PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Won
melihat bekas memar ditubuh pasienya lalu mengumpat marah pada sang ayah. Ia
pun meminta Dokter Jang untuk lapor polisi. Dokter Jang bingung. Dokter Bong
pikir itu Penganiayaan anak. Jung Won membenarkan.
“Ya.
Kecelakaan lalu lintas mustahil memarnya seperti ini. Selain itu, beberapa memar berbeda warna. Bekas memar lama warnanya lebih terang, sedangkan yang baru
lebih jelas.” Jelas Jung Won
“Memarnya
menyebar sampai ke punggung. Ayahnya
pasti memukulinya.” Kata Jung Won lalu melihat Dokter Jang hanya diam saja.
“Kenapa
diam? Cepat lapor polisi!” teriak Jung Won. Saat itu sang ayah melihat dari
kejauhan dan memilih untuk kabur.
Dokter
Jang yang melihatnya langsung mengejarnya dengan melepaskan sandalnya. Dokter
Bong dan Jung Won hanya bisa melonggo melihat Dokter Jang yang mengejar ayah
pasien.
“Dia
harus segera dioperasi.” Ucap Jung Won.
Dokter Bong mengerti lalu membahas Dokter Jang apa tidak apa
bertelanjang kaki.
“Aku
sudah lapor polisi. Mereka tiba dalam lima menit. Mereka akan datang bersama
pekerja sosial. Seseorang harus membantu Dokter Jang Gyeo-ul.” Kata Dokter Bae
datang.
“Sudah
hubungi Keamanan, ‘kan?” tanya Jung Won.Dokter Bae menganguk mengerti.
“Dia
berani sekali. Bagaimana jika pria itu bawa pisau? Omong-omong, kakaknya
Jae-yong juga datang kemarin.” Kata Dokter Bae.
“Apa dia
baik-baik saja?” tanya Jung Won. Dokter
Bae menjelaskan Kata ayahnya sang anak itu patah lengan.
“Rontgen
menunjukkan tulang rusuknya juga. Aku merasa agak aneh.” Jelas Dokter Bae. Jung
Won menatakan mau lihat rontgennya.
Dokter
Jang terus mengejar tak mau menyerah, sampai si ayah menendangnya saat sudah
ditangkap. Ayah pasien mengumpat Dokter Jang itu wanita gila, tapi saat itu
sebuah botol galon mengarah padanya. Ia pun langsun jatuh tersungkur.
Dokter
Jang hanya bisa melonggo melihat Song Hwa yang menendang botol galon kosong ke
arah ayah pasien. Akhirnya pihak kemanan datang dan langsung menangkapnya. Song
Hwa memastikan kalau Dokter Jang baik-bak saja. Dokter Jang menganguk dan
mengucapkan terima kasih.
“Apa Kalian
punya bukti? Mana buktinya?” ucap Sang Ayah tak bisa terima. Polisi pun
mengajak untuk bicara di kantor polisi.
“Hei, Pak
Dokter! Kau punya bukti aku memukuli anakku? Apa Ada buktinya?” teriak sang
ayah
“Menurut
Dokter, kedua anakmu dicurigai mengalami penganiayaan.” Jelas Polisi
“Memangnya
mereka Tuhan? Dokter itu Tuhan atau apa? Mereka anakku! Mereka anakku. Jadi,
aku yang lebih tahu. Mereka baru bertemu sepuluh menit. Tahu apa?” teriak si
ayah.
“Jika
tidak merasa bersalah, kau bisa bicara di kantor polisi. Ayo kita pergi!” ucap
Polisi
“Soal
Jae-hun... Kemarin lengannya patah karena jatuh dari meja makan. Menurut hasil
rontgen, tulang rusuk kanannya juga patah.” Jelas Jung Won akhirnya bicara.
“Memang
benar. Lalu kenapa? Itu karena dia jatuh ke arah kanan. Apa masalahnya?” teriak
sang ayah.
“Patah
lengan dan tulang rusuk saat terjatuh dari meja makan amat jarang terjadi. Dan
aku juga menemukan bekas patah tulang rusuk kanan paling bawah. Begitu pula
sebelah kiri bawah. Apa Kau residivis karena penganiayaan?” ucap Jung Won.
Polisi langsung mengecek dari ponselnya.
“Kau
ditangkap karena terbukti melanggar kesejahteraan anak. Kau berhak memilih
pengacara, memberi keterangan secara bebas, dan menuntut ganti rugi kekeliruan
penahanan ke pengadilan.” Ucap Polisi
“Aku
sudah mengingat wajahmu dengan jelas. Aku habisi kau jika kita bertemu lagi! Waspada!
Paham?” kata Sang ayah mengancam sebelum pergi. Jung Won tak peduli.
Jung Won
melihat seorang wanita yang itu dari pekerja sosial, memberitahu Operasinya
bisa dua sampai tiga jam jadi Jae-yong mungkin gelisah saat bangun. Ia mohon
bantuan untuk menjaganya. Si wanita pun mengerti.
“Selain
itu, di rumahada kakak Jae-yong, Jae-hun. Dia mungkin menunggudan belum makan
sejak pagi.” Kata Jung Won
“Tim kami
pasti sudah tiba di sana. Jangan khawatir.” Kata pekerja sosial. Jung Won
mengucapkan terimakasih.
Dokter
Jang menatap Jung Won seperti ingin mendapatkan pujianya. Tapi Jung Won memuji Dokter Bae yang
sudah Kerja bagus karena ia saja tidak
terpikirkan untuk melihat rontgen kakaknya lalu mengucapakan Terima
kasih.Dokter Jang sedih melihat Jung Won pergi.
“Dokter
Jang Gyeo-ul. Kenapa diam? Cepat siapkan operasi! Aku sudah hubungi
Anestesiologi. Bila sudah dapat izin, segera bawa pasien ke Ruang Operasi.”
Ucap Jung Won. Dokter Jang pun hanya bisa menganguk mengerti dengan wajah
cemberut.
“PUSAT
MEDIS YULJE”
Ik Jun
masuk ruangan mengeluh karena lapar sekali. Jung Won pun mengajak untuk makan
daging dan sudah hubungi yang lain. Ia lalu bertanya apakah Masalah itu sudah
selesai. Ik Jun mengaku Hampir lalu duduk dibangkunya.
“Astaga.
Tidak disangka aku bisa mengalami hal semacam itu. Aku butuh manisan. Apa Ada?”
ucap Ik Jun. Jung Won menunjuk ke laci
meja.
“Berarti
pasien yang dilihat Dokter Kwon Sun-jeong itu palsu?” tanya Jung Won.
“Ya.
Mereka hanya memperlihatkan putra aslinya padaku. Dokter Kwon Sun-jeong hanya
lihat putra palsu.. Luar biasa. Dasar anak kecil!” kata Ik Jun tak percaya.
“Mereka
sudah lalui dua kali tes, perawatan mental, registrasi sidik jari. Semua
pemeriksaan sudah ketat. Kenapa mereka kira ini bisa berhasil?” ucap Jung Won
tak percaya
“Astaga..
Pak Sim sangat membutuhkan transplantasi, tetapi putranya tidak bersedia, dan
mereka pun bertaruh. Sulit dipercaya. Aku lihat persiapan mereka cukup matang. Hampir
semua tes dilakukan putra aslinya.” Jelas Ik Jun
“Yang
palsu sembunyi di kamar, dan muncul di hadapan Dokter Kwon dan perawat terpilih
saja. Dokter Kwon yang mengoperasi pendonor. Jadi, dia harus tahu wajah putra
palsu. Ternyata mereka pun memilih putra palsu dengan berbagai tes di rumah
sakit lain sejak setahun lalu.” Ungkap Ik Jun.
“Padahal
kemungkinan besar akan ketahuan di hari operasi.” Kata Jung Won lalu meminta
coklat juga
“Mereka
tahu dokter pendonor dan penerima mungkin berbeda dan memanfaatkannya. Mereka
tahu aku menangani Pak Sim, dan Dokter Kwon menangani putranya. Mereka pikir
mungkin kami hanya mengurus pasien masing-masing.” Ucap Ik Jun
“ Astaga!
Mereka pikir rumah sakit bodoh? Lantas, aku?Apa Mereka kira aku hanya
mengoperasi? Rutinitasku adalah melihat semua kamar!” kata Ik Jun kesal.
Jung Won
memperingatkan Ik Jun jangan menghabiskan semuanya, karean Jun-wan sudah menghitungnyadan Itu
cokelat kesukaannya. Ik Jun mengeluh dengan temanya yang aneh lalu
bertanya-tanya dimana Jun Wan padahal Jadwal mereka semua hari ini padat.
“Entah...
Hari ini dia cuti dan pergi berpakaian rapi. Dia bilang akan menyusul ke
kedai.” Ucap Jung Won.
“Pasti
bertemu wanita.” Kata Ik Jun. Jung Won pikir seperti itu dan sudah menduganya
karena temanya sudah lama lajang.
“Kali ini
pun pasti hanya tiga bulan. Entah kenapa dia tidak bisa pacaran lebih dari tiga
bulan, padahal wajahnya lumayan.” Ucap Ik Jun heran.
“HeI,
Ik-jun. Kau sudah lihat ini? Putra palsu Pak Sim adalah karyawan perusahaan
ayah Suk-hyung.” Kata Jung Won melihat ponselnya.
“Suk-hyung
di mana?” tanya Ik Jun panik. Jung Won pikir Mungkin di Ruang Operasi.
Suk Hyung
keluar dari ruang operasi setelah membantu melahirkanya, lalu membuka ponsel dan
melihat berita “ANGGOTA DEWAN SIM KETAHUAN MENGGANTI PENDONOR LEVERNYA” Ia pun
hanya bisa menghela nafas.
Mereka
pun berkumpul direstoran. Song Hwa baru tahu tentang Renovasi interior dan
bertanya Mulai kapan, lalu mereka akan tinggal di mana. Jun Wan menjawab Mulai
besok. Jung Won mengeluh agar tak dibiarkan saja dan berpikir temany itu mau
menikah jadi mendadak merenovasi rumahnya.
“Apa Kau
bisa mandi di kamar mandi itu? Aku hanya merenovasi kamar mandi tua.” Ucap Jun
Wan.
“Mereka
sementara tinggal di rumahku.” Kata Ik Jun. Song Hwa pun ingin tahu nasi U-ju
imut
“Dia ke
Changwon bersama Bibi Wang.. Suk-hyung, bukankah kau minum terlalu banyak?
Berhenti minum kola. Ini sudah kaleng ketiga.” Ucap Ik Jun
“Lebih
baik minum bir saja. Tidak akan ada panggilan... Dasar naif!” keluh Jun wan
kesal
“Wahai,
Bubuk Kacang. ..Kau seperti keluargaku...Bubuk ini hancur bagai keluargaku,
ya?” ucap Suk Hyung mencelupkan daging ke bubuk kacang.
“Benar
juga...Sama seperti keluargamu. Ya, ‘kan? Keluargamu memang hancur. ..Ayahmu
sungguh... Ada apa dengan ayahmu?” kata Ik Jun heran.
“Dia
selingkuh, dan menghasut karyawan untuk transaksi organ.” Kata Song Hwa.
“Tahun
lalu dituntut karena pelalaian pajak, bayar biaya restitusi sepuluh miliar
won.” Ucap Jun Wan
“Hei, Apa
kau tidak ada sesuatu?” tanya Jun Wan pada Jung Won. Suk Hyung pun
mempersilahkan temanya untuk bicara saja.
“Saat
kuliah tingkat satu, aku ke basemen untuk berlatih band. Aku datang paling
pertama. lalu berlatih drum sendiri, dan ayah Suk-hyung turun. Dia memintaku
belikan sebungkus rokok.” Cerita Jung Won. Semua menunggu denga penuh
penasaran.
“Dia
tidak memberi uangnya... Dia masih belum bayar. Harganya 1.100 won. Merek 88
Light. Ini Sungguh bukan main.” Kata Jung Won.
Semua
hanya bisa mengeluh mendengarnya, Ik Jung akhirnya memilih untuktambah dua
porsi samgyeopsal Dan semangkuk sup miso. Song Hwa melihat ponselnya
memberitahu ayahnya tidak ditahan. Suk Hyung tak percaya dan merasa tak paham
dengan ayahnya yang tak masuk penjara tapi menurutnya itu pasti berdalih pakai
penyakit jantungnya.
“Lalu Ibumu
bagaimana?” tanya Song Hwa. Suk Hyung menjawab
Tidak peduli sama sekali.
“Bahkan
mungkin ibuku berharap dia dipenjara.” Kata Suk Hyung. Saat itu bibi datang
membawakan pesanan tambahan.
“Lebih
baik cerai seperti aku!” ucap Ik Jun bangga. Song Hwa pikir Belakangan ini, mereka amat santai bisa
membahas hal macam ini dan jai tampak dewasa.
“ Memang
cerai salah? Apa Cerai itu dosa? Hei.. Suk-hyung, cerai itu dosa?” ucap Ik Jun
meminta pembelaan. Tapi Suk Hyung menganguk kalau itu dosa. Ik Jun mengeluh
mendengarnya.
“Aku
masih merasa bersalah pada mantan istriku. Dia pasti merasa lelah dan sakit
hati karena aku dan keluargaku. Keputusanmu cerai sangat benar!” jelas Suk
Hyung.
“Jadwal
kita padat. Cepat makan! Kita harus berlatih dan melakukan sesuatu. Kita sibuk.”
Kata Song Hwa. Jun Wan pun melihat sudah pukul 21.00.
Akhirnya
mereka pun mulai berlatih dan terlihat sangat lancar tanpa ada kesalahan. Suk
Hyung melihat ada telp tapi tak mengangkatnya. Mereka terus menyanyi dengan
suara lantang dan merdu. Ik Jun juga
mehat telpnya bergetar tapi tak mengangkatnya.
“Maaf,
pasien mencariku. Aku pergi!” ucap Suk Hyung akhirnya bergegas pergi.
“Jangan!
Aku membutuhkanmu!” ucap Song Hwa. Jung Won pun mengumpat kesal.
“Hei,
mendadak pasienku tidak ingin transplantasi... Aku pergi!” kata Ik Jun akhirnya
bergegas pergi.
Akhirnya
mereka bertiga menyanyi dengan lirik “Jangan pergi.. Jangan pergi meninggalkan
sampai selesai.
Akhirnya
Suk Hyung sampai di rumah sakit berbicara di telp kalau pasienya itu tak apa
saat diperiksa tadi sore. Dokter Chu mmberitahu tetapi mendadak detak jantung
janin turun sampai 70 dan tak memulih jadi meminta agar Langsung masuk ke Ruang
Perawatan.
Sementara
di ruangan lain, Seorang ayah memangis mengaluh “Bagaimana seorang ayah
melakukan ini kepada anaknya. Ia merasa tidak bisa dioperasi. Perawat
memberitahu Bin sudah mengambil keputusan sulit.
“Dia
sengaja tidak ke kamarmu agar operasi lancar bila kondisimu baik. Kau selalu
menangis setiap melihatnya. Bin lebih sedih kalau kau begini, Pak. Aku akan
mengoperasi tanpa rasa sakit.” Jelas Ik Jun mencoba menenangkanya.
“Bukan
untukmu, tetapi untuk Bin. Aku akan operasi tanpa rasa sakit sedikit pun. Jadi
Tenang saja...Konon kau mantan detektif. Namun, ternyata kau cengeng.” Ucap Ik
Jun sedikit bercanda.
Suk Hyung
akhirnya masuk ke “RUANG PERAWATAN” dengan wajah panik ,tapi yang terjadi semua
timnya memberikan kejutan dan mengucapkan Selamat ulang tahun. Suk Hyung hanya
bisa diam saja melihatnya seperti pasrah.
Sementar
di rumah, Jung Won sudah memegang cake dan Song Hwa botol wine, tapi Suk Hyung
tak juga datang. Jun Wan tak tahan ingin pulang saja, tapi saat itu ibu Suk
Hyung datang. Jung Won langsung menghampirinya memberitahu kalau Suk-hyung ke
rumah sakit karena ada panggilan.
“Kami
sudah bicara di telepon...Terima kasih... Kalian Coba makan ini. Aku membelinya
sendiri.” Ucap Ibu Suk Hyung membawakan buah.
Mereka pun mengucapkan Terima kasih.
“Song-hwa,
mau menginap malam ini?” kata Ibu Suk Hyung. Song Hwa hanya bisa melonggo
bingung.
“Malam
sudah larut. Kau Menginap saja. Kamar
Suk-hyung sudah kurapikan. Jadi Kau Menginap saja.” Kata Ibu Suk Hyung seperti
ingin menjodohkan anaknya. Song Hwa hanya bisa diam saja.
“Bila terjadi
sesuatu pada pendonor, aku pun akan kesulitan. Aku akan berusaha sebaik mungkin
mengoperasi Bin. Sementara itu, Dokter Jong Se-hyeok akan mengangkat lever
suamimu. Operasi akan dilakukan hampir bersamaan.” Jelas Ik Jun.
“Saat
lever suamimu sudah terangkat, dan persiapan lainnya sudah selesai, aku akan
melakukan transplantasi kepada suamimu. Durasinya... kira-kira sepuluh hingga
12 jam dari anestesi sampai operasi.” Ucap Ik Jun.
“Kau
boleh cemas jika aku keluar di tengah operasi. Namun, jika tidak, dan meski
waktunya lama, anggap saja operasi sedang berjalan dengan baik.” Ungkap Ik Jun
dengan tenang.
“Apa
operasi putriku sangat sulit, Dokter?” tanya Ibu Bin. Ik Jun pikir Semua
operasi pasti sulit.
“Namun,
Bin masih muda dan sehat. Apalagi tekadnya sangat kuat. Bin pasti dapat segera
pulih. Namun... sirosis suamimu parah sehingga pembuluh darah membesar dan
hemostasisnya kurang baik, memungkinkan terjadi banyak pendarahan.” Ucap Ik Jun
“Mereka
pasti sudah jelaskan saat kau teken surat persetujuan... Kenapa kau belum
tidur?” ucap Ik Jun melihat Bin keluar dari kamar.
“Jangan
khawatir, Bu! Kudengar dia selalu melakukan operasi ini.” Kata Bin menyakinkan.
“Tidak
"selalu"... Ahh.. Benar juga. Aku "selalu" melakukannya...
Kau lebih kuat daripada ayahmu.” Komentar Ik Jun
“Putriku
lebih baik daripada aku... Bin, kita tidur bersama malam ini, ya?” kata sang
ibu. Bin mengeluh pada ibunya. Ibunya pun pamit pada Ik Jun.
Ik Jun
masuk ke ruangan operasi lebih dulu. Perawat akhirnya membawa ayahnya Bin pindah ke ruangan operasi. Dokter lain ikut
mendampingi istrinya berkomentar kalau Katanya suaminya itu tangguh tapi Tampaknya
tidak.
“Ayah
macam apa yang mengambil lever putrinya agar bisa hidup? Aku sungguh ayah yang
buruk.” Ucap Ayah Bin yang masih terus menangis.
“Semua
pasti baik-baik saja, Pak. Anggap saja hanya tertidur nyenyak. Kau harus tenang
agar kondisimu tetap baik dan operasinya bisa berjalan lancar.” Jelas dokter.
Sepasang
suami istri datang ke ruangan Suk Hyung, Sang suami menuntun istrinya agar bisa
masuk dengan hati-hati lalu menyuruhnya agar bisa bersandarlah di punggungnya.
Sang istri malu meminta agar suaminya untuk menghentikanya. Doktar Chu yang
melihatnya hanya bisa menahan tawa.
“Dokter,
kenapa bayiku belum keluar? Aku rasa dia tidak mau bertemu kami.” Ucap sang ibu
khawatir.
“Tidak
mungkin... Kita tunggu beberapa hari. Tidak lama lagi.” Jelas Suk Hyung.
“Dia
baik-baik saja, 'kan?” kata sang suami. Suk Hyung melihat kalau semua baik-baik
saja. Sang istri pun mengucapkan Terima kasih.
“Semua
ini hasil perawatan baik dari ibunya. Selebihnya serahkan saja kepadaku dan
tenangkan diri. Banyak makan dan tidur juga. Itu saja cukup.” Jelas Suk Hyung.
“Aku
ingin bertanya... Apa Dokter sudah menikah?” tanya sang Istri. Suk Hyung dengan
cepat menjawab Ya lalu baru menyadari pertanyaanya.
“Setiap
bertemu, aku merasa kau pria baik dan ingin menjodohkanmu.” Ucap si istri.
“Tidak
perlu. Aku... tidak perlu.” Kata Suk Hyung panik. Si istri pikir suk Hyung
pasti sudah punya pacar.
“Tidak.
Tidak punya, tetapi tidak usah... Mulai pekan ke-37 adalah masa hamil tua. Jadi,
saat merasa sakit perut, kau harus segera ke rumah sakit.” Kata Suk Hyung ingin
bergegas menyudahi konsultasi.
“Aku juga
ingin bertanya. Saat istriku melahirkan nanti, apa aku boleh bernyanyi
untuknya?” kata Sang suami.
“Sudah
kubilang, jangan! Selamat tinggal.” Kata sang istri menarik suaminya untuk
segera pergi.
“Aku
selalu menyanyikan lagu selama dia hamil. Bayiku pasti suka. Aku sangat
ingin... Sayang, aku...” ucap sang suami dan akhirnya keluar dari ruangan. Suk
Hyung hanya bisa terdiam.
[PUSAT
MEDIS YULJE]
Jun Wan
sedang mengoperasi meminta agar Dokter Do
Pelan-pelan lalu berkomentar kalau ia Terlalu kuat dan meminta agar
Secukupnya saja karena Kalau terlalu kuat bisa terpotong. Dokter Do mengerti
dan meminta maaf
“Apa Kau belum cukup tidur?” tanya Jun Wan. Dokter
Do langsung menjawab ya dan mengubahnya jadi tidak.
“Kenapa?
Kemarin kau libur, 'kan?” tanya Jun Wan. Dokter Do tak menjawab tapi perawat
lain yang menjawab
“Dokter
Cheon Myeong-tae memintanya memeriksa 200 orang untuk data tesisnya hari ini Jadi,
dia bergadang.” Kata Perawat
“Dokter
Cheon Myeong-tae siapa?” tanya Jun Wan. Dokter Do memberitahu kalau ia adalah
Dokter baru sejak pekan lalu dan bertanya apakah Jun Wan tak tahu.
“Tidak. Apa
Dia terkenal?” tanya Jun Wan. Dokter Do membenarkan kalau Dokter Cheon terkenal
keras kepada pasien.
Dokter
Cheon terlihat sangat serius memeriksa pasienya. Sang anak berkomentar kalau
melihat beberapa karya ilmiah. Konon di negara lain, penggantian katup aorta dilakukan
dengan prosedur non-operasi.
“Apa Kau
dokter?” ucap Dokte Cheon sinis. Sang anak bingung mengaku Bukan...tapi
hanya bertanya karena khawatir.
“Operasi
pun tak apa-apa. Jadi Silakan pergi.” kata Dokter Cheon. Akhirnya sang anak
mengajak ayahnya untuk pergi.
Jun Wan
akhirnya keluar dari ruang operas meminta Dokter Do Jae-hak, mohon selesaikan.
Dokter Do langsung memanggilnya meminta agar Jangan buangnya karena bisa
dipindah ke tempat lain kalau membuangnya. Jun Wan kesal menyuruh juniornya itu
untuk fokus.
Song Hwa
bertanya Geon-hui bagian siapa. Dokter Yong menjawab itu Dokter Ahn Chi-hong
dan meminta Ahn Chi-hong agar mulai.
Dokter Ahn memberitahu Hong Geon-hui,
bocah lima tahun, masuk IGD karena pingsan saat meniup balon.
“Menurut
hasil CT angio, diduga Sindrom Moyamoya. Kuatur bisa lakukan kateterisasi otak
sore ini. Sekarang dia sedang diberi oksigen dan infus. Kondisi pasien pun
stabil.” Ucap Dokter Ahn.
“Apa
penyebab penyakit ini? Apa Keturunan?” tanya Heo. Song Hwa menjawab Kemungkinan orang tua menurunkannya.
“Sindrom
Moyamoya kepada anak memang tinggi, tetapi tak semua anak mengalaminya. Jadi,
itu tidak selalu karena keturunan. Ahn Chi-hong, apa yang harus diwaspadai dari
Geon-hui?” tanya Song Hwa.
“Dia
tidak boleh menangis. Menangis atau merajuk membuat pembuluh darah otak
menyempit dan peredaran darah ke otak tidak lancar sehingga terjadi kejang otot
dan hemiplegia.” Jawab Dokter Ahn.
“Benar.
Jangan sampai kau buat Geon-hui menangis.” Kata Song Hwa. Dokter Yong mengeluh
kalau itu Sulit.
“Tentu
sulit... Hati-hati juga saat pindai CT. Tenangkan dahulu sebelum mulai. Bila
tidak berhasil, mungkin harus diberi obat penenang. Itu Menidurkan adalah cara
teraman.” Jelas Song Hwa. Dokter Ahn menganguk.
“Perhatikan
dan buat keputusan. Dan Rapat selesai.” Ucap Song Hwa lalu bertanya apakah
Dokter Yong ingin makan siang
“Dokter
Do Jae-hak janji traktir karena depositonya turun hari ini. “ ucap Dokter Yong.
Dokter Heo pikir ia boleh ikut juga.
“Dokter
Do Jae-hak Si Pelit yang mentraktir. Aku harus ikut.” Kata Dokter Heo penuh
semangat.
“Apa
Dokter Do Jae-hak pelit?” tanya Song Hwa kaget. Dokter Heo mengatakan kalau
Dokter Do Sangat pelit, bahkan legenda di rumah sakit ini.
“Uang
saku bulanannya 100.000 won. Dia mendepositokan setengah gajinya.” Ucap Dokter
Heo.
“Luar
biasa... Baiklah kalau begitu. Selamat makan!” kata Song Hwa. Dokter Ahn
tiba-tiba bertanya
“Aku
bagaimana? Aku bisa menemani... Aku bisa makan siang bersama.” Ucap Dokter Ahn.
Song Hwa bingung.
“Apa Kau
tidak ikut? Ini momen bersejarah” ucap Song Hwa. Dokter Ahn mengaku tidak dan
ingin makan bersama Dokter Chae.
“Ohh
Begitu? Ayo! Aku traktir yang mahal di kantin dokter spesialis.” Ucap Song Hwa.
Dokter
Yong dan Dokter Heo mengeluh mendengarnya karena harusnya bilang dari awal
karena pasti menginginkanya. Song Hwa menjawab kalau sudah terlambat dan hanya
mentraktir Chi-hong.Dokter Ahn pun tersenyum bahagia bisa makan dengan Song
Hwa.
Ik Jun
pun bisa mengeluarkan liver dari tubuh Bin lalu meminta bertanya pada Dokter Kim Tae-hyeong apa tidak
ada pendarahan jadi meminta agar dicek
dan selesaikan. Dokter Kim pun meminta agar beristirahatlah karena harus lanjut
operasi penerima donor.
“Mereka
masih hepatektomi, 'kan?” kata Ik Jun. Dokter Kim membenarkan.
“Selamat
bekerja, Semua! Gyeo-ul, selamat bekerja!” ucap Ik Jun lalu keluar dari
ruangan.
Ik Jun
keluar dari ruangan, terdengar kepanikan dari ruangan sebelaah . Dokter Jong
ingin tahu Tanda vitalnya. Perawat menjawab Tekanan darah 90/60, detak jantung
100. Dokter Jong mengaku Tak terlihat dan meminta agar Kasa steril serta Beri
darah lagi!
“Apa Pendarahan
banyak? Tidak apa?” tanya Ik Jun akhirnya melongo dari depan pintu.
“Vena
kava inferior agak terbuka, sulit diraih.” Ucap Dokter Jong. Ik Jun pun
bertanya Dokter Anestesi, tanda vital
aman
“Ada
sedikit pendarahan, tetapi tanda vital membaik.” Jelas Dokter. Ik Jun
mengucapkan Terima kasih.
“Apa
Butuh bantuanku?” tanya Ik Jun. Dokter Jong mengaku butuh bantuan.
Akhirnya
Ik Jun masuk dan membantu Dokter Jong, Dokter Jong mengaku sudah mengatasi
pendarahan besarnya, sementara Levernya membungkus vena kava inferior,lalu
terbuka saat dilepas jadi itu sangat sulit sekali.
“Apa Kau
tahu Dokter Kwon Sun-jeong, ahli transplantasi lever?” tanya Ik Jun. Dokter
Jong menganguk.
“Dahulu,
dia pernah kebingungan juga karena pasien pendarahan sejak dadanya dibuka. Dia
diganti setelah atasi pendarahan dan tak sempat melihat levernya.” Ucap Ik Jun.
Mereka pun tak percaya mendengarnya.
“Astaga...
Tidak apa-apa... Hal semacam ini sering terjadi. Bila hal ini terjadi lagi, kau
bisa lakukan lebih baik. Jika tak bisa, hubungi aku.” Ucap Ik Jun. Dokter Jong
mengucapkan Terima kasih.
“Kita
harus selamatkan dia... Aku bisa dibunuh Bin jika terjadi sesuatu.” Kata Ik
Jun. Dokter Jong menganguk mengerti.
Dokter Do
pergi ke bank, Pegawai memberitahu kalau Spesimen keluar. Dokter Do
memastikankalau Tidak ada tunggakan sama sekali, Pegawai pikir Pelunasan lima
tahun 60 kali saja sulit dan Dokter Do bahkan tak pernah terlambat bayar dan
memujinya itu Sungguh luar biasa.
“Jadi,
totalnya berapa?” tanya Dokter Do penasaran. Pegawai tahu Dokter Do yang akan
menarik deposito.
“Setelah
dana pokok dan bunga selama lima tahun dikurangi pajak, total menjadi 100.128.480
won. Dananya sudah masuk ke rekeningmu. Selamat!” ucap pegawai. Dokter Do
melihat tabunganya dengan nominal yang cukup banyak.
“Ini
hadiah dari kepala cabang kami.” Ucap Pegawai memberikan buket bunga dan juga
tissu.
“Ada
hadiah semacam ini juga?” kata Dokter Do tak percaya. Pegawaimengaku Ini bukan
apa-apa bagi pelanggan lima tahun mereka.
“Kepala
cabang juga menyelamatimu.” Ucap pegawai. Dokter Do piki Ini bisa dipakai setahun di rumahnya.
“Apa?
Sekarang jangan terlalu hemat lagi. Istrimu juga pasti lelah.” Ucap si pegawai.
“Istriku
bahkan tidak menyalakan lampu sebelum pukul 20.00.” akui Dokter Do lalu menelp
istrinya kalau punya 100 juta won dengan senyuman bahagia
“Aku juga
merasa tidak enak karena selama ini sering minta-minta. Jadi, aku berniat
mentraktir staf rumah sakit.” Ucap Dokter Do pada istrinya.
Dokter
Yong dan Dokter Heo hanya menatap menatap
lemas melihat menu makanan didepanya hanya toppoki, sundae dan juga
makanan kaki lima lainnya. Dokter Yong mengeluh Dokter Do yang mentraktir
mereka makanan seperti ini.
“Maaf.
Lain kali kutraktir samgyeopsal.” Ucap Dokter Do. Dokter Heo mau tak mau pun
memakanya.
“Ini
bagaikan daging sapi bagi Dokter Do Jae-hak.” Ucap Dokter Heo. Dokter Do
akhirnya meminta maaf pada Dokter Yong.
“Aku langsung
mentransfernya ke istriku. Istriku juga harus merasakan uang 100 juta.” Ucap
Dokter Do
“Seratus
juta? Berapa depositomu per bulan?” tanya Dokter Yong. Dokter Do menjawab
1.600.000 won. Mereka tak percaya bisa seperti itu.
“Tentu
bisa karena dia tidak pakai uangnya sama sekali.” kata Dokter Do.
“Meski
begitu, pasti ada pengeluaran dasar seperti perawatan rumah dan biaya
telekomunikasi.” Ucap Dokter Heo heran.
“Kau tahu
istriku juga bekerja. Istriku tidak pernah cuti sama sekali setelah menikah.
Yang kami kumpulkan selama 10 tahun ini adalah 100 juta.”jelas Dokter Do
“Uang itu
untuk apa?” tanya Dokter Jang. Dokter Do mengaku akan sewa rumah besok. Dokter Heo langsung
mengucapkan Selamat!
“Aku
sungguh senang sekali. Walau hanya apartemen kecil, tetapi itu berbasis
deposito.” Ucap Dokter Do bangga
“Berapa
depositonya?” tanya Dokter Heo. Dokter Do menjawab Ditambah kredit bank dan deposito, sekitar
200 juta.
“Baca
saksama kontraknya. Beberapa hari lalu ada berita penipuan.” