PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 22 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 15 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Eun Seob berlari keluar rumah menaiki mobilnya sampai di tempat pemberhentian bus mencari sosok Hye Won lalu bertanya pada seorang petugas apakah melihat seorang wanita muda di sini. Si petugas menunjuk kalau wanita itu duduk di sisi gedung.
Akhirnya Eun Seob menemukan Hye Won duduk sendirian dengan wajah tertunduk, lalu memanggilnya. Hye Won menatap Eun Seob dan terlihat air mata yang mengalir. Eun Seob memberikan jaketnya dan Hye Won pun menangis di pelukan Eun Seob. 

Akhirnya keduanya menaiki mobil, Hye Won mengaku takut sekali dan tidak tahu lagi sifat asli orang-orang. Ia merasa seperti ditipu dan tidak bisa memercayai apa pun. Eun Seob hanya diam mendengarkan sambil menatap Hye Won.
“Hal yang kulihat... Hal yang dahulu kupercayai.” Ucap Hye Won terlihat sangat frustasi.
“Apa Kau mau pulang?” tanya Eun Seob. Hye Won menjawab tidak.  Eun Seob pun bertanya Hye Won mau kemana sambil melajukan mobilnya. 

Diatas meja, Bibi Sim melihat naskah novel "Labirin Sisterfield" Nyonya Sim baru pulang dengan wajah sedikit gugup. Bibi Sim lalu memberitahu kalau Eun Seop baru saja menelepon dan bilang akan mencari Hae Won Jadi meminta agar jangan khawatir dan tidurlah.
Nyonya Sim melihat naskah adiknya "Labirin Sisterfield, "Shim Myeong Yeo" akhirnya duduk dimeja makan.
“Myeong Yeo... Inikah alasanmu menulis ini?” ucap Nyonya Sim tak percaya.
“Aku tahu ini sudah terlambat, tapi aku ingin menebus perbuatanku. Dan pada akhirnya, aku harus memberi tahu hal itu kepada Hae Won.” Ucap Bibi Sim
“Lalu? Kau mau menyerahkan diri? Lalu kakak ini apa? Kakak menghabiskan tujuh tahun di balik jeruji. Untuk apa itu?” ucap Nyonya Sim marah
“Kakak seharusnya tidak menanggungnya.” Balas Bibi Sim. Nyonya Sim kesal karena sudah berapa kali bilang Karena itu bukan salah adiknya.
“Kakak... Apa Kakak sungguh berpikir itu salah Kakak?” ucap Bibi Sim. Nyonya Sim membenarkan.
“Menurut Kakak, kenapa itu salah Kakak? Aku yang membunuhnya.” Ucap Bibi Sim
“Dengar, jika bukan karena kakak, kau tidak akan melakukan itu. Andai kakak tidak pernah menikahi pria yang kasar, kau tidak akan melakukan hal seperti itu. Dan jika bukan karena kakak,maka kau tidak perlu menginjak pedal gas.” Tegas Nyonya Sim.
“Jika kamu menyerahkan diri, kakak akan merasa harus menjalani semua hukuman lagi.” Ucap Nyonya Sim
“Lalu bagaimana denganku? Haruskah aku terus hidup seperti ini?” balas Bibi Sim
“Apa ini sulit bagimu?”tanya Nyonya Sim. Bibi Sim mengaku sangat sulit.
“Aku merasa harus mengungkapnya dan dihukum untuk melanjutkan hidup. Jika ada yang menamparku, aku akan merasa lebih baik.”ucap Bibi Sim
“Kalau begitu, tulis buku tentang itu dan katakan bahwa itu fiksi!” teriak Nyonya Sim
“ Tidak... Aku menjadi serakah saat menulis buku itu. "Ya. Karena ini telah terjadi, aku harus menyerahkan diri...” ucap Bibi Sim dan Nyonya Sim mulai berteriak histeris.
“Kakak... Aku... Aku bermimpi tiap malam.” Akui Bibi Sim sambil menangis. Nyonya Sim ingin tahu tentang apa.
“Tentang Ju Hong.” Akui Bibi Sim. Nyonya Sim bertanya Apa dia muncul dalam mimpinya dan menyalahkan Bibi Sim.
“Tidak... Dia selalu baik kepadaku.” cerita Bibi Sim merasa sangat bersalah.
Di dalam mimpi, bibi Sim duduk dengan wajah dingin. Sementara Tuan Mok tersenyum menyuruh adik iparnya agar minum kopi karena tahu kalau suka dengan kopi.
“Dia selalu baik kepadaku. Dan itu... Itulah yang sungguh membuatku gila.” Ungkap Bibi Sim. Nyonya Sim hanya diam diam saja. 

 “Episode 15, Sampai Kita Bertemu Lagi”
Pagi hari, Hye Won terbangun dari tidurnya dan melihat kalau sudah pagi dan ia masih didalam mobil. Ia melihat Eun Seob sudah berdiri didepan sebuah rumah dan menatapnya, Hye Won bisa mengenal rumah yang didatangi Eun Seob. 


Hwi mengayuh sepeda dengan wajah bahagai, Young Soo disampingnya ikut mengayuh sepeda, mereka seperti pasangan yang pergi bersama ke sekolah. Tiba-tiba dari arah belakan terdengar teriakaan “berhenti! Hwi, berhenti!”
Hwi melihat Jae In yang datang dengan sepeda, dan akhirnya memilih untuk kabur. Jae In pun mencoba mengejarnya, Young Soo yang melihathnya hanya bisa mengelengkan kepalanya.Sementara Jang Woo pergi ke kantor menuntun sepedanya.
“Aa Kamu makan bersama Eun Sil kemarin?” ucap petugas menyapu jalan. Jang Woo mengaku tidak lalu bergegas pergi.
“Kami ke tempat yang tidak bisa dilihat orang. Bagaimana dia tahu?” keluh Jang Woo bingung dan melihat sosok bibi yang akan menyebrang jalan. 

Sang bibi senang karena bertemu Jang Woo karean ingin mengajukan keluhan yaitu Seseorang terus membuang sampah di depan rumahnya.  Jang Woo pun ikut sedih mendengarnya. Sang bibi mengaku itu sering terjadi, Jang Woo pikir Tapi tidak ada yang bisa dilakukan.
“Jang Woo. Kau tahu Eun Sil akan pergi hari ini, bukan?” ucap si bibi. Jang Woo kaget memastikan siapa yang pergi.
“Liburannya telah berakhir, jadi, dia akan kembali ke Gangneung.” Ucap Sibibi
“Aku makan dengannya kemarin dan dia tidak pernah mengatakannya.” Balas Jang Woo
“Dia pergi. Aku melihat ibunya menyiapkan lauk untuknya.” Ucap Si bibi. Jang Woo mencoba santai dan menganguk mengerti.
“Tapi kenapa kau memberitahuku ini?” tanya Jang Woo. Sang bibi tahu kalau Jang Woo menyukainya.
“Apa? Bagaimana kau bisa tahu?” ucap Jang Woo panik. Si bibi mengaku tahu semuanya.
“Aku bahkan tahu kau menyukainya sejak SMA. Kudengar dia naik bus. Ucap Si bibi sambil menyebrang jalan.
“Pukul berapa busnya?” tanya Jang Woo. Tiba-tiba seorang bibi menyebrang dari arah berlawanan menjawab. “Dia bilang pukul 15.00.”
“Busnya berangkat pukul 15.00. Apa Kau tidak ikut?” ucap si bibi melihat Jang Woo hanya diam saja.
“Kalau begitu, aku akan masuk lebih dahulu. Astaga, aku harus memasang kamera pengawas atau semacamnya.” Kata sang bibi terus mengoceh. Sementara Eun Seob hanya terdiam. 


Bibi Sim masuk ke ruang makan dikagetkan dengan kakaknya yang sedang membersihkan lantai lalu mengeluh Kenapa harus di sana. Nyonya Sim tiba-tiba menyuruh agar Bibi Sim melakukanya. Bibi Sim bingung melakukan apa maksudnya.
“Serahkan dirimu. Jika itu sangat menyiksamu, lakukan saja. Aku salah. Kukira jika aku pergi seperti itu...” ucap Bibi Sim mengingat saat di penjara.
Flash Back
Petugas penjara melihat surat untuk Nyonya Sim "Dari "Mok Hae Won, Park Hin Dol". Dan bertanya apakah  ingin mengembalikannya kepada pengirimnya. Nyonya Sim membenarkan. Petugas melihat Ada satu lagi.
“Ini "Shim Myeong Yeo"? Kamu juga ingin mengembalikan ini?”tanya petugas. Nyonya Sim menjawab tidak. Nyonya Sim pun membaca surat dari adiknya.
 “Kakak mengira kamu akan bahagia di sini.”

“Hai, Kakak. Ini aku. Bagaimana kabar Kakak? Hae Won baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja.” Bibi Sim menuliskan surat tapi akhirnya diulang lagi.
"Aku juga baik-baik saja"  tapi Bibi Sim menangis meangku tidak baik-baik saja dan tidak bisa.”
“Kakak mengira kau akan melupakan semuanya dan melanjutkan hidup.”
“Kakak juga baik-baik saja. Hae Won bersikap dewasa soal itu dan menyesuaikan diri dengan baik. Hal itu membantuku merasa tenang. Semua orang di lingkungan ini juga sangat baik kepada kami.”
“Kemarin, tetangga sebelah mengantar sekotak jeruk. Kami baik-baik saja di sini, Kakak. Kakak tidak perlu mengkhawatirkan aku dan Hae Won lagi. Jaga diri Kakak baik-baik. Hanya itu yang kuminta.”
Akhirnya Nyonya Sim membaca surat dari sang adik tapi tidak pernah mengira bibi Sim akan semenderita ini jadi sungguh minta maaf. Bibi Sim hanya diam saja. 


Eun Seob masuk ke dalam mobil, Hye Won menceritakan  Dahulu tinggal di rumah ini dan Hari di mana Ayah mengalami kecelakaan...
Flash Back
Sebuah mobil amblance pergi meninggalan rumah, Hye Won yang baru pulang bingung melihat didepan rumahnya sudah ramah dan dibagian bawah garasi sudah banyak darah.
“Itu hari terakhir. Seharusnya sudah kosong sekarang” ucap Hye Won. Eun Seob bertanya apakah Hey Won ingin masuk.
“Lagi pula, tidak ada orang di sini.” Kata Eun Seob. Hye Won akhirnya mencoba mencari kunci diatas kotak pos dan menemukanya. 

“Aku tidak tahu ini masih di sini.” Kata Hye Won akhirnya masuk rumah melihat ayunan kayu yang sudah usang dan taman yang tak terawat.
Ia melihat ada surat "Tagihan Listrik, Shim Myeong Ju" lalu mengingat-ingat saat ibunya datang bertanya apakah meninggalkan sesuatu dan Seharusnya bisa memberitahuk karena bisa mengirimnya agar terhindar dari masalah.
“Aku bahkan tidak tahu alamat rumah Ibu.” Ucap Hye Won juga tapi melihat kembali kalau "Tagihan Listrik" kedalam rumahnya, jadi kemungkinan ada yang tingal dirumah lamanya. 

Bibi Sim melihat kakaknya keluar rumah dan bertanya apakah mau pergi. Nyonya Sim mengaku  harus pergi. Bibi Sim bertanya Bagaimana dengan Ju Hong karena Kakak datang untuk ulang tahunnya. Nyonya Sim emgaku tidak bisa merayakan hari peringatan kematiannya.
“Jaga dirimu... Telepon kakak saat kamu menyerahkan diri.” Ucap Nyonya Sim. Bibi Sim mengerti.
“Omong-omong, di mana kakak tinggal? Di mana kakak benar-benar akan tinggal?” tanya Bibi Sim
“Di rumahku di Paju.”jawab Nyonya Sim. Bibi Sim kaget dan ingin tahu Sejak kapan
“Sejak aku dibebaskan dari penjara. Begini... Lagi pula, aku tidak punya tempat tinggal... Sampai jumpa.” Ucap Nyonya Sim lalu keluar dari rumah. 

Hye Won keluar dari rumah lalu memberitahu Eun Seob yang menunggu kalau merasa Ibunya masih tinggal di sini lalu mengeluh kalau ibunya itu Teganyamelakukan ini. Ia tak percaya kalau Satu hal lagi yang disembunyikan darinya.
“Bagaimana bisa mereka...” ucap Hye Won tak percaya. Eun Seob pikir ibu Hye Won mungkin berpikir sebaiknya Hye Won tidak tahu.
“Jika kau tahu, maka kamu akan sangat menderita. Dia mungkin ingin mengatasinya sendiri sampai dia tidak sanggup lagi.” Ucap Eun Seob menenangkanya.
“Tapi aku keluarganya. Apakah adil jika aku tidak dilibatkan?” kata Hye Won marah
“Tapi kau akan menderita. Dia pasti memilih untuk menderita sendirian sampai sekarang agar kau tidak perlu menderita, Hae Won. Aku yakin itu.” Ucap Eun Seob. Hye Won hanya bisa terdiam. 


Hwi pergi ke parkiran sepeda terlihat bangga dengan “Sadel”nya. Jae In tiba-tiba datang memanggil Hwi lalu berkomentar kala cukup pandai mengendarai sepeda. Hwi dengan nada menyindiri meminta mara karena meminata agar Jae In berhenti bicara dengannya.
“Jauh di lubuk hatiku, aku masih kesal kepadamu. Kulit kepalaku masih sangat sakit karena kau menjambak rambutku.” Ucap Hwi.
“Sampai jumpa besok.”kata Jae In yang ingin pergi bersama lagi. Hwi langsung menolaknya.
“Tidak, terima kasih. Aku akan berkencan dengan Young Soo.” Kata Hwi
“Hei, Young Soo adalah milikku... Omong-omong, Lim Hwi, kudengar kau orang buangan.” Ucap Jae In.
“Ya. Ada masalah dengan itu?” tanya Hwi santai. Jae In menjelaskan kalau ia akan segera lulus
“tapi aku bisa memujimu di depan teman-teman angkatanmu. Jadi, jangan khawatir. Anggap dirimu beruntung. Aku berbaik hati untuk mengabaikan hal ini karena Young Soo memintaku.” Ucap Jae In. Hwi hanya terdiam dan bigung
“Ayo berfoto karena kita berbaikan. Satu, dua.....Itu bagus. Jangan khawatir, kau tidak perlu berterima kasih.” Ucap Jae In bangga setel ah mengambil foto lalu berjalan pergi.
“Tapi aku tidak berterima kasih kepadamu... Sungguh, tidak sama sekali. Aku tidak takut kepadamu... Astaga, harga diriku terluka. Harga diriku terluka..Harga diriku terluka parah.” Keluh Hwi kesal lalu mengayuh sepedanya. 


Jang Woo berdiri membawa setangkai bunga,  lalu melihat di halte bus dan mencoba berlatih dibalik dinding “Hai, Eun Sil. Aku menemukan ini di jalanan.” Lalu mengeluh kalau kalimatnya itu Bodoh sekali. Ia lalu mencoba yang lainya.
“Kau bahkan lebih cantik daripada bunga ini... Ya, kedengarannya lebih baik.” Ucap Jang Woo lalu mengintip tapi Eun Sil sudah tahu dan menyuruh Jang Woo agar mendekat.
“Hai, Eun Sil. Apa kabar? Kamu mau ke mana? Kamu mau kuantar? Kamu bisa menurunkanku di mana? Aku bisa mengantarmu sampai ke Gangneung.” Ucap Jang Woo mencoba menghilangkan rasa gugupny.
“Apa maksudmu? Kau bahkan tidak punya mobil.” Kata Eun Sil. Jang Woo mengaku punya.
“Mobil ayahku.” Ucap Jang Woo. Eun Sil pikr kalau Ini hari keberuntungannya dan memberikan koper lalu mengajak pergi.
“Di mana mobilnya?”tanya Eun Sil. Jang Woo bertanya apakah EunS eil  hanya membawa satu koper. Eun Sil menganguk.
Jang Woo pun menukar dengan memberikan buket bunga, mengaku Dalam perjalanan ke sini... lalu bingung dengan tatapan Eun Sil dan bertanya dapa. Eun Sil melihat Jang Woo tidak merona lagi. Jang Woo tak mengerti maksudnya.
“Maksudku wajahmu.. Sebelumnya, tiap kali kau melihatku, wajahmu akan langsung memerah. Tapi sekarang... Kamu merona lagi.” Ejek Eun Sil. Jang Woo langsung membalikan badanya. Eun Sil pun mengajak pergi.
“Jadi, di mana mobilmu?” tanya Eun Sil akhirnya berdiri depan Jang Woo. Jang Woo bingung Eun Sil itu makan apa.
“Kue beras... Ini dari festival kue beras. Ini sangat lezat.” Ucap Eun Sil yang mencoba memakan kue beras
“Apa Kau membawa kue beras di sakumu?” ucap Jang Woo tak percaya.
“Aku tidak bisa mengikatnya di pergelangan kakiku, bukan? Apa Kamu mau?” tanya Eun Sil. Jang Woo langsung menolaknya.
“Bolehkah kita berhenti di area peristirahatan dan membeli makanan nanti? Aku belum sarapan. Ibu mengusirku.” Kata Eun Sil
“Tentu, aku akan mentraktirmu makanan.” Ucap Jang Woo bahagia. Eun Sil pun mengucapkan terimakasih dan bertanya dimana mobilnya. Mereka pun berjalan bersama.
“Omong-omong, kudengar kau putus dengan pacarmu.” Ucap Jang Woo. Eun Sil membenarkan.
“Bagaimana semua orang tahu? Mereka semua menanyakan itu. Apa ada yang mengunggah di internet bahwa aku putus? Seolah-olah ada tanda di suatu tempat. Semua orang tahu.” Ungkap Eun Sil heran
“Ibuku mau aku cepat menikah. Dia ingin mendapatkan cucu.” Kata Jang Woo
“Kenapa kamu memberitahuku?” ucap Eun Sil. Jang Woo berpura-pura tak mengeri memberi tahu apa. 



Eun Seob mengantar Hye Won bertanya Apa yang ingin dilakukan. Hye Won mengaku bisa masuk. Eun Seob ingin menyarankan sesuatu tapi Hye Won pun langsung menyela. Hye Won pikir harus menanyakannya.
“Aku akan bertanya kepada Bibi kenapa dia tidak memberitahuku. Kenapa hanya aku yang tidak pernah diberi tahu selama ini? Apa benar itu karena dia tidak mau aku terluka? Jika perkataanmu benar, aku mungkin bisa memahaminya.” Jelas Hye Won. Eun Seob menganguk mengerti lalu memeluk Hye Won
“Aku sangat iri kepadamu.” Ucap Hye Won sambil menangis. Eun Seob bingung menanyakan alasanya.
“Karena kau sehangat ini.” Ucap Hye Won. Eun Seob pun memeluk Hye Won dengan erat.
***
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar