PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ae Jung
berkumpul dengan semua warga meniup lilin yang tertulis SELAMAT. Semua warga
terlihat bahagia sambil bertepuk tangan. Dae Oh melihat Ae Jung bekerja
seharian tanpa makan. Ryu Jin pun memilih lagu dan mulai menyanyi. Dae Oh
langsung menarik Ae Jung untuk duduk.
“Berhentilah
bekerja.” Ucap Dae Oh memberikan sumpit dan sendok. Ae Jung menatap bingung.
Yeon Woo menatap dari kejauhan dan ditahan oleh bibi yang ingin menari.
“Sekarang
makanlah... Kau belum makan apa-apa dari pagi. Jangan khawatir soal izin tempat
syuting. Aku akan melakukan segalanya untuk mendapat izin.” Kata Dae Oh
“Akhirnya
kau seperti sutradara sungguhan. Sekarang, mari kita hanya fokus pada
pekerjaan... Hanya bekerja..” kata Ae Jung dan mulai makan.
“Aku iri
kepadamu karena bisa begitu. Bagaimana bisa rasa cinta seperti dimatikan dengan
sakelar? Aku tak bisa begitu. Kau juga… Kau juga menyukaiku, 'kan?” ucap Dae Oh
“Aku mau
pergi.” kata Ae Jung marah. Dae Oh meminta Ae Jung agar mengatakan padanya.
“Apa
alasanmu meninggalkanku?” tanya Dae Oh. Ae Jung menatap Dae Oh . Tuan Koo yang
tadi mendengarkan ditarik bibi agar bisa menari juga.
“Apa alasanmu
membenciku selama ini?” kata Dae Oh. Ryu Jin masih terus menyanyi denga tatapan
ke arah Dae Oh dan Ae Jung.
“Katakan,
dan kita selesaikan. Dengan begitu, kita…” kata Dae Oh. Ae Jung langsung
berdiri merasa tak mau bicara apa-apa.
“Tidak.
Aku harus mendengar alasannya.” Tegas Dae Oh ikut berdiri. Saat itu Kepala desa
keluar rumah langsung mematikan mesin karaoke.
“Empat
belas tahun lalu... Alasanmu meninggalkanku.” Kata Dae Oh dengan suara nyaring
karena suara musik berhenti.
Ae Jung
marah memilih untuk pergi. Semua warga pun ingin tahu apa yang terjadi antara
Dae Oh dan juga Ae Jung. Mereka berpikir keduanya bertengkar. Dae Oh pun
mengejar Ae Jung, sementara Ryu Jin dkk hanya menatap dalam diam.
Dae Oh
menarik Ae Jung mengeluh dengan sikapnya seperti ini. Dae Oh mengeluh dae Oh
yang harus bertanya sampai akhir. Dae Oh mengaku mau mulai dari awal lagi. Ae
Jung pun bertanya Bagaimana?, Dengan cara apa menurutnya mereka tak bisa
kembali ke 14 tahun lalu.
“Hatiku
memang sempat berdebar, dan aku memang goyah. Tapi itu tak bisa memperbaiki
semua kejadian 14 tahun lalu.” Kata Ae Jung. Dae Oh pikir Walaupun begitu…
“Pilihannya
adalah aku mati atau meninggalkanmu. Hanya dua pilihan itu yang aku punya 14
tahun lalu. Aku pilih meninggalkanmu karena aku tak boleh mati. Dan sejak saat
itu, aku menganggapmu sudah mati.” Ucap Ae Jung. Dae Oh ingin bicara.
“Jadi,
kumohon teruslah mati di hatiku selamanya.” Ucap Ae Jung lalu melangkah pergi.
Dae Oh pun tak mengerjanya.
Ae Jung
duduk sendiri di tepi pingir jalan mengingat yang dikatakan Dae Oh “Katakan
kepadaku. Apa alasanmu meninggalkanku? Apa alasanmu membenciku selama ini?”
lalu ia mengatakan
“Jika itu
bisa menyelesaikan masalah, aku pasti sudah memberitahumu. Jika semudah itu, aku
tak akan meninggalkanmu saat itu. Aku juga tak akan membencimu seperti ini.”
Gumam Ae Jung dan langsung menangis.
Yeon Woo
melihat Ae Jung menangis mengurungkan niatnya, hanya duduk menemani di dekat Ae Jung.
Ryu Jin
lewat depan rumah melihat Dae Oh duduk sendirian dan memilih tak mengubrisnya.
Dae Oh mengajak mereka untuk bicara. Ia mengaku tak mau membicarakan ini lagi
tapi hanya Ryu Jin yang bisa diajak bicara. Ryu Jin akhirnya berdiri disamping Dae
Oh
“Aku pikir
hanya aku yang tersiksa. Hanya aku yang tersiksa hingga mau mati. Tapi
sepertinya dia juga begitu. Dia juga tersiksa hingga mau mati. Sepertinya ada
sesuatu yang aku lewatkan. Tapi aku benar-benar tak tahu apa itu.”ungkap Dae Oh
Ryu Jin
terdiam mengingat saat Ae Jung datang lalu menangis dibahunya. Setelah itu Ae Jung meminta agar dibelikan minuman
keras. Ia pun mengeluh Kenapa Dae Oh katakan itu kepadanya dan mengaku Mana
mungkin tahu yang Dae Oh sendiri tak tahu.
Yeon Woo
kembali, Tuan Koo melihat Yeon Woo langsung bertanya Apa Nona Noh baik-baik
saja. Yeon Woo mengangguk dan ingin tahu alasan Tuan Koo yang sangat perhatian
pada Ae Jung. Tuan Koo mengaku Ae Jung itu mirip seseorang yang tak bisa dilindungi.
“Apa Kau
sudah kenal Nona Noh sejak lama?” tanya Tuan Koo. Yeon Woo membenarkan.
“Aku iri
akan itu... Iri pada Pak Cheon, Ryu Jin, dan kau. Tapi bisa saja itu bukan hal
baik.” Kata Tuan Koo. Yeon Woo hanya diam saja.
Ae Jung
akan tidur dengan istri Kepala desa sambil menghela nafas. Kepala Desa meminta Jangan
merasa terganggu dengan warga di sini, ia meyakinkan Desa merekaibisa bertahan lama karena pintar
menyimpan rahasia. Ae Jung mengerti dan akan mematikan lampunya.
“Omong-omong,
apa yang terjadi 14 tahun lalu? Sepertinya dahulu kalian punya hubungan yang
khusus.” Tanya Si istri kepala desa penasaran
“Aku
matikan lampunya, ya.” Ucap Ae Jung tak mau membahasnya. Istri kepala desa pu
menganguk mengerti.
“Omong-omong,
kalian bisa bertengkar begitu karena kalian masih saling suka. Jika tidak,
kalian tak akan bertengkar.” Ucap istri kepala desa.
Ae Jung
hanya terdiam sambil memiringkan badanya. Sementara Dae Oh terlihat frustasi
hanya duduk diam saja, begitu juga Yeon Woo duduk diruangan, Tuan Koo di teras
rumah, sementara Ryu Ji duduk di tempat warga berkumpul.
Pagi hari
Ae Jung
sudah berganti pakain lalu keluar dari kamar dan hanya melihat Tuan Koo keluar
sendiri dari kamar lalu bertanya Ke mana yang lain. Saat itu istri kepala desa
datang dengan Ryu Jin yang memuji sangat cekatan mencabutnya.
“Apa
Kalian sudah bangun? Pak Cheon sudah kembali naik kapal pertama pada dini hari.”
Kata Istri Kepala desa. Ae Jung kaget Dae Oh yang pergi Dini hari.
“Ternyata
kalian sudah bangun. Apa kalian juga harus pulang ke Seoul? Lantas, apa kita
akan bertemu lagi saat syuting dimulai?” ucap kepala desa datang bersama dengan
Yeon Woo yang membantunya.
“Terima
kasih banyak, Pak.” Ucap Ae Jung, Kepala desa merasaTak perlu begitu. Istri
kepala desa pun mengajak untuk sarapan lebih dulu.
Hye Jin
datang ke kantor merasakan ada orang didalam dan melihat Dae Oh di ruang rapat
sambil tertidur dan memanggilnya. Dae Oh pun terbangun melihat Hye Jin yang
sudah datang ke kantor. Hye Jin tak
percaya Dae Oh yang tidur di sini.
“Bukankah
kau pergi ke pulau dengan Nona Noh?” kata Hye Jin. Dae Oh mengaku kembali lebih
dahulu.
“Apa Kau
langsung bekerja setelah kembali?” tanya Hye Jin tak percaya. Dae Oh
memberitahu bahan rapat diatas meja nanti.
“Syuting
juga harus segera mulai.” Kata Dae Oh. Hye Jin
Setidaknya Dae Oh libur sehari.
“Bagaimana
jika kau pingsan karena bekerja terlalu keras?” ucap Hye Jin khawatir.
“Kuharap
aku pingsan agar bisa tak berpikir sejenak. Aku mandi dahulu.” Kata Dae Oh lalu
keluar dari ruangan. Hye Jin hanya bisa terdiam lalu melihat ponsel Dae Oh
bergetar dan nama JOO A-RIN terlihat dilayar.
A Rin
kesal karena Dae Oh tak mengangkat ponselnya. Kwang Soo pikr Mungkin Dae Oh
sedang sibuk dan pasti akan menghubunginya nanti. A Rin langsung cemberut .
Kwang Soo memperingatkan A Rin Nanti harus masuk dan tersenyum.
“Bagaimana
bisa begitu?” ucap A Rin kesal. Kwang Soo meminta A Rin agar Berhentilah
memikirkan Pak Cheon.
“Bagaimana
bisa begitu? Kita mengantarnya pulang saat dia mabuk, tapi dia tak pernah
menghubungiku.” Ucap A Rin marah
“Berhati-hatilah
dalam bicara. Banyak reporter yang datang. Jagalah ekspresi wajahmu. Jangan
lupa, kau malaikat.” Kata Kwang Soo menasehati.
“Bagaimana
bisa? Perasaanku sangat buruk sekarang.” Kata Ae Rin kesal. Kwang Soo meminta
agar Sekarang A Rin harus berhenti
berakting marah.
“Coba Lihat.
Kau paling cantik saat tersenyum.” Ucap Kwang Soo memuji saat melihat A Rin
yang tersenyum bahagia.
Di
ruangan, A Rin tersenyum membagiakan makanan untuk tuna wisma, Kwang Soo memuji
A Rin yang sudah melakukannya dengan baik. Ae Rin pu yakin karena seorang artis
harus bisa berakting tersenyum. Dua tuna wisma meliat A Rin langsung
berkomentar.
“Selebritas
memang berbeda... Sepertinya dia sangat baik.” Ucap si Tuna wisma.
“Apa Kau
tak pernah dengar soal jangan percaya orang dengan riasan? Sebelum aku menjadi
begini, aku lama bekerja di industri perfilman.” Ucap Pria yang duduk didepa
tuna wisma.
“Kalian
tahu, 'kan? Pada zamanku, aku sudah bekerja samadengan banyak bintang. Do-yeon,
Ji-hyun, Kang-ho, Jung-jae, Byung-hun.”ucap si pria yang ternyata Tuan Wang
mantan CEO Ae Jung
“Bagaimana
dengan A-rin? Apa Kau tak pernah bekerja dengannya? Coba ke sana dan beri
salam.” Kata si pria menantang
“Haruskah
aku coba ke sana dan minta tambah kimci?” ucap CEO Wang berusaha menyakinkan.
“Kalau
Ryu Jin? Kali ini A-rin dan Ryu Jin akan main film bersama.” Kata si pria
memberikan selembar koran
CEO Wang
melihat berita [PACAR NASIONAL, MALAIKAT ASIA, DAN PENULIS TERKENAL, PENULIS
CHEON EOK-MAN DEBUT SEBAGAI SUTRADARA] Wajah CEO Wang langsung meloto kaget
melihat nama penulis "Cheon Eok-man."
Flash Back
CEO Wang
datang menemui Dae Oh seperti sedang mabuk dan meminta agar bisa kontrak
dengannya. Saat itu ada naskah [CINTA ITU TIDAK ADA, CHEON EOK-MAN]
Manager
Myungterlihat kesal mengambil air minum dalam kulkas. Ryu Jin langsung meminta
maaf pada managernya. Manager Myung
mengeluh kalau sangat takut dan Bu Song ingin mencari Ryu Jin jadi mengobrak-abrik
rumah ini.
“Aku juga
hampir serangan jantung saat dia lihat hadiah yang kau beli untuk putrimu.”
Kata Manager Myung. Ryu Jin kaget mendengarnya.
“Jangan
khawatir... Aku sudah berkelit tentang itu. Kubilang kau persiapkan itu untuk
ulang tahun anakku.” Kata Manager Myung
“Aku
harus ke kantor sekarang.” Ucap Ryu Jin. Manager Myung bertanya memangnya
kenapa.
“Itu bukan
hadiah untuk anak tiga tahun.” Kata Ryu Jin lalu bergegas pergi.
Tuan Koo
akhirnya pulang ke rumah dan bertanya Apa yang terjadi. Tuan Kim membawakan
sebuah baju dan memberitahu kalau menemukannya di sekitar wihara. Tuan Koo
menegasakan Apa pun yang terjadi, lacak dia Dan selalu perhatikan sekitar
Dong-chan.
“Omong-omong,
aku menemukan ini.” Ucap Tuan Kim memberikan sebuah foto. Tuan Koo kaget
bertanya Bagaimana bisa?
“Di foto
itu ada kau, dan wanita yang mirip Nona Noh. Sebenarnya apa yang terjadi?” kata
Tuan Kim. Tuan Koo hanya bisa terdiam.
Di rumah,
Dong Chan sibuk mengintip dari depan pintu seperti ingin melihat sosok Ae Jung.
Sementara dirumah Ha Nee mengomel karena Dong Chan tak beli camilan yang ia
suka dan hanya beli yang ibunya suka. Dong Chan lalu bertanya apakah Ha Nee pernah
mendengar sesuatu dari ibunya.
“Tentang
apa?” tanya Ha Nee. Dong Chan berkata Misalnya, penyesalan terbesar dalam
hidupnya, atau orang yang ibunya rindukan.
“Kenapa kau
tiba-tiba bertanya soal itu? Sadarlah. Orang yang harus kau perhatikan adalah
Ryu Jin, bukan ibuku. Paham?” kata Ha Nee.
“Memang
begitu, tapi… bisa saja kita dapat alamat pria itu dari ibumu. Mereka bekerja
bersama, jadi, mungkin tahu alamat satu sama lain.” Kata Dong Chan.
“Hei, Koo
Dong-chan yang polos. Barusan kau
mengatakan hal yang mustahil. Lebih baik dekati orang yang suka bergosip, dan…
Tunggu... Ada Hye-jin.” Kata Ha Nee.
Dong Chan bertanya Siapa?
Ha Nee
bergegas pergi dengan Dong Chan keluar rumah. Saat itu Yeon Woo datang
memanggil keduanya. Ha Nee menyapa Yeon Woo yang baru pulang. Yeon Woo pun
melihat Ternyata ada Dong-chan juga dan bertanya mereka berdua mau ke mana?
“Kami mau…
Ke tempat Bibi Sook-hee. Kami harus beri makan anjing.” Ucap Ha Nee berbohong.
Dong Chan membenarkan.
“ Kami
pergi dahulu... Sampai jumpa.” Ucap Ha Nee lalu bergegas pergi. saat itu Yeon
Woo memanggilnya
“Biar aku
ikat dahulu... Kau akan jatuh jika begini.” Kata Yeon Woo mengikat sepatu Ha Nee. Ha Nee hanya
terdiam melihat sikap Yeon Woo yang baik hati.
Nyonya
Joo melihat dari dalam mobil anaknya yang memberikan perhatian pada anak Ae
Jung. Ia ingin keluar dari mobil dengan wajah kesal tapi mengurungkan niatnya.
Yeon Woo
masuk rumah menyapa Nyonya Choi, Nyonya Choi bertanya apakah Yeon Woo baru
pulang. Yeon Woo mengaku Kemarin ada urusan. Nyonya Choi bisa mengerti dengan
senyuman penuh arti dan melhat Yeon Woo sudah dewasa.
“Begini… Aku
menganggapmu bisa dipercaya dan bertanggung jawab. Menurutku kau sempurna,
jadi, aku tak khawatir... Sedikit pun.” Kata Nyonya Choi. Yeon Woo hanya bisa
terdiam
“Aku
juga… selalu berterima kasih kepadamu. Kau selalu baik kepada Ha-nee. Dan tak peduli
kata orang soal Ae Jung, kau selalu ada di sampingnya.” Kata Nyonya Choi
“Bu... Aku
akan naik dan istirahat dahulu.” Kata Yeon Woo seperti tak nyaman membahas
tentang Ae Jung. Nyonya Choi pun mempersilahkan.
Hye Jin
menyapa Ae Jung yang baru datang dan merasa pasti lelah. Ae Jung membenarkan
dan bertanya Di mana Pak Cheon. Saat itu Dae Oh baru saja selesai mandi, Ae
Jung seolah tak terjadi sesuatu mencoba menyapanya.
“Hye-jin,
siapkan bahan yang kuminta tadi.” Ucap Dae Oh tak peduli pada Ae Jung. Hye Jin
pun menganguk mengerti.
“Apa
kalian bertengkar di sana?” bisik Hye Jin. Ae Jung mengelengkan kepalanya.
Dae Oh
memulai rapat membahas bagian hutan bambu dan bertanya Apa merkea bisa lihat
yang ditandai Ia pikir Sepertinya lebih baik merekam dengan kamera pada tali
atau drone, lalu bertanya Bagaimana Tim CGI, Ae Jung menjawab A akan rapat
secepat mungki dan putuskan itu.
“Baik.
Mari lihat adegan selanjutnya. Aku mau menggambarkan pertemuan pertama dan
terakhir mereka melalui musik. Lalu…” ucap Dae Oh tak mau membuang waktunya
untuk rapat.
“Apa
kalian mau kopi lagi?”tanya Ae Jung pada seorang wanita yang duduk didepanya.
Mereka pun menganguk.
“ Apa kau
juga mau?” tanya Ae Jung melihat gelas Dae Oh yang kosong. Dae Oh menolaknya
dan tak peduli langsung membahas Adegan 46.
Hye Jin
memberikan berkas pada Ae Jung yang sudah dirapihkan. Ae Jung menganguk mengerti. Hye Jin lalu
berkomentar kalau Dae Oh agak aneh hari ini karena hanya membicarakan pekerjaan
dan bekerja sangat keras. Ia merasa Sepertinya Dae Oh bekerja keras untuk melupakan sesuatu.
“Dia seperti
orang yang patah hati.” Kata Hye Jin kasihan melihat Dae Oh. Ae Jung tak mau
membahasnya hanya mengucapkan Terima kasih laporannya.
Ae Jung
melihat Dae Oh pergi ke pantry membuat kopi sendiri, lalu berjalan
mendekatinya. Dae Oh tak peduli hanya berdiri dengan tatapan kosong. Ae Jung
memberitahu kalau sudah selesaikan urusan dengan Kepala Desa.
“Mungkin saja
kau penasaran tentang ini. Dan tentang Tim CGI, aku akan segera rapat dan
selesaikan, Pak.” Ucap Ae Jung. Dae Oh yang sedari tadi hanya diam akhirnya
bicara.
“Bolehkah
aku terus melakukan ini? Aku sedang menahan semuanya. Aku ingin menahanmu dan
mengobrol sepuluh bahkan seratus kali. Tapi aku takut kau pergi lagi jika aku
semauku.” Ucap Dae Oh. Ae Jung terdiam.
“Jika kau
pergi lagi, itu tak adil untukku. Aku serius dengan semua perkataan yang sudah
kukatakan kepadamu. Jadi, beri aku kesempatan. Aku tak peduli tentang lukaku.
Akan kulakukan apa pun untuk menyembuhkan hatimu.” Ungkap Dae Oh. Ae Jung tetap
terdiam.
Di halte
bus, Ae Jung menepuk dadanay merasa kalau kedaanya benar-benar membuatnya gila
dan Dadanya sangat sesak. Sementara Ha Nee dan Dong Chan masuk ke kantor dan
melihat kosong. Ha Nee pikir Mereka semua sudah pulang.
“Dong-chan,
ini kursi ibuku. Ini Sangat bersih. Jika kita tak ketinggalan bus, pasti bisa
bertemu.” Ucap Ha Nee melihat meja ibunya yang kosong.
“Siapa
kalian? Oh... Kau mau bertemu ibumu.” Ucap Dae Oh melihat Ha Nee yang datang
dan mengajak untuk duduk saja. Ha Nee pikir tak perlu dan akan pergi.
“Siapa
orang di sebelahmu? Pacarmu?” tanya Dae Oh dengan nada mengoda. Ha Nee mengaku
bukan, karena Dong Chan sebagai temanya.
“Ternyata
hanya teman. Tapi kenapa temanmu sangat murung?” ucap Dae Oh meliah Dong Chan
tertunduk sedih
“Kau
kenapa? Kenapa? Kita bukan teman?” keluh Ha Nee. Dong Cahn yang sedih akhirnya
memilih untuk pamit pergi. Ha Nee bingung.
“Ada apa
denganmu? Ini keadaan yang tak diduga. Kita harus buat rencana baru. Ya?” kata
Ha Nee. Dong Chan bergegas pamit pergi. Ha Nee ingin mengejarnya tapi Dae Oh
menahanya.
Akhinya
Dae Oh mengajak Ha Nee makan karena anak Ae Jung jadi setidaknya harus
mentraktirnya. Ha Nee pun mengucapkanTerima kasih. Dae Oh merasa kalau Rasa
terima kasih Ha Nee seperti tak tulus
dan mengejek Sepertinya Ha Nee memikirkan temannya tadi.
“Ya. Tak
akan begini jika kau tak berkata aneh seperti tadi.” Ucap Ha Nee menatap sinis
“Astaga,
matanya... Kau sangat mirip dengan ibumu. Ingatlah perkataanku. Dia kaget lalu
pergi karena kau menatapnya begitu.” Ucap Dae Oh
“Ini
urusan pribadiku dengan teman sekolahku. Lantas, memang kau tahu apa tentang
ibuku?”kata Ha Nee.
“Ibumu? Ibumu
seseorang yang hebat di universitas.” Ucap Dae Oh. Ha Ne tak percaya kalau Dae
Oh satu universitas dengan ibunya.
“Apa Kau
tak tahu? Apa ibumu tak pernah bercerita tentangku?” ucap Dae Oh. Ha Nee
mengaku Tak pernah. Dae Oh merasa kecewa mendengarnya.
“Lantas,
apa kau mengenal ibuku dengan baik?”tanya Ha Nee. Dae Oh terlihat gugup dan
mengaku sedikit.
“Kau teman
satu universitas ibuku, 'kan? Apa ibuku akrab dengan Ryu Jin? Bagaimana
hubungan mereka dahulu?” tanya Ha Nee
penasaran
“Ryu Jin?
Entahlah. Mereka Hanya junior dan senior. Tak lebih. Mereka tak punya hubungan
apa-apa. Kenapa?” kata Dae Oh
“Lalu,
apa kau tahu orang yang ibuku suka? Apa Kau pernah melihatnya? Kau pernah,
'kan? Kau kenal dia.”ucap Ha Nee melihat tatapan Dae Oh yang berubah.
“Entahlah,
aku kurang tahu.”ucap Dae Oh. Ha Nee yakin kalau Mata Dae Oh itu berkata Dae Oh
tahu. Dae Oh memilih untuk bergegas pergi mengambil es batu untuk minumanya
dengan wajah gugup.
“Ada apa
dengannya? Sungguh tak berguna.”keluh Ha Nee melihat sikap Dae Oh.
Ae Jung
minum dibar Nyonya Kang, Nyonya Kang membawakan arak yang lebih lama dan kuat
sambil bertanya Apa itu bisa
menyembuhkannya karena Menurutnya, miras obat terbaik untuk Ae Jung saat ini. Dan
ingin tahu Kira-kira, apa lagi yang membuatnya frustrasi sekarang.
“Aku
hanya sedang berusaha. Aku mengingat perkataanmu kepadaku. Kau bilang kepadaku bahwa
selalu ada yang harus dibayar saat mencintai seseorang sepenuh hati. Aku tak
akan melupakan perkataan itu.” Ucap Ae Jung
“Aku tahu
benar betapa sakitnya rasa itu. Jadi, aku tak akan berbuat kesalahan lagi. Tak
akan pernah.” Ucap Ae Jung
“Walaupun
begitu, jangan bilang Ha-nee adalah harga yang telah kau bayar.” Kata Nyonya Kang. Ae Jung mengaku Tentu bukan
itu.
“Lalu Sebenarnya
apa alasan kau ragu?” tanya Nyonya Kang. Ae Jung hanya diam saja.
Dilift,
Nyonya Song melihat foto diponselnya. Seperti seorang paparazi mengikuti Ryu
Jin yang datang ke sekolah, lalu pergi ke rumah sakit dengan Ha Nee yang
dipeluk oleh Ae Jung.
**
Ae
Jung berjalan pulang mengingat ucapan
Nyonya Kang “Walaupun begitu, jangan bilang Ha-nee adalah harga yang telah kau
bayar.” Lalu ucapan Dae Oh di pantry “Jadi, beri aku kesempatan.” Akhirnya Ae
Jung membalikan badan dan memutar arah langkahnya.
“Benar.
Aku tak punya maksud lain. Aku hanya… mau mengobrol dengannya.” Ucap Ae Jung
saat berada didepan rumah Dae Oh.
Ia
menekan bel dan tak ada yang menyahut bahkan membukakan pintu. Ia mencoba
menekan lagi dan pintu terbuka, tapi ternyata Ae Jung yang membuka pintu. Ae
Jung kaget begitu juga Dae Oh karena A Rin ada dirumah Dae Oh.
“Kenapa
kau di sini selarut ini?” tanya Ae Rin. Ae Jung dengan gugup mengaku ada urusan
dengan Pak Cheon.
“Benarkah?
Tapi dia tak di rumah sekarang. Bisa kau datang lain kali? Selamat jalan, Nona
Noh.” Ucap A Rin seolah sudah dekat dengan Dae Oh bisa masuk rumah dan langsung
menutup pintu.
“Maaf, tapi
aku harus bicara dengannya malam ini.” Kata Ae Jung menahan pintu. Keduanya
saling menatap karena memperebutkan hati Dae Oh.
Bersambung
ke episode 21
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar