PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ha Nee
duduk di meja sekolahnya, Guru memberitahu kalau Alasan mereka mirip dengan
orang tua adalah karena terdapat setengah gen orang tua di tubuh mereka. Ia pun
meminta agar Tugas anak murdinya sampai
pertemuan selanjutnya
“Kalian
harus mencari tahu dan melingkari jenis gen kalian. Contohnya, jika ibumu
keriting, apa kau keriting juga? Jika
ayahmu berlesung pipi, apa kau juga? Cobalah cari tahu hal-hal itu.” Ucap guru.
Ha Nee
duduk di meja makan, Ae Jung memberikan semangku sup dan mengajak Ha Nee makan,
Ha Nee natap wajah ibunya. Ae Jung bingung Ha Nee yang terus menatapnya. Ha Nee
mengaku tak ada apa-apa.
“Aku
berkelopak mata ganda. Ibuku juga punya.” Gumam Ha Nee. Ae Jung tersenyum
berpikir kalau dirinya canti sampai Ha Nee terus menatapnya.
“Rambutku
lurus. Rambut ibuku juga lurus.” Gumam Ha Nee melihat ibunya yang baru saja
selesai dandan dan mengambil rambut yang sama.
“Ha-nee! Belajar
dengan baik di sekolah. Sampai jumpa nanti. Ibu pergi dahulu.” Ucap Ae Jung
pamit sambil tersenyum pada anaknya.
“Ibuku
tak punya lesung pipi. Aku punya lesung pipi.” Gumam Ha Nee menatap wajahnya di
cermin.
Ha Mnee
menuliskan di buku PERBANDINGAN CIRI
GENETIK. PERBEDAAN: LESUNG PIPI, LIDAH LANDAI, KESAMAAN: BULU MATA PANJANG,
KIDAL.
“Lantas,
apa hal yang berbeda dengan Ibu… aku dapat dari Ayah? Sebenarnya, bagaimana
rupa ayahku?” gumam Ha Nee.
Dae Oh
datang dengan wajah penuh amarah meminta agar guru Jang melepaskan tanganya.
Dokter Jang terlihat kaget, Dae Oh menegaskan agar segera lepaskan tangan ini.
Ha Nee pun terus menatap ke arah Dae Oh.
“Walaupun
aku berusaha tak penasaran, aku tetap penasaran soal wajah ayahku.” Gumam Ha
Nee
Ae Jung
kaget melihat Dae Oh yang datang. Ha Nee kaget mendengar nama Oh Dae Oh sebagai
ayahnya. Yeon Woo pun meminta agar Guru Jan melepaskan tangan Ha-nee. Dokter
Jang pun akhirnya melepasakan tangan Ha Nee dan bertanya siapa Dae Oh.
“Aku
ayahnya... Aku… ayah dari anak ini” ucap Dae Oh dengan sangat yakin. Ha Nee
kaget begitu juga Ae Jung. Flash Back
Ha Nee
mengingat saat melihat poster saat ibunya kuliah ada nama Oh Dae Oh. Ia pun
sempat bertanya pada Dae Oh apakah satu universitas dengan ibunya. Dae Oh pun
yang menyelamatakan Ha Nee dari kecelakaan, sampai akhirnya tanganya terluka.
Ketika
terakhir bertemu karena berita yang mengatakan ayahnya adalah Ryu Jin. Dae Oh
menatap Ha Nee dan hanya berani mengatakan maaf. He Nee pun heran kenapa Dae
Oh minta maaf.
***
Ha Nee
pun menduga-duga kalau memang Dae Oh adalah ayahnya. Dae Oh pun memperingatakan
Guru Jang untuk tidak sembarangan menyentuh putrinya. Sementara Ha Nee masih
bertanya-tanya Apa pria ini sungguh ayahnya.
Ayah Chan
Yeong keluar ruangan bersama dengan yang lainya dengan nada angkuh mengatakan
Kali ini, akan memakluminya karena keduanya salah. Tapi tak akan dibiarkan jika
terjadi lagi. Dae Oh langsung menyindir Perkataan Ayah Chan Yeong itu aneh.
“Itu
pertahanan diri karena anakmu mengganggu privasi Ha-nee. Ha-nee tak
memperpanjang karena dia anak baik. Anggap dirimu beruntung... Hei. Kau paham,
Nak?” ucap Dae Oh melirik juga pada Chan Yeong. Chan Yeong ketakutan dan
langsung tertunduk.
“Lantas, Apa
kau pasti datang ke kompetisi olahraga besok, 'kan?” ucap ibu Chan Yeong dengan
nada menyindir.
“Kompetisi
olahraga?” kata Dae Oh bingung, Ha Nee terus menatap kearah Dae Oh yang mengaku
sebagai ayahnya.
“Kau
mengaku ayahnya, tapi kurasa kau tak tahu soal kegiatan sekolah putrimu.” Ucap
Ibu Chan Yeong. Ae Jung mencoba bicara tapi Dae Oh lebih dulu bicara.
“Ternyata
besok... Aku pasti datang. Aku ayahnya.” Ucap Dae Oh. Ibu Chan Yeong tak
percaya mendengarnya dengan wajah kesal akan bertemu besok.
“Aktingmu
sangat bagus. Aku sampai berpikir ini sungguhan. Besok kau tak akan sungguh
datang, 'kan?” ucap Ha Nee sinis. Dae Oh terlihat bingung menjawabnya.
Ha Nee
berjalan pergi, Ae Jung pun mencoba mengejar Ha Nee begitu juga Dong Chan pun
ikut pergi. Dae Oh menatap dengan wajah
bingung. Yeon Woo pikir Sepertinya Ha-nee butuh penjelasan. Dae Oh hanya bisa
terdiam dengan tatapan kosong.
Ae Jung
mengejar Ha Nee meminta agar bisa menengarkan dan akan menjelaskan semuanya. Ha
Nee bertanya Apa itu benar?, Apa benar pria itu ayahnya? Ae Jung mengaku tak
tahu harus jelaskan dari mana, tapi… dengan wajah kebingungan.
“Itu
artinya benar, 'kan? Tadinya aku tak percaya. Tapi sekarang Ibu sungguh
mengakui bahwa dia ayahku!” ucap Ha Nee marah
“Maaf
karena ibu tak pernah mengatakannya kepadamu.” Ucap Ae Jung.
“Benar...
Kemari, kemarin lusa, dan sebelum itu lagi. Ibu punya banyak kesempatan, tapi
kenapa tak mengatakannya? Aku sudah sering bertemu dengan pria itu. Tapi kenapa
Ibu tak pernah mengatakannya sekali pun?” ucap Ha Nee menunjuk ke arah Dae Oh
yang sudah berdiri tak jauh darinya.
“Itu
semua… adalah salahku.” Akui Dae Oh. Ae Jung pun hanya bisa tediam.
“Kenapa
kau tak pernah bicara apa-apa? Seharusnya bicara sejak awal jika akan berlaku
seperti tadi. Kenapa baru sekarang berlagak menjadi waliku?” kata Ha Nee marah.
Dae Oh mencoba menjelaskanya.
“Ha-nee,
bicaralah dengan ibu. Ibu akan jelaskan semuanya.” Ucap Ae Jung mengajak pergi
tapi Ha Nee menghempaskan tanganya.
“Sudahlah.
Bagaimana bisa menjelaskan itu sekarang? Tadinya aku seorang anak tanpa ayah. Kemarin
aku menjadi anak seorang aktor. Sekarang aku anak seorang sutradara film. Apa Ibu
yakin bisa menjelaskan ini semua?” ucap Ha Nee benar-benar marah
“Apa Ibu
yakin bisa jelaskan kenapa aku harus melalui ini semua dan apa yang sudah
kalian lakukan padaku? Aku mau pergi. Aku akan pergi sendiri. Jangan ikuti aku.”
Ucap Ha Nee.
Ae Jung
memanggil Ha Nee tapi Ha Nee terus berjalan pergi. Dae Oh pun hanya bisa
terdiam. Ae Jung melirik kearah Dae Oh lalu mendengus kesal dan melangkah
pergi.
Ha Nee
duduk sendirian didepan rumah, Ryu Jin datang melihat Ha Nee lalu mendekatinya.
Ha Nee melihat Ryu Jin yang datang dengan tatapan sinis bertanya Kenapa datang
ke sini. Ryu Jin mengaku Karena ada sesuatu yang harus dikatakan kepada Ha Nee.
Ha Nee menatap bingung.
“Bahwa
kau bukan ayahku? Dan ayah asliku adalah sutradara itu?” ucap Ha Nee sinis
“Bagaimana
kau tahu?” ucap Ryu Jin kaget. Ha Nee menegaskan kalau ini tak mengubah apa
pun.
“Hanya
orangnya yang berbeda, tapi keadaannya sama. Kenyataan aku dibuang tak akan
berubah. Jadi Pergilah. Saat ini, aku tak mau bicara dengan siapa pun.” Ucap Ha
Nee marah. Ryu Jin mencoba membujuknya.
“Jangan
pedulikan aku. Kau bukan siapa-siapa.” Kata Ha Nee marah. Ryu Jin pun meminta agar bisa memberikan waktu
sebentar.
Sementara
Ae Jung berjalan dengan cepat keluar dari sekolah. Dae Oh mengejar Ae Jung
terus meminta maaf dan meminta Ae Jung agar Berhentilah berjalan dengan murung
begitu. Ae Jung pun mengeluh Dae Oh yang tak pernah berpikir.
“Kenapa
kau mengatakan itu? Bagaimana bisa kau tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai
ayahnya di depan banyak orang?” ucap Ae Jung maah
“Aku
tahu... Aku tahu aku salah. Tapi kau dan Ha-nee diperlakukan begitu. Mana bisa
aku diam saja? Jika ada lagi orang yang berteriak dan memperlakukan kalian
begitu, maka aku akan tetap seperti tadi. Aku tak akan diam.” tegas Dae Oh
“Dae-oh..
ini masalahku. Bukan masalahmu.” Kata Ae Jung. Dae Oh kaget mendengar ucapan Ae
Jung.
“Memang
pada waktu sulitku aku pernah berharap kau akan datang seperti ini. Aku pernah
pikir semua akan membaik jika menghubungimu waktu aku melahirkan Ha-nee
sendiri, waktu aku kebingungan saat Ha-nee usus buntu, dan waktu usaha ibuku
bangkrut.”ungkap Ae Jung
“Jika
begitu… mungkin saja Ha-nee bisa tumbuh dengan keadaan lebih baik. Aku pernah
berpikir begitu.” Kata Ae Jung
“ Aku
tahu aku membuatmu menderita. Jadi…” kata Dae Oh dan Ae Jung menyela kalau tak
melakukannya.
“Selama
14 tahun, aku berusaha keras menghapusmu. Aku berjuang hingga kini agar bisa
membesarkan Ha-nee dengan baik.Sejak saat aku memutuskan untuk melahirkan
Ha-nee tanpamu, ini semua adalah urusanku.” Kata Ae Jung
“Itu juga
salahku karena tak memberi tahu Ha-nee. Maka itu, aku yang akan
menyelesaikannya. Aku tak pernah berpikir untuk bergantung padamu. Mimpiku
menjadi Wonder Woman, bukan Cinderella.” Tegas Ae Jung lalu melangkah pergi.
Dae Oh pun hanya bisa diam saja.
Ditangga,
Dong Chan menuliskan di bukunya (HA-NEE, DONG-CHAN, SAUDARA? KANDIDAT IBU
DONG-CHAN) Tapi mengingat lagi saat Dae Oh mengaku sebagai ayah dari Ha Nee.
“Apa
maksudnya itu bagi Ha-nee dan aku?” gumam Dong Chan bingung karena berpikir kalau
Ae Jung berarti bukan ibunya.
Ha Nee
mengirimkan pesan pada Dong Chan “Terima kasih untuk hari ini. Maaf tak berterima
kasih lebih awal.”
Tuan Koo
tiba-tiba datang dengan nafas terengah-engah, memanggil Dong Chan karena tahu
kalau bertengkar. Dong Chan kaget melihat Tuan Koo yang datang. Tuan Koo
mengaku kalau gurunya menghubunginya tapi terlambat melihatnya.
“Apa Kau
tak terluka? Tak apa-apa? Kenapa kau bertengkar? Apa Ada yang mengganggumu? Siapa?
Beri tahu ayah.” Kata Tuan Koo panik
“Bukan
aku, tapi Ha-nee. Han Chan-yeong bertanya kepada Ha-nee siapa ayahnya.” Cerita
Dong Chan. Tuan Koo kaget mendengarnya.
“Tapi
tiba-tiba ada seorang pria datang dan berkata dia ayah Ha-nee.” Cerita Dong
Chan.
Tuan Koo
melihat tulisan di buku anaknya, [KANDIDAT
AYAH HA-NEE- KANDIDAT IBU DONG-CHAN] Lalu bertanya apa itu. Dong Chan langsung
membalikan bukunya dan mengatakan Tapi ada yang aneh.
“Jika
ayah Ha-nee pria itu, kenapa ada foto Bu Noh di kamar Ayah?” ucap Dong Chan.
Tuan Koo terdiam mengingat saat bingkai fotonya tertelungkup dan yakin kalau
Dong Chan melihatnya.
“Tak
mungkin Bu Noh berfoto sambil memangkuku
jika dia bukan ibuku.” Kata Dong Chan
Tuan Koo
ingin membahasnya, tapi Tuan Kim datang memberitahu karena harus pergi sekarang. Tuan Koo kebingungan
memberitahu Dong Chan kalau harus segera pergi. Jadi… Dong Chan ebrtanya Apa
Ayahnya akan memberi tahu itu kepadanya karena tahu Ayahnya mungkin akan bohong
lagi lalu berjalan pergi.
Ha Nee
pergi dengan Ryu Jin, lalu bertanya mereka di mana. Ryu Jin menjawab
Universitas Hankuk dan mau memperlihatkan sesuatu kepadanya, lalu mengajak
turun. Ha Nee pun turun dari mobil
terpesona melihat gedung yang tinggi dan besar.
“Ini kali
pertama aku ke universitas... Ini sangat Besar sekali.” ucap Ha Nee melonggo
tak percaya.
“Ini
tempat aku berkuliah bersama ibumu… dan ayahmu. Kami bertiga. Apa Kau lihat
gedung batu bata itu? Itu gedung Fakultas Kesenian. Tempat ibumu, ayahmu, dan
aku berkuliah setiap hari.” Ucap Ryu Jin bangga
“Gedung
putih itu perpustakaan. Ayahmu menyatakan perasaan kepada ibumu di sana. Tak
ada yang berubah walaupun sudah 14 tahun berlalu.” Cerita Ryu Jin
“Bagaimana
ibuku waktu kuliah?” tanya Ha Nee penasaran. Ryu Jin memberitahu kalau Ae Jung
itu sangat hebat.
“Semua
orang pasti kenal Noh Ae Jung Jurusan Teater dan Film angkatan 2003.” Cerita
Ryu Jin
“Benarkah?
Apa Ibuku sepopuler itu?” kata Ha Nee tak percaya. Ryu Jin membenarkan.
“Dia
ceria, lucu, dan penyayang. Dia juga yang terpintar di jurusan kami.” Cerita
Ryu Jin. Ha Nee tak percaya ibunya seperti itu.
“Tak ada
juniorku yang mencintai film seperti ibumu. Dahulu dia murid yang berbakat dan
tak kenal menyerah. Namun, tiba-tiba ada seorang junior yang penuh ambisi jatuh
hati pada ibumu pada pandangan pertama.” Cerita Ryu Jin
“Lalu dia
mengejarnya tanpa lelah. Akhirnya, ibumu membalas perasaannya dan mereka
menjadi pasangan legenda di jurusan kami.” Ungkap Ryu Jin.
Flash Back
Ha Nee
seperti bisa melihat kedua orang tuanya sedang membuat film bersama dikampus
dengan sangat serius. Sampai akhirnya Dae Oh berteriak Cut, mereka pun bahagia
kalau akhirnya selesai tapi Dae Oh mengatakan Ada satu adegan lagi. Ae Jung
bingung apa.
“Adegan
bersenang-senang!” ucap Dae Oh. Semua pun bahagia menjawab kalau itu
Bersenang-senang.
Ae Jung
menaiki tangga sambil membawa banyak buku, Dae Oh langsung mengambilnya. Ae
Jung tersenyum lalu bertanya darimana. Dae Oh menjawab kalau hanya lewat lalu
mengejek Ae Jung ang bahkan tak belajar dan Kenapa bawa begitu banyak buku.
“Aku
begini karena tidak belajar. Kalau aku sudah belajar, pasti semuanya sudah ada
di kepalaku.” Ucap Ae Jung. Dae Oh mengerti.
Ha Nee
seperti bisa melihat kedua orang tuanya saling jalan sambil merangkulkan
tanganya.
Di dalam
kelas, Dae Oh duduk disamping Ae Jung mencoba membuat lelucon dengan menatap ke
arah jarinya ditenga. Ae Jung yang tadinya sedang serius belajar melihat mata
Dae Oh langsung tertawa. Ia pun meminta agar bisa mengajarnya caranya.
“Hei.. Kalian
berdua! Keluarlah jika terus mengobrol.” Teriak Dosen. Keduanya pun langsung
tertunduk menahan tawa sambil meminta maaf. Diatas meja ada tulisan [AE-JEONG
CINTA DAE-O]
Ha Nee
bisa membayangkan didepan pintu ibunya dengan Dae Oh. Ryu Jin pun mendekati Ha
Nee. Ha Nee ingi tahu alasan Ryu Jin membawanya ke kampus. Ryu Jin pikir Karena
sepertinya Ha Nee akan penasaran tentang bagaimana ibunya dahulu, dan seberapa
besar rasa suka ayah Ha Nee kepada ibunya.
“Lalu… seberapa
tulus perasaan itu. Aku tak tahu yang lain, tapi ada satu hal yang aku yakini. Ayahmu
tak pernah membuangmu dan ibumu. Ayahmu juga masih sangat menyukai ibumu sampai
sekarang.” Ucap Ryu Jin menyakinkan Ha Nee. Ha Nee hanya bisa terdiam.
Dirumah,
Ae Jung gelisah menatap ponselnya karena tak ada kabar dari Ha Nee. Ia
mengingat saat Ha Nee marah mengatakan “Apa Ibu yakin bisa jelaskan kenapa aku
harus melalui ini semua dan apa yang sudah kalian lakukan padaku?”
Saat itu
terdengar suara pintu rumah terbuka, Ae Jung langsung berlari keluar karena
berpikir Ha Nee yang pulang, tapi ternyata Yeon Woo. Yeon Woo bingung melihat
Ae Jung seperti panik dan bertanya apakah Ha Nee belum pulang.
“Apa
Ha-nee menghubungimu?” tanya Ae Jung panik. Yeon Woo menjawab Tidak.
“Ponselnya
mati dan aku tak tahu dia di mana. Ini membuatku gila. Ini semua salahku. Ini
karena aku tak memberi tahu dia. Jika aku memberitahunya, maka ini tak akan
terjadi. Ini semua salahku!” ucap Ae Jung gelisah akan keluar mencarinya.
“Tunggu,
biar aku temani” ucap Yeon Woo lalu menahan tangan Ae Jung yang akan segera
keluar dari rumah.
“Ini
bukan salahmu. Ha-nee anak yang pengertian. Dia tetap lebih mencemaskanmu walaupun
dia sendiri terluka.” Ucap Yeon Woo menyakinkan. Ae Jung pikir itu benar.
Pesan
dari Ryu Jin tiba-tiba masuk, Ae Jung berhenti sebelum keluar rumah membacanya.
[Ha-nee bersamaku sejak tadi. Maaf tidak bicara dahulu kepadamu. Kami sedang di
jalan pulang sekarang. Jangan khawatir.]
Ae Jung
kaget dan langsung jatuh lemas karena akhirnya tahu keberadaanya anaknya. Yeon
Woo panik melihat Ae Jung tiba-tiba terjatuh dan bertanya ada apa. Ae Jung
memberitahu kalau Katanya Ha-nee sedang di perjalanan pulang. Yeon Woo pun bisa
mengucap syukur.
Ae Jung
menunggu didepan rumah, Ha Nee akhirnya pulang dengan Ryu Jin. Ae Jung melihat anaknya langsung bertanya
apakah baik-baik saja. Ha Nee tak menjawab akhirnya pamit masuk pada Ryu Jin
dan masuk rumah. Ae Jung menatap sedih anaknya.
“Jangan
khawatir. Aku sudah menenangkannya.” Kata Ryu Jin. Ae Jung pun mengucapkan
terimakasih pada Ryu Jin.
“Dan
maafkan aku. Ternyata berita itu tidak disebarkan olehmu. Aku mengkhawatirkan
Ha-nee, jadi, aku begitu kepadamu.” Kata Ae Jung
“Jangan
merasa bersalah. Semua ini memang terjadi karenaku. Masuklah. Banyak yang
Ha-nee ingin tahu.” Kata Ryu Jin.
Ha Nee
duduk di kamarnya mengingat ucapan Ryu Jin “Ayahmu tak pernah membuangmu dan
ibumu. Ayahmu juga masih sangat menyukai ibumu sampai sekarang.” Tapi Ha Nee
bertanya-tanya “Jika saling menyukai, kenapa mereka berpisah dan ibu hidup
sendiri?”
“Ha-nee,
maafkan ibu. Ibu bukan sengaja tak memberitahumu. Seharusnya ibu katakan itu
sejak awal. Ibu memang bersalah.” Ucap Ae Jung masuk ke dalam kamar anaknya. Ha
Nee hanya terdiam.
“Ha-nee.
Ibu akan memberi tahu semua hal yang kau ingin tahu. Kali ini, semuanya. Ibu
janji.” Ucap Ae Jung menarik anaknya untuk duduk bersama.
“Lantas… apa
Ibu tak menyesal melahirkanku? Ibu berhenti kuliah karena aku dan melahirkanku.”
Kata Ha Nee.
“Ibu akan
tetap melahirkanmu walaupun waktu diulang lagi. Ibu tak tahu berapa film yang
akan ibu buat sebelum mati, tapi kau adalah karya terbaik ibu. Ha-nee, tak akan
ada yang berubah. Kau, ibu, dan nenek akan terus hidup bahagia bersama
selamanya.” Kata Ae Jung menyakinkan.
“Lantas,
bagaimana dengan pria itu? Apa Ibu masih menyukainya? Apa Karena itu Ibu tak
bicara kepadaku? Karena Ibu menyukai lagi orang yang sudah membuang kita?” ucap
Ha Nee.
“Ha-nee,
ibu…” kata Ae Jung mencoba bicara. Ha Nee langsung menyela kalau berharap tak
begitu.
“Dia
meninggalkanmu sendiri walaupun menyukaimu, dan membuatku menjadi begini. Itu
berarti dia bisa saja pergi meninggalkan kita kapan saja. Jika memang sungguh
suka, dia tak akan meninggalkan kita. Jadi, sekalipun Ibu butuh seseorang, bukan
dia orangnya.” Tegas Ha Nee.
“Aku suka
hidup begini... Sungguh.” Kata Ha Nee.
Ae Jung menganguk mengerti.
“Aku akan
menjadi wali Ibu. Aku takkan tinggalkan Ibu. Aku akan di samping Ibu selamanya.”
Ucap Ha Nee. Ae Jung terdiam mendengarnya.
Flash Back
Ae Jung
yang masih kecil melihat pria dan wanita didepanya lalu bertanya apa yang mereka lakukan. Ae Jung menjawab
kalau Mereka melakukan pernikahan. Ha Nee bertanya Apa itu pernikahan. Ae Jung
mencoba memikirkan jawabnya.
“Pernikahan
adalah… hidup bersama selamanya dengan orang yang kau cintai.” Ucap Ae Jung
“Lalu,
apakah Ibu sudah menikah?” tanya Ha Nee. Ae Jung ingung menjawabnya. Ha Nee tahu Ibunya
ternyata belum menikah.
“Kalau
begitu, menikahlah denganku... Ibu, tunggu sebentar.” Ucap Ha Nee berjalan
pergi. Ae Jung melihat pasangan sedang foto prewed yang tak pernah dilakukanya.
“Sekarang
Ibu sudah menikah denganku. Ibu akan hidup bersamaku selamanya. Janji?” kata Ha
Nee memberikan bunga pada ibunya. Ae Jung pun berjanji dan lingkarkan jarinya.
“Ha-nee..
Ibu…hanya memerlukanmu dalam hidup ini.” Kata Ae Jung dengan mata berkaca-kaca.
Ha Nee tak percaya mendengarnya.
“Ibu
berjanji, 'kan?” ucap Ha Nee. Ae Jung menganguk kalau berjanji kepadanya dan
mereka pun saling berpelukan.
Dae Oh
pergi ke bar tapi bingung karena tutup dan tak bisa membuka pintunya. Ia
melihat di dalam Lampunya menyala dan bertanya-tanya kemana perginya nyonya
Kang. Akhirnya Ia menunggu didepan BAR SUKEY membuka kotak hadiah yang berisi
sepatu.
“Bagaimana
aku bisa berikan ini? Aku tak bisa berikan langsung.” Ucap Da Oh bingung
mengingat ucapa Ha Nee “Besok kau tak akan sungguh datang, 'kan?”
“Kenapa
harus ada kompetisi olahraga pada saat begini? Bagaimana jika ibu tadi
mengejeknya lagi karena ayahnya tak datang?” ucap Dae Oh kebingungan.
“Tapi Setidaknya
aku mau memberikan ini. Tapi Apa dia benar tak ada?” kata Dae Oh akhirnya
berdiri didepan pintu.
Tiba-tiba
Nyonya Kang datang setelah mengajak jalan-jalan anjing Ha Nee memberitahukalau
ucap tidak melayani pesan antar. Dae Oh pun kaget melihat Nyonya Kang sudah ada
dibelakangnya lalu menyapa Nyonya Kang lebih dulu dengan sopan.
“Kau tahu
aku, 'kan? Kita pernah bertemu.” Ucap Dae Oh. Nyonya Kang memberitahu kalau ini
bar.
“Pergilah
ke minimarket untuk mengirim barang.” Ucap Nyonya Kang danakan masuk ke dalam
bar.
“Katamu
ini bukan bar, tapi Bar Sukey.Kau bilang di sini bisa memberikan kunciuntuk
masalah apa pun.” Ucap Dae Oh.
Nyonya
Kang memberikan gelas berisi es batu dan memberitahu kalau Ini cara Ae Jung
yang selalu makan es jika sedang banyak pikiran. Dae Oh hanya diam saja. Nyonya
Kang mengaku mendengar kalau Dae OH sudah memberi tahu kebenarannya. Dae Oh
kaget mendengarnya.
“Aku
sudah melakukannya, tapi responsnya tak bagus.”ucap Dae Oh sedih. Nyonya Kang
pikir itu hal wajar
“Akan lebih
aneh jika responsnya bagus.” Kata Nyonya Kang. Dae Oh tahu tapi menurutnya tak tahu harus melakukan apa.
“Aku mau
membantunya, tapi…” ucap Dae Oh ragu. Nyonya Kang ingin tahu Tapi kenapa?
“Membesarkan
Ha-nee sendiri selama 14 tahun buat dia menjadi sangat tegar dan kuat. Dia tak
mau bergantung kepadaku,dan tak mau beristirahat walaupun sudah kusuruh begitu.
Dia bilang mau jadi Wonder Woman.” Cerita Dae Oh
“itu
Sebab dia seorang ibu. Dia sudah menjadi ibu selama 14 tahun. Dan dia akan
terus begitu. Seorang ibu tak pernah pensiun.” Tegas Nyonya Jung
“Tapi apa
dia tak mau dipandang sebagai wanita?” ucap Dae Oh. Nyonya Jung menegaskan Seorang ibu juga tetap seorang wanita.
“Omong-omong,
Ae Jung... punya kebiasaan berkata kebalikan dari suatu hal. Apa kau tahu itu?”
ucap Nyonya Kang. Dae Oh penasaran.
“Semua
itu bohong jika dia bilang dia baik-baik saja.” Kata Nyonya Kang berbisik. Dae
Oh melonggo bingung dan tak mengerti.
“Kau
lebih bodoh dari kelihatannya... Astaga!”jerit Nyonya Kang. Dae Oh mengeluh
kalau tak sebodoh itu.
“Kau
hanya perlu menjadi Superman jika dia Wonder Woman. Apa itu hal yang harus
ditanyakan?” keluh Nyonya Kang kesal. Dae Oh pun hanya diam saja.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar