PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Koo
akhirnya sampai dipelabuhan melihat Dong Chan akan naik perahu. Dong Chan
berteria memanggil Tuan Koo. Paman Dong Chan melihat Tuan Koo mengejek kalau
belum mati. Tuan Koo menegaskan kalau tak boleh mati sebelum tepati janji.
“Aku
sudah berjanji untuk melindungi anakku, Dong-chan, sampai akhir.” Ucap Tuan
Koo. Dong Chan berteriak memanggil ayahnya.
Tuan Koo
pun mencoba menyelamatkan Dong Chan mengingat permintaan Nyonya Tan “Tolong
jaga anakku.” Si pria marah melihat Tuan Koo, mencoba untuk melawan tapi Tuan
Koo masih kuat. Tuan Kim dkk akhirnya datang.
Si pria
mengeluarkan pistol, Tuan Koo bisa menendangnya dan menyelamatkan Dong Chan.
Dong Chan menangis dipelukan ayahnya memastikan kalau ayanya baik-baik saja.
Tuan Koo menganguk dan memastikan kalau Dong Chan tak terluka.
“Semua
sudah berakhir.” Kata Tuan Koo. Dong Chan meminta maaf pada Tuan Koo sebagai
ayahnya. Tuan Koo mengatakan kalau Tak apa-apa.
Di rumah
sakit, Dae Oh dibantu alat bantu nafas dan diberikan alat kejut jantung. Ha Nee
yang ada disampingnya menahan tangis, Yeon Woo datang melihat Ha-nee memeritahu
kalau Semua akan baik-baik saja dan meminta agar Jangan cemas. Tapi Ha Nee
hanya bisa menangis.
Dong Chan
menatap ayahnya yang berbaring disampingnya, Tuan Koo menatap Dong-chan
menanyakan keadaanya dan melihat Tuan Koo tahu kalau pasti sangat sakit. Dong
Chan heran Tuan Koo yang menanyakan hal itu karena menurutnya Ayahnya yang
terluka parah.
“Kenapa
mencemaskan aku? Aku bahkan bukan anak kandungmu.Kau bukan ayah kandungku.”
Ucap Dong Chan menangis. Tuan Koo mengeluh dengan ucapan Dong-chan.
“Kenapa Ayah
tak pernah bilang kepadaku? Kenapa?” kata Dong Chan menangis. Tuan Koo mencoba
untuk menjelaskan.
Di berita
online, Hye Jin melihat berita [JOO A-RIN MUNDUR DARI FILM CINTA ITU TIDAK
ADA.] Lalu mencoba menelp tapi tak diangkat. Ia pun mengeluh kalau ini
membuatnya gila karena Nona Noh tak menjawab telepon.
“Manajer
Joo A-rin juga tak menjawab teleponku. Bagaimana ini?” ucap Hye Jin
“Apa
jangan-jangan Nona Noh bawa lari uang?” kata Tuan Wang sibuk membersihkan
pintu.
“Itu Tak
mungkin. Nona noh bukan orang tak tahu malu yang tega membawa kabur uang
sepertimu.” Kata Hye Jin sinis
“Aku
hanya bercanda. Paham? Jika bekerja di industri film, kau seharusnya paham.”
Kata Tuan Wang.
“Leluconmu
konyol. Nona Noh membayar gaji berbulan-bulanku yang tidak kau bayar waktu itu.
Padahal dia sedang kesulitankarena tiba-tiba punya banyak utang karenamu.” Kata
Hye Jin
“Aku
tahu... Aku tahu Nona Noh hebat.” Ucap Tuan Wang lalu diam-diam melihat berkas
ANGGARAN THUMB FILM diatas meja Ae Jung.
Hye Jin
sedang kebingungan dengan yang dilakukan tak melihat Tuan Wan dan memohon agar
bisa Ae Jung menjawabnya. Akhirnya Ae Jung menelp, Hye Jin pun bisa bernafas
lega, tapi bukan Ae Jung yang mengangkat, Nyonya Kang yang mengangkat.
Kwang Soo
sibuk memasukan semua barang ke dalam mobil dan melihat Hye Jin menelp tapi tak
menjawabnya. A Rin sibuk melihat ponselnya, seperti ingin menghilankan stress
dengan banyak belanja. Kwang Soo naik mbil dan kembali memastikan A Rin akan
mundur dari film ini.
“Berhenti
berbelanja. Kau tak punya waktu untuk bersantai sambil berbelanja. Semua heboh
karena perkataan asalmu itu.” Ucap Kwang Soo
“Diamlah.
Apa Kau tak lihat aku sedang berbelanja?” ucap A Rin tak pedul. Kwang Soo
mencoba memperlihatkan ponselnya.
"Joo
A-rin Mengundurkan Diri Karena Anak Haram Ryu Jin. Cinta Itu Tidak Adaa
Kontroversial. Masalah Baru Cinta Itu Tak Ada, Apa Produksi Dihentikan? Thumb
Film Tidak Tahu. Kebenaran Sedang Dikonfirmasi. Thumb Film Kaget Dengan
Pengunduran Diri Joo A-rin."ucap Kwang Soo membaca artikel dan komentar.
“Bagaimana
dengan citramu sekarang? Tak ada malaikat
yang mengundurkan diri sebelum syuting... A-rin!” teriak Kwang Soo kesal
melihat tingkah A Rin.
“Hei!
Jangan buat perasaanku semakin buruk. Berangkatlah.” Ucap A Rin. Kwang Soo
mengaku tak mau.
“Akan
kubacakan artikelmu semalaman agar kau merasa bersalah dan berubah pikiran.”
Ucap Kwang Woo A Rin pun tak peduli.
Kwang Soo
lalu melihat [BERITA TERBARU - INSIDEN KEBOCORAN GAS] lau menerima telp Hye Jin
mengaku sekarang tak bisa... lalu kaget mendengar tentang Dae Oh. A Rin pun
mendengar nama Dae Oh pun langsung kaget.
Ha Nee
menemui ibunya yang masih tak sadarkan diri lalu memberitahu Ae Jung kalau Dae
Oh pasti kesakitan karena dirinya. Ia pun bingung dengan yang akan dilakukan
karena sudah berlaku kasar kepada Dae Oh karena pikir sudah membuangnya.
“Aku
pikir dia membenciku, jadi, aku kasar kepadanya. Namun… sepertinya tidak
begitu. Dia tak membuangku. Jika dia membuangku, kenapa dia sampai begini
karena aku? Benar, 'kan? Ibu... Jawablah aku.” Ucap Ha Nee berharap Ae Jung
agar segera bangun.
“Ibu menyayangimu.”
Kata Ae Jung. Ha Nee melihat Ae Jung yang sudah sadar. Ae Jung langsung memeluk
Ha-nee.
“Ibu,
kenapa baru bangun? Kenapa tidur sangat lama?” keluh Ha-nee. Ae Jung mengaku baik-baik
saja.
“Apa Kau
baik-baik saja? Bagaimana denganmu? Tak ada yang sakit? Kenapa wajahmu begini?”
ucap Ae Jung
“Aku
takut hal buruk terjadi kepada Ibu.” Ucap Ha Nee. Ae Jung pun meminta maaf pada
anaknya.
“Maaf ibu
telah membuatmu khawatir.” Kata Ae Jung. Saat itu Nyonya Choi datang melihat Ae
Jung sudah bangun dan mengucap syukur.
“Ibu,
jangan menangis.” Kata Ae Jung yang ikut menangis. Nyonya Kang pun akhirnya
mengajak mereka saling berpelukan bersama.
“Tunggu..
Sebentar. Bagaimana dengan Dong-chan? Di mana Dong-chan?” tanya Ae Jung
“Dia tak
apa-apa. Ayahnya juga baik-baik saja.” Ucap Nyonya Choi. Ae Jung pun mengucap
syukur dan sungguh lega.
“Sekarang,
hanya Cheon Eok-man…” kata Nyonya Choi. Ae Jung tak mengerti maksudnya dan
ingin tahu Ada apa. Nyonya Kang menahan agar tak bicara.
“Kenapa
kalian begini? Beri tahu aku.” Ucap Ae Jung
bingung.
Akhirnya
Ae Jung meliha diruangan ICU dengan alat bantu nafas dan tak sadarkan diri,
lalu mengeluh karena melakukan hal itu.
Ia mengingat ucapa Dae Oh didepan truk makanan “Aku akan urus diriku
sendiri dan menjadi Batman atau Superman di sampingmu.
“Bagaimana
bisa menjadi Superman atau Batman?” gumam Ae Jung sedih . Dae Oh mengatakan
“Aku akan berikan semua. Segalanya.”
“Kau
bilang akan berikan segalanya. Tapi kenapa… sampai mempertaruhkan nyawa?”gumam
Ae Jung sedih.
Ha Nee
memilih banyak makanan di minimarket. Yeon Woo melihat Ha Nee bingung
memastikan kalau baik-baik saja. Ha Nee tak menjawab terus memilih makanan.
Yeon Woo memebritahu Ha Nee sakit tapi kenapa makan sebanyak ini.
“Sebenarnya,
ini bukan untukku. Aku mau taruh di ruang rawat inap. Aku harus sekolah besok,
dan nenekku harus bekerja. Ibu akan sendirian di kamar, dan dia pasti bosan.
Jika Pak Cheon bangun, mereka bisa makan ini bersama.” Ucap Ha Nee.
“Ternyata…
kau mencemaskan Pak Cheon.” Ucap Yeon Woo. Ha Nee pikir kalau Dae Oh terluka
karena dirinya.
“Jika
bukan karena aku…” ucap Ha Nee merasa bersalah. Yeon Woo pikir kalau Dae Oh
begitu karena Ha Nee. Ha Nee bingung apa maksudnya.
“Kau
sangat penting baginya. Karena dia tak bisa kehilanganmu. Itu arti dirimu
baginya.” Ucap Yeon Woo. Ha Nee terdiam dengan mata berkaca-kaca. Yeon Woo pun
meminta agar memasuakn semua barang ke keranjang.
Nyonya
Kang masuk ruangan, sepasang pria dan wanita membahs kalau Pasien yang terluka
di samping ternyata bukan karena gas bocor, tapi karena bermasalah dengan geng
dari Hong Kong. Si Pria berkomentar Dilihat dari banyaknya polisi yang datang, sepertinya
benar begitu.
“Astaga.
Apa dia pacar dari bos itu?” ucap si wanita. Pria itu merasa Kasihan sekali
nasibnya karena Ae Jung itu Sial sekali sampai seperti itu.
“Benarkah?
Dia sangat sial sampai diserang oleh geng dari Hong Kong. Kalian benar. Itu
bukan hanya masalah gas bocor biasa. Itu kasus yang berkaitan dengan geng
terbesar di Hong Kong.” Ucap Nyonya Kang
“Pasien
ini bukan wanita biasa. Apa kalian akan baik-baik saja? Kalian sekamar dengan
dia?” kata Nyonya Kang dengan tatapa menakutkan.
“Haruskah
kita cari angin di luar?” kata si wanita yang jadi pasien. Si suami pun duduk
di kursi roda dan terbalik dengan istrinya yang mendorongnya.
Nyonya
Kang menaruh pot bunga disamping tempat tidur, Tuan Koo datang menanyakan
keadaan Ae Jung. Nyonya Kang ingin bicara tapi Tuan Koo berkata tahu kalau Ae
Jung yang terluka jadi tak perlu keluar. Nyonya Kang akhirnya hanya bisa diam
saja.
“Aku ke
sini untuk minta maaf kepadamu. Kau sangat mirip dengannya. Nona Noh sangat
mirip dengan orang yang tak bisa kulindungi. Kalian sangat mirip. Kalian
sama-sama orang yang tak pernah patah semangat.” Ucap Tuan Koo
“Karena
itulah aku mau terus ada di sampingmu untuk membantumu. Namun… ternyata itu
hanya keserakahanku. Maaf kau harus mengalami ini karena aku.” Ucap Tuan Koo
lalu menaruh pot bunga. Nyonya Kang pun melihat itu bunga yang sama dan
menaruhnya disamping meja.
A Rin
mengintip didepan ruangan ICU seperti ingin tahu keberadan Dae Oh. Saat akan
pergi, Ae Jung melihat A-rin. A Rin melihat Ae Jung akhirnya keduanya duduk di
luar rumah sakit. A Rin dengan tatapan sinis kalau Ae Jung pasti sudah tahu.
“Tapi
hatiku tak akan berubah walau kau berkata apa pun.” Kata A Rin. Ae Jung tak
mengerti maksudnya dan bertanya Apa ada masalah?
“Apa Kau
bertanya karena tak tahu?” ucap A Rin sinis. Ae Jung mencoba menjelaskan Karena
ada sedikit masalah, dirawat di rumah sakit dari kemarin.
“Ada apa
sebenarnya?” tanya Ae Jung. A Rin mengeluh kalau ini Menyebalkan.
“Aku
berbuat begitu karenamu. Kenapa kau tak tahu?”kata A Rin sinis. Ae Jung
benar-benar tak mengerti maksudnya.
“Aku mundur
dari film ini karena kau dan Pak Cheon.” Ucap A Rin. Ae Jung kalau A Rin mengundurkan
diri dan tak mengerti.
“Apa Kau
baru sadar betapa parah masalah ini?” keluh A Rin yang sangat marah antara Ae
Jung dan Dae Oh
“Aku bisa
mengerti perasaanmu. Beberapa waktu lalu, ada berita buruk tentang aku dan Ryu
Jin, dan sekarang Pak Cheon begini. Aku paham kau pasti khawatir film kita akan
dibatalkan. Aku sangat paham.” Ucap Ae Jung. A Rin tek mengeluh dengan Ae Jung
yang bersikap berbeda.
“Namun, bisa
kau beri aku waktu sebulan? Tak perlu. Seminggu saja. Pak Cheon begini
sekarang. Dia pasti menyalahkan dirinya jika dia bangun dan dengar kabar ini. Ini
semua terjadi karena aku. Aku tak bisa biarkan dia menyalahkan dirinya. Maka
itu, percayalah kepadaku. Beri aku waktu.” Ucap Ae Jung
“Sepertinya
kau belum paham. Kalian berdua masalahnya, bukan keadaan ini.” Kata A Rin. Ae
Jung tak mengerti maksud ucapan A Rin.
“Apa Kau
tak ingat perkataanku?” ucap A Rin. Ae Jung mengingat A Rin mengatakan “Aku
sudah kenal Pak Cheon sejak 14 tahun yang lalu.”
“Oh Dae-o
dari Universitas Hankuk, Jurusan Film. Oh Dae-o, calon sutradara... Tidak, sudah
lama. Mungkin sudah 14 tahun. Dia guru pribadiku. Juga cinta pertamaku.” Ucap A
Rin. Ae Jung mengingat saat melihat seseorang mencium Dae Oh.
“Tapi apa
kau tahu? Dia tak pernah balas menyukaiku. Dia seseorang yang tak pernah bisa
kulupakan dalam hidupku. Tapi dia bahkan tak bisa mengingatku.” Ucap A Rin.
Ae Jung
terdiam mengingat ucapan Dae Oh yang marah “Tidak. Kau tak pernah percaya
padaku. Kau meninggalkanku karena tidak percaya.” A Rin memberitahu kalau Isi
kepala Dae Oh hanya Ae Jung bahkan tak
memberinya sedikit pun celah untuk masuk.
Ryu Jin
datang ke ruangan ICU melihat Dae Oh yang tak sadarkan diri, dengan menahan
tangisnya meminta maaf pada Dae Oh. Akhirnya Ia pun pergi meninggalkan Dae Oh
lalu tak sengaja bertemu dengan Ae Jung. Ae Jung bberjalan dengan wajah
tertundu.
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Ryu Jin. Ae Jung mengangguk Tapi Dae Oh masih belum…
dengan wajah sedih
“Jangan
khawatir, dia pasti bangun. Dia bertemu denganmu dan Ha-nee setelah 14 tahun. Dia
pasti bangun.” ucap Ryu Jin menyakinkan.
Ae Jung
pun bisa tenang dan yakin ucapan Ryu Jin benar. Ryu Jin menyruh Ae Jung agar
masuk saja. Ae Jung pun mengucapkan Terima
kasih.
A Rin
akan pergi meninggalkan rumah sakit, melihat Ryu Jin mencoba untuk tak peduli.
Ryu Jin menahan A Rin, A Rin mengeluh mereka
bisa bertemu di sini. Ryu Jin bertany apakah A Rin ke sini untuk bilang
akan mengundurkan diri.
“Memang
kenapa denganku?” ucap A Rin sinis. Ryu Jin memberitahu kalau Waktu mereka
berkuliah.
“Ada nama
seorang wanita yang sering menjadi bahan perkelahian mereka. Apa… kau wanita
itu?” ucap Ryu Jin
“Ini
Menyebalkan sekali. Orang yang seharusnya ingat malah tak ingat. Tapi kenapa
malah kau yang ingat?” kata A Rin marah. Ryu Ji pun memastikan lagi.
“Benar...
Aku Ko Hyo-sim. Aku bukan Joo A-rin, tapi Ko Hyo-sim. Kupikir jika muncul lagi,
aku sudah menjadi wanita hebat yang bisa mengalahkan Noh Ae Jung. Jadi, aku
mengganti nama dan umurku. Bahkan menjadi Malaikat Asia.” Ucap A Rin
“Tapi apa
ini semua? Aku tak punya kesempatan sama sekali baik dahulu ataupun sekarang karena
wanita itu muncul lebih dahulu.” Kata A Rin marah.
Ryu Jin
menatap A Rin seperti melihat dirinya dulu, Ia berkata “Jauh sebelum kau
berkata kau menyukainya… Sebelum kau menyatakan cinta kepada Ae Jung… Bahkan
sebelum kau menyatakan perasaan…”
“Dia
bertemu Dae-o lebih dahulu. Karena wanita itu selalu ada di depanku. Apa aku
seburuk itu? Kenapa cintaku… selalu bertepuk sebelah tangan? Kenapa dia tak
pernah melihatku? Apa kau tak peduli padaku?” ucap A Rin akhirnya menangis.
Ryu Jin
hanya bisa terdiam melihat A Rin menangis. A Rin pun hanya membalikan badanya.
Ryu Jin pun menepuk bahu A Rin.
Ae Jung
menatap Dae Oh yang masih belum sadar, akhirnya menyalakan ponselnya. Ia
menerima sebuah PESAN SUARA dan mendengarkan, ternyata Dae Oh yang mengirimkan
pesan untuknya.
“Noh Ae
Jung, kau di mana? Kau baik-baik saja, 'kan? Kau tak terluka, 'kan? Aku
khawatir. Bagaimana bisa ini terjadi padamu? Kenapa kau? Ae-Jung. Aku tahu ini
akan terdengar tak masuk akal. Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan
kembali ke hari itu.” Ucap Dae Oh
“Hari perayaan terakhir kita.”
Dae Oh
memberikan sebuah cake bertuliskan Selamat 300 hari. Ae Jung terlihat bahagia
merayakan dengan Dae Oh. Dae Oh pun memberikan sebuah hadiah mengaku memungutnya
di jalan. Ae Jung tersenyum bertanya Apa ini dan melihat surat yang ditulis Dae
Oh.
“Aku akan
berikan surat dan hadiah yang tak sempat kuberikan.”
Dae Oh
turun dari bus, Ae Jung datang menjemputnya berteriak bahagia sambil
melambaikan tanganya. Dae Oh dengan wajah lesu melihat Ae Jung dan saat Ae Jung
datang, Ia langsung menaruh kepalanya di bahu Ae Jung dan mengaku sangat lelah
sambil menangis.
“Aku akan
bicara dengan jujur bahwa aku lelah dan mau bersandar kepadamu.” Ae Jung
mendengar ucapan Dae Oh langsung menepuk
punggungnya.
Akhirnya
mereka bertiga membesarkan Ha Nee bersama. Ha Nee masih balita tiba-tiba
menangis. Ae Jung bingung mengendong Ha Nee. Dae Oh bertanya apakah sudah
memberinya makan. Ae Jung bingung. Dae Oh pun berlari mengambil makanan.
“Aku tak akan meninggalkanmu
sendiri dan membuat Ha-nee kesepian.”
Ae Jung
pun bisa mengejar karir sedang diwawanacara. Si MC memberitahu kalau ini film
yang sedang ditunggu dan melihat orang yang di belakang layar adalah suaminya.
Dae Oh terlihat bahagia mendampingi Ae Jung, keduanya terlihat bahagia.
“Apa dia
baik padamu?” tanya MC. Ae Jung menjawab Jika tak ada suaminya mungkin ia tak ada di sini.
“Aku juga
akan melindungi mimpimu. Tapi, kau tak ada di sampingku padahal aku mau katakan
ini semua. Kau di mana, Noh Ae Jung? Aku merindukanmu. Aku sungguh
merindukanmu.”
Dae Oh
berjalan dengan wajah bahagia dengan Ae Jung, Ha Nee pun berjalan diantaer
keduanya seperti keluarga pada umumnya. Mereka bertiga seperti sangat bahagia.
Ae Jung
mendengar semua curhatan hati Dae Oh meminta agar bangun dan lakukan semua yang
Dae Oh mau lakukan. Ia meminta Dae Oh
agar memberikan hadiah yang belum Dae Oh beri, berikan surat yang belum sempat
diberi.
“Kau bersandarlah
padaku waktu sulit, dan aku juga akan begitu. Jangan tinggalkan aku sendiri, dan
jangan buat Ha-nee kesepian. Bantulah aku untuk mencapai mimpiku. Aku juga
sangat merindukanmu. Aku mau bicara denganmu.” Ucap Ae Jung
“Tapi
kenapa kau malah terbaring di sini? Ayo Bangun... Bangunlah, Dae-o. Bangun.”
kata Ae Jung
Dae Oh
tiba-tiba bertanya apakah Ae Jung serius. Ae Jung kaget mendengar suara
samar-samar. Dae Oh bertanya lagi tentang Ae Jung yang serius dengan ucapanya.
Ae Jung pun kaget melihat Dae Oh yang sudah sadar. Dae Oh membuka alat bantu
nafas yang merasa sesak sekali.
“Kau
sudah sadar? Sebentar, aku panggil dokter.’ Ucap Ae Jung. Dae Oh menarik tangan
Ae Jung
“Apa Kau
bilang kau merindukanku? Kau bilang mau berbicara denganku. Apa itu sungguhan?”
tanya Dae Oh. Ae Jung membenarkan.
“Aku
sangat takut kau mati.” Ucap Ae Jung menangis. Dae Oh tersenyum mendengarnya.
“Ada apa
denganmu? Apa Kau masih bisa tersenyum saat begini?” kata Ae Jung tak percaya
“Ini
karena aku bahagia.” Ucap Dae Oh. Ae Jung meminta Dae Oh agar Jangan bergerak.
“Aku
sangat merindukanmu. Waktu kau tak ada kemarin, rasanya lebih lama daripada 14
tahun. Mendekatlah kepadaku. Ada yang mau aku katakan.” Kata Dae Oh.
Ae Jung
bergeser. Dae Oh meminta agar Ae Jung Lebih dekat. Ae Jung mendekatan wajahnya.
“Aku
mencintaimu.” Ucap Dae Oh berbisik dikuping Ae Jung. Ae Jung kaget, Dae Oh pun
langsung mencium Ae Jung.
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar