PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hong Shim
merapihkan alas tidurnya, Ayahnya heran
melihat anaknya ingin tidur denganya padahal sekarang sudah menikah, jadi perlu
tidur di ranjang yang sama untuk saling menyayangi satu sama lain dengan
suaminya.
“Aku
tidak menganggapnya sebagai pernikahan sungguhan. Sekarang aku akan melarikan
diri dari masalah ini dulu dan menendang dia keluar setelah semuanya selesai. Tapi
sekarang, aku tidak memberi tahu tentang rencanaku. Sampai dia membayar semua
hutangnya, aku akan memilikinya di rumah ini tidak peduli apa yang terjadi sebagai
tukang, bukan suami.” Tegas Hong Shim
“Kau
bilang Tukang?” ucap Ayah Hong Shim kaget mendengarnya.
Soo Ji
mulai mabuk mengaku tidak seharusnya
mengatakan hal ini karena Ini rahasia tertinggi bahkan di dalam istana, jadi
tidak seharusnya mengatakan ini pada Je Yoon. Tapi ia akan membelikan Je Yoon madu dan akan memberikan sesendok itu setiap
hari dan tutup mulut.
“Putra
Mahkota pergi untuk ritual hujan dan diserang... Dia menghilang, aku khawatir
seperti orang gila, tapi aku tidak punya orang untuk dibicarakan dengan ini. Itu
membuatku gila.” Ungkap Soo Ji
“Apa yang
terjadi pada Putra Mahkota?” tanya Je Yoon penasaran.
“Aku
tidak akan minum di sini jika aku tahu apa yang terjadi padanya. Semuanya akan
berakhir jika dia jatuh sakit. Adik perempuanku, keluargaku, dan aku juga...
Itu akan baik-baik saja.” Ungkap Soo Ji
“kau
ditempatkan dulu di ujian negara.” Kata Je Yoon. Soo Ji mengaku sesuatu.
“Sebenarnya,
aku ditempatkan pertama. karena aku mengganti lembar jawaban.” Akui Soo Ji lalu
akhirnya terbaring dan Je Yoon memikirkan kalau Yang Mulia menghilang.
Saat itu
pintu terbuka, si wanita mengaku bernama Ae Wol menyapa tamunya, Je Yoon
binggung. Ae Wol pun berpura-pura meminta maaf karena masuk ruangan yang salah.
Ia menatap Je Yoon dan memastikan kalau orang didepanya Tuan Jung Je Yoon.
“Apa kau
tahu siapa aku?” tanya Je Yoon binggung, Ae Wol pun masuk dengan bangga kalau
dirinya berubah lebih cantik.
“kau
pasti telah melihat wajah ini pada musim semi tiga tahun lalu di Jeojeong. Apa
kau ingatku sekarang?” kata Ae Wol melepaskan ikatan rambutnya yang panjang.
“Pergilah
jika kamu adalah hantu. Ungkap dirimu jika kamu itu manusia.” kata Je Yoon yang
tak mengingatnya. Ae Wol terlihat kecewa.
“Aku
minta maaf. Sebenarnya, aku buruk dalam mengingat wajah orang.” Komentr Je
Yoon.
“Wajahku
bukan tipe yang dapat dengan mudah kau lupakan. Tetap saja, bagaimanapun juga
layak menjadi kisaeng... Aku menunggumu sejak aku datang ke Aeryeonjeong dan aku
ingin membalas kebaikanmu. Katakan saja padaku, dan aku akan melakukan apa pun
untukmu.” Kata Ae Wol mengoda.
“Maka
tolong... menagih tagihan untuk minuman malam ini kepadanya.” Ucap Je Yoon lalu
keluar ruangan. Ae Wol terlihat kesal melihat Je Yoon pergi.
Je Yoon
mengendong Soo Ji yang sudah mabuk, saat
masuk tak sengaja bertemu dengan Tuan Jung baru masuk. Tuan Jung menyindir
kalau ta bisa saat hanya melihat seorang pejabat kelas rendah seperti Je Yoon di
panti asuhan Kisaeng ini.
“aku
hanya menemani atasanku.” Kata Je Yoon. Tuan Jung melihat kalau itu Kim Soo Ji.
“Apa kau
berencana mengambil koneksi dengan Wakil Perdana Menteri? Kemudian, seorang
pria rendahan sepertimu tidak bisa bermimpi untuk pergi lebih tinggi kecuali
kau menjadi budak seseorang.” Sindir Tuan Jung sinis
“Jangan
mengunjungi tempat ini lagi, Ini tidak diizinkan untuk orang rendahan.” Tegas
Tuan Jung lalu mengajak tamunya untuk pergi masuk ke dalam.
“Aku
percaya lebih baik bagimu untuk tidak datang ke tempat ini juga, kau harus
tetap rendah di saat-saat penuh gejolak seperti ini.” Komentar Je Yoon sebelum
keluar.
Tamu Tuan
Jung mengeluh kalau Je Yoon itu kurang ajar seperti katanya. Tuan Jung
memberitahu kalau Je Yoon itu putra seorang selir. Je Yoon membiarkan dengan
terus mengendong Soo Ji pulang.
Je Yoon
duduk diruangan, teringat kembali saat bertemu dengan Lee Yeol sebelumnya. “Katakan
padaku apa yang kau temukan melalui penyelidikan ini.” Dan kembali membuka
lembaran kertas investigasinya.
“Jika terjadi
sesuatu pada Yang Mulia, itu bisa dikaitkan dengan kasus ini.” Ucap Je Yoon
yakin.
Hong Shim
menempel kertas didepan pintu rumah “Agen Solusi” Won Deuk mengaku kalau tahu
itu tulisan "Agen Solusi." Hong Shim mengejek karena Won Duk yang
tahu cara membaca. Won Deuk tak terima karena Hong Shim baru saja
menertawakannya.
“Berhenti.
Jangan bertengkar dari pagi hari...Ngomong-ngomong, apa artinya?” kata Ayah
Hong Shim
“Biarkan
aku memberitahumu..” ucap Hong Shim penuh semangat.
Flash Back
Hong Shim
memberitahu kalau mereka akan menyelesaikan masalah apa pun selama membayarnya.
Semua temanya melonggo dan merasa kalau itu konyol karena Orang bisa menyelesaikan
masalah mereka sendiri jadi tak ada mereka membayar Hong Shim
“Aku
tahu... Coba Pikirkan tentang itu. aku tahu kamu membenci cacing. Apa kamu tak
ingin bertanya padaku untuk menyingkirkan cacing musim gugurnya?” ucap Hong
Shim. Si wanita pikir itu benar juga.
“Goo Dul,
kau harus pergi ke Hanyang... untuk mendapatkan marten sebagai penghargaan,kan?
Lalu kebetulan sedang bertugas, jadi kamu memintaku untuk pergi, kan? Maka
aku...” ucap Hong Shim.
“Benar,
aku melakukan itu.” Akui Goo Dul yang memang membutuhkan bantuan dari Hong Shim
“Hong
Shim, kau tidak bisa dipercaya. Apa kau tidak bisa bilang bahwa kita harus
saling membantu? kau membantu gratis sampai kemarin, tetapi hari ini kamu ingin
dibayar?” kata Kkeut Nyeo merangkul lengan suaminya.
“Tidak
ada di dunia ini yang gratis.” Tegas Hong Shim bahagia.
Ayah Hong
Shim pikir siapa pun akan datang karena tetangga mereka hampir
tidak mampu membeli makanan. Hong Shim yakin kalau Ada pekerjaan 3D, yaitu
Kotor, sulit, berbahaya. Dan Hal yang mereka inginkan harus membayar orang lain
untuk diurus.
“Lalu apa
kau akan melakukan hal-hal seperti itu mulai sekarang?” ucap Ayah Hong Shim
“Kenapa
aku melakukan itu ketika aku punya suami?” kata Hong Shim santai.
“Aku
tidak pernah setuju untuk melakukan hal-hal seperti itu” balas Won Duk.
“kau
tidak pernah memintaku sebelum mengambil pinjaman 30yang juga kan.” Balas Hong
Shim sinis.
Saat itu
seorang wanita datang memanggil Hong Shim kalau membutuhkan bantuannya. Hong
Shim dengan bangga memberitahu ayahnya kalau seseorang akan datang dan meminta
bayaran dua keping. Temanya mengeluh karena Hong Shim yang menetukan bayaran
sebelum mendengar apa itu.
“Aku
mungkin harus mengisi lebih banyak setelah aku mendengar apa itu. Apa kau akan
mengambil risiko itu?” ucap Hong Shim. Si wanita pun akhirnya setuju kalau akan
membayar Dua Pun.
Hong Shim
pun menyuruh Won Deuk untuk pergi. Won Deuk menolak untuk pergi karena hatinya bilang
untuk tidak melakukannya.
“Apa
keberanianmu tidak bilang ini? Apa kau mau jika kau tidak pergi, pakaian dan
tempat tidur kau akan disobek-sobek?” ucap Hong Shim mengancam, Won Deuk pun
akhirnya pergi.
Je Yoon
pergi menemui pria penjual panah ingin tahu apakah itu bukan panah yang diedarkan. Si penjual pikir Sekilas,
sepertinya busur panah itu salah satu yang di jual tapi ternyata tak sama.
“Ini
sangat mahal, tetapi ini sangat sulit dikendalikan. Bahkan jika kamu
membelinya, kau tidak akan pernah bisa menembaknya. Jadi kkau bisa ambil ini”
ucap si penjual.
“Tidak,
terima kasih... Itu bukan untuk diriku sendiri, tapi aku mencari siapa yang
membuatnya. Di mana aku dapat menemukan orang itu?” ucap Je Yoon.
“Bagaimana
aku tahu itu?” kata si paman. Je Yoon yakin kalau pria itu pasti tahu.
“Aku
melihatmu menyelinap masuk dan kelua setelah jam malam. Jadi Dimana istrimu?”
tanya Je Yoon mengancam. Si paman akhirnya mengaku kalau Je Yoo bisa Pergi ke
Gajaeul.
Moo Yeol
diam-diam melihat dari kejauhan saat Je Yoon mencari informasi tentang anak
panah.
Je Yoon
pergi ke sebuah rumah dan terlihat banyak busur panah di bagian depan rumah.
Lalu berjalan masuk memanggil apakah ada orang di dalam. Seorang pria tua
sedang mengasah ujung panah dibagian belakan rumah, ingin menyahut tapi mulutnya langsung dibekap
dan ditarik pergi.
“Apa dia
pergi ke suatu tempat?” pikir Je Yoon melihat busur panah yang dibiarkan saja.
Sementara
si kakek dibawa Moo Yeon ke tepi jurang dengan wajah ketakuan berjalan mundur
kalau tidak menyimpan catatan apa pu
karena itu hanya akan menimbulkan masalah jadi Jangan khawatir.
“Tidak
ada yang bisa mengetahui siapa yang membeli busur dan anak panah dariku.” Kata
Si kakek menyakinkan.
“Itu
kabar baik... Tetapi kita tidak bisa mengatakan tidak ada catatan sama
sekali... Kamu tahu yang membeli busur dan anak panah.” Ucap Moo Yeon terus
berjalan mendekat
“Itu
benar tapi...” kata Moo Yeon dan akhinya membuat si kakek jatuh dari tebing dan
mengucapkan Terima kasih atas kerjanya.
Hong Shim
mengeluh tidak bisa buang air karena tidak punya makanan, tapi Won Deuk yang menghabiskan
semua uangnya untuk mendekorasi rumah. Won Deuk kembali pulang ke rumah, Hong
Shim heran karena Won Deuk belum lama pergi tapi Won Deuk sudah selesai.
“Itu
adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun.” Kata Won Deuk kesal
Flash Back
Won Deuk
tak percaya dengan yang ingin dilakukan wanita itu dan merasa bahkan tidak bisa
membicarakannya dengan mulutnya sendiri. Ia tak percaya kalau di minta untuk menemukan
cincin yang kamu jatuhkan di jerami dan tumpukan kotoran
“Warnanya
kuning keemasan, meskipun tidak terlalu mahal.” Ucap si wanita.
“Maka
jangan mencarinya.” Kata Won Deuk kesal
“Ibuku
yang terakhir memberikannya kepadaku ketika aku menikah. Jadi Itu sangat
berharga bagiku.” Kata Si wanita. Won Deuk menyuruh si wanita mencari sendiri
“Aku lagi
sangat sensitif dan akan sakit dengan mudah.”kata Si wanita
“Sekarang
kau sudah mendapat luka sekarang. Jadi terus temukan cincinmu.” Ucap Won Deuk
dan langsung memasukan tangan si wanita ke dalam tumpukan kotoran.
Hong Shim
tak percaya kalau Won Deuk pergi begitu saja padahal s si wanita itu menawarkan
dua pun. Won Deuk menegaskan Bahkan untuk satu juta Yang tidak akan meletakkan
tangannya di kotoran. Hong Shim mengerti dengan kembali menyindir Won Deuk.
“Tidak
mudah untuk memasukkan tanganmu ke dalam kotoran.” Keluh Hong Shim
“Bau itu
membuatku sakit kepala, jadi Bawakan aku baesuk dingin.” Kata Won Deuk. Hong
Shim binggung apa itu.
“Apa Kau
tidak tahu? Baesuk ... tapi Apa itu? Kenapa nama itu sangat familiar? Baesuk...”
ucap Won Deuk juga binggung.
“Aku
tidak berpikir kau mengalami amnesia. Tapi Kau hanya bodoh.” Keluh Hong Shim.
Won Deuk memikirkan apa itu Baesuk.
Saat itu
seorang pria ingin memberikan pekerjaan. Hong Shim pun setuju akan membantu.
Won Deuk langsung menolaknya kalau tidak akan pergi. Hong Shim menenangkan
kalau harus bertanya terlebih dahulu dan ingin tahu apa yang harus mereka
kerjakan.
“Ini
sangat mudah, kau hanya perlu berdiri diam.” ucap si pria
“Apakah
kau dengar itu?” kata Hong Shim menyakinkan. Won Deuk merasa kalau ini aidak
mungkin.
Won Deuk
sudah berdiri disungai memastikan kalau hanya harus berdiri diam. Si pria
membenarkan kalau hanya berdiri saja dan lintah akan datang. Won Deuk binggung
apa itu Lintah. Si pria memberitahu kalau itu binatang yang ada dikakinya.
Won Deuk
melihat di kakinya dan ada dua lintah yang menempel, Si pria memberitahu kalau
Lintah yang ada di kaki Won Deuk akan menggigit dan menghisap darah dan menjadi
gemuk maka akan menjualnya. Won Deuk menjerit ketakutan dan langsung berlari
keluar dari sungai.
Moo Yeon
memberitahu Tuan Kim kalau harus pergi ke Gunung Chunwoo, karena Seseorang
bertanya tentang panah. Ia mengaku kalau sudah a menembak Putra Mahkota tapi
tidak dapat menemukan panah di dalam tubuhnya.
“Jika
seseorang menemukan kedua masalah itu saling terhubung...” ucap Moo Yeon
khawatir.
“Tidak
ada yang akan tahu, Dokter wanita itu dibunuh oleh orang lain.” Jelas Tuan Kim
“Aku akan
menemukan seseorang untuk disalahkan.” Ucap Moo Yeon. Tuan Kim menyuruh Moo
Yeon agar mengawasi orang itu.
“Ganti
semua busur dan panah tapi tetap amankan busur tua itu. Ini akan berguna suatu
hari nanti.” perintah Tuan Kim.
“Apakah
aku tidak harus pergi ke Gunung Chunwoo? Kupikir... sudah saatnya aku bertindak
untuk diriku sendiri... Aku akan pergi sendiri.”kata Tuan Kim.
Hong Shim
binggung melihat Won Deuk pulang tak memakai sepatunya dan cepat sekali. Won
Deuk dengan tatapan kosong dan menjijikan mengaku tidak akan pergi lagi
menurutnya tak mungkin pria itu bisa meminta melakukan hal yang mengerikan.
“kau
hanya harus berdiri diam” ucap Hong Shim. Won Deuk memberitahu kalau diminta
untuk mengumpulkan lintah.
“Hal-hal
yang kotor dan menggeliat menempel di kakiku. Apa kau melihat darahnya?” kata
Won Deuk melihat di kakinya.
“Lalu kau
baru saja pergi tanpa dibayar?” keluh Hong Shim kesal
“Jika kau
ingin menghasilkan uang, kau pergilah bekerja. Aku tidak akan melakukan itu
bahkan jika mereka memberi banyak uang.” Kata Won Deuk
“Sepertinya
kau salah paham, Aku tidak memintamu untuk mendukungku Tapi Aku ingin kau bekerja
dan membayar kembali pinjaman yang di keluarkan.” Tegas Hong Shim
“Aku akan
membayarnya.” Tegas Won Deuk. Hong Shim ingin tahu cara Won Deuk yang bisa membayar
kembali sebanyak 30Yang
“Kami
butuh satu dekade untuk membayar kembali dengan menjalankan tugas untuk uang
kecil itu.” Kata Hong Shim kesal
“Sebaiknya
kita membuat 30 Yang sekaligus.” Ucap Won Deuk yakin
“Apa yang
dapat kamu lakukan untuk membuat sebanyak itu sekaligus?” tanya Hong Shim
“Aku akan
memikirkan itu dan aku tidak mau berpikir sekarang...” jelas Won Deuk.
Saat itu
terdenga suara Tuan Park yang memanggil Won Deuk. Won Deuk langsung bergegas
memegang sepatunya meminta agar Hong Shim menganggap tidak di rumah. Hong Shim
ingin tahu apa yang dilakukan Won Deuk sekarang.
“Di mana
Won Deuk? Dimana dia?” tanya Tuan Park tergesah-gesah. Hong Shin ingin tahu
alasan Tuan Park mencari Won Deuk.
“Dia
adalah yang paling aneh yang pernah aku lihat dalam karir 10 tahunku. Dia
menolak mengembalikan sepatu yang dia pinjam untuk pernikahan lalu melarikan
diri dariku... Dia cukup hebat. Jadi Bawa mereka ke kantor hakim hari ini atau
membayarnya.” Kata Tuan Park
“Aku
tidak bisa membayarnya dan Aku akan mengembalikan untukmu sekarang.” Tegas Hong
Shim sempat melirik Won Deuk yang sedang bersembunyi.
Won Deuk
akan kabur melompati dinding ingin menyelamatkan sepatunya. Hong Shim menahanya
untuk tak pergi agar mengembalikanya. Won Deuk menolak karena itu sepatu yang
disukainya.
Raja
merasa tak percaya kalau Tuan Kim menawarkan untuk pergi ke Gunung Chunwoo
sendiri. Tuan Kim mengaku merasa bersalah,
dan yakin kalau percaya Putra Mahkota akan hidup dan seha karena Lee
Yeol sangat ahli dalam seni bela diri.
“Namun,
kami tidak mendengar berita, yang membuat aku khawatir.” Ucap Tuan Kim rendah
hati.
“Aku
mengerti... Aku belum bisa tidur karena perasaan tidak nyaman ini. Suatu hari
sebelum pergi hiking ke Gunung Chunwoo, Putra Mahkota bilang sesuatu padaku.”
Cerita Raja langsung duduk sejajar dengan Tuan Kim
“Dia
bilang memiliki masalah yang sulit untuk dipecahkan. Dia menggambarkannya
sebagai sebuah tragedi, lalu aku telah memikirkan tentang apa yang mungkin
terjadi. Apa Dia mungkin tahu tentang penyergapan yang akan datang?” kata Raja
penasaran.
“kau bisa
bertanya kepadanya, ketika dia kembali.” kata Tuan Kim tak memperlihatkan
wajahnya yang gelisah.
“Kalau
saja aku bisa... Namun, aku tidak bisa menghilangkan perasaan buruk ini. Apa
pendapatmu? Siapa yang menurutmu berada di balik serangan terhadap anakku itu?”
tanya Raja penasaran
“Jawabannya
ada di Gunung Chunwoo. Aku berjanji akan membawa pulang Putra Mahkota. Dan Juga,
aku akan menangkap orang-orang di belakang penyergapan dan bunuh mereka dan
semua anggota keluarga mereka. Jadi tolong percaya padaku dan tetap kuat.” Kata
Tuan Kim
“Aku
menaruh kepercayaanku padamu.” Ucap Raja percaya pada besanya.
Won Deuk
berdiri didepan dengan Kkeut Nyeo dan Goo Dul mengatakan kalau tidak ingin
pulang menurutnya Hong Shim itu adalah istri yang jahat. Goo Dol berkomentar
kalau Won Deuk itu tidak dalam posisi untuk bilang itu.
“Siapa
pun akan marah pada kekacauan yang kamu buat. Jadi pulanglah. Kalian berdua adalah pengantin baru
yang harus berderak seperti biji wijen tumis.” Ucap Goo Dul
“Mengapa
biji wijen? Tapi Sekarang aku tiba-tiba menginginkan... Sup biji perilla dengan
jamur, aku suka rasa panggang.” Kata Won Deuk. Goo Dul hanya bisa menghela
nafas.
Sementara
di sisi lain, Hakim pikir mereka harus
bergegas, karena Wakil Perdana Menteri datang ke desa padahal mereka sudah mengirim hasil panen bahkan di tahun yang
ramping. Tuan Park mengeluh dengan ucapan hakim.
“Aku yakin
tidak ada yang mendengar... Bagaimanapun, tolong taruh jembatan untukku. aku
benar-benar ingin pergi ke Hanyang kali ini. “ kata Hakim memohon
“Cobalah
untuk mendapatkan sisi baikku.” Ucap Tuan Park
Saat itu
Tuan Park dan rombonganya lewat Goo Dul dkk, Won Deuk hanya terdiam tak ingin
membungkuk seperti Goo Dul dan Kkeut Nyeo.
Hakimm memarahi Won Deuk yang tidak membungkuk. Tuan Park pikir Jangan
pedulikan Won Deuk karena mereka harus bergegas.
“kau akan
membayar untuk ini... Jika kamu tidak membungkuk, karena mereka akan membawa
kepalamu.Kau harus membungkuk ketika bangsawan dan wanita juga.” Ucap Goo Dul
“Aku
tidak berpikir pernah membungkuk kepada siapa pun.” Ungkap Won Deuk dan tiba-tiba bisa melihat ingatanya
pelayan yang membungkuk.
“Maka kau
tidak akan hidup sekarang.” Keluh Goo Dul
“Kau
benar tentangku yang hidup meskipun tidak ingat apapun.. Itu sebabnya aku harus
pulang.” Kata Won Deuk
“Apakah
kamu akan kembali ke Hong Shim?” tanya Goo Dul. Won Deuk mengaku tidak.
“Ini bukan
tempat untuk orang sepertiku.” Kata Won Deuk. Goo Dul tak mengerti berpikir
kalau Won Deuk akan menimbulkan masalah lagi.
Hong Shim
memutar jerami dan tanganya kembali terluka, lalu melihat kain sutra yang
menjadi atapnya seperti tak percaya. Won
Deuk pulang ker rumah, Hong Shim ingin tahu kemana Won Deuk karena sudah
memiilih rumput liar jadi meminta agar memutar sedotan.
“Kita
harus membuat 30 sepatu jerami dalam 3 hari.” Ucap Hong Shim
“Aku
tidak akan melakukannya.” Kata Won Deuk. Hong Shim mengeluh Wo Deuk yang
memulai lagi.
“Setiap
orang di dunia ini harus bekerja untuk mencari nafkah. Mengapa? Itu untuk
memberi makan seseorang. Kenapa kau bersikeras tidak bekerja ketika kau bugar
dan sehat?” ucap Hong Shim
“Aku
bukan Won Deuk, itulah alasanya” kata Won Deuk. Hong Shim binggung apa
maksudnya.
Tuan Park
menyambut Tuan Kim ke depan desa, semua membungku memberikan hormat. Tuan Park
menawarkan pesta penyambutan desa karena mereka akan menyiapkan makanan dan minuman di kantor
hakim jadi bisa pergi kesana.
“Apa kau
pikir aku di sini untuk makan dan minum?” ucap Tuan Kim
“Sama
seperti yang kau perintahkan, kami akan
mengirim beberapa pria dengan makanan dan minuman. Bisakah aku bertanya, apa
yang terjadi di Gunung Chunwoo?” tanya Tuan Park
“Para
penjaga istana telah. melakukan pelatihan rahasia.” Kata Tuan Kim
“Aku
mengerti.. Aku tidak tahu bahwa itu adalah sesuatu yang sangat penting, tapi Akan
lebih baik jika kau memberitahuku sebelumnya.” Kata Hakim
“Pelatihan
itu diperintahkan oleh raja, jadi yang perlu kau lakukan adalah menyediakan
para prajurit dengan apa pun yang mereka butuhkan.” Ucap Tuan Kim. Hakim
mengerti. Tuan Kim pun mulai menaiki gunung.
Hong Shim
binggung apa maksud ucapan Won Deuk kalau ia bukan Won Deuk. Won Deuk pikir dirinya
itu bukan Won Deuk menjelaskan tentang Petunjuk pertama yaitu Ketika pertama
kali bangun setelah pingsan ayah Hong Shim menanyakan namaya.
“Kau
siapa? Dimana kamu tinggal?” tanya Ayah Hong Shim saat melihat Won Deuk membuka
matanya.
“Jika aku
Won Deuk, maka dia akan memanggilku begitu dan tidak akan bertanya di mana aku
tinggal.” Ucap Won Deuk yakin
“Dia
mungkin mencoba untuk melihat apa kamu masih ingat siapa dirimu.” Kata Hong Shim
yakin
Won Deuk
berjalan lalu meminta Hong Shim memanggil namanya. Hong Shim memanggil nama Won
Deuk dan Won Deuk tak membalikan badanyak.
Ia mengartikan kalau kalau Won Deuk namanya maka akan berubah tanpa sadar tapi tidak
menanggapi nama itu.
“Apa itu
sebabnya kau tidak berpikir kamu Won Deuk?” tanya Hong Shim masih tak percaya
“Petunjuk
kedua, aku tidak pernah membungkuk
kepada siapa pun. Ini berarti aku dilahirkan dengan yang mulia.” Kata Won Deuk.
Saat itua
Hong Shim berteriak kalau ada lintah dikaki Won Deuk dan Won Deuk membungkuk melihatnya. Hong Shim
pikir kalau Won Deuk tidak punya masalah membungkuk. Won Deuk memberitahu
tentang petunjuk ketika. Hong Shim mengeluh karena masih ada lagi
“Ini
adalah petunjuk ketiga.” Kata Won Deuk mendekati Hong Shim dan tubuhnya berada
diatas sang istri yang berbaring. Hong Shim terlihat kebingungan.
“Apakah
jantungmu berdetak kencang?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengaku tidak dan Won
Deuk juga tak merasakan apapun.
“”Jika
aku benar-benar melamarmu, dan jika kita menghabiskan malam di kincir air, maka
hati kita tidak akan setenang ini. Itu sebabnya aku tidak akan melakukan apa
yang kau minta. Itu karena aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku Won
Deuk.” Jelas Won Deuk akhirnya kembali berdiri
“Apa itu
saja? Kau datang dengan alasan untuk keluar dari permasalahan ini.” Ucap Hong Shim
heran
“Ini
adalah deduksi yang logis dan rasional.” Pikir Won Deuk.
“Otakmu
mungkin tidak ingat, tetapi kau mengetahuinya dengan naluri.” Komentar Hong Shim
lalu menarik tangan Won Deuk.
“Bunga
sakura, Ini adalah favoritku... Jadi Itu sebabnya kamu menanamnya di sini.Lalu
kau menghubungkan jari kelingkingku dan berjanji bahwa kau akan membuatku
bahagia. Kamu akan melakukan apa saja untukku jika kami menikah.” Ucap Hong Shim
“Apa Aku
melakukannya? Mengapa aku membuat janji seperti itu denganmu?” tanya Won Deuk
tak percaya
“Karena
kau mencintaiku.. kau bilang kepadaku pada malam ketika bunga sakura yang
berjatuhan bahwa kau menyukaiku dan melamarku. Itu sebabnya aku menunggumu. bahkan
dengan mendapat 100 pukulan di bokongku” ucap Hong Shim menyakinkan.
“ Tapi...
jika kau mengubah kata-kata kamu sekarang, apa yang harusku lakukan? kau harus
menepati janjimu karena kau seorang pria. Pria yang kucintai itu pandai
menepati janji.” Ucap Hong Shim. Won Deuk
Hong Shim
merapihkan alas tidurnya, Ayah Hong Shim mengeluh karena anaknya akan terus
tidur di sini. Hong Shi mengaku sangat kesal setiap kali melihat wajah Won Deuk
padahal sudah menunggu seorang
penyelamat tapi ternyata yang terjadi malah musuh yang datang.
“Dia
bahkan memainkan trik, dia sangat.... Bahkan Dia mengaku bahwa dia bukan Won
Deuk... Astaga, apa maksudnya? Bagaimana bisa dia tidak ingat namanya sendiri? Ayah...
Apa kau bilang dia sangat rajin?” ucap Hong Shim geram
“Tentu
saja, dia benar-benar rajin.” Kata Ayah Hong Shim meyakina.
“Apa yang
dia kuasai?” tanya Hong Shim penasaran. Ayah Hong Shim memikirkanya.
Sementara
Won Deuk sedang menatap bunga sakura seperti ingin mengingat kenanganya apakah
memang membuat janji. Di kawasan istana,
So Hye berdiri di depan danua dengan bunya yang juga berguguran.
Ayahnya
memberitahu kalau akan pergi ke Gunung Chunwoo jadi Sampai mengkonfirmasi
kematian Yang Mulia, maka anaknya tidak boleh ketahuan tentang kehamilannya.
Hong Shim
sudah duduk di luar rumah. Won Deuk keluar dari kamar bertanya Di mana semua
pakaian sutranya. Hong Shim bertanya apakah lebih baik bagi Won Deuk untuk
memiliki tiga setelan pakaian lama atau memiliki 10 pakaian baru. Won Deuk
menjawab itu pilihan terakhir.
“Itu
adalah 1 dari 10 pakaian itu. aku mendapatkan pakaianya untukmu.” Kata Hong Shim
“Tapi ini
bukan sutra dan Ini bukan baju baru” kata Won Seuk melihat bajunya.
“Apa yang
salah? Di mataku, pakaian itu jauh lebih baik daripada sutra atau baju baru.
Sekarang Pakailah sepatumu dan ikuti Gu Dol.” Kata Hong Shim
“Kami akan
dibayar 20 pun. jika kita membawa kendi air ke Gunung Chunwoo, cepatlah...
Persaingan akan sengit.” Ucap Goo Dul.
“Aku
tidak mau pergi.” Ucap Won Deuk. Hong Shim mengangkat sabitnya yang diasah.
“Aku
mendengar... Yang Choon belum menemukan cincinnya dari keranjang madu.” Kata Hong
Shim. Won Deuk langsung bergegas memakai
sepatunya.
“Kemana aku
harus pergi? Gunung Chunwoo?” uap Won Deuk bergegas pergi. Goo Dul binggung
lalu menunjuk jalan ke arah gunung.
Tuan Kim
bertemu dengan kepala pengawal kalau mengatur semua prajurit dan memperluas
batas pencarian ke sisi bawah sungai. Jadi Tubuhnya mungkin mengambang di
permukaan sekarang. Pengawal menganguk mengerti.
Saat itu
Goo Dul dan juga Won Deuk sedang mengangkat air ke gunung, keduanya berhenti di
pintu masuk. Goo Dul seperti merasakan tempat menakutkan dan ingin tahu Apakah
sesuatu terjadi di dalam gunuh, lalu melihat cara Won Deuk yang mengangkat air
salah.
“Itu
bukan cara yang tepat untuk menahannya, Kau harus Tarik gagangnya rapat-rapat,
atau kamu mungkin menumpahkan air. “ kata Goo Dul mengomel
“Ini
terasa menyesakkan.” Ungkap Won Deuk tetap memegang bagian tali di depan
dadanya.
“Apa kau tak
pernah membawa ember air seperti ini sebelumnya?” sindri Goo Dul
“Aku
tidak pernah melakukan ini sebelumnya.” Ucap Won Deuk. Goo Dul mengumpat kalau
Goo Dul Pembohong.
“Pria
macam apa di negeri ini tidak memiliki pengalaman dalam menggunakan ini. Kecuali
kamu seorang bangsawan. Apakah kamu seorang bangsawan?” ejek Goo Dul
“Hei...
Kalian berdua di sana... Lebih baik Tenang dan naik.” Perintah pengawal.
Keduanya
pun menaiki gunung sambil membawa air.
Won Deuk melihat beberapa pengawal dengan pedang dan juga busur panah.
Saat itu ingatan Won Deuk seperti merasakan ingantan kembali datang saat
diserang oleh panah dan juga jatuh dari kuda.
Tiba-tiba
kepala terasa sakit dan akhirnya terjatuh dan semua air dalam kendi pecah
berantakan. Tuan Kim yang sedang lewat tak sadar dengan Won Deuk karena jatuh
tertelungkup. Goo Dul panik melihat Won Deuk yang pingsan.
Hong Shim
duduk bersama dengan teman-temanya, Kkeut Nyeo mengatakan kalau Rumor sudah
merajalela tentang suaminya. Hong Shim binggunga apa itu maksudnya. Kkeut Nyeo
tahu kalau Won Deuk itu tidak berguna.
“Hei,
dengarkan aku! Sesuatu yang mengerikan terjadi, Hong Shim! Won Deuk telah
menyebabkan masalah lagi.” Kata Goo Dul datang dengan terengah-engah.
Hong Shim
pulang melihat Won Deuk duduk lalu memarahinya karena memecahkan kendi air dan
mereka harus mengantinya. Ia pikir kalau Won Deuk memang sengaja dan melakukannya
dengan tujuan untuk tidak mau berkerja. Won Deuk mengaku kalau itu tidak benar.
“Aku
tidak dapat mempercayaimu dan aku sangat membenci Putra Mahkota. Jika bukan
karena perintahnya,maka aku tidak akan harus menikah denganmu.” Keluh Hong Shim
kesal
“Kau
bilang bahwa aku mencintaimu... Kau berkata,kalau kau menungguku.” Ucap Won
Deuk.
“Lupakan...
kau tidak dapat mengingatnya juga.” Ucap Hong Shim ingin pergi. Won Deuk
menahanya.
“Itu
adalah siksaan bagiku juga karena aku tidak tahu siapa aku. Jadi Tolong bantu
aku... mengingat .. bagaimana aku mencintaimu.” Kata Won Deuk lalu akhirnya
jatuh pingsan. Hong Shim binggung karena Won Deuk yang jatuh di pelukanya.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar