PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
UNIVERSITAS HANGUK
Ae Jung
dkk berlari dengan wajah panik menghampiri Dae Oh. Dae Oh dengan luka
dikepalanya memegang kamera. Ae Jung memastikan Dae Oh apakah baik-baik saja.
Dae Oh melihat isi cameranya lalu
tersenyum bahagia.
“Syukurlah
masih terekam. Tolong pegang ini.” Ucap Dae Oh lalu berbaring. Teman-temanya
mengeluh kalau Bukan ini yang penting.
Ae Jung
menatap Dae Oh merasa tak percaya kalau semua dilakukan demi sebuah film. Dae
Oh berani mendekati Ae Jung saat pertemuan mahasiswa baru. Dae Oh pun datang
membawa payung saat hujan datang untuk Ae Jung.
“Mimpimu sangat terang di mataku. Semangatmu
menyinari keberadaanku.”
Dae Oh
pun berkorban dengan memakan kerang padahal alergi. Ae Jung marah karena Dae Oh
seperti ingin mati. Dae Oh mengeluh kesakitan.
“Ungkapan rasa sayangm ceroboh,
tapi menyentuh. Senyum di matamu. Keanehan dirimu. Keluguanmu. Betapa
menggemaskannya dirimu. Aku…kini mengingat semuanya. Semua alasan aku
mencintaimu.”
Dae Oh
sudah mendekat dan siap mencium Ae Jung, Ae Jung sudah menutup matanya. Dae Oh
sudah mulai mendekat tapi tiba-tiba Ae Jung langsung mendorongnya sambil
mengumpat. Dae Oh kaget lalu melihat
tanganya yang terluka.
“Ada apa?
Apa kau terluka? Bagaimana ini?” ucap Ae Jung panik lalu memberikan sapu tangan
dan menariknya agar cepat bangun.
“Jika
begini mencemaskanku, kenapa kau mendorongku?” keluh Dae Oh melihat Ae Jung
yang panik
“Lantas,
aku harus diam saja melihatmu begini? Kenapa kau selalu mengartikan setiap
tindakanku?” keluh Dae Oh kesal. Tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara.
“Aku
kepala desa. Aku mencari seseorang. Seseorang dari Seoul. Nona Noh Ae Jung. Aku
harap kau segera ke rumahku setelah mendengar pengumuman ini…”
Tuan Koo,
Ryu Jin dan Yeon Woo sudah menunggu di rumah kepala desa. Ae Jung masuk rumah kaget, Dae Oh kaget
melihat ketiganya bertanya alasan mereka bertiga datang. Ryu Jin langsung
mendorongnya dan langsung memastikan Ae Jung tak apa-apa.
“Ryu Jin,
kenapa kau di sini?” kata Ae Jung. Ryu Jin mengaku mencemaskannya. Yeon Woo pun mendorong Ryu
Jin agar bicara.
“Ae Jung,
ayo kembali ke Seoul.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung bingung bertanya bagaimana bisa datang kemari.
“Aku yang
akan membaw Nona Noh pulang.” Kata Tuan Koo berdiri dengan wajah dinginya.
“Pak Koo,
tak kusangka kau juga kemari.” Ucap Ae Jung sopan. Dae Oh heran ingin tahu
Kenapa Tuan Koo membawa dia pulang?
“Bagaimana
kalian bisa sampai di sini?” kata Dae Oh. Kepala desa pun ingin tahu Bagaimana
cara mereka kembali ke Seoul. Mereka semua hanya bisa melonggo.
Di
pinggir pantai terlihta papan [DERMAGA TUTUP] dan mereka semua pun turun dari
mobil traktor. Kepala Desa mengeluh kaau
Tak ada kapal lagi di jam seperti ini. Ae Jung bertanya Apa tak ada kapal lain
lagi? Apa ini satu-satunya dermaga di sini.
“Menginaplah
sehari di sini, dan pulang dengan kapal pertama besok.” Kata Kepala desa. Ae
Jung bingung harus Menginap di sini?
“Kami
berlima?” kata Ae Jung. Kepala Desa membenarkan. Ae Jung makin kebingungan.
Yeon Woo bertanya “Apa ada penginapan di sini?”
“Aku sedikit
sensitif. Beri aku tempat yang bersih.” Kata Ryu Jin. Kepala desa merasa kalau itu Jangan khawatir.
“Aku akan
sewa hotel untuk Nona Noh.” Kata Tuan Ko mengeluarkan kartunya.
“Astaga...
Mana mungkin ada hotel di sini. Rumahku yang paling luas di sini. Aku juga
punya kamar kosong.” Kata Kepala desa.
“Pak... Bolehkan
kami menginap sehari saja di rumahmu?” kata Dae Oh mulai merayu. Kepala desa
pun menganguk setuju. Dae Oh bisik kalau Tanpa mereka.
“Omong-omong,
bagaimana soal izin syutingnya?” ucap Kepala desa. Dae Oh mengeluh kalau Tadi
pagi sudah memberikan izin.
“Memang,
tapi setelah kupikir lagi, aku tak tinggal sendiri di sini. Bisakah hanya
dengan izinku seorang? Tentu saja tidak.” Ucap kepala desa
“Benar,
Pak... Jadi, apa yang harus kami lakukan?” tanya Ae Jung penasaran.
Kepala
desa memberikan tumpukan baju dan meminta mereka semua agar memilihnya, Tapi
Dae Oh dkk hanya diam saja. Kepala desa
memberitahu kalau mereka tak punya waktu kareanBanyak hal yang harus mereka
kerjakan sebelum orang-orang datang.Semua hanya diams aja.
“Apa Kalian
tak mau dapat izin syuting? Kenapa diam saja?.. Baiklah. Aku tak akan
memberikan…” ucap Kepala Desa mengancam
“Pak,
tunggu.. Tentu saja kami mau pakai ini. Lihat ini! Ayo, cepat pilih.” Kata Ae
Jung memberikan mereka pakaian. Dae Oh meminta agar mmberikan baju warna ungu.
Ha Nee
masuk ke rumah Dong Chan dan langsung berteriak bahagia karena Rumah temanya
bagus sekali dan Seratus kali lebih besar dari rumahnya. Dong Chan malu merasa
Ha Nee itu berlebihan. Ha Nee heran Dong Chan yang tak bilang bahwa sangat
kaya.
“Omong-omong,
apa pekerjaan ayahmu?” tanya Ha Nee. Dong Chan terlihat bingung.
“Jadi Di
mana kamarmu?” tanya Ha Nee seperti ingin mengalihkanya. Dong Chan menunjuk Di
lantai dua.
“Lantai
dua? Hebat. Aku mau ke sana.” Ucap Ha Nee lalu bergegas masuk. Dong Chan
melihat kotak uang yang biasa ditaruh uang oleh ayahnya.
Dong Chan
masuk ke kamar membawa minuman, meminta maaf karena datang menunggu lam, tapi
Ha Nee tak ada diruanganya. Ia pun mencari Ha Nee dikamar lain dan masuk ke
ruangan kerja ayahnya, dan tak ada Ha Nee didalam. Saat akan keluar Dong Chan
penasaran dengan ruangan ayahnya.
Ia masuk
ke ruangan dan tak sengaja menyalakan video dan terlihat wajah seorang wanita
dengan pakaian china dan wajahnya mirip dengan Ae Jung. Dong Chan pun kaget
melihat foto yang ada diatas meja disimpan pada kamar rahasia ayahnya.
Ha Nee
berteriak memanggil Dong Chan. Dong Chan buru-buru keluar kamar. Ha Nee
mengeluh Dong Chan yang tak jawab waktu memanggil. Dong Chan pun meminta maaf. Ha Nee pikir benar dengan yang dipikirkanya.
“Rumahmu
sangat besar hingga bisa bermain petak umpet. Mustahil bisa begini di
rumahku... Ini ruang apa…” ucap Ha Nee dan Dong Chan menahanya.
“Ini
untukmu.” Kata Dong Chan mengalihkan Ha Nee memberikan uang. Ha Nee bingung
uang apa itu.
“Kau perlu
uang untuk tes DNA, 'kan? Aku tak memberikannya cuma-cuma. Aku meminjamkannya. Kau
juga pasti tak mau jika kuberikan. Terimalah. Ini karena aku juga penasaran siapa
ayahmu.” Ucap Dong Chan.
“Dong-chan…”
ucap Ha Nee berkaca-kaca. Dong Chan seperti sangat berharap kalau Ae Jung
sebagai ibunya.
Ha Nee
membuka buku [DAFTAR KANDIDAT AYAH OH YEON-WOO] dan berkomentar kalau Ini menjadi lebih mudah berkat Dong-chan. Ia
pun melihat di lembar pertama AYAH: RYU
JIN, IBU: NOH AE-JUNG lalu berpikir
Sekarang hanya perlu rambut pria
itu.
Ia
melihat ponselnya berdering tapi tak ada di phonebooknya, lalu mengangkatnya.
Ae Jung menelp sang anak dari rumah kepala desa. Ha Nee kaget ibunya menelp
dari nomor yang berbeda.
Nyonya
Choi sedang masak didapur, menerima pesan dari Yeon Woo “Bu Choi, sepertinya
aku tak bisa pulang karena ada urusan. Jangan mengkhawatirkanku.” Ia lalu
merasa Tumben sekali Yeon Woo tak
pulang. Ha Nee keluar kamar memberitahu neneknya.
“Katanya
Ibu tak pulang hari ini.” Ucap Ha Nee. Nyonya Choi kaget dan ingin tahu
alasanya.
“Mungkin
dia sibuk. Baterai ponselnya habis, jadi, tak bisa dihubungi. Katanya jangan
khawatir.” Ucap Ha Nee.
“Astaga...
Apa Akhirnya dia bertindak?” kata Nyonya Choi merasa Yeon Woo melakukan sesuatu
dengan anaknya.
Kepala
desa memangil mereka agar keluar kamar kalau
persiapannya sudah selesai. Ae Jung keluar dari kamar dan empat orang
pria keluar dengan style yang sederhana.
Istri kepala desa berkomenatr merkea seperti memakai seragan dan Sangat
cocok.
“Sepertinya
kalian sudah siap bekerja.” Ucap kepala desa. Sang istri meminta mereka Duduk dahulu sebentar karena akan bawakan
minum.
“Kami tak
punya waktu untuk minum. Kami harus bekerja keras.” Ucap Ae Jung. Kepala desa
melihat Ae Jug yang bersemangat sekali.
“Kenapa
dia semangat sekali hari ini? Seperti orang yang sangat ingin memisahkan diri.”
Ejek Dae Oh. Ae Jung langsung melirik sinis.
“Sebenarnya
tak banyak yang harus dikerjakan. Tapi karena tamunya akan banyak… Pertama,
kita harus menyiapkan makan malam. Siapa yang cocok melakukan ini?” ucap Kepala
desa memilih dari empat pria.
“Menyiapkan
makan malam? Kalau itu… Sepertinya Pak Koo cocok melakukannya.” Ucap Ae Jung. Tuan
Koo kaget ditunjuk oleh Ae Jung
“Dia
sangat menyayangi keluarganya. Selain itu… sepertinya dia juga mahir
menggunakan pisau.” Ucap Ae Jung
“Kalau
begitu, Pak Koo akan menyiapkan makan malam. Selanjutnya… Mengatur api? Ini
pekerjaan yang penting.” Ucap Kepala desa. Yeon Woo dan Dae Oh langsung
mengangkat tangan bersamaan.
“Akan
kuserahkan kepada Pak Oh.” ucap Ae Jung. Kepala desa meminta agar berHati-hati
agar tak banyak asap. Dae Oh pun kesal melihat Ae Jung tak memilihnya.
“Memotong
kayu? Memotong kayu sangat sulit.” Kata Kepala desa. Ae Jun menatap ke arah Dae
Oh
“Kalau
begitu, biar Pak Cheon yang melakukannya.” Ucap Ae Jung. Kepala desa menyuruh
agar memotonglah sebanyak mungkin.
“Tapi
tanganku sedang terluka.” Ucap Dae Oh. kepala desa membeirtahu Kayunya tak
banyak dan memutuskan Pak Cheon yang memotong kayu.
“Sebentar!
Ada hal penting. Sepupu jauhku juga tinggal di sini. Dia punya swalayan. Aku
mau aktor kita, Ryu Jin, yang ke sana. Dia penggemar beratmu.” Ucap kepala
desa. Ryu Jin mencoba untu bersembunyi
“Bagus
sekali. Kini, pembagian tugas sudah selesai.” Kata Ae Jung akan pergi. Ryu Jin
langsung berdiri.
“Aku
perlu manajer... Sebagai selebritas yang akan segera mendunia,maka aku tak bisa
ke swalayan sendiri.” Kata Ryu Jin. Dae Oh yang mendengarnya hanya bisa
mengeluh.
Dae Oh
memotong kayu sambil mengeluh Ae Jung memberikan tugas yang tersulit. Ia merasa
kalau terlalu cerdas untuk ini merasa kalau bisa melakukanya. Ia mencoba
membelah kayu tapi malah tak terbelah dan membuat tanganya kesakitan.
“Caramu
memotongnya salah.” Komentar Yeon Woo. Dae Oh berpura-pura baik-baik saja.
“Kapan
aku bisa nyalakan api jika kau tak bisa memotong ini?” ucap Yeon Woo mengejek.
Dae Oh mengeluh kalau Yeon Woo itu Menyebalkan.
“Sepertinya
kau merasa kita sudah akrab. Kau bahkan perlihatkan hal menggemaskan
begini.”ucap Dae Oh
“Apa Kau
pikir aku bercanda? Kau salah” ucap Yeon Woo yang berhasil membela kayu. Dae Oh
pun ketakutan melihat Yeon Woo yang pinta membela kayu
“Canggung
sekali... Kau… Aku tahu kau pasti frustrasi karena aku.” Ucap Dae Oh
“Tidak
sama sekali. Ae Jung tak akan goyah walaupun kau ada di sampingnya.” Ucap Yeon
Woo yakin
“Yang
benar saja... Kau benar-benar percaya diri.” Keluh Dae Oh. Yeon Woo merasa
Setidaknya yakin akan satu hal.
“Kau tak
akan bisa membahagiakan Ae Jung. Kau mungkin saja menyakitinya untuk kali
kedua. Kau memang tak tahu apa pun. Tak akan pernah tahu kau menyakitinya untuk
yang ke berapa kali. Maka itu, kau tak bisa memilikinya. Jika kau hanya mau
mempermainkan hati Ae Jung, berhentilah sekarang.” Tegas Yeon Woo.
Dae Oh
hanya bisa terdiam, Yeon Woo pamit pergi membawa banyak kayu. Saat itu kepala
desa datang membawa kayu yang harus dibelah melihat keduanya seperti habis adu
mulut. Ia pun bertanya Apa ada masalah di antara mereka. Dae Oh mengaku Tak ada
apa-apa.
“Di mana
swalayan itu? Sepertinya aku perlu ke sana.” Ucap Dae Oh. Kepala Desa bingung
bertanya Kenapa mau ke sana
“Aku ada
urusan dengan Nona Noh.” Kata Dae Oh. Kepala desa memperingatkan Dae Oh agar
jangan coba mengelabuinya.
“Sampai
tadi pagi, aku masih berpikir kau orang yang baik. Kau harus selesaikan
tugasmu. Ini takkan makan waktu lama.” Kata Kepala desa marah Dae Oh hanya bisa
menghela kesal
“Astaga..
Aku akan pergi setelah menyelesaikan ini. Aku akan memotongnya sekecil
mungkin.” Kata Dae Oh lalu mengeluh kalau ini Menyebalkan.
“Ini bukan
waktunya aku memotong kayu. Dia Perlu manajer, katanya? Kau tak bisa
membodohiku. Aku harus ke sana.” Ucap Dong Chan akhirnya mengayuh sepeda dengan
penuh tenaga.
Di sisi
rumah, Tuan Ko menelp Tuan Kim kalau akan urus semua di sini jadi meminta agar
jaga saja Dong-chan. Ia mengingat ucapan pria yang mengikutinya “Wanita itu
sangat mirip Tan Zi Yi. Biarpun aku mati, orang lain akan datang.” Lalu
mengeluarkan pisau yang tajam dan menaruhnya didalam kaos kakinya.
Istri
Kepala desa memanggil Tuan Koo memberitahu kalau Ini adalah pekerjaan yang
membutuhkan banyak tenaga. Tuan Koo melihat ikan besar didepanya. Istri Kepala
desa memberitahu Pertama, pegang kepalanya, lalu mulai bersihkan ikannya dari
ekor.
“Lalu
potong kepalanya. Ini Mudah, 'kan? Awalnya memang sulit, tapi akan mudah
setelah dicoba.” Ucap istri kepala. Tuan Koo melihat pisau istri kepala desa
dan langsung mengeluarkan pisau miliknya.
“Apa di
sekitar sini ada orang yang mencurigakan?” tanya Tuan Koo sambil membersihkan
ikan. Si istri mengaku tak paham maksudnya.
“Atau
mungkin… orang yang mencari seseorang.” Tanya Tuan Koo. Si istri mengaku Sepertinya
tak ada.
“Omong-omong,
di mana swalayan itu?” tanya Tuan Koo. Si istri menawab Arah pukul 09.00
setelah ladang cabai lalu melonggo.
Tuan Koo
berhasil membuat potongan ikan dengan baik terpisah antara tulang dan daging
ikan. Tuan Koo akan pergi ke swayalan. Tapi istri kepal desa meminta melakukan
sekali lagi. Tuan Koo bingung dan si istri menunggu baskom besar yang Masih ada banyak ikan.
Di
swayalan, banyak foto Ryu Jin di dinding. Ae Jung hanya bisa melonggo
melihatnya. Ryu Jin sedang berbicara dengan fans ahjummanya yang memberikan
banyak barang. Si bibi mengaku Saat mendengar Ryu Jin di rumah sepupunya maka
jantungnya sangat berdebar.
“Aku
penggemarmu sejak kau jadi Cheon-dung di drama “Tertawalah, Cheon-dung.” Ucap
si bibi. Ryu Jin tak percaya mendengarnya.
“Kenapa
kau sangat mahir berakting? Aku selalu menangis tersedu-sedu jika melihatmu
menangis.” Kata si bibi
“Benar
sekali. Dia selalu berusaha keras sejak kuliah. Dia selalu melatih setiap dialognya
dari pagi hingga malam. Dia orang yang tekun. Itu sebabnya dia bisa berakting dengan
baik.” Ungkap Ae Jung memuji
“Sebentar...Aku
ingin memberikan tanda tanganku kepadamu.” Kata
Ryu Jin menaruh banyak barang dilantai. Si bibi pun berteriak bahagia.
Ryu Jin
langsung membentangkan syalnya dan memberikan tanda tanganya [RYU JIN DARI SATU-SATUNYA CHEON-DUNG BAGIMU]
Si bibi pun dengan senyuman membalas akan kirim semua barang semua untuknya,
karena tak mungkin Ryu Jin bisa membawanya.
Mereka
pun foto bersama, Si bibi memuji Ryu Jin yang benar-benar tumbuh dengan baik,
bahkan Tinggi dan tampan. Ryu Jin mengucapkan terimakasih. Ae Jung sudah siap
mengambil gambar. Si bibi kembali memuji kalau Ryu Jin memang Pria yang gagah.
Nyonya
Song menelp Manager Myung bertanya Di mana Jin. Manager Myung dengan nada gugup
mengaku ada Di rumah. Nyonya Song tak percaya dan ingin memastikan tapi Manager
Myung yakin artisnya ada dirumah.
“Aku
tahu. Dia sedang mandi, tak bisa menjawab telepon.” Ucap ManagerMyung dan
Nyonya Song sudah masuk rumah melihat kamar mandi Ryu Jin yang kosong.
“Bu Song,
ada hal penting? Kalau begitu… aku akan coba masuk dan pastikan apa dia bisa
terima telepon. Aku coba masuk ke kamar mandi dahulu. Tunggu sebentar.” Ucap
Manager Myung.
Nyonya
Song sudah ada di ruang tengah melihat ada banyak bonek dan juga hadiah. Di
telp Manaer Myung berpura-pura bicara dengan Ryu Jin “Jin, kau sudah selesai?
Ada telepon dari Bu Song.” Lalu kaget melihat Nyonya Song sudah ada didalam
rumah.
“Kenapa?
Apa ini sesuatu yang seharusnya tak kulihat?” kata Nyonya Song. Manager Myung
hanya bisa terdiam dengan wajah kaget.
Ae Jung
berjalan melihat Ryu Jin dan langsung tertawa. Ryu Jin bingung Kenapa Ae Jung
tertawa Ae Jung mengejek kalau Gaya pakaian Ryu Jin sangat kampungan. Ryu Jin
membalas kalau Ae Jung juga sama dengannya. Ae Jung pun membenarkan.
“Tapi karena
kita berdua berpakaian begini, aku jadi lebih nyaman karena tak ada yang salah
paham.” Ucap Ae Jung.
“Kau
bilang "Salah paham"?” kata Ryu Jin bingung. Ae Jung pikir Ae Jung
itu tak tahu.
“Dulu
orang-orang tak suka kepadaku karena aku selalu bersamamu. Dulu aku memang
sangat polos. Berani-beraninya aku menjadi tangan kanan pacar kampus. Namun,
saat Oh Dae-o masuk kampus, dan kita bertiga menjadi akrab, sebagian orang
berhenti membenciku. Untunglah dia datang.” Kata Ae Jung
“Bagiku, itu
hal yang paling aku sesali. Seharusnya kita bertiga tak seakrab itu. Seharusnya
aku tak akrab dengan Dae-Oh, dan membiarkan dia jatuh hati kepadamu.” Ucap Ryu
Jin
“Jin... Aku
sangat berterima kasih kepadamu. Karena Ryu Jin yang sudah sangat terkenal di
seluruh dunia tidak melupakanku, dan memperlakukanku seperti saat kuliah.
Namun… hanya sebatas itu.” Kata Ae Jung
Ryu Jin
yang tadinya tersenyum langsung berubah sedih. Ae Jung memberitahu kalau kalau ia sekarang bukan lagi Noh Ae Jung yang
berumur 23 tahun yang Ru Jin kenal, karena sekarang ia adalah seorang ibu yang
hanya memikirkan bekal anaknya setiap hari.
“Aku Noh
Ae Jung yang berumur 37 tahun.” Kata Ae Jung. Ryu Jin meminta agar Ae Jung
mendengarkanya tapi saat itu mobil traktor lewat.
“Jin... Aku
tak bisa mendengarmu sama sekali.” ucap Ae Jung. Ryu Jin mencoba memberitahu
perasanya, tapi saat itu Dae Oh datang.
Dae Oh
berteriak menyuruh keduanya minggir dan akhirnya turun dari sepeda dan
menjatuhkan sepedanya. Ae Jung mengeluh dengan tingkah Dae Oh. Dae Oh pun
memastikan keadaan Ae Jung lebih dulu lalu memberitahu kalau rem sepedanya
rusak.
“Kenapa
kau ke sini?” tanya Ae Jung. Dae Oh mengaku ada sedikit urusan. Ae Jung pun
menyuruh Dae Oh agar segera pergi.
“Tidak...
Urusanku ada di sini... Aku tak tahu kau selicik ini. Dia produser film kita,
bukan manajermu. Jika kau tak bisa sendiri, seharusnya ajak manajermu.”kata Dae
Oh pada Ryu Jin
“Pak
Cheon! Hentikan... Kita semua bukan teman, tapi rekan kerja.” Tegas Ae Jung.
“Hei,
Dae-o. Kau pikir…” kata Ryu Jin akan marah. Ae Jung pun menyuruh Ryu Jin agar
diam. Keduanya pun hanya bisa terdiam.
“Dulu
kita memang tiga sekawan yang akrab, tapi kini bukan. Aku tak mau pekerjaan
kita terganggu karena urusan pribadi. Aku mau filmku ini sukses. Jadi, tolong
bantu aku. Mengerti?” tegas Ae Jung lalu berjalan pergi. Ryu Jin pun
mengikutinya dan Dae Oh dibelakangnya.
Di depan
pantai, Ae Jung melonggo melihat spanduk [SELAMAT DATANG, MEGABINTANG RYU JIN]
Yeon Woo sibuk memastikan api tetap menyala. Tuan Koo pun sibuk menyiapkan
bahan makanan. Kepala desa berteriak kalau Kapan lagi kita bisa makan besar
seperti hari ini.
“Astaga.
Nona Noh... Lihatlah... Dia Ryu Jin asli, bukan palsu.. Aktor film itu!” ucap
Kepala desa dan semua warga melihat Ryu Jin memujinya Tampan sekali.
“Tapi
sedang ada acara apa ini?” tanya Ae Jung bingung. Kepala desa mengaku Rapat
desa.
“Sepertinya
ini pesta.” ucapAe Jung. Dae Oh pikir Ini pasti bukan rapat dan merasa tertipu.
“Seorang
aktor terkenal seperti Ryu Jin datang ke desa kami di pulau. Tak mungkin kami
berdiam diri saja. Ini sambutan dari kami. Ini pesta! Mari rayakan!” teriak
kepala desa. Semua pun memberikan tepuk tangan.
“Nona
Noh... Apa nanti… Ryu Jin boleh… menyanyikan sebuah lagu?” ucap Kepala desa.
“Pak...
Sepertinya akan sulit. Maaf.” Bisik Ae Jung. Kepala desa ingin tahu alasan,
lalu mengancam apakah mereka mau syuting di desa.
“Ini
semua demi tujuanmu itu.” Kata Ae Jung. Dae Oh mencoba menyelesaikan masalah
mendekati Kepala desa kalau sudah bicarakan ini tadi pagi.
“Baiklah...
Tapi orang-orang di sini harus menonton filmku dua kali jika sudah tayang.”
Kata Ryu Jin. Dae Oh langsung ditinggalkan begitu saja.
“Tentu
saja! Jika filmnya sudah tayang, kita akan menonton film itu dua kali. Setelah
itu, bisakah kau berfoto dan memberikan tanda tangan juga?” kata kepala desa.
Ryu Jin
bingung tapi akhirnya menyetujuinya dan meminta agar sesuai janji memberikan
izin syuting kepada kami di depan semua orang di sini. Kepala desa meminat Ryu
Jin agar bisa percaya padanya karena ia adalah kepala desa dan mengajak makan
dan minum.
Akhirnya
Ryu Jin seperti melakukan jumpa fans memberikan tanda tangan dan foto. Semua
ahjumma pun bahagia dan Ryu Jin pun memberikan tanda cinta pada fansnya. Dae Oh
menatap Ryu Jin merasa iri karena banyak dikerubungi wanita.
“Haruskah
kita berikan mereka izin untuk syuting di desa kita karena mereka sudah membuat
hari ini penuh dengan cinta?” tanya kepala desa. Semua pun langsung
menyetujuinya.
“Ini
Sangat menyebalkan. Aku yang bekerja keras dari pagi, bahkan hingga memotong
kayu. Tapi dia yang mendapatkan pujian.” Ucap Dae Oh kesal
“Seharusnya
sejak awal kau tak membawa Nona Noh ke sini.” Kata Tuan Koo
“Pak
Koo... Sepertinya perkataanmu salah. Aku yang lebih dahulu sampai di pulau ini.
Bisa dibilang Nona Noh yang mengikutiku. Kau tak tahu apa-apa.” Ucap Dae Oh
“Terserah
kau.. Teruslah berusaha sampai kita dapatkan tanda tangan izin syuting” kata
Tuan Koo
“Pak
Koo... Kau investornya. Bukankah investor harus memberikanjalan keluar pada
saat begini?” ucap Dae Oh tiba-tiba langsung memukul Tuan Koo. Tuan Koo marah
memegang pisaunya. Dae Oh mengaku ada nyamuk.
“Kau tak
tahu cara memakai uangmu. Aku menjadi kesal... Omong-omong, ke mana Ae Jung?
Kita sedang sibuk begini.”kata Dae Oh lalu kaget melihat Tuan Koo yang bagus
memotong buah layaknya di hotel.
Di
belakang Ae Jung terlihat kelelahan membuat Jeon, Yeon Woo datang memberikan
Minuman cokelat pesanannya datang. Ae Jung tersenyum melihat minuman coklat
lalu bertanya dapat dari mana. Yeon Woo mengaku Ada di dapur, jadi sengajak seduh.
“Secangkir
kenyamanan.” Kata Ae Jung. Yeon Woo mengaku belajar dari Ha-nee. Ae Jung pikir Ha-nee
mengajarkan Yeon Woo banyak hal aneh.
“Melihat
ternyata kau memang suka, mungkin dia beri tahu ini agar bisa dapatkan hatimu.”
Ucap Yeon Woo
“Tapi
Yeon-woo, bagaimana kau bisa ke sini?” ucap Ae Jung. Yeon Woo terlihat bingung
mencari alasan.
“Karena
kau tak bisa dihubungi, aku pergi ke kantormu. Pegawai di sana berkata kau ada
di sini. Jadi, aku datang karena khawatir.” Ungkap Yeon Woo
“Aku punya
banyak utang budi kepadamu. Jadi, aku selalu merasa bersalah. Kau selalu
berbuat banyak untukku, tapi aku tak bisa membalasmu dengan apa pun. Maafkan
aku.” Ucap Ae Jung
“Ae Jung,
aku hanya…” kata Yeon Woo. Ae Jung memotongnya pamit pergi lebih dulu.
“Aku
terlalu lama di sini... Terima kasih untuk ini.” Kata Ae Jung. Yeon Woo hanya
bisa terdiam melihat Dae Oh pergi seperti tak memberikan kesempatan.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar