PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ik Jun
berbicara di telp saat keluar adri mobil memberitahu Tadinya sudah pulang tetapi
harus kembali ke rumah sakit. Ah Ra bertanya
Ada pasien darurat. Ik Jun membenarkan kalau pasien kecelakaan mobil
jadi Tampaknya butuh operasi lever dan usus.
“Astaga,
kau pasti harus bergadang.” Ucap Ah Ra. Ik Jun pikir baru selesai dini hari dan
Itu pun paling cepat.
“Kalau
begitu, berkunjunglah ke lokasi syuting selesai operasi. Lokasinya dekat. Besok
aku juga harus siap dari pagi Biar kubelikan kopi. Di sini ada banyak toserba.”
Ucap Ah Ra
“Aku yang
harus beli kopi. Kau sudah mentraktir waktu itu. Jika selesai lebih awal dini
hari, aku akan berusaha ke sana. Namun, tidak janji.”kata Ik Jun.
“Baik.
Selamat menjalani operasi. Semoga kita bisa jumpa besok!” ucap Ah Ra.
Ik Jun
akhirnya masuk ruang operasi dan selesai di pagi hari, ia lalu keluar mampir ke
minimarket membeli beberapa kaleng kopi dan pergi dengan taksi.
PUSAT
MEDIS JAE-AN
Song Hwa
sudah ada diparkiran lebih awal, wajahnya terlihat gugup. Ia mencoba tenang
memoles wajahnya dengan lipstik tapi tanganya bergetar. Ia pun akhirny pergi ke
bagian pemeriksaan kesehatan total lalu mengeluh temanya yang datang.
“Kenapa
lagi? Tentu karena khawatir.” Ucap Ik Jun yang duduk lalu menguap lebar karena
belum tidur.
“Mulutmu
nyaris sobek karena menguap. Mestinya kau tidur saja di rumah. Untuk apa
datang?” ucap Song Hwa.
“ Mana
mungkin aku bisa tidur?” kata Ik Jun dan salah satu perawat datang. Ik Jun
langsung meminta maaf karena sudah merepotkan pagi-pagi.
“Tidak
apa. Ini sering terjadi.” Ucap perawat. Ik Jun langsung memberikan sekaleng
kopi. Perawat menolaknya.
“Silakan.
Ini murah. Jangan khawatir... Aku beli banyak. Karena itu, memberi. Aku mohon
ambil ini. Tolong.” Ucap Ik Jun merengek.
“Terima
kasih. Tunggu sepuluh menit saja.” Kata perawat. Ik Jun mengerti.
Keduanya
duduk menatap ruangan dokter didepanya. Song Hwa lalu bertanya bagaimana kalau terkena
kanker. Ik Jun menjawab Tinggal diobati dan pasti akan menyembuhkannya. Song
Hwa pikir itu boleh juga. Ik Jun bingung apa maksudnya.
“Kata-kata
dokter yang penuh keyakinan. Kini aku sadar mengapa dokter dilarang mengatakan
hal itu. Tapi Aku senang mendengarnya. Penyakit apa pun rasanya bisa
disembuhkan. Aku semakin tidak boleh berkata begitu kepada pasien. Kalau
terjadi sesuatu... Kalau hasilnya tidak baik... Aku rasa aku akan putus asa.”
Ucap Song Hwa.
Saat itu
Suk Hyung menelp , Song Hwa memberitahu Sebentar lagi masuk dan akan
memberitahu segera. Ik Jun tak percaya kalau Suk Hyung bisa telepon juga. Song
Hwa membenarkan. Ik Jun pikir dia hanya bisa kirim pesan. Song Hwa mengaku Suk
Hyung sering meneleponnya.
“Dahulu...
Suk-hyung sangat menyukaimu.” Ucap Ik Jun mengoda. Song Hwa mengeluh kalau itu
masa lalu.
“Di hari
Suk-hyung menyatakan perasaan kepadamu... Apa Kau tahu dia tidur di pinggir
jalan?” ucap Ik Jun. Song Hwa kaget mendengarnya.
“Malamnya
kami minum berdua. Dia bilang sendiri bahwa kau menolak cintanya. Kami minum
lalu berpisah, tetapi tiba-tiba aku ditelepon polisi. Mereka minta aku
membawanya. Polisi meneleponku sebab terakhir dia meneleponku.” Cerita Ik Jun
“Aku
keheranan lalu pergi. Namun, tak kusangka, polisi membawanya karena takut dia
mati kedingina di pinggir jalan. Sungguh sebuah kenangan.” Kata Ik Jun
“Sebuah
kenangan... Berarti kau sudah tahu? Kenapa pura-pura tak tahu?” kata Song Hwa
“Aku
hanya tahu Suk-hyung menyukaimu. Aku tidak tahu detailnya.” Kaat Ik Jun. Saat
itu nama Song Hwa dipanggil untuk masuk. Keduanya pun masuk ke dalam ruangan.
PUSAT
MEDIS YULJE
Song Hwa
tersenyum bahagia sambil membersihkan mejanya lalu memastikan kalau Masih ada
sepuluh menit, Dokter Ahn membenarkan
dan berpikir akan membelikan kopi. Song Hwa menolak karena hanya
memastikan.
“Namun,
karena kau bilang begitu, aku jadi ingin.” Ucap Song Hwa. Saat itu pintu
terbuka.
“Apa
katanya?” tanya Suk Hyung. Song Hwa menjawab dengan senyuman Tidak apa-apa. Hanya kista. Suk Hyung pun
pergi
“Hasilnya
bagaimana?” tanya Jung Won membuka pintu. Song Hwa menjawab Fibroadenoma.Tes
lagi enam bulan kemudian. Jung Won mengaku sudah menduganya lalu pergi.
Saat itu
Jun Wan membuka pintu dengan kasar dan cepat, Song Hwa yang kesa langsung
berteriak “Kista! Hanya kista! Cukup?” Jun Wan mengerti dan langsung menutup
pintu kembali Song Hwa bertanya apakah
semua sudah datang. Dokter Ahn menjawab Masih tersisa satu orang.
“Apa Kau
memanggil yang lain? Aku lihat mereka keluar satu demi satu. Jangan lupa malam
ini berlatih band. Sampai nanti.” ucap Ik Jun membawakan kopi lalu menyapa
Dokter Ahn sebagai adik iparnya.
Mereka
semua berkumpul, Ik Jun melihat Suk Hyung yang minum kola dan menginginkanya.
Song Hwa pikir Lama-lama mereka bisa kecanduan kola. Jung Won tahu mereka tidak
bisa minum arak karena takut ada panggilan. Suk Hyung bertanya Jun-wan mau kola
atau Sprite
“Dia
sibuk... Ibunya mau bak mandi kayu hinoki.”kata Ik Jun
“Apa? Ibu
ingin ganti dengan kayu pyeonbaek? Ibu, kayu pyeonbaek adalah hinoki. Sama
saja! Seperti heopa dan paru-paru. Kongpat dan ginjal. Jijimi dan gorengan.
Jeonguji dan lokio.” Ucap Jun Wan dengan logat busan.
“Apa
Jeonguji adalah lokio?” tanya Suk Hyung mendengarnya. Ik Jun membenarkan.
“Aku
bersama teman-teman... Baik. Nanti kita bicara lagi. Aku mengerti.” Ucap Jun
Wan lalu menutup telpnya.
Jun Wan
bergabung dengan temanya bertanya apakah Hari ini lagu Zoo dan apakah Ik Jun
bawa gitar. Song Hwa memuji Jun Wan itu luar baisa karan bisa langsung pakai
logat Seoul. Jun Wan menyangkal kalau tidak
pakai logat daerah.
“Kawan,
makanlah dengan jeonguji”ejek Ik Jun dengan logat busan. Song Hwa pikir mereka berdua banyak berubah?
“Apa Kami
berdua? Apa maksudmu? Mereka berdua lebih parah. Terutama kau!” ucap Ik Jun.
Suk Hyung mengeluh kenapa dengan dirinya.
“Kau tiru
Leslie Cheung, rambut dibelah dua, dikeriting.” Kata Ik Jun. Suk Hyung mengeluh
Jangan mengada-ada.
“Kalian
lebih parah.” Ucap Suk Hyung. Ik Jun ingin tahu memangnya kenapa.
Suk Hyung
pun memperlihatkan tissue yang robek lalu dibentuk bulat lalu jatuh dan
terinjak-injak. Jung Won yang melihatnya langsung tertawa. Ik Jun langsung
mengumpat lalu menurutnya itu Jun-wan. Jun Wan mengeluh kesal menurutnya Tidak
separah itu. Ik Jun pikir Hanya sedikit seperti ini.
Flash Back
[STASIUN UNIVERSITAS NASIONAL SEOUL JALUR 2,
PINTU 3]
Ik Jun
dan Jun Wan baru datang dengan logat busan yang masih kental. Ik Jun memastikan
kalau benar stasiun ini tapi Di mana sekolahnya? Kenapa tak terlihat. Ik Jun
membeirtahu Naik bus nomor 289-1 dari sini. Jun Wan pikir Ini gerbang sekolah
jadi Untuk apa naik bus
“Kalau
tahu, mana mungkin aku bawa kertas begini seperti orang bodoh? Cuaca dingin
begini.” Ucap Ik Jun yang membawa catatan.
“Bukan kau
pernah ke Seoul? Sudah lupa?” ucap Jun Wan. Ik Jun pikir temanya juga pernah ke
Seoul.
“Kita ke
gedung DPR saat widyawisata.”kata Ik Jun. Jun Wan beru mengingatnya.
“Kau
punya uang kecil 1.000 won?” tanya Ik Jun. Jun Wan mengelurkan uang disaku
celananya hanya punya pecahan 10.000 won.
“Ongkos
bus berapa? Apa? 340 won? Luar biasa! Harga di Seoul mahal sekali! Kita tak
bisa hidup di sini!” ucap Jun Wan melonggo
“Namun,
aku akan tinggal di Seoul. Tunggu. Aku tukar uang dahulu.” Kata Ik Jun. Jun Wan
bertanya
“Biar
kubeli sesuatu di kaki lima sana.” Kata Ik Jun berjalan pergi.
Jun Wan
menunggu dan Ik Jun melihat ada penjual jepit rambut lalu berusaha mengunakan
logat seoul bertanya berapa harganya. Tapi si paman bisa tahu lalu bertanya “Kau
dari mana? Busan? Masan?” Ik Jun tak bisa berbohong karena masih terdengar
jelas.
“Itu 700
won.” Ucap paman melihat jepitan yang dipilih Ik Jun. Ik Jun akhirnya mencari ikat rambut dan
harganya 3.000 won lalu menerima kembalainya.
“Selamat
wawancara!” ucap si paman. Ik Jun pun mengucapkan Terima kasih. Selamat
berjualan.
[WAWANCARA
FAKULTAS KEDOKTERAN RUANG TUNGGU]
Ik Jun
berjalan dilorong lalu duduk disamping Jun Wan dan ternyata ada Song Hwa yang
duduk sampingnya. Jun Wan dengan gugup
berpikir tampaknya gagal tes esai. Ik Jun pikir Lebih baik Jun Wan
potong rambutnya dahulu. Jun Wan tak mengerti maksudny.
“Aku ke
toilet karena ingin buang air, tetapi penuh sekali. Jadi, aku pergi ke toilet
karyawan di bawah. Lalu kudengar sesuatu di sana. Apa Kau tahu kunci wawancara
tahun ini?” ucap Ik Jun. saat itu Song Hwa diam-diam mendengarnya.
“Jeonggal.”
Ucap Ik Jun. Jun Wan pikir itu Kalajengking. Ik Jun mengeluh bukan itu
“Jeonggam?
"Kehangatan"? Astaga, itu kelemahanku.” Kata Jun Waon. Ik Jun
mengeluh agar bisa mengorek kupingnya dulu saja.
“Kerapian!
Mereka melihat kerapian, Bodoh! Cepat potong rambutmu!” ucap Ik Jun.
Jun Wan
pun bergegas pergi, saat itu Song Hwa panik mencoba mengikat rambutanya tapi
tak menemukan karet. Ik Jun tiba-tiba memberikan ikat rambut dan langsung
memberikanya. Song Hwa pun langsun mengucapkan termakasih dengan rambut yang
rapih.
Mereka
pun akhirnya berlatih lagu Zoo menganang masa kuliah dulu.
Flash back
Saat masa
orientasi, seorang pria menyanyi diatas pangung. Song Hwa duduk sendiri
dibagian depan, lalu ada Jung Won yang duduk disamping Suk Hyung dan dibelakang
ada Ik Jun dengan Jun Wan yang tertidur. Song Hwa pun melihat Ik Jun keluar
lebih dulu dengan Jun Wan.
Song Hwa
meminta maaf karena tak bisa menerima cinta Suk Hyung. Suk hyung mengaku tak
masalah dan meminta maaf karena sudah mengatakan hal yang aneh. Tapi akhirnya
malam harinya, Ik Jun menemani minum karena sedang patah hati.
Ponsel Ik
Jun berdering pesan dari Song Hwa “Apa kau ingin bertemu? Baiklah, mau bertemu
dimana?” Akhirnya Ik Jun membalas “Maaf... Aku ada urusan mendadak. Kita
bertemu lain kali”
Ik Jun
akan mengantar pulang Suk Hyung tapi Suk Hyung menolak lalu berjalan sendiri.
Suk Hyung seperti merasa sudah sampai rumah dan langsung membuka baju serta
sepatu lalu berbaring di jalan. Polisi akhirnya mengangkutnya ke kantor polisi.
Polisi
mencari info dari tas Suk Hyung dan saat itu Ik Jun sedang duduk sendirian di
kedai. Ia menerima telp dari polisi lalu pergi, saat tu terlihat ada kotak hadiah yang dibuang dengan tulisan SELAMAT
ULANG TAHUN, CHAE SONG-HWA.
PUSAT
MEDIS YULJE
Ik Jun
datang ke tempat Dokter Ahn membawakan kopi. Dokter Ahn pun mengucapkan Terima
kasih atas kopinya. Ik Jun melihat Doketr Ahn yang sangat rajin lalu menyuruh agar Sering-sering
bertanya pada Song-hwa karena temanya itu sangat suka. Dokter Ahn menganguk.
“Dokter
Chae Song-hwa orang baik.” Ucap Ik Jun. Dokter Ahn membenarkan.
“Dia orang
yang aku hormati dan sukai.” Ucap Dokter Ahn dengan senyuman malu. Ik Jun
mengerti.
“Kau
sering bicara dengan Ik-sun?” tanya Ik Jun. Dokter Ahn membenarkan.
“Setidaknya
kami bicara di telepon sekali sepekan. Kami sangat dekat. Seperti kau dan
Dokter Chae.” Ucap Dokter Ahn.
“Benar.
Aku juga kadang merasa Song-hwa seperti wanita.” Kata Ik Jun. Dokter Ahn
mengaku bukan seperti itu.
“Hubungan
kami sungguh tidak begitu. Lagi pula, Ik-sun masih sakit hati karena kejadian
itu. Dia belum yakin bisa menjalin hubungan dengan seseorang. Dia tak percaya
siapa pun. Sepertinya butuh waktu lama.” Kata Dokter Ahn. Ik Jun seperti kaget
dan mengerti.
Di
ruangan, Ik Jun duduk diam dalam ruangans seperti merenung sesuatu. Jun Wan
datang memberitahu kalau akan bayar tagihan bulan ini. Ik Jun memberitahu kalau
Jung Wan bilang sudah bayar. Jun Wan pikir Ekonominya tampak sudah membaik
karena bisa bayar tagihan.
“Apa Kau
ada masalah? Wajahmu tampak pucat.” Tanya Jun Wan. Ik Jun mengaku Bukan
apa-apa.
“Aku
tidak menyangka. Ik-sun...” ucap Ik Jun dan Saat itu Jun Wan menerima pesan
yang masuk wajahnya langsung bahagia dan pamit pergi.
“Yes”
Tulis Ik Sun. Jun Wan tersenyum lalu berpura-pura bodoh bertaya Apa yang “yes”?
“Kita
pacaran mulai hari ini.” Tulis Ik Sun. Jun Wan langsung melompat kegirangan
seperti baru pertama kali jatuh cinta.
Ia
akhirnya menyadarkan diri lalu menelp Ik Sun bertanya sedang apa dan mengaku
hari ini tak ada operasi. Wajahnya terlihat sangat kasmaran seperti anak SMA
yang baru saja jatuh cinta.
“Kapan
kau libur lagi? Tidak perlu. Biar aku saja yang jemput.” Ucap Jun Wan.
Jung Won
berbicara dilorong seperti tak percaya mendengarnya. Dokter memberitahu Ji-a
penerimanya dengan Pendonor wanita 22 tahun, 49 kg., LFT-nya bagus. Di bawah 40
dan dirawat tujuh hari di Pusat Medis Kangwoon.
“Kalau
begitu, kami juga akan siapkan operasi.”ucap Jung Won dengan senyuman bahagia.
Akhirnya
Jung Wan memberitahu orang tua Ji A. Ibu dan ayahnya langsung menangis dan
mengucapkan Terima kasih, berulang-ulang. Jung Won memberitahu Masih ada prosedur rapat pemutusan mati otak.
“Kondisi
lever dari donor pun harus diperiksa dahulu, tetapi kurasa tak akan ada masalah
besar. Jika lancar, malam ini sudah bisa operasi.” Ucap Jung Won yakin
“Kalau
begitu, Ji-a... bisa bertahan hidup. Benar, Dokter?”kata sang Yah. Jung Won
menganguk. keduanya pun saling berpelukan sambil menangis haru.
Jung Won
gugup didepan ruang operasi, dokter menelp Jung Won ingin tahu Kondisi lever
bagaimana dan apakah Sudah berangkat. Dokter Jang seperti kebingungan. Jung Won
bertanya apakah Ada masalah.
“Lever
donor terlalu tebal. Tampaknya lebih dari 500 gram. Anterior dan posterior pun
sekitar 8 cm. Bagaimana ini, Dokter? Lever terlalu besar. Kelihatannya sulit.”
Ucap Dokter Jang. Tangan Jung Won langsung jatuh lemas mendengarnya.
Bersambung ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar