PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung
Won hanya bisa melonggo menu makan
diatas meja semua sayuran dan juga cukup banyak. Nyonya Jung mengeluh panas
dengan membawa daun yang lebar bisa dijadikan kipas. Ia pun yakin anaknya
bangga kalau ibunya itu hebat.
“Ibu
menanam dan merawat semua ini sendiri seperti merawatmu.” Ucap Nyonya Jung.
“Pinggang
Ibu sakit. Kenapa bercocok tanam? Lagi pula, tidak baik hanya makan
sayur-sayuran, Bu.” Keluh Jung Won
“Semua ini
organik. Tanpa pestisida. Makanan sehat.” Kata
Nyonya Jung bangga
“Bukan tanpanya,
tetapi tidak bisa pakai karena pinggang Ibu sakit. Selain itu, di umur ibu
lebih baik makan makanan seimbang.” Kata Jung Won.
“Baiklah.
Cepat makan. Nanti dingin.” Kata Nyonya Jung tak ingin anaknya mengomel
“Protein,
zat besi, omega tiga, dan kalsium. Anemia dan pusing disebabkan oleh kekurangan
nutrisi.” Kata Jung Won.
“Ibu
makan dengan sehat... Cemaskan dirimu!” ucap Nyonya Jung kesal. Jung Won mengeluh
mendengar ibunya yang merasa sehat.
“Ibu
kekurangan nutrisi kalau makan seperti ini.” Kata Jung Won. Nyonya Jung
menunjuk kotak obat miliknya dan menegaskan sudah makan dengan sehat.
“Ibu bisa
kecanduan obatkalau makan semua itu.” Kata Jung Won mengeluh ibunya makan
banyak vitamin.
“Ibu
ingin hidup sekadarnya saja dan mati. Diam dan makan!” kata Nyonya Jung
akhirnya menyuapi anaknya makan.
“Ini
chwinamul. Ibu yang membumbuinya dan enak sekali.” kata Nyonya Jung. Jung Won
pun memuji kalau ini Enak juga.
“Omong-omong,
Bu, yang kubilang waktu itu...” kata Jung Won dan Nyony Jung langsung
menghindarinya, bergegas pergi untuk mengambil gochujang.
Jung Won
mulai memuji masakan ibunya yang sangat enak. Nyonya Jung pun meminta anaknya
agar mencoba geotjeor juga.Jung Won kembali mencaritakan kalau sudah konsultasi
dan bertanya kepada kakak-kakaknya. dan Keuskupan Agung Seoul.
“Katanya
di Korea mungkin sulit karena ada batas umur, tetapi aku bisa belajar menjadi
pastor di Italia. Aku sudah mengirim surat rekomendasi, dan akan segera dapat
balasan. Aku takut menyesal bila semakin terlambat.” Ucap Jung Won.
Nyonya
Jung membungkus makananya. Jung Won langsung merayu ibunya. Nyonya Jung
langsung memasukan makan ke dalam mulut anaknya.
“Tidak!
Untuk apa belajar menjadi pastor? Belajar jadi suami saja di Korea! Wajahmu tampan,
tetapi tak punya pacar? Kakak-kakakmu boleh, tetapi kau tidak! Ibu akan
kesepian.” Tegas Nyonya Jung
“ Jong-su
dan Ibu Seok-hyeong segera tiba. Cepat makan! Astaga Panasnya!” keluh Nyonya
Jung. Jung Won tak banyak bicara langsung mengipas ibunya dengan daun yang
lebar. Nyonya Jun meminta agar lebih kencang lagi.
Tuan Jeon
membuang kepala ikan dan juga kotoranya. Tuan Ju pun memuji kalau Tuan Jeon itu
mahir juga dan berpikir itu karena dokter bedah. Tuan Jeon pikir Detail adalah
kunci dokter bedah lalu meminta agar Tuan Ju Jangan hanya buang kepalanya tapi
harus buang kotoran di perut.
“Astaga...
Bagaimana membuangnya satu demi satu? Kau tahu laparoskopi, 'kan? Anggap saja
laparoskopi.” Ucap Tuan Ju yan langsung memotong kepalanya ikan teri sekaligu.
“Berhenti.
Angkat tangan! Bukankah sudah kubilang kepalanya akan dipakai?” kata Nyonya
Jung akhirnya masuk ke ruangan. Tuan Ju mengerti langsung mengangkat tangan.
“Namun,
kau buang kepalanya,bahkan tak buang kotorannya.” Kata Nyonya Jung. Tuan Ju
mengaku sudah membuangnya.
“Astaga...
Hanya beberapa... Tidak sampai 20... Mari kita lihat!” ucap kata Nyonya Jung
marah
“Aku akan
membuangnya... Aku bisa cari semua.” Ucap Tuan Ju. Nyonya Jung memperingatkan
agar mencari semua ikan yang belum bersih.
“Kau akan
kubunuh jika ada satu kotoran yang muncul saat aku buat kaldu.” Tegas Nyonya
Jung. Tuan Ju menganguk mengerti.
“Pak,
berikan yang sudah selesai dahulu.” Kata Nyonya Jung. Tuan Jeon pun menganguk
mengerti.
“Cepat.
Kau juga harus memotong daun bawang.” Ucap Nyonya Jung. Tuan Ju membahas Nyonya Jung bilang akan
membuatkan janchiguksu.<
“Apa Ternyata
kau panggil kami untuk ini? Lagi pula, bagaimana melakukannya hanya berdua? Kau
memang tidak punya hati nurani. Kenapa teri selalu punya kotoran?” ucap Tuan Ju
kesal
“Lakukan
saja bertiga.” Kata Nyonya Jung yang sudah bergegas ke dapur.
Tuan Ju
duduk berdekatan denga Tuan Jeon
berkomentar kalau ini wanita yang berpakaian seperti Audrey Hepburn dari
ujung kepala sampai ujung kaki adalah ibu kandung Dokter Yang Suk Hyung. Tuan
Jeon membenarkan ibu kandung sekaligus istri Presdir Yang Tae-yang dari Taegeon
Apparel.
“Seharusnya
aku membantu, tetapi aku kurang enak badan. Maaf.” Kata Nyonya Yang duduk diatas
kursi.
“Tidak
apa. Sudah hampir selesai.” Kata Tuan Ju. Jung Won datang menawakan kopi mau
dingin atau panas.
“Omong-omong,
kenapa kau juga tidak menikah?” ucap Nyonya Yang. Jung Won pikir ibu Suk Hyung
ingin kopi dingin dan langsung kembali ke dapur.
“Kalian
boleh berhenti.” Ucap Nyonya Jung. Tuan Ju pun mulai mengeluh kalau pinggangnya
sakit dan keluar dari ruangan karena harus menerima telp.
“Halo..
Ya ampun, Cucuku! Apa Kau menelepon karena rindu Kakek? Permainan apa?” ucap
Tuan Ju bahagia.
“Anaknya
dokter di Amerika dan pengacara di Korea. Ayahnya bahkan tak bisa makan
teratur.” Ucap Nyonya Jun melihat Tuan Ju keluar dari ruangan.
“Sudah
kubilang pakai baju santai.. Mereka orang-orang yang santai.” Kata Nyonya Jung
melihat Nyonya Yan dengan setelan pakaian layaknya chaebol.
“Ini
pakaian santaiku.” Ucap Nyonya Yang. Keduanya hanya bisa melonggo.
Akhirnya
mereka makan bihun dengan kaldu ikan, Nyonya Jung bertanya cucu Tuan Ju ingin
main apa. Tuan Ju menjawab Mafia. Dan Akhir pekan depan cucunya datang dan
mengajak bermain Mafia dan tak tahu haru Bagaimana
“Main
saja. Anak zaman sekarang sering memainkannya. Itu seru.” Ucap Jung Won.
“The
Godfather juga menarik, 'kan? Pasti menyenangkan.” Kata Nyonya Yang
“Benar.
Secara sederhana, di antara kalian berempat ada satu mafia. Sisanya adalah
warga tak bersalah. Agar tidak ditangkap oleh warga, mafia pura-pura jadi
warga. Jadi, kalian hanya perlu mencari siapa mafianya.” Jelas Jung Won. Ibunya
pikir itu Mudah juga.
“Kita
tinggal cari orang yang bohong, 'kan?” ucap Nyonya Jung. Jung Won membenarkan
kalau akan jadi pemimpin gim.
“Kalian
hanya berempat. Jadi, jika warga mati, permainan selesai dan mafia dianggap
menang. Setuju? Kalian sudah paham aturannya, 'kan?” ucap Jung Won.
“Mencari
pembohong adalah keahlianku. Aku yakin bisa.”ucap Nyonya Yang Tuan Jeon pun
setuu.
“Kita
harus mempertaruhkan sesuatu. Apa Hanya main saja? Tidak ada hadiah?” tanya
Nyonya Jung
“Baiklah.
Sebentar... Ini Dari rumah sakit.” Kata Jung Won mengeluarka sesuatu dari dompetnya.
Tuan Ju tahu kalau itu hadiah darinya.
“Ya. Tiket
resital dari rumah sakit.” Kata Jung Won bangga. Tuan Jeon mengeluh kalau tak
dapat.
“Aku juga
tidak.. Mereka hanya memberi sepuluh. Jadi, kuberikan kepada tim VIP yang sudah
bekerja keras. Lagi pula, kau tidak paham musik klasik, 'kan?” kata Tuan Ju.
“Seharusnya
berikan pada ibu. Kenapa dibagi di sini?” keluh Nyonya Jung
“Ibu tinggal
memenangkan permainan ini. Lagi pula Ibu tidak suka musik klasik, 'kan?”kata
Jung Won.
“Pergilah
dengan pacarmu.” Kata Nyonya Jung. Jung Won mengaku tidak punya pacar.
“Kenapa
tidak punya? Kau dokter tampan rumah sakit universitas. Kenapa bisa tidak punya
pacar?” kata Nyonya Jung kesal
“Dia
tidak punya karena hanya main band bersama teman-temannya. Suk-hyung tak punya
pacar karena pernah cerai. Sedangkan kau, kenapa tidak punya? Apa Tidak ada
orang yang kau suka?”tanya Nyonya Yang
Jung Won
mengaku ada. Nyonya Jung ingin tahu siapa. Jung Won langsung menjawab “Tuhan.”
Nyoonya Jung langsung memukul anaknya. Jung Won mengeluh pada ibunya dan
berpikir untuk pergi saja sambil berlindung pada pamanya.
“Dokter
Ahn, duduklah... Kau harus ajarkan permainan Mafia sebelum pergi. Biarkan dia
makan dengan tenang. Apa salahnya dia suka Tuhan? Kau juga cinta Tuhan, 'kan?”
ucap Tuan Ju membela. Jung Won pun membenarkan.
“Kau
memang sungguh egois.” Keluh Tuan Ju. Nyonya Jung melihat sesuatu di mangkuk
Tuan Ju. Tuan Ju menutupi kalau itu hanya rumput laut bukan kotoran ikan dan
langsung menghabiskanya.
“Kalau
begitu, kita mulai... Saat kubilang, "Hari sudah malam," aku akan
memilih satu mafia, dan saat kubilang, "Hari sudah pagi," kalian
tinggal mencari siapa mafianya.” Ucap Jung Won memberitahu.
“Kita
main sampai pagi?” kata Nyonya Jung tak percaya. Nyonya Yang pikirKarena itu
biasa dimainkan anak muda.
“Aku ada
janji sore ini.” Ucap Tuan Jeon. Tuan Ju pun menyuruh bisa pergi lebih dahulu.
“Kita
harus coba minimal satu kali. Yang lain tidak ada janji sore ini, 'kan? Jung-won,
kau ada janji?” kata Tuan Ju. Jung Won hanya bisa melonggo para orang tua yang
sangat polos.
“Baik.
Hari sudah malam... Semua pejamkan mata dan menunduk. Sekarang aku akan memilih
satu mafia. Sekarang mafia....” Ucap Jung Won lalu menyentuh pundak ibunya.
“Aku! Aku
mafia.” Ucap Nyonya Jung mengaku. Jung Won hanya bisa melonggo.
“Benar
dia... Aku merasa ada yang lewat di depanku.” Kata Nyonya Yang. Tuan Ju
langsung memberikan Selamat. Jung Won menghela nafas melihat para orang tua
yang tak mengerti permainan.
Jung Won
akhirnya memulai lagi memberitahu Hari sudah pagi. Sekarang mereka harus mencari siapa mafianya. Nyonya Jung
langsung mengaku bukan dia orangnya. Tuan Ju mengeluh kalau merkea tidak bilang apa pun. Nyonya Yang
mengaku ia juga bukan yakuza.
“Bukan
"yakuza", tetapi "mafia".”kata Tuan Ju. Tuan Jeon ingin
tahu Tuan Ju itu apa.
“Dasar
bodoh! Kita tidak boleh bilang.” Ucap Tuan Ju. Tuan Jeon menegaskan Apa pun
perannya seharusnya mengaku warga.
“Oh,.
Begitu? Kita boleh bilang? Aku warga. Citizen.” Akui Tuan Ju. Tuan Jeon
mengeluh kalau itu sengaja
“Jangan-jangan
kau mafia?” kata Tuan Jeon. Tuan Ju menyangkalnya lalu memikirkan sesuatu.
“Karena kau
mencurigaiku sebagai mafia, berarti aku harus bilang kalau aku mafia. Aku
mafia, bukan warga.” Ucap Tuan Ju
“Bagaimana
kau urus yayasan dengan otakmu? Cepat pensiun! Jangan buat rumah sakit
bangkrut.” Kata Nyonya Jung kesal
“Apa
maksudmu? Keuntungan Yulje naik drastis sejak kuambil alih. Bahkan belakangan sering
masuk berita berkat suaminya... Sangat sukses!” ucap Tuan Ju bangga
“Omong-omong,
kenapa wajahmu merah sekali sejak tadi, Pak? Apa Kau mafia?” ucap Nyonya Jung
pada Tuan Jeon.
“Wajahmu
lebih merah. Kau mafia, 'kan? Dari tadi kau banyak bicara.” Kata Nyonya Yang
mulai menuduk Nyonya Jung
“Bukan.
Mana mungkin aku mafia?” ucap Nyonya Jung. Tuan Jeon menegaskan Mafia tidak
mungkin mengaku dirinya mafia.
“Bukan
aku. Sungguh! Jong-su, katakan sesuatu.” Kata Nyonya Jung. Tuan Ju akhirnya
memberitahu kalau Rosa bukan mafia.
“Bagaimana
kau tahu?” tanya Nyonya Yang. Tuan Ju mengaku kalau ia adalah mafianya.
“Ada apa
denganmu? Jung-won menyentuh pundakmu tidak?” tanya Tuan Jeon. Tuan Ju menjawab
tidak.
“Jong-su,
kau diam saja... Kau mencurigaiku sejak tadi. Menurutku kaulah mafianya. Kita pilih sekarang?” ucap Nyonya Jung.
Tuan Jeon
pun mengajak mereka segera memilih dan memilih Nyonya Jung, Nyonya Yang pun
juga setuju. Nyonya Jung kesal kalau dirinya bukan mafia dan meminta Tuan Ju
membelanya. Tuan Ju membenarkan kalau bukan Nyonya Jung yang jadi mafia.
“Semua,
akulah mafianya.” Kata Tuan Ju dengan nada santai. Nyonya Jung meminta segara
pilih saja.
“Dokter
Ahn, laksanakan! Silakan pilih. Pasti dua lawan dua.” Kata Nyonya Jung
“Ibu tak
bisa ikut jika dianggap mafia.” Kata Jung Won. Nyonya Jung mengeluh kaena
banyak sekali larangan
“Ini rumahku.
Lakukan saja. Ketuk palu!” ucap Nyonya Jung. Mereka pun akan memilih siapa
mafianya.
“Kalau
kau menganggap Ibu Jeong Rosa adalah mafia, angkat ibu jarimu ke atas!” ucap
Jung Won. Semua pun mengangkat tangannya.
Nyonya
Jung marah melihat Tuan Ju yang ikut menaikan jarinya. Tuan Ju meminta maaf.
Nyonya Jung tak terima Tuan Ju yang mengkhianatinya. Jung Won pun
memberitahu Hasil pemilihannya Warga tak
bersalah, Jung Rosa, telah mati. Nyonya Jung pun marah.
“Mafia
sesungguhnya adalah... Ju Jong-su!” kata Jung Won. Nyonya Ju dan yang lainya
mengumpat kesal
“Ju Jong-su
memang licik sejak dahulu. Wajahmu juga licik seperti musang. Dasar penipu! Aku
sudah tahu sejak kau bohong memberi makan sapi saat SD, padahal minum makgeolli
di gunung belakang sekolah.” Ucap Nyonya Jung mara
“Ini
hanya permainan... Cara bermainnya memang begini. Dokter Ahn, Apa aku benar?”
ucap Tuan Ju. Jung Won memuji kalau itu
Luar biasa
“Entah
permainan atau judi, sifat dasarmu terlihat di dalamnya. Jika memang harus
berkhianat, bagaimana bisa khianati sahabatmu sejak 65 tahun lalu? Tega sekali.”
keluh Nyonya Jung terus mengomel.
“Aku
hanya serius bermain! Astaga.” Ucap Tuan Ju. Nyonya Jung pun langsung
memberikan pelajaran dengan mengusap wajah temanya dengan sangat deras
Nyonya
Yang keluar dari rumah Nyonya Jung. Suk Hyun menelp ibunya. Nyonya Yang
bertanya apakah Persalinannya lancar. Suk Hyung mengaku lancar dan ingin tahu
tentang ibunya karena pasti canggung bersama orang tak dikenal jadi mengajak ke
pemandian air panas pekan depan.
“Aku
menemukan pemandian air panas di Gangwon-do.” Kata Suk Hyung.
“Ibu
ingin ke sini lagi pekan depan.” Kata Nyonya Yang. Suk Hyung kaget
mendengarnya.
“Ini
pertama kalinya ibu banyak tertawa setelah tua. Seumur hidup ibu baru melihat
orang-orang selucu mereka. Terima kasih, Putraku. Tolong ucapkan terima kasih
juga kepada Jung-won. Sudah lama ibu tidak tertawa.” Akui Nyonya Yang masuk ke
dalam mobil. Suk Hyung menganguk mengerti.
Dokter
Chu melihat Dokter Jang berjalan dilorong lalu menyapanya. Dokter Jang pun
melihat Dokter Chu yang baru datang. Dokter Chu un melihat Dokter Jang yang
beli roti banyak sekali. Dokter Jang pikir Katanya ada satu perawat lagi
“Ya, jadi
tiga orang... Semua ini tak mungkin habis.” Kata Dokter Jang. Saat diruangan
Dokter Jang makan roti tanpa henti.
“Dia
makan sebanyak itu, tetapi kenapa tetap ramping?” keluh Dokter Chu. Perawat
lain pun merasa ini sangat menyebalkan!
“Apa Kau
akan menonton teater musikal dengan pacarmu akhir pekan lalu?Apa itu bagus?”
tanya perawat.
“Kami
sudah putus.” Akui Dokter Chu. Perawat kaget dan ingin tahu alasanya.
“Mendadak
dia menanyakan pendapatan tahunanku. Lalu kuberi tahu karena kupikir dia akan
memberi tips investasi. Selanjutnya dia menanyakan pekerjaan ayahku. Kupikir
pertanyaannya agak kekanak-kanakan.” Cerita Dokter Chu.
“Aku agak
kesal dan heran dengan pertanyaannya. Aku bilang ayahku mengelola penginapan di
Gangwon-do.” Akui Dokter Chu. Dokter Jang ingin tahu apa kelanjutanya.
“Aku takut
dia pikir penginapan besar. Jadi, kubilang itu penginapan kecil di kaki
Seoraksan. Tiba-tiba ekspresinya berubah gelap.”cerita Dokter Chu kesal.
“Apa Kau
punya penginapan? Senangnya. Pemandangan pasti indah.” Ucap Dokter Jang
“Pemandangannya
saja yang indah. Sepertinya dia pikir keluargaku kaya dan terhormat karena aku
seorang dokter. Dasar materialistis!” ucap Dokter Chu kesal
“Astaga.
Chu Min-ha malang sekali... Kau dalam masalah. Dia punya cita-cita memakai
cincin pasangan dan ciuman pertama saat Natal.” Ucap Perawat.
“Ciuman
pertama? Aku juga belum pernah.” Kata Dokter Jang. Dokter Chu pikir Dokter Jang
sudah gila.
“Maksudku,
ciuman pertama tahun ini.” Jelas Dokter Chu. Perawat pikir Dokter Chu masih
punya banyak waktu jadi Cepat lakukan kencan buta.
“Sebenarnya...
aku akan berhenti ikut kencan buta. Aku ingin menyatakan cinta.” Ucap Dokter
Chu
“Kau suka
seseorang?” ucap Perawat. Dokter Chu mengaku seperti itu lalu mengangkat telp
dan bergegas pergi.
“Katanya
Kim Jae-yeong mengalami ketuban pecah dini dan dibawa ke Ruang Persalinan.” Ucap
Dokter Chu.
“Kim
Jae-yeong yang mana?” tanya Perawat. Dokter Chu pikr sudah pernah bilang yaitu Pasangan
romantis.
“Si suami
dipukul istrinya karena ingin bernyanyi.”kata Dokter Chu dan langsung bergegas
pergi dengan perawat.
Suk Hyung
pun memulai persalinan normal,meminta agar Dorong lebih keras. Suaminya pun
memuji istrinya. Jung Wan berlari dilorong karena panggil dan ri pengeras suara
agar Bedah Torakoplastik, IGD. Seorang pri sudah tak sadarkan diri dengan alat
bantu nafas.
“Terjadi
henti jantung karena bradikardia, lalu diberi CPR tiga menit. Sekarang detak
jantung sudah kembali. “ ucap Dokter Do
“Kita
lihat sonografi... Jantungnya seburuk ini. Kenapa tidak ke rumah sakit lebih
dini?” ucap Jun Wan
“Pasti
karena tidak punya uang. Kata rekannya, dia bekerja di perusahaan ekspedisi
saat siang dan di pasar ikan saat malam.” Kata Perawat
“Apa Walinya
sudah datang?” tanya Jun Wan. Perawat mengaku sudah menelepon ayahnya dan sedang kemari dari desa.
“Aku
lihat ayahnya juga sedang kemoterapi di sini.” Ucap Dokter Do. Jun Wan bingung
Kenapa di desa jika sedang kemoterapi di sini?
“Dia
bekerja di situs konstruksi. Mereka hidup dari pendapatan harian. Rekannya
sudah khawatirkan biaya rumah sakit.” Bisik Dokter Do. Jun Wan pikir mereka
bisa pikirkan itu nanti.
“Kau
Siapkan operasi saja dahulu. Hubungi Anestesiologi. Minta ruangan. Perawat Hui-su,
tolong segera hubungi aku saat ayahnya sudah tiba.” Ucap Jun Wan. Perawat Hui
mengerti.
UNIT
PERAWATAN INTENSIF
Bin sudah
mondar mandir didepan ruangan, Ik Jun
datang, Bin dengan sinis merasa kalau Ik Jun n ingin menemuinya. Ik Jun
mengeluh Bin itu Percaya diri sekali lalu menyapa Ibu Bin bertanya apakah sudah
makan dan ingin bertemu ibunya.
“Wali Oh
Jae-il, silakan masuk!” ucap Perawat. Keduanya pun bergegas masuk ingin melihat
Tuan Oh.
Di
ruangan bersalin, Suk Hyung meminta Nyonya Kim aar Tarik napas dalam perlahan
lalu Angkat kepala dan lihat ke arah perut. Akhirnya sang anak pun keluar, Suk
Hyung memuji kalau sangat manis dan mengucapkan selamat. Perawat memberitahu
jamnya Pukul 13:51.
Di ruangan Song Hwa terlihat lelah masuk ruangan dan tersadar melihat ada bung yang ada dalam vas bunganya dan itu masih segar. Di ruangan persalinan.
“Terima
kasih sudah datang kepada kami, Nak. Ibu mencintaimu.” Ucap Nyonya Kim. Sang
suami pun memuji istrinya.
“Kau
sudah melihat jari tangan dan kakinya. Bayi akan dibawa ke ruangan anak demi
menjaga suhu tubuh.” Kata Perawat.
“Pak,
mohon kemari untuk memeluk bayimu.” Pinta perawat lain, tiba-tiba Sang ayah
langsung menyanyi. Semua orang bingung.
“Dokter..
Tolong hentikan dia! Aku mohon!” pinta Nyonya Kim. Suaminya masih terus
menyanyi dan Suk Hyung tak bisa menghentikanya hanya bisa tersenyum.
Nyonya Oh
melihat suaminya didalam ruang ICU yang sedang tertidur lalu memanggil kalau Bin
sudah datang. Tuan Oh seperti baru sadar melihat sekeliling lalu menatap
anaknya. Bin pun menyapa ayahnya kalau putrinya datang.
“Apakah
sakit? Putriku... Apa Kau kesakitan?” tanya Tuan Oh masih merasa kasihan.
“Tidak. Aku
tidak kesakitan sama sekali.” kata Bin. Tuan Oh tahu kalau Sakit sekali dan
meminta maaf
“Kenapa
Ayah minta maaf? Jangan merasa bersalah, Ayah.” Ucap Bin sambil menangis.
Satu
keluarga pun menangis dalam ruangan ICU, saat itu Ik Jun melihatnya dan tak
bisa menahan tangisnya lalu menutup matanya dengan masker.
Perawat
datang memberitahu Jun Wan kalau ayah Kim Tae-jin sudah datang. Tuan Kim
memohon bantu putranya dan selamatkan anaknya. Jun Wan memberitahu kalau
anaknya baru diberi anestesi 20 menit lalu. Dan memiliki endokarditis.
“Endokardiumnya
rusak karena pertumbuhan bakteri. Karena sudah parah, endokardiumnya tak bisa
diperbaiki. Aku akan pasang katup buatan.” Ucap Jun Wan. Tuan Kim tak percaya
mendengarnya.
“Operasi
butuh waktu sekitar empat jam. Mungkin butuh waktu lebih, mungkin juga tidak. Aku
akan berusaha maksimal.” Jelas Jun Wan. Tuan Kim menahan tangan Jun Wan.
“Dokter...Aku
mohon...pasang katup termahaldi dunia untuk putraku. Aku mohon berikan yang
termahal untuk putraku.” Kata Tuan Kim sambil menangis.
“Baik.
Jangan khawatir... Aku akan operasi putramu dengan katup termahal dan
terbagus.” Ucap Jun Wan merasa kasihan. Tuan Kim pun mengucapkan Terima kasih.
Papan
nama “NAMA: HONG GEON-HUI, BEDAH SARAF” Seorang anak menangis dengan kepala
yang sudah diperban. Sang suami memeluk istrinya yang menangis, keduanya
seperti bahagia melihat anak mereka bisa menangis kembali.
Dokter Do
yang melihatnya juga bangga karena operasinya berhasil dengan Jun Wan.
Song Hwa
sibuk mengetik didalam ruangan, Ik Jun datang bertanya apakah Song Wha tak
pulang. Song Hwa mengakuharus menyerahkan ini besok. Ik Jun ingin tahu apa itu.
Song Hwa menjawab Tugas dari KIHASA. Ik Jun menyuruh bawahanya saja.
“Kutulis
soal meningkatkan lingkungan kerja mereka. Bagaimana mungkin aku suruh mereka? Ini
bisa selesai jika bergadang.” Ucap Song Hwa.
“Jangan
terlalu rajin.” Komentar Ik Jun. Song Hwa mengeluh agar Jangan ajak bicara. Ik Jun pun langsung
mematikan lampu. Song Hwa mengumpat kesal.
Dokter
Ahn datang memberikan minuman Tanpa kafeina karena merasa Song Hwa hari ini sudah banyak minum kopi. Song Hwa pun
hanya bisa menatapnya. Dokter Ahn pun meminta izin menunggu di sini. Song Hwa
pun mempersilahkan.
“Ada yang
ingin kau sampaikan?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn menawarkan bantua karena mahir
kerjakan hal kecil.
“Kau...
Apa suka padaku?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn pun membenarkan. Song Hwa kaget
mendengarnya.
“Ya, aku
suka padamu.. Aku ingin menyatakan perasaan, tetapi tak temukan waktu yang
tepat... Maaf... Maafkan aku.. Namun, aku sungguh menyukaimu...Sudah cukup
lama...” Akui Dokter Ahn
“Hei...
Jangan... Hei, jangan lakukan itu... Ada apa denganmu?” ucap Song Hwa.
“Aku akan
berusaha agar kau tidak canggung.” Ucap Dokter Ahn. Song Hwa mengeluh dan
meminta agar jangan melakukanya.
“Itu
bukan sesuatu yang bisa kukendalikan. Aku tidak bisa memerintah hatiku untuk suka
atau berhenti menyukaimu. Kalau begitu, aku permisi. Sampai jumpa.” Kata Dokter
Ahn lalu keluar dari ruangan.
Jun Wan
mengemudikan mobilnya, Ik Jun pun membahas kalau Jung Won yang bergadang lagi. Jun Wan membenarkan dan
bertanya apa yang dikatakan Ik Jun tadi. Ik Jun menjawab Ik-sun yang ke Seoul karena
temannya menikah hari ini.
“Dia akan
menginap dan pulang besok pagi. Aku bisa tidur di ruang tamu.” Kata Ik Jun.
“Aku
saja. Aku tamunya...Omong-omong, Ik-sun tingkat berapa di taekwondo?” ucap Jun
Wan. Ik Jun menjawab satu.
“Kalau
judo?” tanya Jun Wan. Ik Jun menjawab satu. Jun Wan mengeluh apakah Ik Jun
tentara sungguhan.
Saat itu
Ik Jun menerima telp, Dokter Jang memberitahu drainase Yun Jeong-hui meningkat
dan berubah warna jadi curiga ada pendarahan. Ik Jun meminta agar mengcek tanda
vital dan hitung darah lengkap lalu segera ke sana.
Jun Wan
yang mendengarnya merasa kalau akan mengantarnya. Ik Jun pikir Tidak perlu
meminta agar menepi karena menurutnya naik bus lebih cepat.
Ik Sun
dirumah memasak ramyun didapur, Jun Wan melihat Ik Sun ingin mengagetkanya. Ik
Sun merasakan ada orang yang mendekat langsung memberikan tendanganya. Jun Wan
shock menerima tendangan, dan langsung jatuh lemas.
Ik Sun
ikut kaget dan langsung mendekati Jun Wan merasa bersalah. Jun Wan hanya bisa
diam dengan kepala yang bisa membuka pintu kulkas.
**
Ik Jun
menekan tombol lift, Dokter Jang mendekatinya meminta maaf karena Pasien
terlihat membaik sesaat setelah meneleponnya. Ik Jun merasa Tidak masalah
karena Lagi pula ak sibuk di rumah. Ia lalu memberitahu kalau Jung Won sekarang
tinggal di rumahnya.
“Serius?
Tolong undang aku ke rumahmu.” Ucap
Doktr Jang penuh semangat.
“Ya,
tentukan hari. Hari ini? Tunggu. Hari ini tidak bisa karena ada adikku... Akan
kuatur di hari lain. Astaga.” Ucap Ik Jun
“Omong-omong,
adikmu tentara, 'kan? Kalau begitu, Apa dia mahir bela diri?” kata Dokter Jang
“Total 15
tingkat.” Kata Ik Jun. Dirumah kacamata Jun Wan
patah dan wajah Jun Won pun dipasang kapas agar darahnya berhenti
mengalir. Ia hanya bisa diam saja dan Ik Sun merasa bersalah.
Tingkat enam di Muay Thai dan tim nasional.
Tingkat empat di hapkido , tingkat tiga di kendo, tingkat satu di taekwondo dan
judo. Belakangan ini, dia juga belajar yuyitsu.” Ucap Ik Jun. Dokter Jan pikir
Ik Sun memang Luar biasa.
“Keahlian
utama Ik-sun adalah tendangan. Tendangannya sangat keren! Ini Benar-benar luar
biasa. Tebak dia bisa berapa kali menendang dalam satu detik. Biar aku
lebih-lebihkan. Seribu kali! Aku serius.” Ucap Ik Jun bangga.
Jun Wan
mencoba makan ramyun dengan mulut yang luka lalu membahas kaki Ik Sun yaitu
Kaki kanannya sungguh mematikan. Ik Sun mengaku kalau berpikir perampok. Jun
Wan mengeluh karean Mana ada perampok masuk dengan nomor sandi pint
“Perampok
jenis baru? Apa Mau kimchi lagi?” ucap Ik Sun mencoba untuk meminta maaf sambil
melayani Jun Wan.
Ik Jun
tertawa melihat wajah Jun Wan yang terkena tendangan adiknya. Jun Wan ingin
memaki salep tapi Ik Sun mengodanya dengan menurunakn tanganya. Jung Wan yang
kesal akhirnya mengambil cermin sendiri. Ik Jun pun membahas Ik Jun yang pulang
besok pagi
“Ya, naik
bus pertama. Aku harus tiba di markas pukul 08.00. Tapi Apa Kau pernah kencan
buta dengan selebritas?” tanya Ik Sun.
“Kenapa
tiba-tiba bertanya?” tanya Ik Jun heran. Ik Sun menceritakan Suami temannya yang menikah hari ini ternyata
direktur manajemen artis.
“Aktris
di sana hanya satu orang. Dia datang ke pesta pernikahan dan bertanya apakah
aku adik Lee Ik-jun. Dia datang ke pesta pernikahan dan bertanya apakah aku
adik Lee Ik-jun.” kata Ik Sun
Jun Wan
memperlihatkan foto memastikan wanita itu. Ik Sun membenarkan dan berkomentar
kalau Aslinya sangat cantik. Ik Jun mengaku Dia juga baik. Ik Sun tak percaya
kakaknya sungguh pernah kencan buta dengan artis.
“Apa Mau
aku ceritakan?” kata Jun Wan. Ik Jun mengaku kalau Dia mantan pacarnya.
“Luar
biasa! Apa Kau tidak bohong?” ucap Ik Sun tak percaya. Jun waon pikri itu saat
Ik Jun masih jadi dokter umum.
“Saat
residen tahun keempat. Usai melihatku di Good Doctors< selama lima detik dia
menghubungiku lebih dahulu.” Ucap Ik Jun. Adiknya tak percaya. “Dahulu aku
memang digilai wanita.” Akui Ik Jun. Ik Sun pun ingin tahu alasan kakaknya
putus.
“Jika
menikah dengannya, kau akan bahagia. Tak perlu bertemu mantanmu itu.” Kata Ik
Sun
.
“Kalau
begitu, U-ju tidak ada.” Ucap Ik Jun. Ik
Sun mengeluh mendengar adiknya.
“Namun,
kenapa kalian putus waktu itu? Dia bahkan mengunjungimu di Changwon saat jadi
dokter umum.” tanya Jun Wan juga penasaran.
“Dia
tidak makan.” Kata Ik Jun, Mereka tak mengerti apa maksudnya.
“Dia jarang
makan setiap kami bertemu. Dan aku rasa dia minum obat tidur setiap hari. Saat
aku bangun pagi dan pergi bekerja, maka dia akan pergi tidur. Dia seperti orang
yang berbeda dunia denganku. Meski akhirnya dia yang memutuskanku.”cerita Ik
Jun
“Apa? Kalian
sungguh pacaran?” kata Ik Sun masih tak percaya. Ik Jun membenarkan.
“Kau tak
pernah percaya ucapanku. Padahal itu sudah terlihat jelas.” Keluh Ik Jun kesal
“Makanya
tanamkan rasa percaya kepada adikmu ini. Lalu Aku tidur di mana hari ini? Beri
aku kamarmu.” Ucap Ik Sun. Ik Jun langsung menolaknya.
“Tidur di
kamar Jun-wan.” kata Ik Jun. Ik Sun tak percaya kalau mereka akan tidur
Bersamanya
“Apa Kau gila?
Jun-wan tidur di sofa.” Kata Ik Jun. Ik Sun tak percaya membuatnya terharu.
“Adakalanya
kau bermuka dua.” Kata Ik Jun sinis. Jun Wan pikir Ik Jun itu tahu saja.
Pagi
hari, Jun Wan tertidur disofa terbangun karena bunyi telp yang terus berdering.
Ia melihat bukan ponselnya yang berdering, lalu menemukan telp yang ada di
diata meja lalu saling bertanya siapa ini. Ik Sun pun tahu kalau Jun Wan yang
mengangkatnya. Jun Wan pun baru tahu kalau itu ponsel Ik Sun.
“Ponselku
tertinggal di rumah? Aku pikir di taksi. Syukurlah” ucap Ik Sun. Jun Wan
bertanya dimana Ik Sun sekarang.
“Terminal...
Aku lebih awal, takut macet. Malah tiba terlalu awal. Jun-wan, aku minta maaf. Bisa
kau kirimkan ponselku ke markas? Pakai kurir hanya butuh sehari.” Kata Ik Sun.
“Biar
kubawakan. Tunggu saja.” Ucap Jun Wan.
Ik Sun memberitahu aklau di Dekat pintu keluar, Tempat roti bakar. Jun Wan
mengerti dan langsung bergegas pergi.
Ik Sun
makan roti dengan lahap. Jun Wan datang heran melihat Ik Sun yang makan
sebanyak itu lalu membawa ponsel pada adiknya Ik Jun. Ik Sun pun mengucapkan Terima kasih lalu
mengaku punya hadiah untuknya dan memberikan burung dengan tanganya.
“Aku
bercanda... Aku sungguh punya hadiah.Aku dengar kau suka cokelat.. Ini, 'kan?
Ayo Tanganmu.” Ucap Ik Sun ingin memberikan coklat.
Tapi
coklatnya terlalu banyak. Ik Sun pun mengambil kembali dan ingin memasukan
kembali. Jun Wan membuka tanganya dan Ik Sun kembali menuangkan banyak tugas
dan menurtnya terlalu banyak. Jun Wan hanya bisa tersenyum.
“Kau yang
ini saja dan Sisanya milikku.” Kata Ik Sun memberikan beberapa butir coklat.
Jun Wan mengambil dari tangan Ik Sun lalu langsung mengenggam tanganya.
“Apa Aku
sudah bilang aku menyukaimu? Jadilah pacarku.” Ucap Jun Wan dengan wajah
serius. Ik Sun melonggo mendengarnya.
Seorang
pria duduk didalam ruangan yang terlihat sangat senang dengan tempat tidurnya
yang Nyaman sekali. Ik Jun datang menyapa Pak Go Yeong-min lalu bertanya
Bagaimana kondisinya. Tuan Go mengaku baik dan menurutnya Uang memang bisa beli
kebahagiaan.
“Aku
santai di ruang VIP berkat putriku.” Ucap Tuan Go bangga. Ik Jun terlihat bingung
bertanya pada perawat Siapa putrinya
“Apa Kau
tak tahu?” keluh perawat. Ik Jun mengaku tak memeriksa keluarga pasien.
Saat itu
seorang wanita masuk ke ruangan, Ik Jun terdiam melihat wanita cantik yang
datang. Perawat pikir ia bisa bisa minta tolong perawat lalu memberitahu kalau
ia adalah putrinya, Nona Go A-ra. Ik Ju menatap sang mantan tak percaya.
Ah Ra pun
menyapa Ik Jun yang sudah lama tak bertemu.Ik Jun seperti tak percaya
melihatnya.
Di dalam
ruangan, Suk Hyung menerima telp dan langsung bertanya Siap. Seorang wanita
mengaku Orang yang tinggal bersama Presdir Yang Tae-yang yaitu Si Pelacur. Suk
Hyung hanya diam saja. Si wanita pikr Orang menyebuny begitu. Si Pelacur.
“Kenapa
kau menelepon?” tanya Suk Hyung. Si wanita mengaku Ada yang ingin dibicarakan
dengannya.
“Aku tahu
kau merasa tak nyaman, tetapi bisa kita bicara sebentar? Kulihat ada taman
bagus di belakang rumah sakit. Kita bertemu di sana.” Kata si wanita.
Suk Hyung
keluar dari ruangan, Dokter Chu sedang ditelp melihat Suk Hyung keluar bergegas
membeli kopi dengan mata menatap ke arah Suk Hyung yang ke arah taman.
“Hal itu
sudah pasti terjadi... Aku tahu yang ibumu pikirkan, "Rasakan itu! Aku
tidak sudi melihat kalian bahagia!" Aku paham perasaan dia. Namun, dia tak
harusnya menolak bercerai. Apa Boleh kuminta kau bujuk ibumu? Dia pasti
menuruti perkataan putranya.” Ucap Si pelacur.
Dokter
Chu membawa dua gelas kopi seperti ingin lebih dekat dengan Suk Hyung. Tapi Ia
melihat Suk Hyung duduk dengan wanita dan berpikir kalau itu pacarnya. Ia pun
langsung membuang kopi lalu berjalan pergi.
“Aku
tidak mau.” Kata Suk Hyung. Si wanita mengaku hamil dan sudah tiga bulan.
“Jangan
pilih jalan yang menyulitkan semua. Aku tahu dia sangat membenciku. Tapi Sampai
kapan dia begini? Jangan keras kepala. Aku dengar ibumu sakit. Untuk apa dia
terus membenci orang sepertiku?” kata sipelacur.
“Layaknya
orang dewasa, terima apa yang harus diterima dan beri apa yang harus diberi,
lantas selesaikan masalah ini. Sisa hidup kita masih panjang. Aku percaya kau
akan membujuk ibumu karena kau pintar.”kata si wanita. Suk Hyung hanya diam
saja.
Song Hwa
bertemu dengan dokter, sang dokter memberitahu
Jika sebelumnya tak merasa ada benjolan dan tiba-tiba terasa benjolan
besar itu Biasanya itu pertanda kurang baik. Song Hwa hanya diam saja.
“Selain
itu, saat disentuh benjolannya terasa keras. Bila dilihat bentuknya pun agak
menonjol dan memanjang,serta agak gelap di belakang. Bentuknya tidak bagus.
Dalam kasus seperti ini, lebih baik jika tes biopsi. Kita langsung tes hari
ini, ya?” kata dokter
“Ada hal
yang harus kulakukan. Kira-kira butuh berapa lama?” ucap Song Hwa.
“Sekitar
20 menit.” Ucap Dokter. Song Hwa pun setuju akan lakukan sekarang. Akhirnya
Song Hwa pun berbaring dengan tatapan kosong
Bersambung
ke episode 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar