PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dae Oh
berani mencium Ae Jung dan tiba-tiba Nyonya Choi dan yang lainya datang ke
ruangan. Ae Jung langsung berdiri tegak dengan membalikan badanya. Ha Nee melihat ibunya terlhat curiga. Hye Jin
datang dengan wajah panik melihat Dae Oh yang sudah siuman.
“Sakit
sekali.”keluh Dae Oh berpura-pura melihat semua datang. Dokter akhirnya
memeriksa keadaan Dae Oh.
“Sepertinya
dia sedikit demam, dan napasnya sesak. Apa ada yang salah dengan operasinya?”
tanya Nyonya Choi panik
“Ibu...Diam
saja dahulu.” Ucap Ae Jung berbisik karena malu sebelumnya berciuman. Ha Nee
terus menatap ibunya dan juga Dae Oh.
“Kenapa?
Ibu begini karena cemas.” Kata Nyonya Choi. Dokter pikir kalau Nyonya Choi tak
perlu cemas.
“Biasanya,
aktivitas semacam itu akan menstimulasi saraf simpatik dan melepaskan adrenalin
dalam jumlah yang banyak.” Jelas Dokter. Dae Oh yang malu langsung menutup
wajahnya. Ae Jung pun memalingkan wajahnya.
“Aktivitas
apa?” tanya Nyonya Choi bingung. Dokter akhirnya memberitahu Intinya, operasi menantunya sudah berjalan dengan
lancar,
“dan dia
hanya perlu beristirahat total beberapa hari.” Jelas Dokter. Nyonya Cho bingung
karena Dae Oh dianggap "Menantu"
“Dokter…
Hubungan kami tak seperti itu.” Ucap Ae Jung. Dokter hanya tersenyum dan
akhirnya pergi.
“Kenapa kau
pergi begitu saja? Imajinasi dokter itu terlalu tinggi. Bagaimana bisa dia
berpikir mereka pasangan menikah?” ucap Hye Jin. Dae Oh dan Ae Jung hanya bisa
terdiam.
“Ya.
Dokter itu keterlaluan.” Komentar Tuan Wang. Yeon Woo yang melihatnya pun
seperti menahan perih dihatinya.
“Benar,
'kan? Aku juga berpikir begitu”kata Ae Jung. Ha Nee merasa tak enak hati
akhirnya pamit pergi pada ibunya.
“Ada yang
harus aku lakukan.” Kata Ha Nee. Ae Jung bingung kemana Ha Nee akan pergi. Yeon
Woo akhirnya pamit perg.
“Benar.
Aku juga harus pergi... Ibu akan datang lagi besok. Beristirahatlah... Sampai
bertemu lagi, Hye-jin.” Ucap Nyonya Choi seperti sengaja membiarkan mereka
berdua lalu memberikan kode agar Hye Jin dan Tuan Wang pergi.
“Ada apa
dengan suasana di sini? Orang-orang akan salah paham jika kalian begini.” Kata
Hye Jin
“Apa
kalian benar punya hubungan seperti itu?” tanya Tuan Wang. Hye Jin melihat
keduanya seperti tak percaya. Hye Jin dan Dae Oh hanya diam saja. Keduanya pun
akhirnya berpikir kalau dugaan mereka benar.
Ha Nee
duduk sendiri di luar ruangan. Yeon Woo melihat Ha Nee lalu berkomentar kalau
lupa menaruh snack di ruang rawat. He Nee menatap Yeon Woo yang datang, lalu berkomentar kalau Ibunya tampak lebih
bahagia saat bersamanya.
“Lantas? Apa
kau sedih?” tanya Yeon Woo. Ha Nee mengaku
Tidak. Bukan begitu. Tiba-tiba terdengar suara jeritan Nyonya Joo
memanggil nama Yeon Woo.
Yeon Woo
kaget melihat ibunya yang datang, Nyonya Joo langsung memastikan anaknya
baik-baik saja dan bertanya apakah terluka dengan wajah panik. Ha Nee menatap
keduanya dengan wajah bingung. Yeon Woo
mencoba menenangkan ibunya.
“Kenapa
kau selalu membuat ibu cemas? Ini alasan aku tak menyukai Noh Ae Jung. Karena
aku tahu kau akan melakukan apa pun untuk dia. Ibu tak akan membiarkan wanita
itu. Ibu akan menghancurkannya, bagaimanapun caranya.”kata Nyonya Joo marah.
Ha Nee hanya bisa terdiam ibunya dibenci dan Yeon Woo merasa tak enak
hati pada Ha Nee.
“Siapa
yang mau kau hancurkan?” ucap Nyonya Choi tiba-tiba datang. Yeon Woo pun menyap
dengan sopan. Nyonya Joo kaget melihat Nyonya Choi didepanya.
“Siapa
kau sampai mau menghancurkan anakku?” kata Nyonya Choi. Nyonya Joo mengangkat
wajahnya dan memberikan kartu namanya.
“Aku
direktur SMP Hanbak, CEO Cheonmyeong Entertainment, dan ibu dari Pak Oh. Namaku
Joo Bo-hye.” Ucap Nyonya Joo.
Nyonya
Choi mengerti dan melihat Ha Nee menyuruh cucunya gar ganti baju di kamarnya dan menunggu disana.
Ha Nee pun pergi meninggalkan ketiganya.
“Sebenarnya
aku sangat penasaran apa yang anakmu lakukan sampai anakku yang polos, Oh
Yeon-woo, mau menjadi ayah bagi anak yang tak punya ayah itu.” Ucap Nyonya Joo
sinis berbicara diluar rumah sakit. Yeon Woo marah mendengarnya.
“Aku tadi
bilang kepadamu. Yeon-woo adalah anak tunggal dari keluarga berkelas, dan
nantinya akan menjadiCEO Cheonmyeong Entertainment. Dia tak pantas beradadalam
lingkungan begini.” Kata Nyonya Joo bangga
“Aku sama
sekali tak tahu tentang perusahaan itu.” Balas Nyonya Choi. Nyonya Joo melonggo
kaget mendengarnya.
“Bagaimana
bisa kau tak tahu?” keluh Nyonya Joo tak percaya. Yeon Woo terlihat mencoba
sabar berdiri disamping ibunya.
“Aku juga
tak peduli Yeon-woo berasal dari keluarga seperti apa.” Ucap Nyonya Choi
“Hei!
Mungkin kau tak peduli tentang itu, tapi itu hal yang sangat penting bagiku.”
Kata Nyonya Joo
“Keluarga
kami suka Yeon-woo hanya karena dia Yeon-woo.Sebuah berkah bagi keluarga kami
karena bisa tinggal bersama dengan pria yang hebat seperti dia. Kami juga
penasaran tentang orang tuanya karena bisa membesarkan anak hebat seperti dia.”
Ungkap Nyonya Choi. Yeon Woo tersenyum mendengarnya.
“Apa?
Maksudmu…” kata Nyonya Joo malu. Nyonya Choi pun meminta agar bisa
memperjelasnya.
“Sepertinya
kau merendahkan Ae Jung karena dia hanya seorang ibu tunggal yang punya putri.
Namun, kau salah. Orang yang disukai Yeon-woo, seorang pria yang sangat hebat
ini, adalah anakku, Ae Jung.” Tegas Nyonya Choi
“Satu hal
lagi. Anakku juga seorang putri tunggal dari keluarga berkelas. Mungkin kau tak
tahu ini. Tapi dia putri keluarga keren dan terkenal di Sindang-dong.” Ucap
Nyonya Choi
Nyonya
Joo tak percaya mendengarnya dan hanya bisa terdiam. Nyonya Choi pun pergi.
Yeon Woo
berjalan lebih dulu dengan wajah marah. Nyonya Joo mengejar anaknya meminta
agar tak marah dan mengaku datang karena
mengkhawatirkannya. Yeon Woo kesal karena ibunya itu bukan khawatir, tapi
posesif.
“Akibat
keposesifan Ibu, keluarga Ae Jung hampir terluka lagi.” Tegas Yeon Woo marah.
Nyonya Joo tak percaya mendengarnya
“Apa Ibu
masih tak paham? Apa ibu Masih tak paham alasanku menyukainya dan mau
melindunginya?” tanya Yeon Woo. Nyonya Joo pikir Tentang itu…
“Saat
berhenti menjadi atlet karena cedera dan merasa mau mati, Ibu tak ada di
sampingku, tapi Ae Jung ada. Hari impianku hancur adalah hari paling
membahagiakan bagi Ibu. Namun, Ae Jung berada di sampingku dan menghiburku.”
Tegas Yeon Woo
“Yeon-woo,
waktu itu…”kata Nyonya Joo tapi Yeon Woo langsung menyela ucapan ibunya.
“Itu sebabnya,
aku mau melakukan sesuatu untuknya. Pada saat tersulitnya, aku ingin di
sampingnya dengan cara apa pun.” Tegas Yeon Woo.
Flash Back
Yeon Woo
sudah bersiap dengan surat ditanganya [UNTUK AE-JUNG] lalu menyakikan diri agar
Jangan takut karena pasti bisa. Ia pikir Hanya perlu ikuti perintah
teman-temanlalu masuk ke PEMANDIAN. Saat itu terdengar suara Nyonya Choi dengan
nada tinggi.
“Pergilah
ke klinik. Gugurkan anak itu, dan lupakan semua. Kenapa diam saja? Ayo, ke
klinik! Kau baru 23 tahun. Bagaimana bisa punya anak?” teriak Nyonya Choi
“Aku akan
melahirkannya... Aku mau memilikinya. Aku tak bisa menggugurkannya!” ucap
Nyonya Choi. Bunga yang dibawa Yeon Woo pun terjatuh karena kaget.
“Kalau
begitu, setidaknya katakan siapa ayah anak itu. Di mana pria sialan itu
sekarang?” kata Nyonya Choi
“Dia
sudah mati! Harus berapa kali aku ulangi? Akan kulahirkan anak ini. Aku sudah
berpikir matang, jadi, jangan hentikan aku!” ucap Ae Jung lalu melangkah pergi
Yeon Woo
buru-buru bersembunyi, Ae Jung pun kelaur dari sauna, Nyonya Choi pun tak bisa
mengerjanya.
Yeon Woo
melihat Ae Jung yang menangis sambil berjongkok. Ae Jung mengangkat wajahnya
melihat Yeon Woo akhirnya datang dan menghapus air matanya merasa tak enak
karena Hari ini tak bisa memberikan minuman gratis untuknya.
“Sebenarnya…
aku tak berniat menguping. Tapi… aku mendengar pembicaraan kalian tadi.” Ungkap
Yeon Woo
“Aku
harus pergi sekarang. Maaf.” Kata Ae Jung. Yeon Woo berkata kaalu akan
membantunya. Ae Jung kaget mendengarnya.
“Kau tak
bisa hadapi ini sendiri... Jadi, aku…” ucap Yeon Woo. Ae Jung menegaskan pada
Yeon Woo salah dengar tadi. Yeon Woo memohon.
“Tolong
lupakan yang tadi kau dengar. Tolong pura-pura tak dengar.” Ucap Ae Jung
“Aku akan
ada di sampingmu. Jangan takut karena aku akan ada di sampingmu. Dan jangan
menangis.”ucap Yeon Woo
“Pulanglah,
Yeon-woo. Jangan datang lagi ke sini.” Kata Ae Jung tak ingin membuat Yeon Woo
terbebani.
Di dalam
mobil, Nyonya Joo duduk dengan wajah gelisah mengingat yang dikatakan Yeon Woo
“Ibu tak ada di sampingku, tapi Ae-Jung ada.”
Sementara di rumah, Nyonya Choi sedang memasak mengingat yang
dikatakannya pada Nyonya Joo.
“Dia
masih ibu Yeon-woo. Seharusnya aku lebih halus kepadanya... Aku memang penuh
emosi.” Ucap Nyonya Choi merasa bersalah.
Yeon Woo pulang
memanggil Nyonya Choi, Nyonya Choi pun menayap Yeon Woo yang sudah pulang. Yeon
Woo bertanya apakah Nyonya choi sedang memasak. Nyonya Choi menganguk karena
merasa mereka Ksemua sudah kesulitan jadi mau buat makanan.
“Apa Ibumu
sudah pergi?” tanya Nyonya Choi. Yeon Woo menganguk. dan langsung meminta maaf.
“Perasaanmu
pasti terluka karena ibuku.” Kata Yeon Woo. Nyonya Choi pikir Tidak begitu
karena Tadi suaranya lebih tinggi daripada Nyonya Joo.
“Tapi apa
kau terluka karenaku tadi?” tanya Nyonya Choi. Yeon Woo mengaku Tidak sama
sekali.
“Terima
kasih, Bu Choi.. Kau sudah bicara begitu tadi. Katamu kau menyukaiku karena
diriku dan merasa diberkahi karena bisa tinggal bersama denganku.”ucap Yeon Woo
“Memang
itu kenyataannya.” Kata Nyonya Choi.Yeon Woo pun juga merasa seperti itu.
“Aku juga
sangat senang bisa di sampingmu, Ha-nee, dan Ae Jung. Kalian sungguh seperti
keluargaku. Namun, aku harus pindah dari sini.” Ucap Yeon Woo. Nyonya Choi
kaget mendengarnya.
“Aku
sangat bahagia selama tinggal di sini. Terima kasih, Bu Choi.” Kata Yeon Woo.
Di depan
mesin minuman, Ae Jung terus memasukan uang koin tanpa henti teringat ucapan Ha
Nee “Ibu, aku pergi dahulu. Ada yang harus aku lakukan.” Ia seperti merasa
kalau Ha Nee tahu hubungan dengan Dae Oh lalu marah. Dae Oh datang mengambil
minuman.
“Kenapa kau
masukkan koin sebanyak itu? Apa Kau mau menabung?” ejek Dae Oh
“Berikan
kepadaku. Aku mau pergi.” kata Ae Jung sinis. Dae Oh langsung mengeluh
kesakitan pada tanganya.
“Ada apa?
Kau kenapa? Aku sudah bilang, diamlah di ruanganmu.” Ucap Ae Jung panik
“Kau
aneh... Kau menyakitiku, lalu khawatir. Ae Jung. Aku tahu apa yang kau
khawatirkan. Kau begini karena Ha-nee, 'kan?” ucap Dae Oh
“Kita memang
bisa mulai semua dari awal. Tapi ini semua bukan berarti kau bisa menjadi
keluarga kami.” Tegas Ae Jung
“Aku
paham. Aku tak berharap Ha-nee mau menerimaku hanya karena aku ayah kandungnya.
Dia tak akan menerimaku hanya karena itu. Ini kesempatan untuk selamanya di
samping kalian. Jangan khawatir.” Ucap Dae Oh memastikan.
“Aku tak
akan berlaku sesuka hati seperti dahulu. Akan kutunggu dengan sabar sampai
Ha-nee mau menerimaku. Aku akan berusaha. Jangan khawatir. Percayalah kepadaku.
Aku pergi dahulu.” Kata Dae Oh lalu pergi lebih dulu. Ae Jung pun hanya terdiam
menatapnya.
Di
ruangan, Tuan Koo mencoba memakai bajunya tapi terlihat kesusahan karena
perbannya. Dong Chan melihat ayahnya langsung mendekatinya, sambil mengeluh
kalau kalau bisa minta tolong kepadanya dan melakukannya sendiri.
“Ayah
terluka parah. Harusnya dirawat dahulu. Kau harus Minum obat dan disuntik.”
Ucap Dong Chan khawatir.
“Dong-chan,
duduklah sebentar.” Ucap Tuan Koo. Dong Chan pun duduk didepan ayahnya.
“Mungkin
kau pernah lihat ini, jadi, aku minta maaf karena tak beri tahu lebih awal. Aku
takut kau ingat semua hal mengerikan itu dan terluka karenanya. Aku tak bisa
berbuat apa-apa.” Ucap Tuan Koo memperlihatkan foto ibu dari Dong Chan.
“Ibumu
hanya memikirkanmu, bahkan sampai akhir hayatnya. Maaf… karena tidak bisa
melindungi ibumu sampai akhir.” Kata Tuan Koo tertunduk sedih
“Tapi kau
melindungiku... Terima kasih, Ayah... Terima kasih sudah menjadi ayahku.” Kata
Dong Chan tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Tuan Koo tak percaya mendengarnya
langsung mengangat wajahnya.
Di
restoran, Hye Jin makan dengan Tuan Wang merasa tak percaya Ternyata Nona Noh
dan Pak Cheon punya hubungan istimewa dan membuatnya merinding. Ia pun tahu
kalau cerita “Cinta Itu Tidak Ada, Tidak ada cinta, tidak ada Ae Jung!”
“Padahal
aku sudah benar dari awal.” Ungkap Hye Jin. Tuan Wang pun berpikir yang sama.
“Kenapa
aku baru tahu sekarang bahwa wanita di novel Pak Cheon adalah Nona Noh?” kata
Tuan Wang
“ Aku memang
pernah kira ada yang aneh dengan hubungan mereka.” Ucap Hye Jin kesal
“Tunggu
sebentar. Berapa banyak royalti yang Pak Cheon terima? Karena dia terkenal di
dunia…” kata Tuan Wang. Hye Jin pikir Kenapa dengan itu?
“Nona Noh
beruntung sekali. Tiba-tiba dalam
semalam dia dapat suami yang sangat kaya.”kata Tuan Wang
“Kenapa
kau bicara begitu? Dia sudah bekerja keras membesarkan Ha-nee sendirian tanpa
suami. Awalnya, Pak Cheon juga sangat sering menyusahkan Nona Noh. Aku ke
toilet dahulu.” Kata Hye Jin kesal lalu melangkahpergi
“Aku tak
peduli tentang hal lain. Yang jelas Pak Cheon menghasilkan banyak uang.” Kata
Tuan Wang lalu teringat sesuatu.
Hye Jin
akhirnya kembali dan tak melihat Tuan Wang, lalu bertanya-tanya Ke mana Pak
Wang. Ia pun mengeluh kesal pada Tuan Wang kabur lagi tanpa membayar.
Sementara
Tuan Wang sibuk mencari buku tabungannya, di meja kerja Ae Jung. Ia menemukan
laci yang terkunci seperti berusaha untuk membuka dan mencurinya.
Di dalam
mobil, A Rin menatap keluar jendela. Ryu Jin yang mengemudikan mobilnya
berkomentar kalau Ini acara yang berkaitan dengan film, jadi,berpikir Ae Jung
akan membatalkannya. Ia pun ingin tahu Ada apa. A Rin pikir ia sudah kesal
karena cinta pertamanya gagal.
“Apa aku
harus bayar penalti juga? Jika begitu, aku akan sangat rugi.” Ucap A Rin. Ryu Jin
dengan senyuman memastikan keputusa A Rin.
“Aku akan
tetap membintanginya. Tapi jangan bilang Pak Cheon aku Ko Hyo-sim. Itu
memalukan. Aku juga akan merahasiakan bahwa Ryu Jin, sang aktor terhebat, ditolak
oleh Nona Noh.” Ucap A Rin
“Hei!
Siapa yang ditolak? Aku Ryu Jin. Siapa yang berani begitu? Tak mungkin.” kata
Ryu Jin membela diri
“Jin... Mari jangan anggap semua baik-baik
saja saat kita bersama. Bukankah setidaknya kita punya satu orang yang tahu
sisi kita yang seperti ini? Bagiku, tak masalah jika kau orangnya.” Ucap A Rin.
Ryu Jin pun hanya bisa terdiam.
Akhirnya
A Rin dan Ryu Jin turun dari mobil menyapa semua wartawan yang sudah menunggu.
Mereka mempromosikan mobil dengan bahan bakar listrik. Ryu Jin terlihat
canggung ketika akan menyentuh baju A Rin.
“Kenapa
Jin sangat kikuk hari ini? Jangan-jangan Joo A-rin mengancamnya lagi.” Ucap
Manager Myung bingung. Kwang Soo tak mendengarnya bertanya. Manager Myung
menjawab Tak apa-apa.
Kwang Soo
akhirnya mengajak A Rin pergi, memuji kalau Gayanya hari ini bagus sekali. Ia
tiba-tiba berteria memberitahu A Rin meminta agar bisa meihatnya dan
memberitahu kalau Ryu Jin dan Bu Song bertemu untuk kali pertama setelah kasus
itu.
“Kenapa
dia membeku begitu?” ucap A Rin melihat Ryu Jin terlihat tegang bertemu dengan
Nyonya Song.
Manager
Myung akhirnya bicara dengan Nyonya Song ingin tahu alasanya datang. Nyonya
Song mengeluh mendengar ucapanya dan mengaku tentu untuk membeli mobil lalu
menyapa Ryu Jin yang Lama tak bertemu, Ryu Jin pun membalasnya dengan dingin.
“Kau
terlihat baik setelah semua kejadian besar itu.” Ucap Nyonya Song. Ryu Jin
membenarkan.
“Jin
memang orang yang kuat…” ucap Manager Myung. Ryu Jin membalas kalau Bagaimanapun,
itu semua hanya rumor jadi tak peduli soal itu.
“Benarkah?
Lantas, apa harus ada kasus yang lebih besar agar kau bisa runtuh? Kita bekerja
bersama selama sepuluh tahun. Aku tahu segalanya tentangmu. Jika aku cari, bisa
saja aku menemukan hal yang lebih besar dari itu.” Kata Nyonya Song mengancam.
“Astaga,
Bu Song... Halo. Lama tak bertemu.” Sapa A Rin. Manager Myung kaget melihat A
Rin datang. A Rin dengan sengaja
menyentuh baju Ryu Jin merapihkan bajunya. Ryu Jin kaget.
“Joo
A-rin... Lama tak bertemu... Sepertinya kau menjadi akrab dengan Joo A-rin.
Setahuku, kalian tak akan bisa menjadi akrab.” Kata Nyonya Song meyindir. Ryu
Jin hanya bisa terdiam
“Ya. Aku
dan Jin ternyata punya banyak kesamaan. Benarkan, Jin?” ucap A Rin. Ryu Jin
membenarkan dengan wajah gugup.
“Aku baru
tahu itu.” Ucap Nyonya Song. A Rin pikir Tak apa jika baru tahu.
“Tapi Bu
Song, kau keterlaluan waktu itu. Kau hampir merusak karier Jin dengan rumor
yang tak dikonfirmasi itu. Kau tahu itu alasan film kami mengalami masalah,
'kan?” ucap A Rin. Nyonya Song kaget mendengarnya.
“Mungkin
memang sudah lewat, tapi waktu itu aku sangat kesal. Film ini adalah film
penting bagiku. Aku membuang banyak hal, termasuk harga diriku, dan memilih
untuk bermain di film ini. Hari ini sangat melelahkan untuk kita. Ayo kita
makan bersama.” Ucap A Rin. Ryu Jin pun setuju akan mentraktirnya.
“Omong-omong,
Joo A-rin. Bukankah kau harus bersihkan dirimu dahulu jika mau film barumu
sukses? Akhir-akhir ini semuanya membicarakanmu, Joo A-rin. Ada rumor bahwa
nama, umur, dan segala tentangmu itu palsu.” Ucap Nyonya Song menyindir. A Rin
mencoba menjelaskan.
“Tapi
lebih banyak rumor tentangmu. Semua berkata kau tak bisa melupakan aku dan
hampir hancur. Selain itu, sepertinya kau belum dengar rumor lain tentang Joo
A-rin. A-rin orang yang sangat gigih.” Ucap Ryu Jin membela. A Rin tersenyum
mendengarnya.
“Dia bisa
menjadi seorang Malaikat Asia bukan hanya karena cantik dan baik, tapi karena
dia gigih dan selalu berusaha keras. Jika kau mau tahu lebih lagi,maka aku akan
ceritakan nanti.” kata Ryu Jin. A Rin pun mengajak mereka pergi. Kwang Soo dan
Manager Myung pun pamit pergi.
Mereka
pun akhirnya berjalan sampai ke depan lift. Ryu Jin langsung bisa bernafas lega
mengaku sudah aman. A Rin mngaku karena
sangat takut tadi Hanya mata putih Bu Song yang terlihat. Manager Myung mengaku
Itu belum apa-apa.
“Kehebatannya
adalah menendang. Kakiku sudah sering ditendang olehnya dahulu.” Kata Manager
Myung.
“Terima
kasih untuk tadi, Joo A-rin.” Kata Ryu Jin. A Rin bertanya Untuk apa?
“Aku begitu
karena tak suka kepadanya. Itu alasanku membantumu. Aku juga berterima kasih.”
Kata A Rin. Kwang Soo binggung dengan situasi ini merasa sangat menggelikan.
“Aku
lapar. Ayo kita makan.” Kata A Rin masuk ke dalam lift. Ryu Jin pikir akan
mentraktirnya. Kwang Soo pun melihat keduanya bertanya ada apa denganya. Manager Myung mengaku tak tahu.
Nyonya
Song bertanya pada Manager Jung Bagaimana progres film Jin. ManagerJung
menjawab Sepertinya berjalan lancar. Nyonya Song kesal karena Karena Ryu, ia
akhirnya dituntut, lalu saham dan citra Ssong
Entertainment hancur.
“Bagaimana
bisa itu berjalan lancar?” kata Nyonya Song. Manager Jung mengatakan Tak ada
masalah dalam produksi.
“Tapi
menurut pihak terkait, bisa saja produksi akan diundur.” Ucap Manager Jung.
Nyonya Song ingin tahu alasanya.
“Pak
Cheon dan Nona Noh ada di lokasi kejadian gas bocor waktu itu.” Kata
ManagerJung memperlihatkan tabnya. Nyony Song kaget mendengarnya.
“Karena
keadaan sutradara dan produsernya begini, syutingnya akan diundur.” Jelas
Manager Jung. Nyonya Song melihat judul berita [PENULIS TERKENAL CHEON TERLUKA
DALAM KECELAKAAN GAS BOCOR]
“Kenapa
mereka bisa mengalaminya bersama?” tanya Nyonya Song. Manager Jung juga
penasaran soal itu.
“Bu
Song... Ayo kita bekerja sama untuk membalas mereka semua.” Ucap Reporter
datang dengan wajah kesal.
Tuan Koo
berdoa di kuil di depan papan nama [Tan Zi Yi] Lalu berbicara pada Nyonya Tan
kalau akan membesarkan Dong-chan dengan baik jadi meminta agar Beristirahatlah
dengan tenang. Ia lalu menerima telp dari NOMOR TAK DIKENAL
“Koo
Pa-do... Sudah lama. Kami sudah mengurus pengkhianat itu.” Ucap Seorang pria
dengan bahasa mandarin.Tuan Koo mengerti.
“Namamu
sudah bersih. Apa kau tak mau kembali lagi?” kata si pria. Tuan Koo
menjawab lebih suka di sini.
“Kam Hyo
Gang sudah kuserahkan kepada polisi Hong Kong, tapi dia menghilang saat
dipindahkan.” Kata Tuan Kim. Tuan Koo hanya bisa diam saja.
Dong Chan
berjalan dengan wajah tertunduk, Ha Nee berlari memanggilnya. Dong Chan kaget mendengarnya. Ha Nee meminta maaf. Dong Chan mengaku
baik-baik saja. Ha Nee heran sikap Dong Chan begini akhir-akhir ini.
“Apa
kemarin kau bermimpi?” tanya Ha Nee. Dong Chan
mengaku juga kemarin bermimpi. Ha Nee merasa ini Menyebalkan.
“Pria-pria
itu terus muncul di mimpiku. Aku sangat benci mereka.” Ucap Ha Nee. Dong Chan
meminta maaf
“Semua
karena aku dan ayahku. Kau, Bu Noh, dan Pak Cheon menjadi begini.” Kata Dong
Chan.
“Hei. Kenapa
kau yang merasa bersalah? Ini kesalahan orang lain. Omong-omong, rahasiakan
dari ibuku bahwa aku memimpikan itu. Jika ibuku tahu, dia akan sangat khawatir.
Itu akan menyusahkan.” Ucap Ha Nee.
“Tunggu
sebentar... Ini ibuku...” ucap Dong Chan
memperlihatkan sebuah foto.
“Astaga.
Apa ini? Orang ini sangat mirip dengan ibuku. “ kata Ha Nee aget.
“Sepertinya
karena alasan ini kau dan ibumu terlibat dalam masalah keluarga kami. Maafkan
aku.” Kata Dong Chan.
“Astaga.
Tak bisa kupercaya. Apa Wanita ini benar ibumu?” ucap Ha Nee. Dong Chan mengaku
Awalnya juga sangat kaget.
“Tunggu
Sebentar. Itu berarti kau anak seorang bos. Kau sangat keren.” Kata Ha Nee.
Dong Chan kaget mendengarnya.
“Mungkin
saja di dalam darahmu mengalir darah pria kuat. Kau juga dibesarkan oleh pria
kuat. Dilihat dari dua hal itu, peluang bahwa kau juga pria kuat adalah 99,9
persen! Kau keren.” Ucap Ha Nee. Dong Chan tersenyum dianggap Pria kuat?”
“Bagaimanapun,
ayahmu sangat keren. Dia bukan ayah kandungmu, tapi dia mempertaruhkan hidupnya
untuk melindungimu.” Kata Ha Nee.
“Sutradara
itu juga begitu. Padahal dia tak terlihat kuat seperti ayahku.” Kata Dong Chan.
Ha Nee merasa tak enak hati mendengarnya.
“Aku tak
tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya dia menganggapmu sangat penting.” Kata
Dong Chan.
“Hei,
Tukang Bolos! Kenapa kalian tak datang ke kompetisi olahraga? Khususnya Ha-nee.
Padahal ayah dan ibumu sudah buat keributan begitu.” Ejek Chan Yeong
datang. Ha Nee terlihat marah
“Apa
karena dia bukan ayah kandungmu? Kurasa akan memalukan jika orang-orang tahu
bahwa kau berbohong.” Ejek Chan Yeong
“Hei,
Kalian. Diam dan pergilah.” Kata Dong Chan berani melawan. Ha Nee kaget
mendengarnya.
“Apa
katamu? Koo Dong-chan, Apa kau salah makan? Kenapa kau memprovokasi kami
terus?” ucap Chan Yeong sedikit takut
melihat Dong Chan.
“Pergilah
sebelum aku marah. Jika tidak, ayahku bisa menghancurkan semuanya.” Kata Dong
Chan berani melawan Chan Yeong
“Memang
siapa ayahmu?” tanya Chan Yeong Saat itu Dong Chan melihat Tuan Koo dan Tuan
Kim. Chan Yeong hanya bisa melonggo melihat ayah Dong Chan datang.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar