PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Kim
keluar dari rumah anaknya, melihat pelayan seperti mengendap-ngedap dan
terkejut saat melihatnya. Ia meminta ketua pelayan agar menyuruh pelayan itu membersihkan
kediamannya dalam beberapa hari, karena Soo Hye seharusnya tidak menyisakan
wanita lajang.
Di ruang
Ratu,
“Jadi
maksudmu kau kembali bahkan tanpa masuk ke sana?” ucap Ratu Park marah. Pelayan
membungkuk meminta maaf.
“Kita
harus menemukannya sebelum persidangan.” Kata Ratu Park geram
“Tapi Putri
Mahkota tidak melangkah keluar dari kediamannya.” Ucap Pelayan.
“Aku akan
memanggilnya keluar. Aku akan membuatnya mengosongkan tempat tinggalnya, jadi
cari tahu saja. Jika kau tidak bisa mendapatkan apa-apa kali ini, kita semua
akan mati.” Kata Ratu Park
“Baik aku
dan Pangeran Seowon..Ahh.. Tidak. Sebelum itu, Kau akan mati dengan tanganku
dulu.” Ucap Ratu Park mengancam.
Pangeran SeoWon
bertemu dengan pelayan mengetahui kalau ibunya yang mencoba untuk mengutuk
Putri Mahkota juga. Pelayan terlihat binggung karena memang Ratu ingin berbuat
jahat pada Lee Yeol.
“Jangan
beri tahu aku ada di sini... Sepertinya aku tidak bisa menghadapinya sekarang.”
Kata Pangeran SeoWon kecewa dengan sikap ibunya.
Je Yoon
bergegas datang ke penjara mengatakan dari jurusita dari Biro Distrik Ibu Kota
dan ingin bertemu dengan Kasim Yang. Pengawal mengatakan kalau sangat terlambat
dengan melirik ke ara penjara. Je Yoon hanya bisa melotot kaget karena kasim
Yang sudah mati.
Di rumah
Hong Shim sudah banyak orang mengantri, Won Deuk membantu membaca selembar
kertas kalau itu adalah kontrak perbudakan dan Pria itu menandatangani kontrak
untuk menjadi budak sebagai imbalan atas apa yang dipinjam.
“Jika kau
tidak membayarnya besok, kau akan dijual sebagai budak.” Kata Won Deuk. Si pria
kaget ternyata isi suratnya seperti itu.
“Bagaimana
aku harus membayar hutangku dalam sehari?” kata si pria kebingungan. Won Deuk
melihat ada sebutir nasi di bahu pria.
“Kau
beruntung... Berikan ini kepada kreditur untuk saat ini.... Untungnya, tidak
dikatakan kau harus membayar semua hutangmu sekaligus... Jadi berikan itu kepada
mereka dan ulurlah waktunya.” Kata Won Deuk. Si pria langsung mengucapkan
Terima kasih banyak pada Won Deuk.
Seorang
Wanita juga membawakan kertas pada Won Deuk, Won Deuk menyuruh agar waita itu
mengemasih barangnya saat sampai rumah da meminta pembayaran untuk kerja
tahunan lalu pindah keluar rumah dengan uang itu. Si wanita binggung.
“Beberapa
tahun yang lalu, anakmu mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan majikanmu. Pengadilan
mengambilnya dan memerintahkan tuanmu untuk membebaskanmu. Itulah dokumen ini.”
Kata Won Duk. Si wanita seperti tak percaya.
“Kau
seharusnya sudah dibebaskan setahun lalu, tapi tuanmu membodohimu. Jadi,
pastikan kau dibayar untuk kerjamu selama satu tahun.” Kata Won Deuk
“Ya
ampun. Apa Aku tidak seharusnya menjadi budak lagi? Terima kasih, Won Deuk.”
Ucap si wanita bahagia memegang tangan Won Deuk.
“Berani
sekali kau. Aku tidak mengizinkanmu memegang tanganku.” Kata Won Deuk marah
“Hei.. Siapa
yang bilang Won Deuk tidak berguna? Dia sangat berguna... Dia tampan dan pandai
membaca juga... Tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya.”kata si wanita
membanggakan Won Deuk.
Semua
yang berbaris pun setuju, mereka memuji Won Duk brilian dan menakjubkan. Won
Deuk mendengar banyak orang yang memuji akhirnya membiarkan si wanita memegang
tanganya.
Seorang
pria datang meminta Won Deuk agar memperbaikia alat bajaknya seperti kuda. Won
Deuk binggung karena diminta untuk memperbaiki yang tak pernah dilihatnya dan
bertanya untuk apa benda itu, belum juga disentuh semua lanjut jatuh
berantakan.
“Apa yang
kau lakukan? Aku bilang kepadamu untuk memperbaikinya, bukan merusaknya.”
Teriak si pria marah
“Tidak,
jariku bahkan belum menyentuh.” Kata Won Deuk binggung
“Ya
ampun, lupakan... Aku dapat memperbaiki ini.... Kau teruskan saja membualnya.”
Ucap Hong Shim turun tangan. Won Deuk tak terima kalau membaca surat perjanjian
itu dianggap Membual.
“Maaf.
Aku ambil lagi perkataanku” ucap Hong Shim dengan wajah tersenyum. Won Deuk seperti kesal melihat Hong Shim
tersenyum. Hong Sihim heran kenapa
memangnya kalau ia tersenyum.
“Senyumanmu
cantik.” Ungkap Won Deuk memuji. Hong Shim terdiams seperti baru pertama kali
seorang pria memujinya.
Tuan Park
datang dengan wajah panik, mengeluh semua warga yang berkumpul di rumah Hong
Shim. Ia menyuruh mereka Pulanglah dan ambil peralatanmu, karena harus mendaki
Gunung Chunwoo. Hong Shim dkk binggung kenapa mereka harus pergi ke Gunung.
“Kita
sudah diperintahkan untuk menawarkan bulu musang... Kita hanya punya empat
hari, cepatlah.” Ucap Tuan Park
“Sudah
lebih dari lima tahun karena kunang-kunang menghilang di Gunung Chunwoo. Bagaimana
kita bisa menawarkan bulu musang, Ketika tidak ada pohon?” keluh Hong Shim
“Ini
bukan untukku.” Kata Tuan Park yang mengartikan kalau itu perintah dari atasan.
“Apa aku
satu-satunya yang tidak nyaman sekarang? Ini sangat bodoh. Kau bilang kepada
kami untuk menangkapnya ketika tidak ada? Kau seharusnya bertanya kepada
mereka, boleh atau tidaknya menawarkan sesuatu yang lain dari Gunung Chunwoo?” komentar
Won Deuk.
“Lalubagaimana?
Apa kau pikir mereka akan mengizinkannya?” kata Tuan park
“Raja
mengumpulkan garam dari desa di sisi lain. Itu tidak terletak di pantai, tapi
dia masih meminta garam. Dia tidak peduli dengan rakyatnya sama sekali. Dia
tidak kompeten dan tamak...” keluh Hong Shim kesal
“Dia
bukan orang seperti itu... Dia adalah... Yang Mulia adalah...” kata Won Deuk
yang membela tapi karena ingatanya hilang jadi bingung.
“Dia apa?
Apa kau mengenal raja? Orang lain mungkin berpikir kau dan raja punya hubungan
dekat. Kenapa kau tidak menyuruhnya datang ke sini dan menangkap musang?” ejek
Tuan Park menyuruh mereka bergegas saja pergi.
Hong Shim
mempersiapkan alat-alatnya. Won Deuk bertanya apa yang harus diambilnya nanti.
Hong Shim menyuruh Won Deuk diam dirumah saja karena tidak akan bisa membantu.
Won Deuk tak terima karena menurutnya Hong Shim bisa melihat yang dilakukan
sebelumnya.
“Orang-orang
berbaris untuk mendapatkan bantuanku.” Kata Won Deuk.
“Ada
sesuatu yang harus kau lakukan di rumah. Jika seseorang datang menemuiku saat
kupergi, katakan padanya, aku akan segera kembali dan pastikan dia tetap di
sini.” Pesan Hong Shim.
“Apa
laki-laki?” tanya Won Deuk dengan nada cemburu.Hong Shim membenarkan.
“Katakan
padaku seperti apa rupanya... Apa dia jelek atau tampan, Usianya juga?” ucap
Won Deuk penasaran.
“Kau
tidak perlu mengetahui hal-hal semacam itu... Katakan saja padanya untuk
menunggu karena aku akan segera kembali... Jangan berkeliaran di luar dan tetap
di rumah.” Pesan Hong Shim pada suaminya.
Seorang
pria tua melihat Moo Yeon datang di malam hari, memintanya untuk datang besok
sakalau masalah yang tak mendesak, karena sudah kehilangan jarum akupunktur
jadi tidak bisa merawatnya. Moo Yeon mengaku datang untuk memeriksa sesuatu.
“Pernahkah
kau mengobati seseorang yang ditembak oleh panah bulan ini?” kata Moo Yeon
ingin memastikan.
“Apa
karena aku semakin tua? Aku tidak ingat. Bahkan jika aku melakukannya, aku
tidak bisa memberitahumu.” Ucap Si kakek sinis dan masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba
kendi yang tergantung pecah dan sebuah pisau tertancap di tiang kayu. Si kakek
kaget, Moo Yeon pikir si kakek tak mungkin kalau tak bisa mengingatnya
sekarang, kakek itu bertanya Apa yang ingin diketahui dengan wajah yang terluka
kena goresan pisau.
Won Deuk
menulis di rumah, lalu mengeluh pada Hong Shim yang tidak merasakan nafsu
bahkan untuk suaminya tapi merasakan menjadi budak keluarganya. Ia pun
bertanya-tanya Siapa pria yang akan
datang menemui Hong Shim.
“Apa
hubungan mereka, dia akan bertanya padaku, Apa Suaminya, untuk menghentikannya?
Apa itu dia akhirnya?” ucap Won Deuk penasaran lalu merasakan seseorang anak
datang.
“Meok
Goo... Itu tidak mungkin kau... Pria itu sangat tinggi.” Komentar Won Deuk
kaget melihat pria yang masih kecil datang ke rumahnya.
“Semua
pria normal pergi ke gunung... Kau pasti benar-benar bodoh jika mereka
meninggalkanmu.” Komentar Meok Go mengejek.
“Berani
sekali kau... Kau jauh lebih muda dariku!!!” ucap Won Deuk marah
“Kau Makan
ini... Hong Shim memintaku membawakanmu makanan.” Kata Meok Goo yang sudah
mengantuk memberikan makanan untuk Won Deuk.
“Nasi
yang dibungkus daun teratai? Wah... Baunya enak. Tapi Ini terasa sangat
akrab... Aku akan tahu saat mencicipinya...” ucap Won Deuk tapi saat membukanya
ternyata makana yang sama tapi dibungkus daun.
“Hei.. Meok
Goo, apa Hong Shim benar-benar memintamu melakukan ini untukku?” teriak Won
Deuk dan sadar karena Meok Goo sudah pergi. Saat itu seorang datang dengan baju
hitam dan sepatu kulit. Won Deuk bertanya siapa yang datang.
Di hutan,
Teman Hong Shim mengeluh mereka yang harus berkerja di tengah malam bahkan api
pun berulah. Kkeut Nyeo pikir mereka bisa memohon seperti yang dikatakan Won Deuk, apa mereka dapat menawarkan sesuatu yang lain karena
tidak memiliki bulu musang.
“Tidak
mungkin... Kita akan dihukum.” Ucap Goo Dul. Tuan Park juga setuju.
“Apa kita
semua pembawa sial? Bahkan kelincipun tidak ada.” Kata Teman Hong Shim lalu
tiba-tiba terdengar suara longlongan serigala.
“Apa
karena serigala? Apa mereka semua melarikan diri?” ucap Kkeut Nyeo panik
ketakutan.
“Aku
harus kembali ke kota... Ada dokumen untuk diselesaikan.” Ucap Tuan Park tak
ingin berlama-lama di hutan karena ketakutan.
“Bok Eun,
perwira bodoh itu...” keluh Kkeut Nyeo. Goo Dul mengaku akan pergi dan
membawanya kembali.
“Jangan
berani melakukan” ancam Kkeut Nyeo, Goo Dul pun kembali duduk berpikir mereka pulang saja.
“Aku
sangat takut hatiku berdebar-debar.” Ucap temanya yang lain juga ketakutan.
“Jika kau
ingin pulang, jangan hanya duduk di sana cepat bekerja. Setidaknya kita harus
menemukan sesuatu. Aku tidak bisa berada di sini selama tiga hari. Ayo kita
periksa perangkapnya dan menggali beberapa kudzu.” Ucap Hong Shim datang sudah
membawa tanaman yang berharga.
Semua pun
bergerak mencari tanaman di hutan, Hong Shim berani berjalan sendirian, saat
itu badanya jatuh terguling di tepi bukit. Wajahnya berada ditanah tapi saat
membuka mata menemukan sesuatu yang berharga didepanya.
Hakim
Park menceritakan Kemarin, BudakTuan Choi kabur dari rumah, karna Won Deuk sudah
membacakan untuk mereka jadi seluruh kota sedang gempar, dan mereka tidak bisa
membiarkannya. Tuan Park pikir tak ada yang bisa dilakukan.
“Memang
benar kita tertipu para petani yang buta huruf. Apa yang begitu buruk tentang
menipu orang rendahan?”Ucap Tuan Park
“Itu
benar...Tapi...” kata Hakim Park dihentikan karena Tuan Park dan Hong Shim
datang.
Hakim
Park bertanya apakah sudah memiliki bulu musang. Hong Him mengaku belum
memilikinya dan ada yang sulit untuk diceritakan, lalu memberikan tanaman obat
langka yang ditemukannya. Ia memberitahu
kalau itu 30 lapis pohon musang untuk anak sungai kota.
“Apa ini
terlihat seperti bulu musang bagimu?Ini Kelihatannya seperti ginseng liar.” Kata
Hakim Park
“Kau
dapat menukar ginseng liar dengan bulu musang di Hanyang. Jika kau menawar
dengan baik, kau bisa mendapatkan 32 jas. Kumohon” kata Hong Shim agar bisa
diterima.
“Aku
bilang kepadamu untuk membawa bulu musang. Apa aku meminta ginseng liar?” kata
Hakim Park marah
“Musang
menghilang dari Gunung Chunwoo lebih dari lima tahun yang lalu. Kau harus
menyadari hal itu. Mengambil herbal sepanjang jalan ke Hanyang untuk
menukarkannya dengan bulu musang yang tidak bisa kita dapatkan di sini dan itu
tidak rasional. Tolong tulis petisi kepada pemerintah.” Kata Hong Shim.
“Tutup
mulutmu!” teriak Hakim Park marah. Tuan Park menatap Hong Shim meminta agar
Hakim Park tenang.
“Kau
melayani di pengadilan sendiri, tuan Park... Aku mohon padamu. Kami akan
menyediakan segalanya yang bisa kami lakukan. Jika itu adalah sesuatu yang bisa
kita temukan di Gunung Chunwoo, itu akan mengurangi beban kita. Kumohon coba
mengerti.” Kata Hong Shim pada Tuan Park.
“Itu Sangat
bagus. Aku akan mempertimbangkannya.” Ungkap Tuan Park menatap licik Hong Shim.
Hong Shim
pun mengucapkan terimakasih sambil membungkuk,
lalu berjalan pulang dengan Tuan Park. Hakim Park tak menyangka Tuan Park
yang akan mempertimbangkannya, padahal mereka membutuhkan bulu musang.
“Itu bisa
menjadi masalah jika ada kabar keluar. Maka Kita harus mengurus ini dengan tenang.”
Ucap Tuan Park menatap Hong Shim pergi dari kantor hakim. Hakim Park ingin tahu
apa yang akan dilakukan temanya itu.
“Tidak
jarang bagi petani rendahan untuk menderita kematian dini.” Ucap Tuan Park
seperti memiliki rencana licik.
Hong Shim
pulang ke rumah tak melihat Won Deuk di halaman dan juga kamar, wajahnya
langsung panik. saat itu Won Deuk datang
melihat Hong Shim panik akan keluar rumah. Hong Shim memarahi Won Deuk
yang pergi padahal meminta untuk tetap
di rumah.
“Halaman
belakang juga masih dirumah ‘Kan?” ucap Won Deuk baru saja selesai
berjalan-jalan.
“Apa ada
yang datang saat aku keluar?” tanya Hong Shim penasaran.
“Ya. Seseorang
yang muda, tampan dan sangat tinggi.” Ucap Won Deuk
“Dimana
dia?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengatakan kalau Dia pergi Tanpa sepatah kata
pun.
“Lalu Apa
Kau membiarkan dia pergi? Kau tidak menghentikannya?” tanya Hong Shim kesal
“Dia
menghilang dengan sekejap mata.” Kata Won Deuk dan Hong Shim langsung bergegas
keluar dari rumah.
Si Bibi pemilik
kedai Gukbap menceritakan Tiga pria yang sangat tinggi datang beberapa hari
yang lalu tapi tidak melihat mereka sejak itu. Hong Shim ingin tahu apakah mereka
mengatakan ke mana tujuannya. Si bibi mengaku tak tahu.
“Sepertinya
mereka menyebutkan Gunung Chunwoo.” Ucap Si bibi. Hong Shim pun langsung
bergegas pergi dan bertabrakan dengan Ma Chil.
“Maaf.
Aku sedang terburu-buru.” Ucap Hong Shim ketakutan melihat Ma Chil.
“Kita
harus membuatnya jelas. Aku tidak melakukan apapun... Kau yang menabrakku” ucap
Ma Chil dan menyuruh Hong Shim jalan saja karean terlihat sedang terburu-buru.
“Kenapa
sikapmu berbeda?”tanya Hong Shim binggung, Ma Chil mengaku kalau itu karena Won
Deuk. Hong Shim binggung.
Flash Back
Won Deuk
mengatakan kalau Ma Chil itu harus dihukum berat karena mendapatkan cetakan tanganny
di atas kertas kosong dan memalsukan kontrak. Ia menegaskan kalau Lintah darat
dilarang dan Suku bunga 50 persen ke atas dianggap penipuan.
“Menurut
KUHP Ming, kau harus dipukuli 80 kali” kata Won Deuk. Ma Chil tak mengerti yang
dikatakan Won Deuk.
“Aku bisa
melaporkanmu ke hakim,tapi aku tidak akan melakukan. Aku memiliki suatu perjanjian... Jadi Jangan
pernah mengatakan lagi kau akan menjual Hong Shim. Dan Juga, kau tidak boleh
mengancam atau memerasnya. Jika kau tidak menerima perjanjian tersebut, maka
aku tidak akan membayarmu.” Ucap Won Deuk
“Apa kau
mengancamku?” tanya Ma Chil marah
“Tidak,
aku meminta bantuan... Kepada sesama pria.” Tegas Won Deuk. Ma Chil tak percaya
Won Deuk meminta "Bantuan Kepada sesama pria"
Hong Shim
tak percaya kalau Won Deuk bilang itu pada Ma Chil. Ma Chil pikir siPembuat
onar bodoh ternyata adalah seorang suami yang mengabdi, karena Won Deuk yang benar-benar
mengkhawatirkan keselamatan istrinya lalu pamit pergi. Hong Shim terdiam tak
percaya.
Won Deuk
khawatir mencari Hong Shim yang belum juga pulang, akhirnya menemukan sedang
duduk ditaman. Ia lalu mendekat dan melihat Hong Shim seperti mabuk, Hong Shim
menatap Won Deuk dengan wajah sudah memerah karena mabuk.
“Aku
minum segelas penuh.”kata Hong Shim. Won Deuk kaget mendengarnya.
“Alkohol
dilarang sejak Putra Mahkota meninggal. Bagaimana jika kau ditangkap karena
minum?” ucap Won Deuk,
“Itu
sebabnya aku minum di tempat tersembunyi, Alkohol akan sia-sia. Ini semua salahmu... Aku
memintamu untuk membuat siapa pun yang datang untuk menunggu. Tapi kau...” kata
Hong Shim marah dan diseola oelh Won Deuk.
“Kurang
ajar sekali kau... Pria yang kau tunggu tidak muncul. Itu Hanya seorang
pengemis yang datang ke rumah untuk memintaku membaca buku.” Akui Won Deuk
“Apa Kau
gila? Kenapa kau berbohong padaku? Kenapa kau...” ucap Hong Shim kesak
“ Itu
untuk mengkonfirmasi teori. Kau jatuh cinta dengan pria lain saat aku bertugas
di militer. Jadi kau tidak ingin menikahiku. Namun, Putra Mahkota memerintahkan
semua lajang untuk menikah.” Ucap Won Deuk marah
“Aku
tidak tahu kenapa,tapi bukannya pria lain itu tapi kau memaksakan dirimu untuk
menikah denganku.Sementara Pria yang satu lagi kembali dan menggerakkan hatimu.
Rasa sakit itulah yang membuatmu minum malam ini.” Ungkap Won Deuk kesal
“Dia
adalah saudaraku... 10 tahun yang lalu, aku kehilangan kontak dengannya dan
belum tahu apa dia hidup atau tidak. Kami baru saja bertemu. Dia bilang ada
urusan yang belum selesai dan berjanji untuk kembali ketika dia
menyelesaikannya. Itulah yang kutunggu.” Ungkap Hong Shim sedih.
Won Deuk
bisa bernafas lega, Hong Shim pikir Won deuk tidak tahu betapa menyakitkan
untuk putus asa bertemu seseorang lagi. Won Deuk mengaku kalau ia tahu, karena dirinya juga menunggu seseorang
sepanjang hidupnya.
“Itu
Mustahil... Kau tidak memiliki kenangan.” Kata Hong Shim. Won Deuk bisa
tersenyum karena ternyata itu hanya kakak Hong Shim.
“Apa Kau
tertawa? Bagaimana bisa kau ketika aku sedih?” keluh Hong Shim kesal.
“Syukurlah...
Kau sekarang tahu saudaramu masih hidup dan aku tahu kau tidak menunggu seorang
pria yang kau cintai. Jadi Aku akan mengizinkanmu memegang tanganku, Kau
sepertinya membutuhkan sandaran.” Ucap Won Deuk mengulurkan tangan. Hong Shim yang
kesal memilih untuk pergi.
“Aku
bilang kau bisa memegangnya. Aku memberimu izin!”teriak Won deuk.
Hong Shim
tak peduli memilih untuk berjalan pulang sendiri walaupun tak bisa berjalan
lurus. Saat itu seorang mengengam tanganya, Won Deuk datang memperbolehkan
istrinya memegang tanganya. Keduanya saling menatap dan akhirnya berjalan
pulang dengan bergandengan tangan.
Ratu Park
heran melihat pelayan datang sendiri dan bertanya kemana Putri Mahkota So Hye.
Pelayan memberitahu kalau Soo Hye diam-diam meninggalkan istana untuk melihat
ayahnya di kediamannya.
“So Ri,
pergi ke kamarnya dan cari jimatnya, Kau harus mengambilnya. Apa Kau mengerti?”
ucap Ratu Park. So Ri dengan senyuman liciknya pun menganguk mengerti.
“Aku
penasaran kenapa Putri Mahkota meninggalkan istana pada saat seperti ini?” ucap
Ratu Park.
So Hye
berjalan dengan penutup kepala dan wajahnya, seperti di depan sebuah tempat ia
membuka lalu memastikan tak ada yang melihat. Ia menyelipkan suarat dibawah
tumbukan genteng, amplop berwarna emas. Setelah itu pergi begitu saja, seperti
yakin kalau akan ada orang yang mengambilnya.
Tuan Jung
diam-diam mengikuti So Hye, lalu berjalan ke tempat So Hye berhenti dan melihat
ada sebuah amplop. Ia sempat menatapnya dan langsung menyembunyikan dalam saku
bajunya.
Kwon Hyuk
dan Je Yoon berjalan-jalan di istana. Kwon Hyuk memeberitahu kalau kalau Putra
Mahkota selalu berhenti pada titik ini dan langkahnya menjadi berat. Ia yakin
kalau Kasim Yang tahu lebih banyak tentang itu. Je Yoon ingin tahu alasan Lee
Yeol berhenti di sini.
“Dulu ada
pohon Sakura, Dia menanamnya sendiri pada hari dia menjadi Putra Mahkota... Setiap
tahun, ketika bunga sakura bermekaran, dia menghentikan langkahnya dan
menatapnya selama beberapa waktu. Tatapannya benar-benar sedih.” Ucap Kwon Hyuk
Di saat
Lee Yeol berjalan diatas jembatan, tatapan sedihnya melihat pohon sakura yang
berbunga seperti sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
“Kenapa
tidak ada di sini lagi?” tanya Je Yoon melihat hanya ada sisa batang pohon yang
ditebang.
“Aku
mendengar Putri Mahkota memotongnya.” Ucap Kwon Hyuk.
Je Yoon
memikirkan sesuatu, lalu ingin pergi ke sebuah tempat tapi pintu terkunci.
Akhirnya Ia melompat dari dinding yang tinggi dan saat akan masuk rumah
terdengar suara pintu dari gerbang akan dibuka. Akhirnya ia bersembunyi dibalik
tanaman.
“Kau tidak
seharusnya berada di sini.” Ucap So Ri kaget. Je Yoon pikir Seo Ri juga tak ada
alasan ada di rumah Soo Hye.
Beberapa pelayan
masuk ke dalam ruang Soo Hey memerintahkan agar mencari setiap sudut ruangan.
Je Yoon menutup mulut So Ri agar tak ketahuan. Tapi seorang pelayan bisa
melihat dengan topi yang dipakai Je Yoon lalu berteriak kalau sudah menemukan
mereka. Ketua pelayan memerintahkan agar menangkap mereka. Je Yoon pun seperti
pasrah.
Raja
masih frustasi dikamarnya, merasa kalau yang harus disalahkan atas kematian Lee Yeol
dan seharusnya tidak mengirim anaknya ke sana. Saa itu kasim datang memberitahu
kalau Biro Hakim sudah menangkap orang-orang yang diduga berada di belakang
insiden itu.
“Siapa
mereka?” tanya Raja penasaran. Kasim menjawab dengan terbata-bata kalau mereka
terkait dengan Ratu. Raja kaget mendengarnya.
Won Deuk
berusah membuat gulangan jerami tapi tak bisa melakukan seperti Hong Shim. Saat
itu Hong Shim keluar dari rumah seperti masih terihat gugup karena kejadian semala.
Won Deuk lalu meminta agar Hong Shim mengajarinya cara membuat tali jerami
“Jerami
ini tidak mendengarkanku sama sekali.” ucap Won Deuk kesal.
“Kau
pandai menggunakan otakmu, tapi bagaimana bisa seburuk ini dalam pekerjaan
fisik?” ejek Hong Shim
“Aku
tidak bisa mengubahnya menjadi tali, harus bagaimana lagi?” keluh Won Deuk.
Hong Shim pun duduk mendekat.
“Ini
tidak sulit sama sekali... Coba Lebarkan telapak tanganmu, lalu Putar seperti
ini... Jangan terlalu banyak kencang, tapi Lakukan dengan lembut.” Jelas Hong
Shim memegang tangan Won Deuk untuk mengajarinya.
Tapi Won
Deuk malah merasakan hatinya merasakan sesuatu dengan terus menatap istrinya.
Hong Shim tersadar kalau tangan mereka bersentuhan dan langsung melepaskan agar
Won Deuk melakukan saja sendiri dan nanti akan memahaminya.
“Aku
tidak tahu kau punya saudara laki-laki. Bagaimana bisa kau berpisah dengannya?”
tanya Won Deuk penasran.
“Secara harfiah,
itu baru saja terjadi. Lalu Di mana kantong koin?” kata Hong Shim.
“Tidak
tahu... Aku pasti meninggalkannya di suatu tempat.” Ucap Won Deuk memegang sisi
bajunya.
Hong Shim
meminta Won Deuk agar memberikan padanya, lalu mendekati suaminya. Won Deuk panik karena
jarak mereka semakin dekat bahkan Hong Shim hampir ada atas tubuhnya. Hong Shim
berhasil mengambil kantong uang tapi
isinya kosong.
“Aku
membeli sebuah buku.... Kau akan terkejut melihatnya juga.” Ucap Won Deuk
tertunduk bersalah.
“Benar, aku
terkejut... Bagaimana bisa kau menimbulkan masalah setiap hari? Dimana itu?
Kembalikan sekarang juga.” Kata Hong Shim marah
“Tidak,
aku tidak bisa melakukan itu.” Ucap Won Deuk dan saat itu seorang wanita dengan
pakaian rapih datang.
“Permisi...
Aku mendengar ini adalah Agen Solusi tempat menyelesaikan setiap masalah. Bisakah
aku membuat permintaan?” tanya si wanita.
“Tentu
saja kau bisa... Tapi popularitas kami semakin hari semakin tinggi.” Ucap Hong
Shim bangga
“Aku akan
membayar sebanyak yang kau mau.” Ucap si wanita menatap genit pada Won Deuk
yang menurutnya tampan.
Di hutan
bambu, Hong Shim gelisah karena Won Deuk yang belum datang dan mungkin belum
selesai. Saat itu Won Deuk datang dengan pakaian seperti pria bangsawan dan
terlihat sangat tampan. Hong Shim seperti tak percaya melihatnya. Won Deuk mengatakan
kalau sudah selesai berpakaian rapih.
“Apa kau
benar-benar menerimanya?” ucap Won Deuk memastikan. Hong Shim membenarkan.
“Apa kau
mengambil permintaannya, agar aku menjadi kekasihnya?” kata Won Deuk tak
percaya
“Ya, dia
menawarkan 20 Yang.” Kata Hong Shim bahagia. Won Deuk tak terima Hong Shim yang
menjual suaminya hanya untuk 20 Yang.
“Apa
maksudmu, hanya 20 Yang?!!Aku bisa membeli rumah jerami dengan uang sebanyak
itu.” Kata Hong Shim
“Aku
tidak percaya uang tebusanku bernilai rumah jerami.” Keluh Won Deuk kesal
“Dia
mungkin tidak akan membayar kita jika kau tidak menguntungkannya. Jadi, lakukan
dengan benar dan Lakukan semua yang dia minta.” Tegas Hong Shim
“Apa Kau bersungguh-sungguh?” ucap Won Deuk
masih tak percaya tapi Hong Shim mengatakan kalau ucapanya sungguh-sungguh.
“Apa Kau benar-benar
ingin aku pergi?” tanya Won Deuk. Hong Shim membenarkan.
“Aku akan
berusaha keras dalam memerankan kekasihnya.” Kata Won Deuk seperti ingin
membuat cemburu.
Si wanita
datang mengeluh karena mereka lama sekali, lalu terkesima melihat Won Deuk
tampan dengan baju bangsawan. Hong Shim
memberitahu Won Deuk sudah siap. Si wanita memuji Won Deuk terlihat sangat
sopan, berpakaian seperti itu.
“Ayo kita
pergi bersama sekarang.” Ucap Si wanita
mengajak pergi.
“Dia tidak
akan menginginkan sampai malam, kan?” kata Won Deuk. Hong Shim mengatakan kalau
itu tak mungkin
“Ahh...
Haruskah aku tidak mengirimnya? Ahh.... Tidak, itu 20 Yang... Tapi Aku seharusnya
tidak melakukan ini...” ucap Hong Shim gelisah melihat Won Deuk pergi lalu
teringat kalau harus menemukan buku yang dibeli Won Deuk sia-sia.
“Aku
sudah membayar 20 Yang, Jadi kau harus melakukan apa yang kumau.” Ucap si
wanita memegang lengan Won Deuk dan menunjuk seorang pria datang menaiki kuda.
Hong Shim
akhirnya menemukan sebuah buku yang disembunyikan oleh Won Deuk seperi tak
percaya kalau membayar semua uang untuk membeli buku ini.
Tiba-tiba
beberapa pria seperti preman datang menyuruh agar menghancurkan semuanya.
Tanaman dan pohon, bahkan isi rumah diacak-acak oleh pria yang tak dikenal.
“Kenapa
kau melakukan ini? Ada apa denganmu?” ucap Hong Shim binggung
“Apa kau
tidak tahu tanah ini milik keluarga Park? Kenapa kau membangun rumah dan
tinggal di tanah orang lain?” kata si pria marah
“Ini
sudah dibangun 30 tahun yang lalu. Kenapa kau tiba-tiba membuat masalah?” tanya
Hong Shim binggung. Saat itu Goo Dul hanya bisa berdiri ketakutan melihat rumah
Hong Shim diobrak abrik
Moo Yeon
berjalan mencari sesuatu, lalu meliat Meok Goo bertanya Di mana rumah Yeons di
desa ini. Meok Goo menunjuk ke arah jalan rumah Yeons.
Sementara
rumah Hong Shim masih diobrak abrik dan akhirnya memutuskan untuk membawa Hong
Shim pergi. Seorang pria mengancam Goo
Dul agar memberitahu Won Deuk tentang hal ini. Goo Du tak bisa melawan hanya
terdiam ketakutan.
Pria
bangsawan tak percaya kalau wanita itusudah bertemu dengan Won Deuk jadi ingin
putus denganku sekarang. Si wanita pikir pria itu adalah orang yang
mengkhianatinya terlebih dahulu.
“Itu salah
bagi seorang pria untuk mengkhianati pertunangannya... Aku akan menghibur
hatimu yang hancur, jadi Lupakan dia.” Ucap Won Deuk berakting
“Aku
sudah melupakannya.” Kata Si wanita bahagia bersama dengan Won Deuk
“Dia akan
membuatmu banyak masalah karena dia tampan. Aku akan melihat berapa lama kalian
bertahan.” Ucap Si pria kesal akan kembali pada kudanya.
Sementara
si wanita mencari kesempatan dengan bersender dibahu Won Deuk. Won Deuk
langsung menjauhkanya. Si Wanita meminta agar WoN Deukharus terus berakting,
karena pria itu mungkin berbalik untuk melihat mereka.
Goo Dul
datang dengan wajah panik, kalau ada masalah serius, karena Hong Shim diseret
keluar rumah. Won Deuk melotot kaget, Goo Dul pikir Hong Shim tahu jalan gunung
di kaki Gunung Chunwoo.
“Mereka
ingin menemuimu di sana... Jadi Cepatlah” kata Goo Dul ingin berlari lebih
dulu. Tapi Woo Deuk mendorong pria yang membawa kuda dan langsung
menungganginya.
“Apa Dia
bisa menunggang kuda juga?” kata Goo Dul tak percaya melihatnya.
“Dia
menunggang kuda... Wahhhh.... “ ucap Si wanita malah makin terkesima.
Won Deuk
akhirnya datang menaiki kuda, para pria yang sudah mengikat Hong Shim melihat
Won Deuk kalau hampir tidak mengenali dengan mengunakan kuda. Hong Shim tersadar dan langsung menyuruh Won
Deuk keluar. Si pria mendengar suara Hong Shim langsung memberikan pukulan.
Won Deuk
akhirnya turun dari kuda terlihat sangat marah, Hong Shim menatap seperti tak
percaya Won Deuk akan datang menyelamatkanya.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Kaka ini lucu ya punya ciri khas sendiri dalam menulis,contohnya setiap kata "Bingung" kka malah "Binggung" wkwkwkwk...
BalasHapus