PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tahun 2006
Ae Jung
mengintip dari depan cafe dan melihat Dae Oh duduk dengan laptopnya, wajahnya
terlihat bahagia. Ia pun langsung masuk menghampiri Dae Oh, sambil melambaikan
tangan untuk menyadarkanya, tapi Dae Oh terlalu fokus dengan laptopnya.
Akhirnya
Ae Jung pun sengaja berdeham, Dae Oh pun tersadar karena Ae Jung sudah datang
tanpa menoleh hanya menatap laptopnya saja. Ae Jung bertanya apakah Dae Oh
sibuk. Dae Oh mengaku sedikit sibuk. Ae Jung bertanya sedang apa.
“Tenggat
kontes pekan ini. Jadi, harus selesai secepatnya.” Kata Dae Oh. Ae Jung
mengeluh Seharusnya Dae Oh selesaikan dari kemarin.
“Hadiah
kontes kali ini sangat besar. Pemenangnya dapat 30 juta won.” Ucap Dae Oh
“Kalau
begitu, cepat selesaikan. Setelah itu, kita bisa makan malam bersama.” Kata Ae
Jung. Dae Oh pun menyetujuinya lalu duduk menghadap Ae Jung.
Ae Jung
mengeluarkan sebuat tas kecil seperti hadiah lalu mengeluarkan sebuah kartu
bertuliskan [300 HARI AE-JUNG DAN DAE-O, AKU MENCINTAIMU] setelah itu
menambahkan stiker hati pada kartunya, wajah Ae Jung terlihat sangat bahagia.
Lalu melihat isi tas Dae Oh.
“Tunggu...
Apa Ini hadiah untukku?” ucap Ae Jung melihat sebuah buku pada Tas Dae Oh
dengan wajah sumringah
“Ada apa
denganmu? Kenapa kau membongkar tasku? Ae-jung, aku tidak fokus karena kau.”
Kata Dae Oh marah dan langsung mengambil tasnya.
“Kenapa?
Aku tak boleh lihat itu?” kata Ae Jung kesal. Dae Oh mengaku Bukan begitu.
“Aku
hampir selesai. Setelah itu, ayo makan malam.”kata Dae Oh. Ae Jung kesal
memilih untuk pergi dan mengambil hadiahnya. Dae Oh memanggilnya sambil menutup
laptopnya dengan wajah bingung.
“Hubungan kami dimulai karena dia
yang menyukaiku lebih dahulu.”
Flash Back
Di taman,
Ae Jung menonton drama melihat sang aktor yang terkemsa dengan aktis wanita
langsung tersenyum bahagia seperti membayangkanya. Sementara Dae Oh sibuk
membaca buku sambil memakan cemilan. Akhirnya Ae Jung pun bertanya.
“Dae-o,
kapan kau mau menikah?” tanya Ae Jung. Dae Oh menjawab Belum terpikir olehnya.
“Apa itu?
Biasanya orang-orang punya rencana hidup. Apa Kau tak punya?” tanya Ae Jung
kesal
“Entahlah.
Sepertinya hal itu masih sangat jauh.” Kata Dae Oh seolah tak peduli.
“Apa
maksudmu? Tak lama sesudah lulus, usiamu akan 30 tahun. Apa Kau mau menikah?”
ucap Ae Jung
“Bagiku,
mengurus diriku saja sudah sulit.” Ucap Dae Oh. Ae Jung yang kesal langsung
mengambil snack yang dimakan Dae Oh.
“Tapi setelah itu, jadi aku yang
lebih menyukainya. Pada akhirnya, kami berpisah karena aku yang lebih
menyukainya.”
Ae Jung
ternyata masih menunggu didepan cafe, seperti berharap Dae Oh mengejarnya, tapi
Dae Oh seolah tak peduli hanya fokus menulis dan Ae Jung pun sakit hati
melihatnya.
“Kali ini juga akan begitu Walaupun
dia yang lebih dahulu menyukaiku lagi,
pada akhirnya, kami akan berpisah karena aku akan menjadi lebih
menyukainya. Tapi kali ini, tak mungkin hanya aku yang akan terluka.”
Dae Oh
sebelumnya mengaku masih mencintai Ae Jung dan mencoba menciumnya dipulau. Ae
Jung terdiam lalu mengingat dengan wajah anaknya. Dae Oh mencoba menyakinkan Ae
Jung “Aku serius dengan semua perkataan yang sudah kukatakan kepadamu.”
“Namun… Jika
itu semua benar, jika itu semua tulus …” gumam Ae Jung berhenti melangkah
Ia
mengingat kembali saat melihat Dae Oh berada dirumahnya dan sedang berciuman. Ae
Jung yang kaget menjatuhkan payungnya seperti dikhiantai oleh Dae Oh.
Dae Oh
baru pulang kaget melihat seorang datang menghampirinya dan bertanya siapa
karena mengunakan masker. A Rin membuka maskernya, Dae Oh kaget melihat Ae Rin
datang bertanya alasan alasan ke lingkungan rumahnya.
“Kenapa
kau baru datang? Aku sudah lama menunggumu.”keluh A Rin. Dae Oh pun bertanya
ada apa.
“Kejutan...
Aku mau makan ini denganmu. Jokbal yang kenyal.” Kata A Rin memperlihatkan tas
plastikya. Dae Oh bingung tiba-tiba A Rin mengajaknya makan.
“Ada punya
hal yang ingin kutanyakan tentang skenario, jadi, aku mau mengobrol denganmu.”
Ucap A Rin.
“Tetap
saja, bukankah terlalu larut untuk mengobrol?” ucap Dae Oh merasa tak enak
hati.
“Pak
Cheon, aku Joo A-rin. Aku sangat sibuk, dan jarang sekali bisa punya waktu
luang. Aku sudah datang sampai ke sini. Kau keterlaluan.”kata A Rin marah
“Lantas,
kau mau ke bar?” ucap Dae Oh. A Rin rasa itu Tak mungkin. Karean Orang-orang
akan bergosip jika minum dengan pria. Dae Oh pun bingung apa yang harus
dilakukan.
“Kurasa…
Kita bisa makan di rumahmu.” Ucap A Rin langsug berlari menaik tangga. Dae Oh
panik tapi A Rin megajak Dae Oh segera mendekatinya. Dae Oh mengeluh kalau
Rumahnya berantakan.
A Rin
makan dengan lahap di ruang tengah, Dae Oh melihat A Rin Ternyata sangat suka jokbal. A Rin
membenarkan menurutnya Ini makanan terbaik untuk melepas stres. Dae Oh bertanya
apa Ada yang membuatnya stres. A Rin mengaku ada
“Makanan
ini kenyal. Jadi, stresmu bisa hilang saat mengunyahnya. Cobalah, Pak Cheon.
Coba makan sambil membayangkan orang yang membuatmu kesal.” Kata A Rin
“Tapi apa
orang sepertimu juga bisa marah?” kata Dae Oh. A Rin bingung apa maksud Dae Oh
mengatakan “Orang seperti dirinya”
“Maksudku…
Kau orang yang terkenal sangat baik. Katanya tak ada yang pernah melihatmu
marah.” Kata Dae Oh
“Itu
pertanyaanku. Kenapa mereka membuatku tak bisa marah sehingga tak ada yang
pernah melihatku marah?” kata A Rin kesal. Dae Oh kali ini tak mengerti ucapan
A Rin
“Mereka seenaknya
memanggilku malaikat, jadi, aku tak bisa hidup dengan sifat asliku. Sebenarnya.
sifatku sangat buruk.” Akui A Rin.
Dae Oh seperti tak percaya mendengarnya.
“Tapi
semuanya menyukaiku jika aku tersenyum dengan ramah. Aku hanya tersenyum mengikuti
yang orang-orang mau. Namun, kenapa mereka bilang aku palsu? Mereka bilang aku
sok baik.” Keluh A Rin kesal sambil meminum bir.
“Kau
pasti sakit hati.” Ucap Dae Oh Dengan tatapan tatapan sedih. A Rin mengeluh Dae
Oh menatap seperti itu. Dae Oh pun langsung meminta maaf.
“Kau
mirip dengan orang yang pernah kukenal.” Ucap Dae Oh. A Rin sedikit tersenyun
lalu membuka kaleng bir lagi, tapi semua birnya muncrat ke bajunya.
“Apa Kau
tak apa-apa?” tanya Dae Oh panik. A Rin mengeluh sakit pada tanganya. Dae Oh
melihat tangan A Rin yang berdarah lalu pergi ke kamarnya.
“Menyebalkan.
Ini baju dari sponsor... Tamatlah aku.” Ucap A Rin membersihkan bajunya dengan
cipratan bir.
“Jika
mau, kau bisa pakai ini. Di rumahku tak ada obat, jadi, aku beli dahulu.” Ucap
Dae Oh sambil memberikan baju ganti. A Rin pikir Dae Oh tak perlu memberikan
obat.
“Aku akan
beli dahulu. Sementara itu, tenangkanlah dirimu Bukan begitu. Kau boleh marah
sesukamu… Maksudku… Buat dirimu nyaman..” Kata Dae Oh.
“Aku sungguh tak apa-apa.” Ucap A Rin. Dae Oh
merasa kalau A Rin tokoh utama filmnya
jadi meminta A Rin meunggu karena akan segera kembali. A Ri menganguk mengerti
dan menatap Dae Oh seperti mengingat kenangan masa lalunya.
Flash Back
Guru A
Rin terlihat marah pada A Rin yang merasa tak bisa selesaikan ini di depannya.
A Rin hanya terdiam dengan wajah kesal. Pak guru pun meminta A Rin agar akui
saja bahwa menyontek. A Rin menegaskan kalau tak pernah lakukan hal itu.
“Hyo-sim,
coba tanya kepada semua orang. Apa tampangmu cocok dengan nilaimu? Bagaimana
bisa anak bodoh sepertimu dapat nilai 98? Kau tak mungkin bisa. Jadi, jangan
lagi berbohong seperti ini. Hiduplah seperti kau biasanya, Hyo-sim.” Ucap Pak
guru dengan nada menyindir.
“Baiklah...
Aku juga tak mau lagi berusaha karena orang sepertimu.” Teriak A Rin lalu
keluar dari ruangan. Gurunya berteriak memanggil tapi A Rin tak peduli.
A Rin
kesal meluapkan emosinya dengan menghisap rokok dan membakar rapornya. Saat itu
seorang datang menyuruhnya berhenti. A Rin melihat Dae Oh yang datang menuruni
tangga. Dae Oh meminta A Rin agar memberikan padana. A Rin memberikan koreknya.
Dae Oh pun meminta semuanya.
“Bagaimana
bisa murid SMA merokok? Kau sudah gila? Apa ini? Apa Ini rapormu? Kau.. Apa?
Nilaimu 98?” ucap Dae Oh melonggo kaget.
“Kenapa?
Kau pikir aku menyontek?” ucap A Rin marah. Dae Oh menegaskan kalau itu tak
mungkin karena A Rin itu anak muridnya dan memujinya hebat.
“Kau
percaya kepadaku?” ucap A Rin tak percaya. Dae OH pikir Mana mungkin tak percaya, karean tahu A Rin itu sudah
berusaha keras.
“Tentu
nilaimu akan baik. Jangan bakar rapor ini. Simpan dengan baik. Ya? Lalu
perlihatkan kepada ibumu. Aku akan simpan rokok ini. Kau sudah berusaha keras.”
Ucap Dae Oh. A Rin membalikan badan dan langsung menangis haru.
“Kenapa
kau menangis? Karena tak dapat nilai 100? Kau sudah hebat.” Puji Dae Oh.
Nyonya
Song masuk ruangan kaget melihat Manager Myung dan Ryu Jin sudah ada
diruanganya dan bertanya Ada apa selarut ini. Keduanya pun duduk, Ryu Jin
mengaku Kemarin hanya ingin istirahat sejenak dan pergi tanpa bilang kepada
Kwae-nam.
“Aku
sudah memarahinya, Bu. Sepertinya dia sangat stres karena akan segera mulai
syuting.” Akui Manager Myung. Nyonya Song seperti tak percaya.
“Aku
paham. Aku juga tak akan bisa hidup tenang jika menjadi dirimu. Kau pasti
ketakutan selama ini. Tentunya begitu... Karena tiba-tiba anakmu muncul.” Ucap
Nyonya Song memperlihatkan foto Ryu Jin bertemu dengan Ha Nee. Ryu Jin kaget mendengarnya.
“Jangan
khawatir. Walaupun begitu, hal ini tak akan memengaruhi kariermu.” Ucap Nyonya Song
“Bu Song,
biar aku jelaskan...Jadi…” kata Manager Myung. Nyonya Song merasa tak perlu
mendengarnya.
“Mulai
hari ini kau dikeluarkan... Kau bukan manajer Jin lagi.” Ucap Nyonya Song pada
Manager Myung. Ryu Jin melonggo kaget
“Maaf,
tapi aku tak bisa begitu. Karena… aku yang memecatmu.” Kata Ryu Jin marah.
Nyonya Song panik dan Manager Myung mencoba menenangkan Ryu Jin.
“Apa Maksudmu
kau akan putus kontrak denganku?” kata Nyonya Song. Ryu Jin membenarkan.
“Karena
kontrak itu, aku berada di sampingmu selama sepuluh tahun. Aku akan kirimkan
dokumen dari pihakku. Tolong siapkan semua proses pemutusan kontrak.” Kata Ryu
Jin keluar ruangan, Manager Myung bingung akhirnya mengejar Ryu Jin.
Ryu Jin
mondar mandir diruanganya, Managaer Myung ingin memastikan kalau Perkataan Ryu
Jin ta tak serius dan hanya mau menakuti
Bu Song. Ryu Jin menegaksan kalau ucapanya serius dan tak akan mempertaruhkan
kariernya untuk menakuti seseorang.
“Lantas
sekarang bagaimana?” tanya Manager Myung. Ryu Jin pikir langkah pertama mari
tinggalkan rumah ini.
“Aku akan
memutuskan semua yang berkaitan dengan Bu Song. Kwae-nam, aku pergi keluar
dahulu.” Ucap Ryu Jin. Manager Myung ingin tahu kemana Ryu Jin akan pergi.
“Dia tak
boleh mendengar hal ini dari orang lain. Aku akan menemui Ha-nee dahulu.” Kata
Ryu Jin lalu keluar ruangan.
Di rumah,
A Rin menatap wajah dicermin dan sudah mengunakan pakaian Dae Oh. Ia pun
bertanya-tanya dengan sikap Dae Oh yang perhatian dan membuatnya menjadi sangat
berdebar. Ia mengingat ucapan Dae Oh “Kau mirip dengan orang yang pernah
kukenal.”
“Apa
maksudnya aku? Apa dia akan baik seperti sekarang jika tahu aku Ko Hyo-sim?”
ucap A Rin bahagia lalu mendengar suara bel rumah.
A Rin
kaget melihat Ae Jung datang dan bertanya
alasan datang ke rumah Dae Oh malam hari. Ae Jung tak kalah kaget melihat A Rin
dirumah Dae Oh dengan pakaian mantan pacarnya, lalu dengan gugup mengaku ada
urusan dengan Pak Cheon.
“Tapi dia
tak di rumah sekarang. Bisa kau datang lain kali? Selamat jalan, Nona Noh.”
Ucap A Rin akan menutup pintu.
“Maaf, tapi
aku harus bicara dengannya malam ini.” Kata Ae Jung seperti tak ingin
berpikiran negatif.
Ae Jung
melihat rumah Dae Oh, ada kaleng bir dan makananan diatas meja. A Rin membuka
kulkas bertanya apakah Ae Jung Mau minum sesuatu dan berpikir sudah terlalu
malam untuk kopi. Ia pun menawarkan dengan teh herbal.
“Kau
tampak seperti pemilik rumah.” Ucap Ae Jung dingin. A Rin tersenyum
mendengarnya kalau terlihat begitu.
“Aku pernah
mengantar Pak Cheon pulang saat dia mabuk. Mungkin karena itu. Sepertinya Pak
Cheon akan lama. Dia pergi ke apotek.” Ucap A Rin mencoba memperlihatkan luka
dijarinya yang terasa perih.
“Oh...Ini?
Aku tak apa-apa. Aku terluka waktu membuka bir. Ini bukan apa-apa, tapi dia
sangat khawatir.” Ucap A Rin sengaja ingin memberitahu kalau Dae Oh perhatian.
“Ae
Jung.. Sebenarnya aku kemari hari ini untuk menyatakan perasaan pada Pak Cheon.
Bagaimana menurutmu? Jika aku begitu, apa dia akan suka?” ucap A Rin
blak-blakan.
“Bukankah
kau baru beberapa kali bertemu dengannya? Tapi kenapa bisa begitu?” kata Ae
Jung kaget tapi tetap menanyakan.
“Tidak,
sudah lama. Mungkin sudah 14 tahun. Ini Menarik sekali, 'kan? Bertemu dia
setelah sekian lama membuatku yakin. Aku menyadari bahwa aku benar-benar
menyukainya dan dia satu-satunya bagiku. Kali ini aku tak akan melepaskannya. Karena
itu, bantulah aku.” Ucap A Rin.
“Dengan
cara apa?” tanya Ae Jung. A Rin meminta Ae Jung agar segera pulang. Ae Jung
kaget A Rin berani mengusirnya. A Rin
memohon.
Saat itu
Dae Oh datang membawa plester dan kaget melihat Ae Jung sudah ada dirumahnya. A
Rin tersenyum bahagia melihat Dae Oh sudah kembali lalu memberitahu Nona Noh
hanya mampir sebentar Tapi akan segera pergi karena sibuk.
“Tidak...
Aku tak sibuk... Maaf, tapi sepertinya kau yang harus pergi. Karena ada hal
yang harus kami bicarakan.” Ucap Ae Jung
“Nona
Joo, pulanglah.. Kita bicarakan skenario lain kali.”kata Dae Oh samil
memberikan obatnya. A Rin kaget ternyata harus ia yang pergi dari rumah Dae Oh.
Dae Oh
membawakan baju A Rin di kursi dan A Rin
menuruni tangga dengan wajah kesal, karena Dae Oh lebih memilih bicara dengan
Ae Jung dibanding dirinya.
Dae Oh
akhirnya membereskan meja lalu meminta maaf karena Ae Jung pasti kaget lalu memberitahu Nona Joo
tiba-tiba datang jadi mereka minum bir bersama. Ae Jung pikir Tidak seperti itu
dan menurutnya Ini juga bukan kali pertama.
“Kalian
menghabiskan waktu bersama. Apa aku mengganggu?” ucap Ae Jung sinis
“Kenapa
kau bicara begitu? Kami hanya sedang membicarakan skenario sambil minum bir.”
Kata Dae Oh
“Apa kau
pikir bir dan larut malam begini bukan hal apa-apa?” ucap Ae Jung tak percaya.
Dae Oh measa Ae Jung sedang menyindirnya.
“Jika
begitu, aku merasa tak adil.” Ucap Dae Oh. Ae Jung tak percaya dae Oh yang
merasa Tak adil?
“Aku
datang karena ada yang mau kubicarakan. Sebuah hal penting, bahkan Sangat
penting. Namun… setelah melihat hal tadi, aku menjadi sadar. Waktu itu juga, ada
seorang wanita memakai bajumu di rumahmu. Empat belas tahun lalu, sama seperti
hari ini.” Ungkap Ae Jung
“Empat
belas tahun lalu? Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham.” Kata Dae Oh bingung
“Jangan
berpura-pura tak tahu.” Kata Ae Jung marah. Dae Oh pun meminta agar bisa
menjelaskan agar bisa paham.
“Aku
melihatnya... Aku melihat semuanya. Kau dengan wanita lain! Waktu itu… bukan
Joo A-rin, 'kan?” Ucap Ae Jung masih mengingat wanita yang mencium Dae Oh itu
berambut panjang.
“Apa?Apa
Aku maksudmu? Tak pernah ada wanita lain selain kau. Sepertinya kau salah paham,
karena…” tegas Dae Oh. Ae Jung tertawa mendengar kalau itu Salah paham
“Tentu
saja. Dalam hubungan kita selalu ada salah paham. Itu salah paham. Tapi apakah
aku akan begitu tersiksa jika itu hanya salah paham? Kau selalu membuatku salah
paham, dan aku selalu tersakiti karena itu.” Ucap Ae Jung marah
“Aku tak
tahu dari bagian mana yang salah. Aku tak tahu tentang itu, tapi ayo kita selesaikan
satu persatu. Apa alasanmu mendatangiku 14 tahun lalu? Bicaralah.” Ucap Dae Oh
“Sudahlah...
Itu tak perlu... Akhirnya akan tetap sama. Mulai sekarang, jangan bicarakan
soal masa lalu lagi di depanku. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Aku sudah
tak peduli tentangnya.” Ucap Ae Jung
“Apa? Kau
sudah tak peduli? Apakah semudah itu? Kau tak berubah sama sekali. Apa Kau pikir
kau terluka karenaku? Apa Kau pikir itu salahku? Tidak. Kau tak pernah percaya
padaku. Kau meninggalkanku karena tidak percaya padaku.” Ucap Dae Oh marah
“Siapa
yang membuatku tak percaya? Apa itu aku? Itu salahku? Siapa yang selalu
meruntuhkan diriku padahal aku selalu berusaha untuk percaya kepadamu walaupun
dalam keadaan tak seharusnya?” kata Ae Jung juga ikut bernada tingi.
“Dalam
keadaan seperti itu pun, kau tak pernah jujur kepadaku. Apa Kau tahu betapa
tersiksanya aku karena itu?” kata Ae Jung kesal. Dae Oh tiba-tiba berdiri.
“Kau tak
akan tersiksa lagi. Mulai sekarang, aku juga akan lupakan semua. Jadi Pergi...
Aku akan ikuti yang kau mau. Seperti maumu, aku tak akan menemuimu lagi. Apa Puas?”
kata Dae Oh marah. Ae Jung menatap Dae Oh dengan mata berkaca-kaca
Dae Oh
pun masuk ke dalam kaamrnya. Ae Jung hanya bisa terdiam. Dae Oh duduk diam dan
mendengar Ae Jung akhirnya keluar dari rumahnya. Sementara Ha Nee mengajak
jalan-jalan anjingnya sambil minum susu dan merasa ada orang yang mengikutinya.
Tapi saat
menoleh kebelakang tak ada siapapun. Ia pun berjalan dengan anjinganya membuat
susu kotaknya. Beberapa saat kemudian, seseorang mengambil susu kotak yang
sudah diminum oleh Ha Nee.
Nyonya
Kang menemani Ha Nee yang sibuk dengan laptopnya lalu bertanya Di mana Ki
Dong-chan yang berkata bahwa gadis yang disukainya ada di kelas sebelah. Ha Nee
mengaku tak tahu dan tak bisa menebak pikirannya lalu memberitahu Dan namanya
Koo Dong-chan, bukan Ki Dong-chan.
“Sekalipun
marah, dia masih peduli akan namanya.” Ejek Nyonya Kang
“Bagaimana
menurutmu? Dong-chan menjauhiku karena aku galak seperti ibuku? Apa Dia muak
padaku?” ucap Ha Nee heran. Nyonya Kang pikir tidak seperti itu.
“Benar,
'kan? Tapi ada yang aneh. Sepertinya Dong-chan tak menyukai kita lagi. Benar,
'kan?” ucap Ha Nee
“Tak
mungkin begitu.” Ucap Nyonya Kang. Ha Nee merasa Sepertinya memang begitu.
“Wajahnya
memerah dan meninggalkanku. Dia pasti membenciku.” Ucap Ha Nee yakin.
“Dia tak
mungkin membencimu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee heran dengan Nyonya Kang yakin
sekali dari tadi
“Bagaimana
kau bisa tahu?” ucap Ha Nee. Nyonya Kang pikir
Semua tahu kecuali Ha Nee. Ha Nee kesal karena tak mengerti lalu pamit
pergi setelah pamit dengan anjingnya.
“Kepolosannya
sangat mirip ibunya. Tapi Kenapa membeli label nama untuk anjing tanpa nama?”
ucap Nyonya Kang heran melihat laptop yang barus saja dipakai Ha Nee.
Di sebuah
mobil, seseorang ingin menelp Ha Nee tapi diurungkan niatnya saat melihat Ae
Jung datang. Ae Jung memanggil anaknya dan langsung memeluknya. Ha Nee bingung
mencium bau tubuh ibunya, Ae Jung dengan
bangga memperlihatkan makanan untuk anak dan ibunya.
“Bau apa
ini? Apa Ibu minum miras?” ucap Ha Nee. Ae Jung mengaku tidak minum dan
bertanya Apa bau miras. Ha Nee menganguk.
“Ha-nee...
Biarkan ibu memelukmu sebentar... Sebentar saja.” Ucap Ae Jung mencoba menahan
tangisnya. Ha Nee bingung.
“Astaga...
Ibu lupa beli kola... Ibu akan pergi beli kola dahulu.” Kata Ae Jung. Ha Nee
menahanya merasa Tak perlu karena sudah
terlalu malam.
“Kita harus
makan ayam goreng dan piza dengan kola. Kau Bawa ini masuk, dan makan lebih
dahulu dengan nenekmu dan Pak Oh. Ibu akan kembali membawa kola... Putriku
cantik sekali.” ucap Ae Jung kembali memeluk anaknya. Ha Nee mengeluh ibunya
yang bau miras.
Ae Jung
berjalan untuk membeli cola, dibelakang Ryu Jin turun dari mobil diam-diam
mengikutinya. Ae Jung hampir jatuh karena tak bisa berjalan lurus, Ryu Jin pun
menahanya sambil mengeluh Ae Jung minum miras sebanyak dan apakah minum sendiri.
“Ryu Jin?
Itu kau, Jin? Apa aku terlalu banyak minum?” kata Ae Jung mencoba untuk tetap
sadar
“Aku
datang karena ada urusan di sekitar sini. Tapi, apa kau ada masalah?” tanya Ryu
Jin
“Tidak.
Aku tak ada masalah apa-apa.”akui Ae Jung. Ryu Jin pikir itu bagus. Ryu Jin mencoba
agar Ae Jung bisa menjelaskan sesuatu.
“Hanya
saja… Hanya saja beban yang kupendam selama 14 tahun. Dan beban itu… kulepaskan
semua hari ini. Aku sudah benar-benar merelakannya. Aku tak mau tersakiti lagi.”
Ungkap Ae Jung
“Dahulu… mungkin
hanya aku yang akan terluka. Tapi sekarang tak begitu. Sekarang, Ha-nee dan
ibuku juga akan terluka. Semua akan terluka. Kukira aku sudah membereskan
segalanya. Kukira semua sudah kuakhiri. Namun, hatiku… merasa sangat sesak.” Kata
Ae Jung
“Hatiku
merasa sangat sesak.. Terlalu sesak.” Kata Ae Jung menangis. Ryu Jin melangkah
mundur seperti tak ingin Ae Jung bersadar lagi padanya seperti 14 tahun yang
lalu.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar