PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Bibi Sim
melihat Tuan Cha yang datang, lalu mengeluh kenapa terus kembali ke kota ini.
Tuan Cha beralasan kalau Bibi Sim yang memberitahu tentang jadwal kereta. Bibi
Sim tak peduli hanya menatap Tuan Cha yang ada diseberang jalan.
“Hei,
Shim Myeong Yeo... Biarkan aku memelukmu sekali saja.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim
kaget mendengarnya dan mencoba pergi agar Tuan Cha tak melakukanya.
Tuan Cha
sudah lebih dulu menariknya dan langsung memeluknya dengan erat. Bibi Sim tak
bisa menolaknya.
“Sejujurnya,
aku juga tidak pernah ingin putus darimu untuk sesaat.” Ucap Tuan Cha
“Apa Kau
yakin sudah membaca tulisanku di naskah yang kukirimkan?” tanya Bibi Sim
“Pasal
4-3, "Kerahasiaan Konten". Aku tidak akan menanyakan mana yang nyata
dan mana yang bohong." Kata Tuan Cha
“Kau
bahkan tidak tahu mana yang nyata dan mana yang bohong. Lihat dirimu sekarang.”
Ucap Bibi Sim. Tuan Cha pikr Apa itu
salah.
“Kau lebih
toleran daripada dugaanku, Cha Yun Taek.” Kata Bibi Sim. Tuan Cha pikir itu pasti
“Itu
sebabnya aku mencintaimu.” Akui Tuan Cha yang tak bisa melupakan Bibi Sim.
Jang Woo
datang dengan sepedanya lalu membawa sesuatu di jok belakang. Semua anggota
club buku sibuk membereskan rumah seperti akan ada pesta. Jang Woo bingung
melihat Hyun Ji agar jangan membawanya
lalu bertanya apakah seseorang memukul kepalanya dengan kapaknya. Hyun Ji masih
saja terus berjalan.
“Jang
Woo, kau di sini... Aku senang kamu di sini. Masuklah.” Ucap Eun Sil dari balik
pintu.
“Di
dalam? Hanya kita berdua di ruangan kecil itu?.. Tunggu, biar kutaruh ini.” Ucap
Jang Woo gugup.
“Kenapa
kamu terlambat sekali?” keluh Tuan Bae. Jang Woo mengaku mampir ke tempatnya dulu.
“Eun Sil,
ada apa?” tanya Jang Woo gugup. Eun Sil meminta agar Jang Woo mencicipi
makananya.
“Bagaimana
menurutmu? Bagaimana rasanya?” tanya Eun Sil memberikan sepotong daging. Jang
Woo bingung mengaku tak tahu.
“Astaga.
Aku harus bagaimana? Kalau begitu... Bagaimana dengan ini?” kata Eun Sil
memberikan japchae.
“Enak.” Kata
Jang Woo cepat. Eun Sil bingung dan mengaku membeli dari toko ibunya.
“Jadi,
maksudmu hanya ini yang enak?”keluh Eun Sil. Jang Woo mengaku bukan itu
maksudnya.
“Kalau
begitu, bagaimana dengan ini? Bagaimana menurutmu? Apa terlalu asin? Manis?”
tanya Eun Sil memberikan masakan yang lainnya.
“Aku
sungguh tidak tahu.”kata Jang Woo. Eun Sil kesal mendengarnya merasa Indra
pengecap Jang Woo hilang hanya pada masakanya.
Ia ingin
memukul Jang Woo tapi kakinya tersandung dan hampir terjatuh. Jang Woo langsung
memegangnya. Keduanya saling menatap dengan penuh arti. Eun Sil berkomentar
kalau Lengan dan kakinya sangat kuat lalu memujinya dengan wajah gugup.
“Hei,
kalian berdua. Sedang apa kalian?”goda Tuan Bae melihat keduanya.
“Kenapa
menyeringai?”keluh Jang Woo dan mengaku Bukan apa-apa. Tuan Bae tak ingin
membahasnya memilih masuk ke dalam rumah.
Tuan Bae
melihat selimut yang bagsu disiapkan oleh Bibi Choi. Bibi Choi senang karena butuh
waktu lama untuk membuatnya dan ternyata memang bagus. Tuan Bae pun keluar dari ruangan. Bibi Choi memanggilnya
lagi.
“Saat
sudah selesai, bisakah kamu membersihkan cetakannya juga?” ucap Bibi Choi
“Tentu,
aku memang akan melakukan itu.”kata Tuan Bae.
Hwi melihat
temanya berkomentar kalau pandai
membelah kayu dan berpikir sudah ikut kursus belah kayu. Hyun Ji pikir akan
keren menyertakannya dalam penampilan hip hopnya jadi sengaja melatihnya. Hwi
mengeluh kalau orang-orang menyebutnya gila.
“Astaga,
aneh sekali... Young Soo. Makin aku memikirkannya, aku makin marah.. Maksudku,
Song Jae In. Gadis yang memberi tahu semua orang bahwa dia pacarmu.” Ucap Hwi
mengeluh
“Kau
bilang apa padanya? Dia memukuliku habis-habisan. Hei, aku belum pernah
ditampar sebelumnya. Aku telah
dikucilkan selama dua tahun, tapi tidak ada yang pernah menampar wajahku.” Keluh
Hwi kesal
“Kudengar
kau juga menjambak rambutnya.” Kata Young Soo. Hwi mengdau kalau Jae In yang
memulainya. Young Soo hanya tersenyum.
“Apa kau
baru saja mengejekku? Kamu mau berkelahi?” ucap Hwi marah.
“Hei... Song
Jae In ingin ke sekolah bersama kita tiap pagi.”kata Young Soo. Hwi mengeluh
kenapa.
“Tidak!
Aku benci itu! Astaga, aku tidak ingin berangkat bersamanya.”jerit Hwi kesal.
Eun Seob
mengantar Tuan Jung masuk ke dalam rumah dengan Eun Seob. Saat itu semua
langsung menyambut Tuan Jung yang baru kembali ke rumah dan berteriak “Selamat
datang kembali!” Tuan Jung tersenyum
Eun Seob
mengantar Hye Won pun, Hye Won pikir Eun Seob pasti lelah. Eun Seob mengaku
Tidak dan menyuruh Hye Won agar Masuk dan beristirahatlah. Hye Won menganguk
mengerti lalu teringat sesuatu.
“Bo Yeong
meminta maaf... Dia meminta maaf kepadaku dengan tulus. Tapi dia juga bilang
bahwa dia membenciku. Dia membenciku karena menyukaiku. Dia bilang mungkin aku
tidak menyukainya.” Cerita Hye Won. Eun Seob mengerti.
“Entahlah..
Apa aku tidak pernah menyukainya? Aku hanya memikirkan perasaanku terhadapnya
saat ini. Aku lupa bagaimana perasaanku saat kami dekat. Tapi keadaan tidak
bisa kembali seperti dahulu meski aku ingat perasaanku kepadanya dahulu.” Kata Hye
Won
“Kepercayaan
itu seperti kaca. Setelah rusak, retakannya akan selalu terlihat meskipun kita
rekatkan dengan lem.” Ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Tapi
jangan terlalu banyak berpikir.” Ucap Eun Seob mengelus rambut Hye Won lalu
menyuruhnya masuk. Hye Won pun meminta
Eun Seob agar Hati-hati di jalan.
Eun Seob
melihat ponselnya, Bibi Sim mengirimkan pesan “Eun Seop, aku sudah kirim surel.
Bisakah kamu memeriksanya?”
Eun Seob
pulang ke rumah membuka laptop dan melihat judul "Labirin Sisterfield - Shim Myeong
Yeo" lalu mulai membacanya dan hanya bisa terdiam sampai akhirnya pagi pun
datang dengan Eun Seob yang belum tidur.
“Aku
sudah membaca surelmu. Katamu terserah padaku untuk berbagi yang kubaca dengan
Hae Won atau tidak. Tapi mungkin, kau mengirimiku tulisan ini karena kau ingin
dia tahu kebenarannya.”
Di rumah
Hye Won baru bangun menyapa Gunbam dengan wajah bahagia. Lalu berjalan keluar
dari rumah dengan senyuman bahagia.
“Seperti
katamu, menyakiti anggota keluarga adalah kejahatan. Aku tidak bisa menyangkal
itu, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena itulah, aku tidak bisa
menilai ini. Memang sulit, tapi memberitahunya secara langsung adalah tindakan
yang tepat.”
“Tapi
jika kau tidak berani menghadapinya, akan kusampaikan tulisan ini kepada Hae
Won dan membiarkannya. Merahasiakan ini pasti sangat menyakitkan. Tapi apa pun
yang terjadi, aku percaya bahwa cintamu kepada Hae Won adalah nyata.”
Hye Won
baru saja datang, Eun Seob memberikan amplop diatas meja. Hye Won bingung apa
itu. Eun Seob meminta agar Hye Won membacanya. Hye Won ingin tahu apakah itu
novel yang ditulis Eun Seob. Eun Seob menjawab Bukan. Hye Won pun bingung apa
itu. Eun Seob tak menjawabnya.
“Tapi kenapa kamu menyuruhku pulang? Aku ingin
tetap di sini.” Ucap Hye Won heran.
“Kurasa
membaca ini lebih penting. Aku akan ke Rumah Hodu sepulang kerja. Kita bicara
di sana.” Ucap Eun Seob.
Hye Won
mengerti, Eun Seob tiba-tiba mendekat dan langsung memeluk pacarnya. Hye Won
terlihat bingung Tiba-tiba Eun Seob yang memeluknya. Eun Seob tak banyak
berkata-kata hanya memeluknya.
Hye Won
pulang ke rumah memangil bibinya lalu menaruh berkas diatas meja. Ia pun
kembali ke kamar dan akhirnya turun saat malam tiba, lalu melihat berkas diatas
meja teringat ucapanya pada Eun Seob “Tapi kenapa kamu menyuruhku pulang? Aku
ingin tetap di sini.”
“Kurasa
membaca ini lebih penting.”kata Eun Seob. Hye Won akhirnya membuka berkas dan
melihat "Labirin Sisterfield - Shim
Myeong Yeo"
"Sehari
sebelum aku putus denganmu, 4 September 2010. Hujan mulai turun di pagi hari. Kakakku
mengirimiku pesan."
Nyonya
Sim mengirimkan pesan pada adiknya "Kari?"Bibi Sim yang tertidur membaca
pesan kakaknya membalas "Tentu" lalu tertidur lagi. Menjelang sore Bibi
Sim keluar dari apartement dengan wajah bahagia pergi ke rumah kakaknya.
“Hari itu berjalan seperti
biasanya.”
Bibi Sim
masuk ke rumah lalu mendengar suara Tuan Mok yang marah dan melihat kakaknya
yang dipukul habis-habisan di dalam kamar.
"Bahkan
kakak iparku memukuli kakakku sama seperti biasanya. Satu-satunya perbedaan
adalah akhirnya aku membunuhnya."
Hye Won
membaca tulisan "Labirin Sisterfield" hanya bisa menangis bisa
membayangkan sang bibi yang menabrak ayahya.
Nyonya
Sim pulang, Hye Won memanggil ibunya lalu dengan terbata-bata ingin tahu Siapa
yang membunuh Ayah. Nyonya Sim bingung. Hye Won membaca tulisan bibinya
memastikan kalau “Apa ini artinya bukan Ibu yang membunuh Ayahnya.
“Tapi
Bibi, Apa dia orang yang mengasuhku? Jadi, Bibi...” ucap Hye Won. Nyonya Sim
kaget dan bingung.
“Katakan...
Apa Bibi yang sebenarnya membunuh Ayah?” ucap Hye Won ingin tahu. Nyonya Sim mencoba
menjelaskan.
“Jawab
aku sekarang!” teriak Hye Won. Nyonya Sim menegaskan bukan bibinya dan menahan
Hye Won.
“Lepaskan!
Jadi, kalian berdua tahu... Aku tahu kenapa
Ibu membenci Ayah, Aku juga tidak selalu menyukai Ayah... Meski begitu, dia
ayahku. Bukan Ibu yang membunuh Ayah, tapi Bibi?” ucap Hye Won tak percaya.
Hye Won
mengingat saat ke rumah neneknya Bibi Sim mengatakan “Bibi akan merngasuhmu
mulai sekarang.” Saat itu Hye Won pun menahan amarah karena ditinggalkan
sendiri setelah ibunya masuk penjara.
“Hanya
dia yang bisa kupercaya dan kuandalkan... Kalian berdua menakutkan” ucap Hye Won
marah. Nyonya Sim mencoba menenangkanya.
“Jangan
ikuti aku.” Tegas Hye Won lalu keluar dari rumah. Setelah itu Bibi Sim pulang
ke rumah dan melihat berkas "Labirin
Sisterfield" diatas meja.
"Katakan kepadaku. Apa Kau
pikir bisa memaafkanku?"
Hye Won
duduk sendirian di halte "Pertigaan
Bukhyeon" seperti menenangkan diri saat hujan.
Flash Back
Ia
mengingat saat memberikan bunga pada ibunya tapi sang ibu hanya bersikap dingin
dengan kacamata hitamnya. Tuan Mok memanggil anaknya lalau berkomentar kalau
suasana hati ibunyasedang buruk hari ini jadi mengajak untuk bermain dengan
Ayah saja.
Hye Won
akhirnya sampai ditempat pemberhentian terakhir bus. Sopi bertanya apakah baik-baik
saja. Eun Seob keluar dari toko bukudengan wajah panik dan langsung
mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia sampai di tempat bus terakhir.
“Permisi.
Kau melihat seorang wanita muda di sini?” tanya Eun Seob. Si pria menunjuk
kalau duduk di sana.
Eun Seob
melihat Hye Won yang duduk sendirian sambil menangis. Hye Won hanya menatap Eun Seob, dengan wajah
sedih. Eun Seob memberikan jaketnya dan Hye Won pun menangis dipelukan Eun
Seob.
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good
Night"
"Terkadang aku berpikir bahwa hidup, Adalah
proses menemukan tempat seseorang. Tempat di mana tidak masalah jika aku ada. Tanpa
mengganggu siapa pun, atau diganggu. Menemukan tempat di mana tidak ada yang
akan menolakku"
"Kukira itulah hidup.. Tapi kini, aku
berubah pikiran.. Di mana pun itu, tempatku berada sekarang adalah tempatku.. Selama
aku hidup sebagai diriku sendiri. Aku yakin tidak apa-apa jika aku ada di tempat
ini.”
“Hanya itu yang ingin kukatakan hari ini. Jika
aku mengatakan lebih banyak, mungkin aku ingin berhenti"
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Terimakasih sinopsisnya kak.. semangat sampe episode 16 yaa !!!
BalasHapussemakin seru ya..
BalasHapus