aku
mengambilnya dalam perjalanan pulang, bunga ini mengingatkanku padamu.” Kata
Won Deuk memberikan sebuket bunga pada Hong Shim
“Apa Bunga
ini mengingatkanmu padaku? Bunga ini yang bau pipis anjing” kata Hong Shim
binggung.
Won Deuk
melonggo kaget, Hong Shim pikir mungkin karena aromanya, jadi semua anjing
pipis diatas bunga ini. Dan itu sebabnya tidak ada yang menyentuh bunga yang
dibawa suaminya. Won Deuk menjatuhkan bunga ditanganya seperti merasa jijik
“Kau Jangan memetik bunga mulai sekarang. Di
mana pun berada, mereka paling cantik di tempat mereka tumbuh. Kau Masuklah ke
dalam dan tidurlah. Aku akan mencari udara segar.” Ucap Hong Shim berjalan
pergi.
“Aku lebih
suka kau tidak melakukannya.” Kata Won Deuk menarik tangan Hong Shim dan
mendekatinya.
“Apa yang
kau lakukan?” tanya Hong Shim panik melihat Won Deuk sangat dekat dengan
memalingkan wajahnya.
“Kau... tidak
menatapku.” Ucap Won Deuk. Hong Shim menatap Won Deuk, setelah itu Won Deuk pun
kembali masuk ke dalam rumah.
Ayah Hong
Shim datang langsung memukul pundak Won Deuk sangat keras. Won Deuk terlihat
kesal bertanya ada apa. Ayah Hong Shim pikir kalau ia yang harus menanyakan hal
yang sama.
“Bibirmu
hanya beberapa senti jauhnya... Kenapa berhenti?” ucap Ayah Hong Shim kesal
“Aku
tidak ingin menciumnya... Itu untuk mengkonfirmasi teori... Aku membaca
tatapannya.” Kata Won Deuk. Ayah Hong Shim hanya bisa menghela nafas.
“Kupikir
cuma huruf, tapi Apa kau membaca tatapan juga? Won Deuk, tolong jangan seperti
ini... Sadarlah... Pikirkan tentang apa yang sudah kau lakukan sejauh ini...
Yang kau bawa hanyalah utang... Jika kau bergantung padanya, .apa dirimu adalah
suami yang bisa diandalkan?” ucap Ayah Hong Shim kesal
“Yah... Memangnya
siapa aku menyalahkanmu? Akulah yang menyeretmu ke sini untuk menikahinya...
Waktu terus berjalan dan Masuklah ke dalam dan tuliskan lebih banyak buku. Lalu
Bayarlah utangmu akan kembalikan harga dirimu.” Ucap Ayah Hong Shim.
Saat itu
beberapa pria datang membawa buku melhat Won Deuk Sudah pulang. Ayah Hong Shim
dan Won Deuk binggung siapa para pria itu.
Kasim
Yang sudah ada di penjara, berteriak agar bisa bertemu Yang Mulia, karean Ada
sesuatu yang mendesak untuk diberitahukan padanya. Ia meminta agar Raja tahu
dengan yang dikatakanya
“Kasim
Yang menyebabkan keributan dan meminta berbicara denganmu.” Ucap Mentri pada
Tuan Kim. Tuan Kim yang ada dikamarnya terdiam.
Si pria
datang meminta Won Deuk membacakan buku yang dibawanya, karena melihat di pesta
Tuan Park. Won Deuk menoak karena dirinya sibuk dan tidak punya waktu jadi
menyuruhnya pulang. Si pria memohon agar Won Deuk mau membacakanya.
“Aku bisa
membacanya untukmu, tapi tidak gratis. 2 pun untuk dokumen dan 5 pun untuk
buku.” Kata Won Deuk
“Ya tentu
saja. Itu tidak bisa gratis.” Ucap Ayah Hong Shim dengan senyuman bahagia.
“Kami
tidak punya uang.” Kata Si pria binggung. Won Deuk pun menyuruh merkea cari
orang lain untuk membacanya karena ada kerjaan yang harus dikerjakan.
“Tak
boleh, Abaikan urusan mendesakmu dan bacakan buku- itu secara gratis.” Kata
Hong Shim kembali ke rumah.
“Kau
bilang, kita perlu mendapatkan uang.” Kata Won Deuk. Hong Shim meminta Won Deuk
melihat tiga pria yang datang.
“Aku
ingin memperbaiki kesalahanku secepatnya... Ini demi diriku dan untukmu.” Ucap
Won Deuk
“Aku
tidak akan membiarkanmu terutama jika itu demi aku. Seorang pria tidak
seharusnya memanfaatkan orang miskin.” Kata Hong Shim
“Hong
Shim... Kita sangat membutuhkan uang untuk melunasi utang.” Pikir Ayah Hong
Shim
“Ini
sudah larut pasti sudah mengaburkan penilaianku... Pengetahuan seseorang harus
dibagi. Pria hebat harus berbagi pengetahuan yang dia miliki dengan orang
lain.” Kata Won Duk.
“Apa
maksudnya gratis? Terima kasih, Won Deuk.” Ucap Si pria bahagia.
Tuan Kim
datang menemui Kasim Yang di penjara. Kasim Yang berlutut mengaku pasti ada
kesalahpahaman. Ia pikir pasti Tuan Kim mencurigai karena tetap tinggal di
belakang, tapi Putra Mahkota memerintahkanku untuk tidak tinggal diam.
“Ada
saksi, Tuanku... Tolong percaya aku... “kata Kasim Yang.
“Apa kau
ingin hidup?” tanya Tuan Kim dingin. Kasim Yang menganguk jadi meminta tolong
agar menyelamatkan hidupnya.
“Apa kau
bersedia melakukan apa pun yang aku perintahkan?” ucap Tuan Kim. Kasim Yang
menjawab akan siap membantu.
“Selama
persidanganmu, tidak peduli apa yang kutanyakan, jawaban kau akan menjadi ini.
Itu... Ratu.” Perintah Tuan Kim
“Ya, Wakil
Perdana Menteri. Tidak peduli apa yang kau tanyakan, itu akan menjadi
jawabanku.” Kata Kasim Yang
“Ngomong-ngomong,
apa yang membuatmu terburu-buru ingin memberi tahu Yang Mulia?” tanya Tuan Kim.
Kasim Yang melihat sekeliling memastikan tak ada yang mendengar.
“Tubuh di
ruang pemakaman...aku tidak percaya itu adalah Putra Mahkota.” Kata Kasim Yang
berbisik.
“Beraninya
kau berbicara omong kosong seperti itu! Aku memeriksa tubuh sendiri.” Kata Tuan
Kim marah menutupi rasa paniknya.
“ Kuku
jarinya... Sebelum dia pergi untuk ritual hujan, aku memotong kukunya sendiri.
Aku ingat dengan jelas... Aku melukai jari manisnya, tapi mayatnya memiliki
kuku yang rapi.” Kata Kasim Yang
“Jika
bukan tubuh Putra Mahkota, Maka dia mungkin masih hidup.” Ucap Tuan Kim berjongkok.
Kasim Yang pikir seperti itu.
Tuan Kim
ingin tahu pada siapa saja Kasim Yang memberitahu, Kasim Yang mengaku tidak
seorang pun,karena masih belum tahu siapa yang menyerang Putra Mahkota jadi
akan tetap diam. Tuan Kim mengaku bangga pada Kasim Yang.
“Jika aku
tidak menemuimu, maka aku akan berada dalam masalah besar.” Ucap Tuan Kim
“Apa ini
berarti kau akan membebaskanku?” kata Kasim Yang dan kaget melihat Tuan Kim
malah menaruh pisau di lehernya.
Tuan Kim
tanpa belas kasihan langsung membunuh Kasim dan sengaja menaruh pisau ditangan
Kasim Yang agar dianggap bunuh diri.
Tuan Kim
berjalan masuk di lorong, wajahnya terlihat tegang didepan pintu pelayan ingin
memberitahu tapi Tuan Kim sudah lebih dulu masuk. Soo Hye sedang memakai baju
berkabung kaget melihat ayahnya yang datang. Tuan Kim pun meminta agar pelayan
meninggalkan mereka berdua.
“Kenapa
kau terlihat sangat kesal? Semuanya sudah diselesaikan.” Komentar Soo Hye. Saat
itu Tuan Kim malah menyerang wajah anaknya dengan memegang bagian pipinya.
“Pada
hari ketika aku menusuk hati mendiang mantan raja, yang juga temanku,aku
berjanji kepada diriku, bahwa aku tidak akan pernah membunuh siapa pun dengan
tanganku.” Ucap Tuan Kim
“Tapi
semua tekadku sia-sia hanya karenamu... Aku hidup seperti babi dan anjing.
Hidupku tidak berbeda dari seorang tukang daging.. Aku menyadari posisi ini,
duniaku, dengan meneteskan air mata darah... Tapi aku akan kehilangan itu
karenamu.”kata Tuan Kim sangat marah
“Siapa...ayah
dari bayinya?” ucap Tuan Kim penasaran.
“Apa Kau
pikir aku membiarkannya hidup? Aku memiliki darah yang sama dengan darahmu yang
mengalir di tubuhku.” Balas Soo Hye dengan mata berkaca-kaca
“Tidak,
kau tidak bisa membunuhnya... Belum ada pria yang meninggal baru-baru ini di
antara mereka yang kukenal. Dan Tidak mungkin kau hamil dengan putra petani
belaka.” Tegas Tuan Kim yakin
“Aku
menumpahkan air ini, jadi aku akan menghadapinya sendiri... Berikan aku waktu.”
Kata Soo Hey.
“Empat
hari... Jika aku tidak mendengar berita tentang kematian seorang bangsawan
dalam hari-hari itu, Maka Aku akan campur tangan.” Ucap Tuan Kim mengancam.
“Sepertinya
Ayah tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan. Tugasmu adalah menjebak Ratu dan
Pangeran Seowon. Aku akan melakukan pekerjaanku, dan Ayah lakukanlah tugas
Ayah.” Ucap Soo Hye menyindir
“Kau
lebih baik membawakanku bukti kematian pria itu.” Tegas Tuan Kim lalu keluar
dari rumah.
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar