PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 19 April 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 6 Part 3

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 
Ik Jun berbicara di telp saat keluar adri mobil memberitahu Tadinya sudah pulang tetapi harus kembali ke rumah sakit. Ah Ra bertanya  Ada pasien darurat. Ik Jun membenarkan kalau pasien kecelakaan mobil jadi Tampaknya butuh operasi lever dan usus.
“Astaga, kau pasti harus bergadang.” Ucap Ah Ra. Ik Jun pikir baru selesai dini hari dan Itu pun paling cepat.
“Kalau begitu, berkunjunglah ke lokasi syuting selesai operasi. Lokasinya dekat. Besok aku juga harus siap dari pagi Biar kubelikan kopi. Di sini ada banyak toserba.” Ucap Ah Ra
“Aku yang harus beli kopi. Kau sudah mentraktir waktu itu. Jika selesai lebih awal dini hari, aku akan berusaha ke sana. Namun, tidak janji.”kata Ik Jun.
“Baik. Selamat menjalani operasi. Semoga kita bisa jumpa besok!” ucap Ah Ra.
Ik Jun akhirnya masuk ruang operasi dan selesai di pagi hari, ia lalu keluar mampir ke minimarket membeli beberapa kaleng kopi dan pergi dengan taksi. 

PUSAT MEDIS JAE-AN
Song Hwa sudah ada diparkiran lebih awal, wajahnya terlihat gugup. Ia mencoba tenang memoles wajahnya dengan lipstik tapi tanganya bergetar. Ia pun akhirny pergi ke bagian pemeriksaan kesehatan total lalu mengeluh  temanya yang datang.
“Kenapa lagi? Tentu karena khawatir.” Ucap Ik Jun yang duduk lalu menguap lebar karena belum tidur.
“Mulutmu nyaris sobek karena menguap. Mestinya kau tidur saja di rumah. Untuk apa datang?” ucap Song Hwa.
“ Mana mungkin aku bisa tidur?” kata Ik Jun dan salah satu perawat datang. Ik Jun langsung meminta maaf karena sudah merepotkan pagi-pagi.
“Tidak apa. Ini sering terjadi.” Ucap perawat. Ik Jun langsung memberikan sekaleng kopi. Perawat menolaknya.
“Silakan. Ini murah. Jangan khawatir... Aku beli banyak. Karena itu, memberi. Aku mohon ambil ini. Tolong.” Ucap Ik Jun merengek.
“Terima kasih. Tunggu sepuluh menit saja.” Kata perawat. Ik Jun mengerti. 

Keduanya duduk menatap ruangan dokter didepanya. Song Hwa lalu bertanya bagaimana kalau terkena kanker. Ik Jun menjawab Tinggal diobati dan pasti akan menyembuhkannya. Song Hwa pikir itu boleh juga. Ik Jun bingung apa maksudnya.
“Kata-kata dokter yang penuh keyakinan. Kini aku sadar mengapa dokter dilarang mengatakan hal itu. Tapi Aku senang mendengarnya. Penyakit apa pun rasanya bisa disembuhkan. Aku semakin tidak boleh berkata begitu kepada pasien. Kalau terjadi sesuatu... Kalau hasilnya tidak baik... Aku rasa aku akan putus asa.” Ucap Song Hwa.
Saat itu Suk Hyung menelp , Song Hwa memberitahu Sebentar lagi masuk dan akan memberitahu segera. Ik Jun tak percaya kalau Suk Hyung bisa telepon juga. Song Hwa membenarkan. Ik Jun pikir dia hanya bisa kirim pesan. Song Hwa mengaku Suk Hyung sering meneleponnya.
“Dahulu... Suk-hyung sangat menyukaimu.” Ucap Ik Jun mengoda. Song Hwa mengeluh kalau itu masa lalu.
“Di hari Suk-hyung menyatakan perasaan kepadamu... Apa Kau tahu dia tidur di pinggir jalan?” ucap Ik Jun. Song Hwa kaget mendengarnya.
“Malamnya kami minum berdua. Dia bilang sendiri bahwa kau menolak cintanya. Kami minum lalu berpisah, tetapi tiba-tiba aku ditelepon polisi. Mereka minta aku membawanya. Polisi meneleponku sebab terakhir dia meneleponku.” Cerita Ik Jun
“Aku keheranan lalu pergi. Namun, tak kusangka, polisi membawanya karena takut dia mati kedingina di pinggir jalan. Sungguh sebuah kenangan.” Kata Ik Jun
“Sebuah kenangan... Berarti kau sudah tahu? Kenapa pura-pura tak tahu?” kata Song Hwa
“Aku hanya tahu Suk-hyung menyukaimu. Aku tidak tahu detailnya.” Kaat Ik Jun. Saat itu nama Song Hwa dipanggil untuk masuk. Keduanya pun masuk ke dalam ruangan. 


PUSAT MEDIS YULJE
Song Hwa tersenyum bahagia sambil membersihkan mejanya lalu memastikan kalau Masih ada sepuluh menit, Dokter Ahn membenarkan  dan berpikir akan membelikan kopi. Song Hwa menolak karena hanya memastikan.
“Namun, karena kau bilang begitu, aku jadi ingin.” Ucap Song Hwa. Saat itu pintu terbuka.
“Apa katanya?” tanya Suk Hyung. Song Hwa menjawab dengan senyuman  Tidak apa-apa. Hanya kista. Suk Hyung pun pergi
“Hasilnya bagaimana?” tanya Jung Won membuka pintu. Song Hwa menjawab Fibroadenoma.Tes lagi enam bulan kemudian. Jung Won mengaku sudah menduganya lalu pergi.
Saat itu Jun Wan membuka pintu dengan kasar dan cepat, Song Hwa yang kesa langsung berteriak “Kista! Hanya kista! Cukup?” Jun Wan mengerti dan langsung menutup pintu kembali  Song Hwa bertanya apakah semua sudah datang. Dokter Ahn menjawab Masih tersisa satu orang.
“Apa Kau memanggil yang lain? Aku lihat mereka keluar satu demi satu. Jangan lupa malam ini berlatih band. Sampai nanti.” ucap Ik Jun membawakan kopi lalu menyapa Dokter Ahn sebagai adik iparnya. 


Mereka semua berkumpul, Ik Jun melihat Suk Hyung yang minum kola dan menginginkanya. Song Hwa pikir Lama-lama mereka bisa kecanduan kola. Jung Won tahu mereka tidak bisa minum arak karena takut ada panggilan. Suk Hyung bertanya Jun-wan mau kola atau Sprite
“Dia sibuk... Ibunya mau bak mandi kayu hinoki.”kata Ik Jun
“Apa? Ibu ingin ganti dengan kayu pyeonbaek? Ibu, kayu pyeonbaek adalah hinoki. Sama saja! Seperti heopa dan paru-paru. Kongpat dan ginjal. Jijimi dan gorengan. Jeonguji dan lokio.” Ucap Jun Wan dengan logat busan.
“Apa Jeonguji adalah lokio?” tanya Suk Hyung mendengarnya. Ik Jun membenarkan.
“Aku bersama teman-teman... Baik. Nanti kita bicara lagi. Aku mengerti.” Ucap Jun Wan lalu menutup telpnya. 


Jun Wan bergabung dengan temanya bertanya apakah Hari ini lagu Zoo dan apakah Ik Jun bawa gitar. Song Hwa memuji Jun Wan itu luar baisa karan bisa langsung pakai logat Seoul.  Jun Wan menyangkal kalau tidak pakai logat daerah.
“Kawan, makanlah dengan jeonguji”ejek Ik Jun dengan logat busan.  Song Hwa pikir mereka berdua banyak berubah?
“Apa Kami berdua? Apa maksudmu? Mereka berdua lebih parah. Terutama kau!” ucap Ik Jun. Suk Hyung mengeluh kenapa dengan dirinya.
“Kau tiru Leslie Cheung, rambut dibelah dua, dikeriting.” Kata Ik Jun. Suk Hyung mengeluh Jangan mengada-ada.
“Kalian lebih parah.” Ucap Suk Hyung. Ik Jun ingin tahu memangnya kenapa.
Suk Hyung pun memperlihatkan tissue yang robek lalu dibentuk bulat lalu jatuh dan terinjak-injak. Jung Won yang melihatnya langsung tertawa. Ik Jun langsung mengumpat lalu menurutnya itu Jun-wan. Jun Wan mengeluh kesal menurutnya Tidak separah itu. Ik Jun pikir Hanya sedikit seperti ini.


Flash Back
[STASIUN UNIVERSITAS NASIONAL SEOUL JALUR 2, PINTU 3]
Ik Jun dan Jun Wan baru datang dengan logat busan yang masih kental. Ik Jun memastikan kalau benar stasiun ini tapi Di mana sekolahnya? Kenapa tak terlihat. Ik Jun membeirtahu Naik bus nomor 289-1 dari sini. Jun Wan pikir Ini gerbang sekolah jadi Untuk apa naik bus
“Kalau tahu, mana mungkin aku bawa kertas begini seperti orang bodoh? Cuaca dingin begini.” Ucap Ik Jun yang membawa catatan.
“Bukan kau pernah ke Seoul? Sudah lupa?” ucap Jun Wan. Ik Jun pikir temanya juga pernah ke Seoul.
“Kita ke gedung DPR saat widyawisata.”kata Ik Jun. Jun Wan beru mengingatnya.
“Kau punya uang kecil 1.000 won?” tanya Ik Jun. Jun Wan mengelurkan uang disaku celananya hanya punya pecahan 10.000 won.
“Ongkos bus berapa? Apa? 340 won? Luar biasa! Harga di Seoul mahal sekali! Kita tak bisa hidup di sini!” ucap Jun Wan melonggo
“Namun, aku akan tinggal di Seoul. Tunggu. Aku tukar uang dahulu.” Kata Ik Jun. Jun Wan bertanya
“Biar kubeli sesuatu di kaki lima sana.” Kata Ik Jun berjalan pergi. 
Jun Wan menunggu dan Ik Jun melihat ada penjual jepit rambut lalu berusaha mengunakan logat seoul bertanya berapa harganya. Tapi si paman bisa tahu lalu bertanya “Kau dari mana? Busan? Masan?” Ik Jun tak bisa berbohong karena masih terdengar jelas.
“Itu 700 won.” Ucap paman melihat jepitan yang dipilih Ik Jun.  Ik Jun akhirnya mencari ikat rambut dan harganya 3.000 won lalu menerima kembalainya.
“Selamat wawancara!” ucap si paman. Ik Jun pun mengucapkan Terima kasih. Selamat berjualan.


[WAWANCARA FAKULTAS KEDOKTERAN RUANG TUNGGU]
Ik Jun berjalan dilorong lalu duduk disamping Jun Wan dan ternyata ada Song Hwa yang duduk sampingnya. Jun Wan dengan gugup  berpikir tampaknya gagal tes esai. Ik Jun pikir Lebih baik Jun Wan potong rambutnya dahulu. Jun Wan tak mengerti maksudny.
“Aku ke toilet karena ingin buang air, tetapi penuh sekali. Jadi, aku pergi ke toilet karyawan di bawah. Lalu kudengar sesuatu di sana. Apa Kau tahu kunci wawancara tahun ini?” ucap Ik Jun. saat itu Song Hwa diam-diam mendengarnya.
“Jeonggal.” Ucap Ik Jun. Jun Wan pikir itu Kalajengking. Ik Jun mengeluh bukan itu
“Jeonggam? "Kehangatan"? Astaga, itu kelemahanku.” Kata Jun Waon. Ik Jun mengeluh agar bisa mengorek kupingnya dulu saja.
“Kerapian! Mereka melihat kerapian, Bodoh! Cepat potong rambutmu!” ucap Ik Jun.
Jun Wan pun bergegas pergi, saat itu Song Hwa panik mencoba mengikat rambutanya tapi tak menemukan karet. Ik Jun tiba-tiba memberikan ikat rambut dan langsung memberikanya. Song Hwa pun langsun mengucapkan termakasih dengan rambut yang rapih. 




Mereka pun akhirnya berlatih lagu Zoo menganang masa kuliah dulu.
Flash back
Saat masa orientasi, seorang pria menyanyi diatas pangung. Song Hwa duduk sendiri dibagian depan, lalu ada Jung Won yang duduk disamping Suk Hyung dan dibelakang ada Ik Jun dengan Jun Wan yang tertidur. Song Hwa pun melihat Ik Jun keluar lebih dulu dengan Jun Wan. 

Song Hwa meminta maaf karena tak bisa menerima cinta Suk Hyung. Suk hyung mengaku tak masalah dan meminta maaf karena sudah mengatakan hal yang aneh. Tapi akhirnya malam harinya, Ik Jun menemani minum karena sedang patah hati.
Ponsel Ik Jun berdering pesan dari Song Hwa “Apa kau ingin bertemu? Baiklah, mau bertemu dimana?” Akhirnya Ik Jun membalas “Maaf... Aku ada urusan mendadak. Kita bertemu lain kali”
Ik Jun akan mengantar pulang Suk Hyung tapi Suk Hyung menolak lalu berjalan sendiri. Suk Hyung seperti merasa sudah sampai rumah dan langsung membuka baju serta sepatu lalu berbaring di jalan. Polisi akhirnya mengangkutnya ke kantor polisi.
Polisi mencari info dari tas Suk Hyung dan saat itu Ik Jun sedang duduk sendirian di kedai. Ia menerima telp dari polisi lalu pergi, saat tu terlihat  ada kotak hadiah yang dibuang dengan tulisan SELAMAT ULANG TAHUN, CHAE SONG-HWA. 


