PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pasien datang konsultasi. Suk Hyung bertanya Bagaimana? Bayinya tampak aktif,
'kan. Pasienya membenarkan. Suk Hyung memberitahu Umurnya sudah 24 pekan lalu
memperlihatkan Bagian hitam dalam citra adalah air ketuban.
“Jika
dilihat...” kata Suk Hyung lalu meminta izin karena harus menerima telp.
“Aku tetap
khawatir. Mungkin dia...”kata seorang pria. Suk Hyung mengerti dengan wajah
gugup.
Ibu Suk
Hyung datang mondar mandir masuk ke dalam toilet, denga wajah lelah berpikir mereka
tak pakai itu lagi saat ini.
Ik Jun
akhirnya datang lagi menyapa pasien Sin Mi-jin dan bertanya Kau sudah makan.
Perawat memberitahu kalau Nyonya Sin makan sedikit sekali. Ik Jun heran dan
meminta agar pasien Sin harus banyak makan sambil mengoda kalau Harga makanan
di sini mahal.
“Jangan
sia-siakan uangmu, kau Makan yang banyak.” Ucap Ik Jun. Nyonya Sin pikir Ik Jun sudah dengar ceritaku
“Bahwa
suamiku selingkuh... Dia selingkuh dengan wanita lain, dan menyumbangkan lever karena
merasa bersalah kepadaku. Agar dia merasa tenang.” Ucap Nyonya Sin
“Itu
Tidak mungkin. Suamimu merawatmu dengan baik saat kau operasi transplantasi. Dia
menangis tersedu-sedu malam hari sembari menggenggam tanganku.” Kata perawat
Song menenangkanya.
“Kau
sangat polos. Tampaknya hidupmu selalu lurus tanpa masalah besar.” Komentar
Nyony Sin
“Bagaimana
kondisimu hari ini? Untungnya, berdasarkan hasil CT, saluran empedu tidak
melebar. Kelihatannya reaksi penolakan akut terjadi karena kau tidak minum obat
imunosupresan.” Ucap Ik Jun
“Setelah melakukan
pengobatan steroid dosis tinggi dan minum obat imunosupresan lagi, kau pasti
bisa pulih. Jangan khawatir.” Ucap Ik Jun menenangkan.
“Aku
tidak khawatir, Dokter. Aku tidak ingin... hidup dengan levernya. Astaga! Aku
tidak menyangka suamiku selingkuh dan hidup dengan wanita muda. Sedangkan aku
malah bersujud kepadanya.” Kata Nyonya Sin marah
“Dia
menyumbangkan levernya untuk menghilangkan rasa berdosa terhadapku, Dokter. Karena
dia merasa bersalah padaku.”jerit Nyonya Sin
“Tidak.
Suamimu pasti tak sejahat itu.” Ucap Ik Jun mencoba menenangkanya.
“Dokter,
bagimu dunia tampak indah dan baik, 'kan? Orang-orang yang hidup berkecukupan
dan mendapat pendidikan baik tidak mungkin mengerti. Bahkan tidak perlu
mengerti. Apa gunanya mengerti?” ucap Nyonya Sin lalu meminta agar mengantarnya
ke toilet. Ik Jun hanya bisa diam saja.
Ibu Suk
Hyung sibuk masuk dan keluar toilet, lalu melihat seorang petugas kebersihan
dengan ember pel lalu memangilnya. Sementara di luar ruangan, Tuan Yang sibuk
makan dengan istri mudanya merasa kalau makanan sangat enak.
“Di luar
tak ada wartawan, 'kan?” ucap Tuan Yang pada sang manager yang datang membawa
berkas.
“Manajer
Jung... Tolong minta infus jika ada perawat di luar. Kau tahu, infus suplemen
atau semacamnya. Orang bisa mendadak masuk.” Kata Tuan Yang
“Orang
ini melarang siapa pun untuk masuk. Aku sudah minta pengertian Kepala Rumah
Sakit...”kata Manager Jung menunjuk pada istri muda.
“Hei!..
Dia menyebutku "orang ini". Namaku... Tapi dia bilang "orang
ini". Apa Kau tidak bisa memanggilku "Nyonya"? Setidaknya kau
bisa panggil aku Nona Tae-yeon.” Kata Nona Tae marah.
Manager
Jung tak mengubrisnya memilih pamit pergi.karena akan minta infus kepada
perawat. Nona tae tak percaya kalau Manager Jung yang mengacuhkannya. Tuan Yang menenangka kalau Nanti
akan bicara kepadanya.
“Dia masih
baru, belum paham harus bertindak apa.” Kata Tuan Yang.
“Tidak.
Dia sangat paham cara harus bertindak. Kalau masih baru, dia pasti tahu aku
istrimu. Namun, tatapannya aneh sejak hari pertama bekerja. "Jadi, kau
wanita simpanan yang terkenal itu?" Tatapannya tepat seperti itu.” Kata
Nona Tae marah
Saat itu
ada yang masuk ruangan, Nona Tae pikir perawat meminta agar Infusnya nanti
saja. Tapi Ibu Suk Hyung datang langsung menguyur selingkuhan suaminya dengan
air dari pel lantai. Tuan Yang mengumpat
istrinya itu sudah gila.
“Aku yang
harus bilang begitu. Otakmu di mana? Kenapa kau kemari? Berani-beraninya kau
datang ke rumah sakit putramu!” teriak Ibu Suk Hyung marah. Tuan Yang hanya
bisa melonggo.
“Apa Kau
tidak punya rasa malu? Ini Memalukan! Apa Kau ingin beri tahu semua orang di
rumah sakit putramu, kau hidup bahagia selingkuh dengan wanita muda?” terika
Ibu Suk Hyung. Nona Tae berteriak marah
“Diam
kau! Tutup mulutmu.” Ucap Ibu Suk Hyung, saat itu Suk Hyung datang mengajak
ibunya agar cepat keluar.
“Jangan
mencoreng nama putraku, dan cepat keluar kau, Bajingan! Kumohon lekas pergi.”
ucap Ibu Suk Hyung. Suk Hyung mengeluh ibunya datang ke tempat ayahnya dan
mengajak pergi.
“Lepaskan
ibu! Kau bilang Cerai? Tidak sama sekali! Sampai kemarin, aku berniat
menceraikanmu karena sudah lelah secara jasmani. Namun, aku begitu muak dengan
tingkah kalian.” Tegas Ibu Suk Hyung
“Sampai
mati pun, aku tak akan cerai. Sebelum kau dan aku mati, aku tidak akan
bercerai. Kau pun jangan berharap. Kau hanya akan kumpul kebo selamanya. Begitu
pula anakmu.” Ucap Ibu Suk Hyung. Tuan Yang hanya bisa melonggo diam.
Song Hwa
mulai mengoperasi pasien meminta Cottonoid lalu meminta Dokter Anestesi,
bangunkan pasien. Akhirnya pasien dimasukan obat agar terbangun. Hyun Su pun
membuka matanya dan waktu operasi baru berjalan 1 jam. Dokter Ahn pun meminta
Hyun Su agar mengangkat tanganya.
“Bagus.
Sekarang coba genggam tanganku.” Kata Dokter Ahn. Hyun Su bisa mengenggamnya,
Dokter Ahn pun melaporkan kalau Pasien berhasil menggenggam lalu menggerakkan
wajah.
“Kini
coba ajak bicara.” Ucap Song Hwa. Dokter Ahn mengerti lalu bertanya apakah
merasa sakit? Baik-baik saja. Hyun Su menjawab baik-baik saja.
“Kim
Hyun-su, rumahmu di mana?” tanya Dokter Ahn. Hyun Su mnejawab Sadang-dong,
Dongjak-gu.
“Kau
berapa bersaudara?” tanya Dokter Ahn. Hyun Ju menjawab punya seorang adik
perempuan. Song Hwa pun memuji Dokter Ahn memberikan tanda pada otak.
“Bagaimana
dengan pekerjaanmu? Apa pekerjaanmu?” tanya Dokter Ahn. Hyun Su seperti agar
susah bicara. Song Hwa meminta agar Dokter Ahn Terus ajak bicara.
“Kau
polisi, 'kan? Kenapa kau ingin menjadi polisi?” tanya Dokter Ahn. Hyun Su
menjawabItu cita-citanya.
“Cita-cita
sejak umur tujuh tahun. Namun aku tak bisa bekerja lagi karena operasi seperti
ini.” Kata Hyun Su pasrah.
“Kim
Hyun-su, operasi hampir selesai sebentar lagi. Coba bicara sedikit lagi.” Ucap Song
Hwa.
“Kau bisa
kembali bekerja atau mencoba pekerjaan lain. Kau masih muda.” Kata Dokter Ahn. Hyun
Su pikir tidak bisa karena sudah tua.
“Saat
berusia 29 tahun aku juga sakit. Aku juga tiba-tiba sakit di umur 29 tahun,
jadi, berhenti dari militer.” Akui Dokter Ahn.
“Sakit
apa? Kau sakit apa?” tanya Hyun Su.
Dokter Ahn menjawab Ligamen di tulang belakang lehernya mengeras dan
kaku seperti tulang.
“Aku
tiba-tiba lumpuh saat berlatih.” Akui Dokter Ahn. Semua yang ada diruangan
kaget mendengarnya.
“Lalu kau
bagaimana?” tanya Hyun Su. Dokter Ahn menjawab hidup bahagia sekarang.
“Benar...
Kau kini seorang dokter.” Ucap Hyun Su. Dokter Ahn menyakin kalau Hyun Su juga
bisa begitu.
“Hyun-su,
setelah operasi dan pulih kembali, kau pasti bisa mulai lagi pekerjaan apa pun
yang kau inginkan.” Kata Dokter Ahn. Hyun Su yakin dan mengucapkan Terima
kasih.
“Ahn
Chi-hong, aku minta kau ajak pasien bicara. Kenapa malah cerita soal dirimu?”
komentar Song Hwa. Dokter Ahn hanya bisa meminta maaf.
“Kim
Hyun-su... Kerja bagus. Pengecekan sudah selesai. Sekarang aku akan mengangkat
tumor seaman mungkin. Kau tak perlu cemas dan tidurlah dengan nyenyak.” Kata Song
Hwa. Hyun Su pun mengucapkan Terima kasih.
“Dokter...
Semangat.” Kata Hyun Su lalu kembali tertidur setelah operasi berjalan lancar.
PUSAT
MEDIS YULJE
Ik Jun
menelp anaknya memberitahu Sepertinya hari ini akan pulang terlambat. U Ju
memceritakan kalau hari ini membuat kue. Ik Jun senang mendengarnya dan ingin
tahu Buat berapa. U Ju memberitahu Tiga,
tetapi sudah makan dua.
“Aku akan
beri sisa satunya kepada Mo-ne.” Kata U Ju. Ik Jun pikir itu Luar biasa karena Mo-ne
pasti senang sekali.
“U-ju,
jangan lupa sikat gigi. Sampai jumpa dalam mimpi. Dah!” kata Ik Jun bahagia
berjalan dilorong.
Ik Ju
masuk ke ruangan, diranjang Ayah Tae sibuk ingin memotong buah tapi bingung
sementara istrinya sibuk menelp. Ik Jun pergi menemui Nyonya Sin melihat obat
yang masih diatas meja, lalu bertanya Perawat Nyonya Sin ke mana.
“Anak-anakku
hari ini menemaniku. Dia pergi mengantar mereka.” Ucap Nyonya Sin.
“Kau
belum minum obat... Bu Sin Mi-jin. Suamimu melakukan keputusan sulit dengan
menyumbangkan lever. Dia memang selingkuh, tetapi apa pun alasannya,
suamimu sudah melakukan hal hebat. Dia
mempertaruhkan nyawa sebagai donor.” Ucap Ik Jun akhirnya duduk diranjang
sebelahnya.
“Sekarang...
relakan suamimu dan biarkan dia bahagia. Jalanilah kehidupanmu sendiri. Aku pun
cerai karena istriku selingkuh. Aku susah payah bekerja siang malam, dan
merawat anak sendirian, tetapi istriku berselingkuh dengan suami temannya.”akui
Ik Jun.
Nyonya
Sin kaget begitu juga, Ayah dan Ibu Tae ternyata Ik Jung punya cerita kehidupan
yang sulit.
“Awalnya,
harga diriku terluka dan aku malu berhadapan orang-orang. Kupikir, "Kenapa
hidupku begitu sulit dan berat?" Namun, tiba-tiba, suatu hari aku sadar
aku buang-buang waktu.” Cerita Ik Jun
“Membuang-buang
waktu seperti itu karena hal yang dia lakukan akan merugikan diriku sendiri. Astaga.
Selama ini kau pasti merasa sangat sakit dan lelah. Kau bisa sehat setelah
bersusah payah.” Ucap Ik Jun. Nyonya Sin menatap dengan mata berkaca-kaca
“Minumlah
obat bukan demi suamimu, melainkan dirimu, dan berusahalah untuk pulih dengan
sepenuh hati. Lagi pula, ini hidupmu. Benar?” ucap Ik Jun.
Nyonya
Sin langsung sadar memint agar Ayah Tae mengambilkan segelas air. Ayah Taek pun
mengambilanyanya. Nyonya Sin mengucapkan Terima kasih dan langsung meminum
obatnya.
Song Hwa
melemaskan ototnya di ruangan dan mendengarkan suara ketukan pintu lalu
bertanya Siapa. Dokter Ahn memberitahu kalau ia yang datang. Song Hwa pun
menyuruh Dokter Ahn masuk. Dokter Ahn
yakin Song Hwa sudah tahu tentang keadaan tapi ingin tahu sejak kapan.
“Sejak...
hari kau gagal operasi ventrikulostomi. Aku tahu sejak hari itu. Aku lihat
dokumenmu. Aku mencari tahu karena tertulis, "Bebas tugas Kapten karena
osifikasi ligamentum longitudinal posterior."ucap Song Hwa
“Penyakit
itu tak menghambat kehidupan sehari-hari dan sosial, serta dapat diatasi dengan
olahraga atau obat saat masih muda. Kecuali pekerjaan yang membutuhkan banyak gerakan
fisik atau olahraga berat.” Jelas Song Hwa
“Jika leher
terkilir, dapat menyebabkan kelumpuhan tangan dan kaki. Selama ini tidak pernah
ada masalah.” Ucap Song Hwa.
“Namun,
entah karena hari itu aku sangat gugup, kakiku terasa kaku saat operasi. Leherku
pun terasa seperti ditusuk. Setelah sekian lama baru terasa sakit lagi. Aku
jadi sulit fokus.” Jelas Dokter Ahn.
“Kenapa
tidak bilang? Itu bukan penyakit serius.” Ucap Song Hwa. Dokter Ahn mengaku
ingin bilang, tetapi tak pernah sempat.
“Aku
serasa kehilangan harga diri karena semua orang amat penasaran.” kata Dokter
Ahn.
“Harga
diri macam apa itu? Harga diri yang aneh. Apa Perlu kuberi tahu penyakitku
juga?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn hanya tersenyum
“Omong-omong,
Dokter. Kenapa kau tak bicara apa punsaat operasi hari itu?” tanya Dokter Ahn.
“Sudah
kubilang, aku tahu setelah selesai operasi.”jelas Song Hwa. Dokter Ahn pikir
banyak melakukan kesalahan
“Tetapi
kau tak bilang apa-apa saat di Ruang Operasi. Kau juga tidak marah.” Ucap
Dokter Ahn.
“Aku
percaya kepadamu. Kau selalu rajin dan sangat memahami pasien. Kupikir,
"Kenapa dia? Dia pasti punya alasan." Jadi, kutunda amarahku, dan
mencoba cari tahu. Kenapa? Apa Kau kecewa tidak kumarahi?”ucap Song Hwa.
“Tidak..
Kalau kau... memarahiku juga hari itu, aku mungkin tak di sini.” Mestinya kau
traktir aku minum “Ucap Dokter Ahn.
“Aku Tadinya
ingin mentraktirnya. Aku ke kantor untuk
mentraktir, tetapi katanya kau sudah pergi minum.” Kata. Song Hwa mengingatnya.
Dokter Ahn meminta maaf.
“Kau
pasti lebih nyaman minum dengan dokter residen lain daripada denganku. Berarti
aku sudah mentraktir, ya?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti.
Dokter
Ahn mengaku juga sangat ingin minum, tetapi apa daya karena Hari ini piket malam.
Dokter Yong memberitahu kalau Seon-bin mengambil piket Dokter Ahn dan sudah
menggantikannya malam ini. Dokter Ahn tak percaya.
“Dia
bilang, "Dokter Ahn Chi-hong, hari ini jangan pikirkan hal lain, dan pergi
minum sepuasnya." Selain itu, dia minta jangan salah paham. Dia bilang dia
tidak suka kepadamu.” Ucap Dokter Yong. Dokter Ahn hanya diam saja.
“Kenapa
diam? Ayo... Cepat ganti baju.” Kata Doktar Yong. Dokter Ahn bisa tersenyum
mendengarna.
Jung Won
berbicara di telp kalau segera berangkat lalu keluar melihat Dokter Jang
seperti menunggu dan berpikir kalau ada Pasien darurat dan mengajak untuk bicara
sambil jalan. Dokter Jang mengaku Bukan pasien darurat.
“Mohon
traktir aku makan malam... Traktir aku makan malam akhir pekan ini, Dokter.” Kata
Dokter Jang
“Baik.
Kita makan-makan dengan staf lain.” Ucap Jung Won. Dokter Jang meminta agar Berdua
saja.
“Kiat
Berdua saja di luar, pakai baju kasual, bukan ini.” Kata Dokter Jang. Jung Won
hanya bisa terdiam.
Di rumah,
Suk Hyung mendengarkan lagu dengan handphone dengan penutup mata di kursi
pijat. Tiba-tiba handphonenya terjatuh dan ponselnya terlepas, Suk Hyung
membuka penutup matanya dan sudah melihat teman-temanya membawa minuman dkk
seperti menghiburnya.
Ik Jun
mulai berlatih menyanyi, Di ruangan ICU terlihat Hyun Su suadh mulai sadar dari
operasi. Dokter Ahn menemui teman-teman polisi Hyun Su dan memberitahukan
keadaanya. Mereka pun terlihat bisa bernafas lega mengucapkanTerima kasih.
Jun Wan
mengantar Ik Sun ke pangkalan milter, lalu membentangkan tangan ingin
memeluknya. Tapi Ik Sun mendorongnya sampaijatuh tersungkur, adik Ik Jun pun
panik membantu Jun Wan bangun lalu menyuruhnya pergi.
Jun Wan
akhirnya masuk ke dalam mobil, Ik Sun melambaikan tangan. Jun Wan tiba-tiba
turun dari mobil dan langsung mencium pacarnya. Ik Sun hanya bisa terdiam. Jun
Wan pun tersenyum meninggalkan pangkalan.
U Ju
tertidur pulas dengan foto disamping bersama dengan sang ayah tanpa ibunya.
Sementar datas meja makan, U Ju memberika satu keping kue dan juga susu lalu
menuliskan pesan [SELAMAT MENIKMATI, AYAH!]
Di ruang rawat, Nyonya Sin sibuk melihat potongan buah, ternyata tuan Tae k dan istrinya memberikan buah pada Nyonya Sin.
"Dokter
Chu mencoba untuk tidur dalam ruangan tapi terlihat sangat gugup dan akhirnya
terbangun,
Sementara RUANG PIKET MALAM WANITA 2 BEDAH UMUM. Dokter Jang terlihat
duduk diam dengan rambut yang basah, seperti sangat frustasi dan memilih untuk
tidur.
Jun Wan
masuk ke lift melihat Dokter Do didalam lalu bertanya mau ke mana. Dokter Do
menjawab Kencan dengan istrinya dengan wajah bahaia. Jun Wan tahu kalau mereka
sudah menikah sepuluh tahun lebih. Dokter Do membenarkan kalau ini tahun kesepuluh.
“Sebagai perayaan
sepuluh tahun menikah, kami sewa rumah berbasis deposito dan pesan tiket untuk
berlibur bersama orang tua.” Ucap Dokter Do dan tiba-tiba panik saat tangan Jun
Wan mendekat
“Orang
bisa mengira aku sering memukulmu. Aku takkan membunuhmu.” Kata Jun Wan
mengambil pulpen di baju Dokter Do
“Kau
mampu membunuh orang dengan kata-kata. Aku izin keluar sebentar.” Kata Dokter Do
keluar dari lift.
“Apa ini?
Apa Tujuannya bukan ke atas?” keluh Jun Wan. Dokter Do dengan senyuman akhirnya
membantu menekan lift lalu mengucapkan Selamat jalan.
Dokter Do
keluar dari PUSAT TRANSPLANTASI ORGAN melihat istrinya sudah datang. Saat itu
telpnya berdering, Dokter Do pun mengangkatnya. Seorang bibi mengakupemilik
rumah. Dokter Do pun menyapa dengan ramah.
“Ya.
Maaf, aku menghubungi karena belum menerima uang sewa bulanan.” Kata Si bibi.
Dokter Do kaget.
“Uang sewa
bulanan. Aku belum menerimanya.”kata Si bibi mengulang.
“Sewa
bulanan apa? Kontrakku berbasis deposito. Deposito 200 juta dan dua tahun
kontrak...”kata Dokter Do
“Apa
maksudmu? Deposito? Kontrakmu untuk sewa bulanan.< Uang jaminan 20 juta, sewa
900.000 won per bulan.” Kata si bibi. Dokter Do langsung lemas menatap sang
istri
Bersambung
ke episode 8
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar