PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 07 Agustus 2020

Sinopsis Was it Love Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Tahun 2006
Ae Jung mengintip dari depan cafe dan melihat Dae Oh duduk dengan laptopnya, wajahnya terlihat bahagia. Ia pun langsung masuk menghampiri Dae Oh, sambil melambaikan tangan untuk menyadarkanya, tapi Dae Oh terlalu fokus dengan laptopnya.
Akhirnya Ae Jung pun sengaja berdeham, Dae Oh pun tersadar karena Ae Jung sudah datang tanpa menoleh hanya menatap laptopnya saja. Ae Jung bertanya apakah Dae Oh sibuk. Dae Oh mengaku sedikit sibuk. Ae Jung bertanya sedang apa.
“Tenggat kontes pekan ini. Jadi, harus selesai secepatnya.” Kata Dae Oh. Ae Jung mengeluh Seharusnya Dae Oh selesaikan dari kemarin.
“Hadiah kontes kali ini sangat besar. Pemenangnya dapat 30 juta won.” Ucap Dae Oh
“Kalau begitu, cepat selesaikan. Setelah itu, kita bisa makan malam bersama.” Kata Ae Jung. Dae Oh pun menyetujuinya lalu duduk menghadap Ae Jung.
Ae Jung mengeluarkan sebuat tas kecil seperti hadiah lalu mengeluarkan sebuah kartu bertuliskan [300 HARI AE-JUNG DAN DAE-O, AKU MENCINTAIMU] setelah itu menambahkan stiker hati pada kartunya, wajah Ae Jung terlihat sangat bahagia. Lalu melihat isi tas Dae Oh.
“Tunggu... Apa Ini hadiah untukku?” ucap Ae Jung melihat sebuah buku pada Tas Dae Oh dengan wajah sumringah
“Ada apa denganmu? Kenapa kau membongkar tasku? Ae-jung, aku tidak fokus karena kau.” Kata Dae Oh marah dan langsung mengambil tasnya.
“Kenapa? Aku tak boleh lihat itu?” kata Ae Jung kesal. Dae Oh mengaku Bukan begitu.
“Aku hampir selesai. Setelah itu, ayo makan malam.”kata Dae Oh. Ae Jung kesal memilih untuk pergi dan mengambil hadiahnya. Dae Oh memanggilnya sambil menutup laptopnya dengan wajah bingung.
“Hubungan kami dimulai karena dia yang menyukaiku lebih dahulu.” 



Flash Back
Di taman, Ae Jung menonton drama melihat sang aktor yang terkemsa dengan aktis wanita langsung tersenyum bahagia seperti membayangkanya. Sementara Dae Oh sibuk membaca buku sambil memakan cemilan. Akhirnya Ae Jung pun bertanya.
“Dae-o, kapan kau mau menikah?” tanya Ae Jung. Dae Oh menjawab  Belum terpikir olehnya.
“Apa itu? Biasanya orang-orang punya rencana hidup. Apa Kau tak punya?” tanya Ae Jung kesal
“Entahlah. Sepertinya hal itu masih sangat jauh.” Kata Dae Oh seolah tak peduli.
“Apa maksudmu? Tak lama sesudah lulus, usiamu akan 30 tahun. Apa Kau mau menikah?” ucap Ae Jung
“Bagiku, mengurus diriku saja sudah sulit.” Ucap Dae Oh. Ae Jung yang kesal langsung mengambil snack yang dimakan Dae Oh.
“Tapi setelah itu, jadi aku yang lebih menyukainya. Pada akhirnya, kami berpisah karena aku yang lebih menyukainya.”
Ae Jung ternyata masih menunggu didepan cafe, seperti berharap Dae Oh mengejarnya, tapi Dae Oh seolah tak peduli hanya fokus menulis dan Ae Jung pun sakit hati melihatnya.
“Kali ini juga akan begitu Walaupun dia yang lebih dahulu menyukaiku lagi,  pada akhirnya, kami akan berpisah karena aku akan menjadi lebih menyukainya. Tapi kali ini, tak mungkin hanya aku yang akan terluka.”
Dae Oh sebelumnya mengaku masih mencintai Ae Jung dan mencoba menciumnya dipulau. Ae Jung terdiam lalu mengingat dengan wajah anaknya. Dae Oh mencoba menyakinkan Ae Jung “Aku serius dengan semua perkataan yang sudah kukatakan kepadamu.” 
“Namun… Jika itu semua benar, jika itu semua tulus …” gumam Ae Jung berhenti melangkah
Ia mengingat kembali saat melihat Dae Oh berada dirumahnya dan sedang berciuman. Ae Jung yang kaget menjatuhkan payungnya seperti dikhiantai oleh Dae Oh. 



Dae Oh baru pulang kaget melihat seorang datang menghampirinya dan bertanya siapa karena mengunakan masker. A Rin membuka maskernya, Dae Oh kaget melihat Ae Rin datang bertanya alasan alasan ke lingkungan rumahnya.
“Kenapa kau baru datang? Aku sudah lama menunggumu.”keluh A Rin. Dae Oh pun bertanya ada apa.
“Kejutan... Aku mau makan ini denganmu. Jokbal yang kenyal.” Kata A Rin memperlihatkan tas plastikya. Dae Oh bingung tiba-tiba A Rin mengajaknya makan.
“Ada punya hal yang ingin kutanyakan tentang skenario, jadi, aku mau mengobrol denganmu.” Ucap A Rin.
“Tetap saja, bukankah terlalu larut untuk mengobrol?” ucap Dae Oh merasa tak enak hati.
“Pak Cheon, aku Joo A-rin. Aku sangat sibuk, dan jarang sekali bisa punya waktu luang. Aku sudah datang sampai ke sini. Kau keterlaluan.”kata A Rin marah
“Lantas, kau mau ke bar?” ucap Dae Oh. A Rin rasa itu Tak mungkin. Karean Orang-orang akan bergosip jika minum dengan pria. Dae Oh pun bingung apa yang harus dilakukan.
“Kurasa… Kita bisa makan di rumahmu.” Ucap A Rin langsug berlari menaik tangga. Dae Oh panik tapi A Rin megajak Dae Oh segera mendekatinya. Dae Oh mengeluh kalau Rumahnya berantakan.


A Rin makan dengan lahap di ruang tengah, Dae Oh melihat A Rin  Ternyata sangat suka jokbal. A Rin membenarkan menurutnya Ini makanan terbaik untuk melepas stres. Dae Oh bertanya apa Ada yang membuatnya stres. A Rin mengaku ada
“Makanan ini kenyal. Jadi, stresmu bisa hilang saat mengunyahnya. Cobalah, Pak Cheon. Coba makan sambil membayangkan orang yang membuatmu kesal.” Kata A Rin
“Tapi apa orang sepertimu juga bisa marah?” kata Dae Oh. A Rin bingung apa maksud Dae Oh mengatakan “Orang seperti dirinya”
“Maksudku… Kau orang yang terkenal sangat baik. Katanya tak ada yang pernah melihatmu marah.” Kata Dae Oh
“Itu pertanyaanku. Kenapa mereka membuatku tak bisa marah sehingga tak ada yang pernah melihatku marah?” kata A Rin kesal. Dae Oh kali ini tak mengerti ucapan A Rin
“Mereka seenaknya memanggilku malaikat, jadi, aku tak bisa hidup dengan sifat asliku. Sebenarnya. sifatku sangat buruk.” Akui  A Rin. Dae  Oh seperti tak percaya mendengarnya.
“Tapi semuanya menyukaiku jika aku tersenyum dengan ramah. Aku hanya tersenyum mengikuti yang orang-orang mau. Namun, kenapa mereka bilang aku palsu? Mereka bilang aku sok baik.” Keluh A Rin kesal sambil meminum bir.
“Kau pasti sakit hati.” Ucap Dae Oh Dengan tatapan tatapan sedih. A Rin mengeluh Dae Oh menatap seperti itu. Dae Oh pun langsung meminta maaf.
“Kau mirip dengan orang yang pernah kukenal.” Ucap Dae Oh. A Rin sedikit tersenyun lalu membuka kaleng bir lagi, tapi semua birnya muncrat ke bajunya.
“Apa Kau tak apa-apa?” tanya Dae Oh panik. A Rin mengeluh sakit pada tanganya. Dae Oh melihat tangan A Rin yang berdarah lalu pergi ke kamarnya.
“Menyebalkan. Ini baju dari sponsor... Tamatlah aku.” Ucap A Rin membersihkan bajunya dengan cipratan bir.
“Jika mau, kau bisa pakai ini. Di rumahku tak ada obat, jadi, aku beli dahulu.” Ucap Dae Oh sambil memberikan baju ganti. A Rin pikir Dae Oh tak perlu memberikan obat.
“Aku akan beli dahulu. Sementara itu, tenangkanlah dirimu Bukan begitu. Kau boleh marah sesukamu… Maksudku… Buat dirimu nyaman..” Kata Dae Oh.
 “Aku sungguh tak apa-apa.” Ucap A Rin. Dae Oh merasa kalau A Rin  tokoh utama filmnya jadi meminta A Rin meunggu karena akan segera kembali. A Ri menganguk mengerti dan menatap Dae Oh seperti mengingat kenangan masa lalunya. 




Flash Back
Guru A Rin terlihat marah pada A Rin yang merasa tak bisa selesaikan ini di depannya. A Rin hanya terdiam dengan wajah kesal. Pak guru pun meminta A Rin agar akui saja bahwa menyontek. A Rin menegaskan kalau tak pernah lakukan hal itu.
“Hyo-sim, coba tanya kepada semua orang. Apa tampangmu cocok dengan nilaimu? Bagaimana bisa anak bodoh sepertimu dapat nilai 98? Kau tak mungkin bisa. Jadi, jangan lagi berbohong seperti ini. Hiduplah seperti kau biasanya, Hyo-sim.” Ucap Pak guru dengan nada menyindir.
“Baiklah... Aku juga tak mau lagi berusaha karena orang sepertimu.” Teriak A Rin lalu keluar dari ruangan. Gurunya berteriak memanggil tapi A Rin tak peduli. 

A Rin kesal meluapkan emosinya dengan menghisap rokok dan membakar rapornya. Saat itu seorang datang menyuruhnya berhenti. A Rin melihat Dae Oh yang datang menuruni tangga. Dae Oh meminta A Rin agar memberikan padana. A Rin memberikan koreknya. Dae Oh pun meminta semuanya.
“Bagaimana bisa murid SMA merokok? Kau sudah gila? Apa ini? Apa Ini rapormu? Kau.. Apa? Nilaimu 98?” ucap Dae Oh melonggo kaget.
“Kenapa? Kau pikir aku menyontek?” ucap A Rin marah. Dae Oh menegaskan kalau itu tak mungkin karena A Rin itu anak muridnya dan memujinya hebat.
“Kau percaya kepadaku?” ucap A Rin tak percaya. Dae OH pikir Mana mungkin  tak percaya, karean tahu A Rin itu sudah berusaha keras.
“Tentu nilaimu akan baik. Jangan bakar rapor ini. Simpan dengan baik. Ya? Lalu perlihatkan kepada ibumu. Aku akan simpan rokok ini. Kau sudah berusaha keras.” Ucap Dae Oh. A Rin membalikan badan dan langsung menangis haru.
“Kenapa kau menangis? Karena tak dapat nilai 100? Kau sudah hebat.” Puji Dae Oh. 


Nyonya Song masuk ruangan kaget melihat Manager Myung dan Ryu Jin sudah ada diruanganya dan bertanya Ada apa selarut ini. Keduanya pun duduk, Ryu Jin mengaku Kemarin hanya ingin istirahat sejenak dan pergi tanpa bilang kepada Kwae-nam.
“Aku sudah memarahinya, Bu. Sepertinya dia sangat stres karena akan segera mulai syuting.” Akui Manager Myung. Nyonya Song seperti tak percaya.
“Aku paham. Aku juga tak akan bisa hidup tenang jika menjadi dirimu. Kau pasti ketakutan selama ini. Tentunya begitu... Karena tiba-tiba anakmu muncul.” Ucap Nyonya Song memperlihatkan foto Ryu Jin bertemu dengan Ha Nee.   Ryu Jin kaget mendengarnya.
“Jangan khawatir. Walaupun begitu, hal ini tak akan memengaruhi kariermu.” Ucap  Nyonya Song
“Bu Song, biar aku jelaskan...Jadi…” kata Manager Myung. Nyonya Song merasa tak perlu mendengarnya.
“Mulai hari ini kau dikeluarkan... Kau bukan manajer Jin lagi.” Ucap Nyonya Song pada Manager Myung. Ryu Jin melonggo kaget
“Maaf, tapi aku tak bisa begitu. Karena… aku yang memecatmu.” Kata Ryu Jin marah. Nyonya Song panik dan Manager Myung mencoba menenangkan Ryu Jin.
“Apa Maksudmu kau akan putus kontrak denganku?” kata Nyonya Song. Ryu Jin membenarkan.
“Karena kontrak itu, aku berada di sampingmu selama sepuluh tahun. Aku akan kirimkan dokumen dari pihakku. Tolong siapkan semua proses pemutusan kontrak.” Kata Ryu Jin keluar ruangan, Manager Myung bingung akhirnya mengejar Ryu Jin. 


Ryu Jin mondar mandir diruanganya, Managaer Myung ingin memastikan kalau Perkataan Ryu Jin  ta tak serius dan hanya mau menakuti Bu Song. Ryu Jin menegaksan kalau ucapanya serius dan tak akan mempertaruhkan kariernya untuk menakuti seseorang.
“Lantas sekarang bagaimana?” tanya Manager Myung. Ryu Jin pikir langkah pertama mari tinggalkan rumah ini.
“Aku akan memutuskan semua yang berkaitan dengan Bu Song. Kwae-nam, aku pergi keluar dahulu.” Ucap Ryu Jin. Manager Myung ingin tahu kemana Ryu Jin akan pergi.
“Dia tak boleh mendengar hal ini dari orang lain. Aku akan menemui Ha-nee dahulu.” Kata Ryu Jin lalu keluar ruangan. 

Di rumah, A Rin menatap wajah dicermin dan sudah mengunakan pakaian Dae Oh. Ia pun bertanya-tanya dengan sikap Dae Oh yang perhatian dan membuatnya menjadi sangat berdebar. Ia mengingat ucapan Dae Oh “Kau mirip dengan orang yang pernah kukenal.”
“Apa maksudnya aku? Apa dia akan baik seperti sekarang jika tahu aku Ko Hyo-sim?” ucap A Rin bahagia lalu mendengar suara bel rumah. 

A Rin kaget melihat Ae Jung datang dan  bertanya alasan datang ke rumah Dae Oh malam hari. Ae Jung tak kalah kaget melihat A Rin dirumah Dae Oh dengan pakaian mantan pacarnya, lalu dengan gugup mengaku ada urusan dengan Pak Cheon.
“Tapi dia tak di rumah sekarang. Bisa kau datang lain kali? Selamat jalan, Nona Noh.” Ucap A Rin akan menutup pintu.
“Maaf, tapi aku harus bicara dengannya malam ini.” Kata Ae Jung seperti tak ingin berpikiran negatif. 

Ae Jung melihat rumah Dae Oh, ada kaleng bir dan makananan diatas meja. A Rin membuka kulkas bertanya apakah Ae Jung Mau minum sesuatu dan berpikir sudah terlalu malam untuk kopi. Ia pun menawarkan dengan teh herbal.
“Kau tampak seperti pemilik rumah.” Ucap Ae Jung dingin. A Rin tersenyum mendengarnya kalau terlihat begitu.
“Aku pernah mengantar Pak Cheon pulang saat dia mabuk. Mungkin karena itu. Sepertinya Pak Cheon akan lama. Dia pergi ke apotek.” Ucap A Rin mencoba memperlihatkan luka dijarinya yang terasa perih.
“Oh...Ini? Aku tak apa-apa. Aku terluka waktu membuka bir. Ini bukan apa-apa, tapi dia sangat khawatir.” Ucap A Rin sengaja ingin memberitahu kalau Dae Oh perhatian.
“Ae Jung.. Sebenarnya aku kemari hari ini untuk menyatakan perasaan pada Pak Cheon. Bagaimana menurutmu? Jika aku begitu, apa dia akan suka?” ucap A Rin blak-blakan.
“Bukankah kau baru beberapa kali bertemu dengannya? Tapi kenapa bisa begitu?” kata Ae Jung kaget tapi tetap menanyakan.
“Tidak, sudah lama. Mungkin sudah 14 tahun. Ini Menarik sekali, 'kan? Bertemu dia setelah sekian lama membuatku yakin. Aku menyadari bahwa aku benar-benar menyukainya dan dia satu-satunya bagiku. Kali ini aku tak akan melepaskannya. Karena itu, bantulah aku.” Ucap A Rin.
“Dengan cara apa?” tanya Ae Jung. A Rin meminta Ae Jung agar segera pulang. Ae Jung kaget A Rin berani mengusirnya.  A Rin memohon. 


Saat itu Dae Oh datang membawa plester dan kaget melihat Ae Jung sudah ada dirumahnya. A Rin tersenyum bahagia melihat Dae Oh sudah kembali lalu memberitahu Nona Noh hanya mampir sebentar Tapi akan segera pergi karena sibuk.
“Tidak... Aku tak sibuk... Maaf, tapi sepertinya kau yang harus pergi. Karena ada hal yang harus kami bicarakan.” Ucap Ae Jung
“Nona Joo, pulanglah.. Kita bicarakan skenario lain kali.”kata Dae Oh samil memberikan obatnya. A Rin kaget ternyata harus ia yang pergi dari rumah Dae Oh.
Dae Oh membawakan baju  A Rin di kursi dan A Rin menuruni tangga dengan wajah kesal, karena Dae Oh lebih memilih bicara dengan Ae Jung dibanding dirinya. 

Dae Oh akhirnya membereskan meja lalu meminta maaf karena Ae Jung  pasti kaget lalu memberitahu Nona Joo tiba-tiba datang jadi mereka minum bir bersama. Ae Jung pikir Tidak seperti itu dan menurutnya Ini juga bukan kali pertama.
“Kalian menghabiskan waktu bersama. Apa aku mengganggu?” ucap Ae Jung sinis
“Kenapa kau bicara begitu? Kami hanya sedang membicarakan skenario sambil minum bir.” Kata Dae Oh
“Apa kau pikir bir dan larut malam begini bukan hal apa-apa?” ucap Ae Jung tak percaya. Dae Oh measa Ae Jung sedang menyindirnya.
“Jika begitu, aku merasa tak adil.” Ucap Dae Oh. Ae Jung tak percaya dae Oh yang merasa Tak adil?
“Aku datang karena ada yang mau kubicarakan. Sebuah hal penting, bahkan Sangat penting. Namun… setelah melihat hal tadi, aku menjadi sadar. Waktu itu juga, ada seorang wanita memakai bajumu di rumahmu. Empat belas tahun lalu, sama seperti hari ini.” Ungkap Ae Jung
“Empat belas tahun lalu? Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham.” Kata Dae Oh bingung
“Jangan berpura-pura tak tahu.” Kata Ae Jung marah. Dae Oh pun meminta agar bisa menjelaskan agar bisa paham.
“Aku melihatnya... Aku melihat semuanya. Kau dengan wanita lain! Waktu itu… bukan Joo A-rin, 'kan?” Ucap Ae Jung masih mengingat wanita yang mencium Dae Oh itu berambut panjang.
“Apa?Apa Aku maksudmu? Tak pernah ada wanita lain selain kau. Sepertinya kau salah paham, karena…” tegas Dae Oh. Ae Jung tertawa mendengar kalau itu Salah paham
“Tentu saja. Dalam hubungan kita selalu ada salah paham. Itu salah paham. Tapi apakah aku akan begitu tersiksa jika itu hanya salah paham? Kau selalu membuatku salah paham, dan aku selalu tersakiti karena itu.” Ucap Ae Jung marah
“Aku tak tahu dari bagian mana yang salah. Aku tak tahu tentang itu, tapi ayo kita selesaikan satu persatu. Apa alasanmu mendatangiku 14 tahun lalu? Bicaralah.” Ucap Dae Oh
“Sudahlah... Itu tak perlu... Akhirnya akan tetap sama. Mulai sekarang, jangan bicarakan soal masa lalu lagi di depanku. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Aku sudah tak peduli tentangnya.” Ucap Ae Jung
“Apa? Kau sudah tak peduli? Apakah semudah itu? Kau tak berubah sama sekali. Apa Kau pikir kau terluka karenaku? Apa Kau pikir itu salahku? Tidak. Kau tak pernah percaya padaku. Kau meninggalkanku karena tidak percaya padaku.” Ucap Dae Oh marah
“Siapa yang membuatku tak percaya? Apa itu aku? Itu salahku? Siapa yang selalu meruntuhkan diriku padahal aku selalu berusaha untuk percaya kepadamu walaupun dalam keadaan tak seharusnya?” kata Ae Jung juga ikut bernada tingi.
“Dalam keadaan seperti itu pun, kau tak pernah jujur kepadaku. Apa Kau tahu betapa tersiksanya aku karena itu?” kata Ae Jung kesal. Dae Oh tiba-tiba berdiri.
“Kau tak akan tersiksa lagi. Mulai sekarang, aku juga akan lupakan semua. Jadi Pergi... Aku akan ikuti yang kau mau. Seperti maumu, aku tak akan menemuimu lagi. Apa Puas?” kata Dae Oh marah. Ae Jung menatap Dae Oh dengan mata berkaca-kaca
Dae Oh pun masuk ke dalam kaamrnya. Ae Jung hanya bisa terdiam. Dae Oh duduk diam dan mendengar Ae Jung akhirnya keluar dari rumahnya. Sementara Ha Nee mengajak jalan-jalan anjingnya sambil minum susu dan merasa ada orang yang mengikutinya.
Tapi saat menoleh kebelakang tak ada siapapun. Ia pun berjalan dengan anjinganya membuat susu kotaknya. Beberapa saat kemudian, seseorang mengambil susu kotak yang sudah diminum oleh Ha Nee. 

Nyonya Kang menemani Ha Nee yang sibuk dengan laptopnya lalu bertanya Di mana Ki Dong-chan yang berkata bahwa gadis yang disukainya ada di kelas sebelah. Ha Nee mengaku tak tahu dan tak bisa menebak pikirannya lalu memberitahu Dan namanya Koo Dong-chan, bukan Ki Dong-chan.
“Sekalipun marah, dia masih peduli akan namanya.” Ejek Nyonya Kang
“Bagaimana menurutmu? Dong-chan menjauhiku karena aku galak seperti ibuku? Apa Dia muak padaku?” ucap Ha Nee heran. Nyonya Kang pikir tidak seperti itu.
“Benar, 'kan? Tapi ada yang aneh. Sepertinya Dong-chan tak menyukai kita lagi. Benar, 'kan?” ucap Ha Nee
“Tak mungkin begitu.” Ucap Nyonya Kang. Ha Nee merasa  Sepertinya memang begitu.
“Wajahnya memerah dan meninggalkanku. Dia pasti membenciku.” Ucap Ha Nee yakin.
“Dia tak mungkin membencimu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee heran dengan Nyonya Kang yakin sekali dari tadi
“Bagaimana kau bisa tahu?” ucap Ha Nee. Nyonya Kang pikir  Semua tahu kecuali Ha Nee. Ha Nee kesal karena tak mengerti lalu pamit pergi setelah pamit dengan anjingnya.
“Kepolosannya sangat mirip ibunya. Tapi Kenapa membeli label nama untuk anjing tanpa nama?” ucap Nyonya Kang heran melihat laptop yang barus saja dipakai Ha Nee. 


Di sebuah mobil, seseorang ingin menelp Ha Nee tapi diurungkan niatnya saat melihat Ae Jung datang. Ae Jung memanggil anaknya dan langsung memeluknya. Ha Nee bingung mencium bau tubuh ibunya,  Ae Jung dengan bangga memperlihatkan makanan untuk anak dan ibunya.
“Bau apa ini? Apa Ibu minum miras?” ucap Ha Nee. Ae Jung mengaku tidak minum dan bertanya Apa bau miras. Ha Nee menganguk.
“Ha-nee... Biarkan ibu memelukmu sebentar... Sebentar saja.” Ucap Ae Jung mencoba menahan tangisnya. Ha Nee bingung.
“Astaga... Ibu lupa beli kola... Ibu akan pergi beli kola dahulu.” Kata Ae Jung. Ha Nee menahanya merasa  Tak perlu karena sudah terlalu malam.
“Kita harus makan ayam goreng dan piza dengan kola. Kau Bawa ini masuk, dan makan lebih dahulu dengan nenekmu dan Pak Oh. Ibu akan kembali membawa kola... Putriku cantik sekali.” ucap Ae Jung kembali memeluk anaknya. Ha Nee mengeluh ibunya yang bau miras. 


Ae Jung berjalan untuk membeli cola, dibelakang Ryu Jin turun dari mobil diam-diam mengikutinya. Ae Jung hampir jatuh karena tak bisa berjalan lurus, Ryu Jin pun menahanya sambil mengeluh Ae Jung minum miras sebanyak  dan apakah minum sendiri.
“Ryu Jin? Itu kau, Jin? Apa aku terlalu banyak minum?” kata Ae Jung mencoba untuk tetap sadar
“Aku datang karena ada urusan di sekitar sini. Tapi, apa kau ada masalah?” tanya Ryu Jin
“Tidak. Aku tak ada masalah apa-apa.”akui Ae Jung. Ryu Jin pikir itu bagus. Ryu Jin mencoba agar Ae Jung bisa menjelaskan sesuatu.
“Hanya saja… Hanya saja beban yang kupendam selama 14 tahun. Dan beban itu… kulepaskan semua hari ini. Aku sudah benar-benar merelakannya. Aku tak mau tersakiti lagi.” Ungkap Ae Jung
“Dahulu… mungkin hanya aku yang akan terluka. Tapi sekarang tak begitu. Sekarang, Ha-nee dan ibuku juga akan terluka. Semua akan terluka. Kukira aku sudah membereskan segalanya. Kukira semua sudah kuakhiri. Namun, hatiku… merasa sangat sesak.” Kata Ae Jung
“Hatiku merasa sangat sesak.. Terlalu sesak.” Kata Ae Jung menangis. Ryu Jin melangkah mundur seperti tak ingin Ae Jung bersadar lagi padanya seperti 14 tahun yang lalu.
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar