PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 September 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Kim keluar dari rumah anaknya, melihat pelayan seperti mengendap-ngedap dan terkejut saat melihatnya. Ia meminta ketua pelayan agar menyuruh pelayan itu membersihkan kediamannya dalam beberapa hari, karena Soo Hye seharusnya tidak menyisakan wanita lajang.
Di ruang Ratu,
“Jadi maksudmu kau kembali bahkan tanpa masuk ke sana?” ucap Ratu Park marah. Pelayan membungkuk meminta maaf.
“Kita harus menemukannya sebelum persidangan.” Kata Ratu Park geram
“Tapi Putri Mahkota tidak melangkah keluar dari kediamannya.” Ucap Pelayan.
“Aku akan memanggilnya keluar. Aku akan membuatnya mengosongkan tempat tinggalnya, jadi cari tahu saja. Jika kau tidak bisa mendapatkan apa-apa kali ini, kita semua akan mati.” Kata Ratu Park
“Baik aku dan Pangeran Seowon..Ahh.. Tidak. Sebelum itu, Kau akan mati dengan tanganku dulu.” Ucap Ratu Park mengancam. 

Pangeran SeoWon bertemu dengan pelayan mengetahui kalau ibunya yang mencoba untuk mengutuk Putri Mahkota juga. Pelayan terlihat binggung karena memang Ratu ingin berbuat jahat pada Lee Yeol.
“Jangan beri tahu aku ada di sini... Sepertinya aku tidak bisa menghadapinya sekarang.” Kata Pangeran SeoWon kecewa dengan sikap ibunya. 

Je Yoon bergegas datang ke penjara mengatakan dari jurusita dari Biro Distrik Ibu Kota dan ingin bertemu dengan Kasim Yang. Pengawal mengatakan kalau sangat terlambat dengan melirik ke ara penjara. Je Yoon hanya bisa melotot kaget karena kasim Yang sudah mati. 

Di rumah Hong Shim sudah banyak orang mengantri, Won Deuk membantu membaca selembar kertas kalau itu adalah kontrak perbudakan dan Pria itu menandatangani kontrak untuk menjadi budak sebagai imbalan atas apa yang dipinjam.
“Jika kau tidak membayarnya besok, kau akan dijual sebagai budak.” Kata Won Deuk. Si pria kaget ternyata isi suratnya seperti itu.
“Bagaimana aku harus membayar hutangku dalam sehari?” kata si pria kebingungan. Won Deuk melihat ada sebutir nasi di bahu pria.
“Kau beruntung... Berikan ini kepada kreditur untuk saat ini.... Untungnya, tidak dikatakan kau harus membayar semua hutangmu sekaligus... Jadi berikan itu kepada mereka dan ulurlah waktunya.” Kata Won Deuk. Si pria langsung mengucapkan Terima kasih banyak pada Won Deuk.

Seorang Wanita juga membawakan kertas pada Won Deuk, Won Deuk menyuruh agar waita itu mengemasih barangnya saat sampai rumah da meminta pembayaran untuk kerja tahunan lalu pindah keluar rumah dengan uang itu. Si wanita binggung.
“Beberapa tahun yang lalu, anakmu mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan majikanmu. Pengadilan mengambilnya dan memerintahkan tuanmu untuk membebaskanmu. Itulah dokumen ini.” Kata Won Duk. Si wanita seperti tak percaya.
“Kau seharusnya sudah dibebaskan setahun lalu, tapi tuanmu membodohimu. Jadi, pastikan kau dibayar untuk kerjamu selama satu tahun.” Kata Won Deuk
“Ya ampun. Apa Aku tidak seharusnya menjadi budak lagi? Terima kasih, Won Deuk.” Ucap si wanita bahagia memegang tangan Won Deuk.
“Berani sekali kau. Aku tidak mengizinkanmu memegang tanganku.” Kata Won Deuk marah
“Hei.. Siapa yang bilang Won Deuk tidak berguna? Dia sangat berguna... Dia tampan dan pandai membaca juga... Tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya.”kata si wanita membanggakan Won Deuk.
Semua yang berbaris pun setuju, mereka memuji Won Duk brilian dan menakjubkan. Won Deuk mendengar banyak orang yang memuji akhirnya membiarkan si wanita memegang tanganya. 


Seorang pria datang meminta Won Deuk agar memperbaikia alat bajaknya seperti kuda. Won Deuk binggung karena diminta untuk memperbaiki yang tak pernah dilihatnya dan bertanya untuk apa benda itu, belum juga disentuh semua lanjut jatuh berantakan.
“Apa yang kau lakukan? Aku bilang kepadamu untuk memperbaikinya, bukan merusaknya.” Teriak si pria marah
“Tidak, jariku bahkan belum menyentuh.” Kata Won Deuk binggung
“Ya ampun, lupakan... Aku dapat memperbaiki ini.... Kau teruskan saja membualnya.” Ucap Hong Shim turun tangan. Won Deuk tak terima kalau membaca surat perjanjian itu dianggap Membual.
“Maaf. Aku ambil lagi perkataanku” ucap Hong Shim dengan wajah tersenyum. Won  Deuk seperti kesal melihat Hong Shim tersenyum.  Hong Sihim heran kenapa memangnya kalau ia tersenyum.
“Senyumanmu cantik.” Ungkap Won Deuk memuji. Hong Shim terdiams seperti baru pertama kali seorang pria memujinya. 

Tuan Park datang dengan wajah panik, mengeluh semua warga yang berkumpul di rumah Hong Shim. Ia menyuruh mereka Pulanglah dan ambil peralatanmu, karena harus mendaki Gunung Chunwoo. Hong Shim dkk binggung kenapa mereka harus pergi ke Gunung.
“Kita sudah diperintahkan untuk menawarkan bulu musang... Kita hanya punya empat hari, cepatlah.” Ucap Tuan Park
“Sudah lebih dari lima tahun karena kunang-kunang menghilang di Gunung Chunwoo. Bagaimana kita bisa menawarkan bulu musang, Ketika tidak ada pohon?” keluh Hong Shim
“Ini bukan untukku.” Kata Tuan Park yang mengartikan kalau  itu perintah dari atasan.
“Apa aku satu-satunya yang tidak nyaman sekarang? Ini sangat bodoh. Kau bilang kepada kami untuk menangkapnya ketika tidak ada? Kau seharusnya bertanya kepada mereka, boleh atau tidaknya menawarkan sesuatu yang lain dari Gunung Chunwoo?” komentar Won Deuk.
“Lalubagaimana? Apa kau pikir mereka akan mengizinkannya?” kata Tuan park
“Raja mengumpulkan garam dari desa di sisi lain. Itu tidak terletak di pantai, tapi dia masih meminta garam. Dia tidak peduli dengan rakyatnya sama sekali. Dia tidak kompeten dan tamak...” keluh Hong Shim kesal
“Dia bukan orang seperti itu... Dia adalah... Yang Mulia adalah...” kata Won Deuk yang membela tapi karena ingatanya hilang jadi bingung.
“Dia apa? Apa kau mengenal raja? Orang lain mungkin berpikir kau dan raja punya hubungan dekat. Kenapa kau tidak menyuruhnya datang ke sini dan menangkap musang?” ejek Tuan Park menyuruh mereka bergegas saja pergi. 



Hong Shim mempersiapkan alat-alatnya. Won Deuk bertanya apa yang harus diambilnya nanti. Hong Shim menyuruh Won Deuk diam dirumah saja karena tidak akan bisa membantu. Won Deuk tak terima karena menurutnya Hong Shim bisa melihat yang dilakukan sebelumnya.
“Orang-orang berbaris untuk mendapatkan bantuanku.” Kata Won Deuk.
“Ada sesuatu yang harus kau lakukan di rumah. Jika seseorang datang menemuiku saat kupergi, katakan padanya, aku akan segera kembali dan pastikan dia tetap di sini.” Pesan Hong Shim.
“Apa laki-laki?” tanya Won Deuk dengan nada cemburu.Hong Shim membenarkan.
“Katakan padaku seperti apa rupanya... Apa dia jelek atau tampan, Usianya juga?” ucap Won Deuk penasaran.
“Kau tidak perlu mengetahui hal-hal semacam itu... Katakan saja padanya untuk menunggu karena aku akan segera kembali... Jangan berkeliaran di luar dan tetap di rumah.” Pesan Hong Shim pada suaminya. 


Seorang pria tua melihat Moo Yeon datang di malam hari, memintanya untuk datang besok sakalau masalah yang tak mendesak, karena sudah kehilangan jarum akupunktur jadi tidak bisa merawatnya. Moo Yeon mengaku datang untuk memeriksa sesuatu.
“Pernahkah kau mengobati seseorang yang ditembak oleh panah bulan ini?” kata Moo Yeon ingin memastikan.
“Apa karena aku semakin tua? Aku tidak ingat. Bahkan jika aku melakukannya, aku tidak bisa memberitahumu.” Ucap Si kakek sinis dan masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba kendi yang tergantung pecah dan sebuah pisau tertancap di tiang kayu. Si kakek kaget, Moo Yeon pikir si kakek tak mungkin kalau tak bisa mengingatnya sekarang, kakek itu bertanya Apa yang ingin diketahui dengan wajah yang terluka kena goresan pisau. 

Won Deuk menulis di rumah, lalu mengeluh pada Hong Shim yang tidak merasakan nafsu bahkan untuk suaminya tapi merasakan menjadi budak keluarganya. Ia pun bertanya-tanya  Siapa pria yang akan datang menemui Hong Shim.
“Apa hubungan mereka, dia akan bertanya padaku, Apa Suaminya, untuk menghentikannya? Apa itu dia akhirnya?” ucap Won Deuk penasaran lalu merasakan seseorang anak datang.
“Meok Goo... Itu tidak mungkin kau... Pria itu sangat tinggi.” Komentar Won Deuk kaget melihat pria yang masih kecil datang ke rumahnya.
“Semua pria normal pergi ke gunung... Kau pasti benar-benar bodoh jika mereka meninggalkanmu.” Komentar Meok Go mengejek.
“Berani sekali kau... Kau jauh lebih muda dariku!!!” ucap Won Deuk marah
“Kau Makan ini... Hong Shim memintaku membawakanmu makanan.” Kata Meok Goo yang sudah mengantuk memberikan makanan untuk Won Deuk.
“Nasi yang dibungkus daun teratai? Wah... Baunya enak. Tapi Ini terasa sangat akrab... Aku akan tahu saat mencicipinya...” ucap Won Deuk tapi saat membukanya ternyata makana yang sama tapi dibungkus daun.
“Hei.. Meok Goo, apa Hong Shim benar-benar memintamu melakukan ini untukku?” teriak Won Deuk dan sadar karena Meok Goo sudah pergi. Saat itu seorang datang dengan baju hitam dan sepatu kulit. Won Deuk bertanya siapa yang datang. 



Di hutan, Teman Hong Shim mengeluh mereka yang harus berkerja di tengah malam bahkan api pun berulah. Kkeut Nyeo pikir mereka bisa memohon seperti yang dikatakan  Won Deuk, apa mereka  dapat menawarkan sesuatu yang lain karena tidak memiliki bulu musang.
“Tidak mungkin... Kita akan dihukum.” Ucap Goo Dul. Tuan Park juga setuju.
“Apa kita semua pembawa sial? Bahkan kelincipun tidak ada.” Kata Teman Hong Shim lalu tiba-tiba terdengar suara longlongan serigala.
“Apa karena serigala? Apa mereka semua melarikan diri?” ucap Kkeut Nyeo panik ketakutan.
“Aku harus kembali ke kota... Ada dokumen untuk diselesaikan.” Ucap Tuan Park tak ingin berlama-lama di hutan karena ketakutan.
“Bok Eun, perwira bodoh itu...” keluh Kkeut Nyeo. Goo Dul mengaku akan pergi dan membawanya kembali.
“Jangan berani melakukan” ancam Kkeut Nyeo, Goo Dul pun kembali duduk  berpikir mereka pulang saja.
“Aku sangat takut hatiku berdebar-debar.” Ucap temanya yang lain juga ketakutan.
“Jika kau ingin pulang, jangan hanya duduk di sana cepat bekerja. Setidaknya kita harus menemukan sesuatu. Aku tidak bisa berada di sini selama tiga hari. Ayo kita periksa perangkapnya dan menggali beberapa kudzu.” Ucap Hong Shim datang sudah membawa tanaman yang berharga.
Semua pun bergerak mencari tanaman di hutan, Hong Shim berani berjalan sendirian, saat itu badanya jatuh terguling di tepi bukit. Wajahnya berada ditanah tapi saat membuka mata menemukan sesuatu yang berharga didepanya. 


Hakim Park menceritakan Kemarin, BudakTuan Choi kabur dari rumah, karna Won Deuk sudah membacakan untuk mereka jadi seluruh kota sedang gempar, dan mereka tidak bisa membiarkannya. Tuan Park pikir tak ada yang bisa dilakukan.
“Memang benar kita tertipu para petani yang buta huruf. Apa yang begitu buruk tentang menipu orang rendahan?”Ucap Tuan Park
“Itu benar...Tapi...” kata Hakim Park dihentikan karena Tuan Park dan Hong Shim datang. 

Hakim Park bertanya apakah sudah memiliki bulu musang. Hong Him mengaku belum memilikinya dan ada yang sulit untuk diceritakan, lalu memberikan tanaman obat langka yang ditemukannya.  Ia memberitahu kalau itu 30 lapis pohon musang untuk anak sungai kota.
“Apa ini terlihat seperti bulu musang bagimu?Ini Kelihatannya seperti ginseng liar.” Kata Hakim Park
“Kau dapat menukar ginseng liar dengan bulu musang di Hanyang. Jika kau menawar dengan baik, kau bisa mendapatkan 32 jas. Kumohon” kata Hong Shim agar bisa diterima.
“Aku bilang kepadamu untuk membawa bulu musang. Apa aku meminta ginseng liar?” kata Hakim Park marah
“Musang menghilang dari Gunung Chunwoo lebih dari lima tahun yang lalu. Kau harus menyadari hal itu. Mengambil herbal sepanjang jalan ke Hanyang untuk menukarkannya dengan bulu musang yang tidak bisa kita dapatkan di sini dan itu tidak rasional. Tolong tulis petisi kepada pemerintah.” Kata Hong Shim.
“Tutup mulutmu!” teriak Hakim Park marah. Tuan Park menatap Hong Shim meminta agar Hakim Park tenang.
“Kau melayani di pengadilan sendiri, tuan Park... Aku mohon padamu. Kami akan menyediakan segalanya yang bisa kami lakukan. Jika itu adalah sesuatu yang bisa kita temukan di Gunung Chunwoo, itu akan mengurangi beban kita. Kumohon coba mengerti.” Kata Hong Shim pada Tuan Park.
“Itu Sangat bagus. Aku akan mempertimbangkannya.” Ungkap Tuan Park menatap licik Hong Shim.
Hong Shim pun mengucapkan terimakasih sambil membungkuk,  lalu berjalan pulang dengan Tuan Park. Hakim Park tak menyangka Tuan Park yang akan mempertimbangkannya, padahal mereka membutuhkan bulu musang.
“Itu bisa menjadi masalah jika ada kabar keluar. Maka Kita harus mengurus ini dengan tenang.” Ucap Tuan Park menatap Hong Shim pergi dari kantor hakim. Hakim Park ingin tahu apa yang akan dilakukan temanya itu.
“Tidak jarang bagi petani rendahan untuk menderita kematian dini.” Ucap Tuan Park seperti memiliki rencana licik. 



Hong Shim pulang ke rumah tak melihat Won Deuk di halaman dan juga kamar, wajahnya langsung panik.  saat itu Won Deuk datang melihat Hong Shim panik akan keluar rumah. Hong Shim memarahi Won Deuk yang  pergi padahal meminta untuk tetap di rumah.
“Halaman belakang juga masih dirumah ‘Kan?” ucap Won Deuk baru saja selesai berjalan-jalan.
“Apa ada yang datang saat aku keluar?” tanya Hong Shim penasaran.
“Ya. Seseorang yang muda, tampan dan sangat tinggi.” Ucap Won Deuk
“Dimana dia?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengatakan kalau Dia pergi Tanpa sepatah kata pun.
“Lalu Apa Kau membiarkan dia pergi? Kau tidak menghentikannya?” tanya Hong Shim kesal
“Dia menghilang dengan sekejap mata.” Kata Won Deuk dan Hong Shim langsung bergegas keluar dari rumah. 

Si Bibi pemilik kedai Gukbap menceritakan Tiga pria yang sangat tinggi datang beberapa hari yang lalu tapi tidak melihat mereka sejak itu. Hong Shim ingin tahu apakah mereka mengatakan ke mana tujuannya. Si bibi mengaku tak tahu.
“Sepertinya mereka menyebutkan Gunung Chunwoo.” Ucap Si bibi. Hong Shim pun langsung bergegas pergi dan bertabrakan dengan Ma Chil.

“Maaf. Aku sedang terburu-buru.” Ucap Hong Shim ketakutan melihat Ma Chil.
“Kita harus membuatnya jelas. Aku tidak melakukan apapun... Kau yang menabrakku” ucap Ma Chil dan menyuruh Hong Shim jalan saja karean terlihat sedang terburu-buru.
“Kenapa sikapmu berbeda?”tanya Hong Shim binggung, Ma Chil mengaku kalau itu karena Won Deuk. Hong Shim binggung.

Flash Back
Won Deuk mengatakan kalau Ma Chil itu harus dihukum berat karena mendapatkan cetakan tanganny di atas kertas kosong dan memalsukan kontrak. Ia menegaskan kalau Lintah darat dilarang dan Suku bunga 50 persen ke atas dianggap penipuan.
“Menurut KUHP Ming, kau harus dipukuli 80 kali” kata Won Deuk. Ma Chil tak mengerti yang dikatakan Won Deuk.
“Aku bisa melaporkanmu ke hakim,tapi aku tidak akan melakukan.  Aku memiliki suatu perjanjian... Jadi Jangan pernah mengatakan lagi kau akan menjual Hong Shim. Dan Juga, kau tidak boleh mengancam atau memerasnya. Jika kau tidak menerima perjanjian tersebut, maka aku tidak akan membayarmu.” Ucap Won Deuk
“Apa kau mengancamku?” tanya Ma Chil marah
“Tidak, aku meminta bantuan... Kepada sesama pria.” Tegas Won Deuk. Ma Chil tak percaya Won Deuk meminta "Bantuan Kepada sesama pria"



Hong Shim tak percaya kalau Won Deuk bilang itu pada Ma Chil. Ma Chil pikir siPembuat onar bodoh ternyata adalah seorang suami yang mengabdi, karena Won Deuk yang benar-benar mengkhawatirkan keselamatan istrinya lalu pamit pergi. Hong Shim terdiam tak percaya. 

Won Deuk khawatir mencari Hong Shim yang belum juga pulang, akhirnya menemukan sedang duduk ditaman. Ia lalu mendekat dan melihat Hong Shim seperti mabuk, Hong Shim menatap Won Deuk dengan wajah sudah memerah karena mabuk.
“Aku minum segelas penuh.”kata Hong Shim. Won Deuk kaget mendengarnya.
“Alkohol dilarang sejak Putra Mahkota meninggal. Bagaimana jika kau ditangkap karena minum?” ucap Won Deuk,
“Itu sebabnya aku minum di tempat tersembunyi,  Alkohol akan sia-sia. Ini semua salahmu... Aku memintamu untuk membuat siapa pun yang datang untuk menunggu. Tapi kau...” kata Hong Shim marah dan diseola oelh Won Deuk.
“Kurang ajar sekali kau... Pria yang kau tunggu tidak muncul. Itu Hanya seorang pengemis yang datang ke rumah untuk memintaku membaca buku.” Akui Won Deuk
“Apa Kau gila? Kenapa kau berbohong padaku? Kenapa kau...” ucap Hong Shim kesak
“ Itu untuk mengkonfirmasi teori. Kau jatuh cinta dengan pria lain saat aku bertugas di militer. Jadi kau tidak ingin menikahiku. Namun, Putra Mahkota memerintahkan semua lajang untuk menikah.” Ucap Won Deuk marah
“Aku tidak tahu kenapa,tapi bukannya pria lain itu tapi kau memaksakan dirimu untuk menikah denganku.Sementara Pria yang satu lagi kembali dan menggerakkan hatimu. Rasa sakit itulah yang membuatmu minum malam ini.” Ungkap Won Deuk kesal
“Dia adalah saudaraku... 10 tahun yang lalu, aku kehilangan kontak dengannya dan belum tahu apa dia hidup atau tidak. Kami baru saja bertemu. Dia bilang ada urusan yang belum selesai dan berjanji untuk kembali ketika dia menyelesaikannya. Itulah yang kutunggu.” Ungkap Hong Shim sedih.
Won Deuk bisa bernafas lega, Hong Shim pikir Won deuk tidak tahu betapa menyakitkan untuk putus asa bertemu seseorang lagi. Won Deuk mengaku kalau ia tahu,  karena dirinya juga menunggu seseorang sepanjang hidupnya.
“Itu Mustahil... Kau tidak memiliki kenangan.” Kata Hong Shim. Won Deuk bisa tersenyum karena ternyata itu hanya kakak Hong Shim.
“Apa Kau tertawa? Bagaimana bisa kau ketika aku sedih?” keluh Hong Shim kesal.
“Syukurlah... Kau sekarang tahu saudaramu masih hidup dan aku tahu kau tidak menunggu seorang pria yang kau cintai. Jadi Aku akan mengizinkanmu memegang tanganku, Kau sepertinya membutuhkan sandaran.” Ucap Won Deuk mengulurkan tangan. Hong Shim yang kesal memilih untuk pergi.
“Aku bilang kau bisa memegangnya. Aku memberimu izin!”teriak Won deuk.
Hong Shim tak peduli memilih untuk berjalan pulang sendiri walaupun tak bisa berjalan lurus. Saat itu seorang mengengam tanganya, Won Deuk datang memperbolehkan istrinya memegang tanganya. Keduanya saling menatap dan akhirnya berjalan pulang dengan bergandengan tangan. 


Ratu Park heran melihat pelayan datang sendiri dan bertanya kemana Putri Mahkota So Hye. Pelayan memberitahu kalau Soo Hye diam-diam meninggalkan istana untuk melihat ayahnya di kediamannya.
“So Ri, pergi ke kamarnya dan cari jimatnya, Kau harus mengambilnya. Apa Kau mengerti?” ucap Ratu Park. So Ri dengan senyuman liciknya pun menganguk mengerti.
“Aku penasaran kenapa Putri Mahkota meninggalkan istana pada saat seperti ini?” ucap Ratu Park.

So Hye berjalan dengan penutup kepala dan wajahnya, seperti di depan sebuah tempat ia membuka lalu memastikan tak ada yang melihat. Ia menyelipkan suarat dibawah tumbukan genteng, amplop berwarna emas. Setelah itu pergi begitu saja, seperti yakin kalau akan ada orang yang mengambilnya.
Tuan Jung diam-diam mengikuti So Hye, lalu berjalan ke tempat So Hye berhenti dan melihat ada sebuah amplop. Ia sempat menatapnya dan langsung menyembunyikan dalam saku bajunya. 

Kwon Hyuk dan Je Yoon berjalan-jalan di istana. Kwon Hyuk memeberitahu kalau kalau Putra Mahkota selalu berhenti pada titik ini dan langkahnya menjadi berat. Ia yakin kalau Kasim Yang tahu lebih banyak tentang itu. Je Yoon ingin tahu alasan Lee Yeol berhenti di sini.
“Dulu ada pohon Sakura, Dia menanamnya sendiri pada hari dia menjadi Putra Mahkota... Setiap tahun, ketika bunga sakura bermekaran, dia menghentikan langkahnya dan menatapnya selama beberapa waktu. Tatapannya benar-benar sedih.” Ucap Kwon Hyuk
Di saat Lee Yeol berjalan diatas jembatan, tatapan sedihnya melihat pohon sakura yang berbunga seperti sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
“Kenapa tidak ada di sini lagi?” tanya Je Yoon melihat hanya ada sisa batang pohon yang ditebang.
“Aku mendengar Putri Mahkota memotongnya.” Ucap Kwon Hyuk.


Je Yoon memikirkan sesuatu, lalu ingin pergi ke sebuah tempat tapi pintu terkunci. Akhirnya Ia melompat dari dinding yang tinggi dan saat akan masuk rumah terdengar suara pintu dari gerbang akan dibuka. Akhirnya ia bersembunyi dibalik tanaman.
“Kau tidak seharusnya berada di sini.” Ucap So Ri kaget. Je Yoon pikir Seo Ri juga tak ada alasan ada di rumah Soo Hye.
Beberapa pelayan masuk ke dalam ruang Soo Hey memerintahkan agar mencari setiap sudut ruangan. Je Yoon menutup mulut So Ri agar tak ketahuan. Tapi seorang pelayan bisa melihat dengan topi yang dipakai Je Yoon lalu berteriak kalau sudah menemukan mereka. Ketua pelayan memerintahkan agar menangkap mereka. Je Yoon pun seperti pasrah. 

Raja masih frustasi dikamarnya, merasa kalau  yang harus disalahkan atas kematian Lee Yeol dan seharusnya tidak mengirim anaknya ke sana. Saa itu kasim datang memberitahu kalau Biro Hakim sudah menangkap orang-orang yang diduga berada di belakang insiden itu.
“Siapa mereka?” tanya Raja penasaran. Kasim menjawab dengan terbata-bata kalau mereka terkait dengan Ratu. Raja kaget mendengarnya. 



Won Deuk berusah membuat gulangan jerami tapi tak bisa melakukan seperti Hong Shim. Saat itu Hong Shim keluar dari rumah seperti masih terihat gugup karena kejadian semala. Won Deuk lalu meminta agar Hong Shim mengajarinya cara membuat tali jerami
“Jerami ini tidak mendengarkanku sama sekali.” ucap Won Deuk kesal.
“Kau pandai menggunakan otakmu, tapi bagaimana bisa seburuk ini dalam pekerjaan fisik?” ejek Hong Shim
“Aku tidak bisa mengubahnya menjadi tali, harus bagaimana lagi?” keluh Won Deuk. Hong Shim pun duduk mendekat.
“Ini tidak sulit sama sekali... Coba Lebarkan telapak tanganmu, lalu Putar seperti ini... Jangan terlalu banyak kencang, tapi Lakukan dengan lembut.” Jelas Hong Shim memegang tangan Won Deuk untuk mengajarinya.
Tapi Won Deuk malah merasakan hatinya merasakan sesuatu dengan terus menatap istrinya. Hong Shim tersadar kalau tangan mereka bersentuhan dan langsung melepaskan agar Won Deuk melakukan saja sendiri dan nanti akan memahaminya.
“Aku tidak tahu kau punya saudara laki-laki. Bagaimana bisa kau berpisah dengannya?” tanya Won Deuk penasran.
“Secara harfiah, itu baru saja terjadi. Lalu Di mana kantong koin?” kata Hong Shim.
“Tidak tahu... Aku pasti meninggalkannya di suatu tempat.” Ucap Won Deuk memegang sisi bajunya.
Hong Shim meminta Won Deuk agar memberikan padanya,  lalu mendekati suaminya. Won Deuk panik karena jarak mereka semakin dekat bahkan Hong Shim hampir ada atas tubuhnya. Hong Shim berhasil mengambil  kantong uang tapi isinya kosong.
“Aku membeli sebuah buku.... Kau akan terkejut melihatnya juga.” Ucap Won Deuk tertunduk bersalah.
“Benar, aku terkejut... Bagaimana bisa kau menimbulkan masalah setiap hari? Dimana itu? Kembalikan sekarang juga.” Kata Hong Shim marah
“Tidak, aku tidak bisa melakukan itu.” Ucap Won Deuk dan saat itu seorang wanita dengan pakaian rapih datang. 
“Permisi... Aku mendengar ini adalah Agen Solusi tempat menyelesaikan setiap masalah. Bisakah aku membuat permintaan?” tanya si wanita.
“Tentu saja kau bisa... Tapi popularitas kami semakin hari semakin tinggi.” Ucap Hong Shim bangga
“Aku akan membayar sebanyak yang kau mau.” Ucap si wanita menatap genit pada Won Deuk yang menurutnya tampan. 



Di hutan bambu, Hong Shim gelisah karena Won Deuk yang belum datang dan mungkin belum selesai. Saat itu Won Deuk datang dengan pakaian seperti pria bangsawan dan terlihat sangat tampan. Hong Shim seperti tak percaya melihatnya. Won Deuk mengatakan kalau sudah selesai berpakaian rapih.
“Apa kau benar-benar menerimanya?” ucap Won Deuk memastikan. Hong Shim membenarkan.
“Apa kau mengambil permintaannya, agar aku menjadi kekasihnya?” kata Won Deuk tak percaya
“Ya, dia menawarkan 20 Yang.” Kata Hong Shim bahagia. Won Deuk tak terima Hong Shim yang menjual suaminya hanya untuk 20 Yang.
“Apa maksudmu, hanya 20 Yang?!!Aku bisa membeli rumah jerami dengan uang sebanyak itu.” Kata Hong Shim
“Aku tidak percaya uang tebusanku bernilai rumah jerami.” Keluh Won Deuk kesal
“Dia mungkin tidak akan membayar kita jika kau tidak menguntungkannya. Jadi, lakukan dengan benar dan Lakukan semua yang dia minta.” Tegas Hong Shim
 “Apa Kau bersungguh-sungguh?” ucap Won Deuk masih tak percaya tapi Hong Shim mengatakan kalau ucapanya sungguh-sungguh.
“Apa Kau benar-benar ingin aku pergi?” tanya Won Deuk. Hong Shim membenarkan.
“Aku akan berusaha keras dalam memerankan kekasihnya.” Kata Won Deuk seperti ingin membuat cemburu. 
Si wanita datang mengeluh karena mereka lama sekali, lalu terkesima melihat Won Deuk tampan dengan baju bangsawan.  Hong Shim memberitahu Won Deuk sudah siap. Si wanita memuji Won Deuk terlihat sangat sopan, berpakaian seperti itu.
“Ayo kita pergi bersama sekarang.” Ucap  Si wanita mengajak pergi.
“Dia tidak akan menginginkan sampai malam, kan?” kata Won Deuk. Hong Shim mengatakan kalau itu tak mungkin
“Ahh... Haruskah aku tidak mengirimnya? Ahh.... Tidak, itu 20 Yang... Tapi Aku seharusnya tidak melakukan ini...” ucap Hong Shim gelisah melihat Won Deuk pergi lalu teringat kalau harus menemukan buku yang dibeli Won Deuk sia-sia.
 Si wanita dengan wajah bahagia merasa kalau seperti benar-benar berjalan  dengan kekasihnya karena hatinya  berdebar. Won Deuk marah karena si wanita yang berani memegang lenganya, karena ia adalah seorang pria yang sudah menikah.
“Aku sudah membayar 20 Yang, Jadi kau harus melakukan apa yang kumau.” Ucap si wanita memegang lengan Won Deuk dan menunjuk seorang pria datang menaiki kuda. 

Hong Shim akhirnya menemukan sebuah buku yang disembunyikan oleh Won Deuk seperi tak percaya kalau membayar semua uang untuk membeli buku ini.
Tiba-tiba beberapa pria seperti preman datang menyuruh agar menghancurkan semuanya. Tanaman dan pohon, bahkan isi rumah diacak-acak oleh pria yang tak dikenal.
“Kenapa kau melakukan ini? Ada apa denganmu?” ucap Hong Shim binggung
“Apa kau tidak tahu tanah ini milik keluarga Park? Kenapa kau membangun rumah dan tinggal di tanah orang lain?” kata si pria marah
“Ini sudah dibangun 30 tahun yang lalu. Kenapa kau tiba-tiba membuat masalah?” tanya Hong Shim binggung. Saat itu Goo Dul hanya bisa berdiri ketakutan melihat rumah Hong Shim diobrak abrik 


Moo Yeon berjalan mencari sesuatu, lalu meliat Meok Goo bertanya Di mana rumah Yeons di desa ini. Meok Goo menunjuk ke arah jalan rumah Yeons.
Sementara rumah Hong Shim masih diobrak abrik dan akhirnya memutuskan untuk membawa Hong Shim pergi.  Seorang pria mengancam Goo Dul agar memberitahu Won Deuk tentang hal ini. Goo Du tak bisa melawan hanya terdiam ketakutan.
Pria bangsawan tak percaya kalau wanita itusudah bertemu dengan Won Deuk jadi ingin putus denganku sekarang. Si wanita pikir pria itu adalah orang yang mengkhianatinya terlebih dahulu.
“Itu salah bagi seorang pria untuk mengkhianati pertunangannya... Aku akan menghibur hatimu yang hancur, jadi Lupakan dia.” Ucap Won Deuk berakting
“Aku sudah melupakannya.” Kata Si wanita bahagia bersama dengan Won Deuk
“Dia akan membuatmu banyak masalah karena dia tampan. Aku akan melihat berapa lama kalian bertahan.” Ucap Si pria kesal akan kembali pada kudanya.
Sementara si wanita mencari kesempatan dengan bersender dibahu Won Deuk. Won Deuk langsung menjauhkanya. Si Wanita meminta agar WoN Deukharus terus berakting, karena pria itu mungkin berbalik untuk melihat mereka.
Goo Dul datang dengan wajah panik, kalau ada masalah serius, karena Hong Shim diseret keluar rumah. Won Deuk melotot kaget, Goo Dul pikir Hong Shim tahu jalan gunung di kaki Gunung Chunwoo.
“Mereka ingin menemuimu di sana... Jadi Cepatlah” kata Goo Dul ingin berlari lebih dulu. Tapi Woo Deuk mendorong pria yang membawa kuda dan langsung menungganginya.
“Apa Dia bisa menunggang kuda juga?” kata Goo Dul tak percaya melihatnya.
“Dia menunggang kuda... Wahhhh.... “ ucap Si wanita malah makin terkesima. 



Won Deuk akhirnya datang menaiki kuda, para pria yang sudah mengikat Hong Shim melihat Won Deuk kalau hampir tidak mengenali dengan mengunakan kuda.  Hong Shim tersadar dan langsung menyuruh Won Deuk keluar. Si pria mendengar suara Hong Shim langsung memberikan pukulan.
Won Deuk akhirnya turun dari kuda terlihat sangat marah, Hong Shim menatap seperti tak percaya Won Deuk akan datang menyelamatkanya.

Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad...LA LAKERS

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. Kaka ini lucu ya punya ciri khas sendiri dalam menulis,contohnya setiap kata "Bingung" kka malah "Binggung" wkwkwkwk...

    BalasHapus