PUSAT MEDIS YULJE
Ik Jun datang ke tempat Dokter Ahn membawakan kopi. Dokter Ahn pun mengucapkan Terima kasih atas kopinya. Ik Jun melihat Doketr Ahn yang  sangat rajin lalu menyuruh agar Sering-sering bertanya pada Song-hwa karena temanya itu sangat suka. Dokter Ahn menganguk.
“Dokter Chae Song-hwa orang baik.” Ucap Ik Jun. Dokter Ahn membenarkan.
“Dia orang yang aku hormati dan sukai.” Ucap Dokter Ahn dengan senyuman malu. Ik Jun mengerti.
“Kau sering bicara dengan Ik-sun?” tanya Ik Jun. Dokter Ahn membenarkan.
“Setidaknya kami bicara di telepon sekali sepekan. Kami sangat dekat. Seperti kau dan Dokter Chae.” Ucap Dokter Ahn.
“Benar. Aku juga kadang merasa Song-hwa seperti wanita.” Kata Ik Jun. Dokter Ahn mengaku bukan seperti itu.
“Hubungan kami sungguh tidak begitu. Lagi pula, Ik-sun masih sakit hati karena kejadian itu. Dia belum yakin bisa menjalin hubungan dengan seseorang. Dia tak percaya siapa pun. Sepertinya butuh waktu lama.” Kata Dokter Ahn. Ik Jun seperti kaget dan mengerti. 


Di ruangan, Ik Jun duduk diam dalam ruangans seperti merenung sesuatu. Jun Wan datang memberitahu kalau akan bayar tagihan bulan ini. Ik Jun memberitahu kalau Jung Wan bilang sudah bayar. Jun Wan pikir Ekonominya tampak sudah membaik karena bisa bayar tagihan.
“Apa Kau ada masalah? Wajahmu tampak pucat.” Tanya Jun Wan. Ik Jun mengaku Bukan apa-apa.
“Aku tidak menyangka. Ik-sun...” ucap Ik Jun dan Saat itu Jun Wan menerima pesan yang masuk wajahnya langsung bahagia dan pamit pergi. 

“Yes” Tulis Ik Sun. Jun Wan tersenyum lalu berpura-pura bodoh bertaya Apa yang “yes”?
“Kita pacaran mulai hari ini.” Tulis Ik Sun. Jun Wan langsung melompat kegirangan seperti baru pertama kali jatuh cinta.
Ia akhirnya menyadarkan diri lalu menelp Ik Sun bertanya sedang apa dan mengaku hari ini tak ada operasi. Wajahnya terlihat sangat kasmaran seperti anak SMA yang baru saja jatuh cinta.
“Kapan kau libur lagi? Tidak perlu. Biar aku saja yang jemput.” Ucap Jun Wan. 

Jung Won berbicara dilorong seperti tak percaya mendengarnya. Dokter memberitahu Ji-a penerimanya dengan Pendonor wanita 22 tahun, 49 kg., LFT-nya bagus. Di bawah 40 dan dirawat tujuh hari di Pusat Medis Kangwoon.
“Kalau begitu, kami juga akan siapkan operasi.”ucap Jung Won dengan senyuman bahagia.
Akhirnya Jung Wan memberitahu orang tua Ji A. Ibu dan ayahnya langsung menangis dan mengucapkan Terima kasih, berulang-ulang. Jung Won memberitahu  Masih ada prosedur rapat pemutusan mati otak.
“Kondisi lever dari donor pun harus diperiksa dahulu, tetapi kurasa tak akan ada masalah besar. Jika lancar, malam ini sudah bisa operasi.” Ucap Jung Won yakin
“Kalau begitu, Ji-a... bisa bertahan hidup. Benar, Dokter?”kata sang Yah. Jung Won menganguk. keduanya pun saling berpelukan sambil menangis haru.
Jung Won gugup didepan ruang operasi, dokter menelp Jung Won ingin tahu Kondisi lever bagaimana dan apakah Sudah berangkat. Dokter Jang seperti kebingungan. Jung Won bertanya apakah Ada masalah.
“Lever donor terlalu tebal. Tampaknya lebih dari 500 gram. Anterior dan posterior pun sekitar 8 cm. Bagaimana ini, Dokter? Lever terlalu besar. Kelihatannya sulit.” Ucap Dokter Jang. Tangan Jung Won langsung jatuh lemas mendengarnya.
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar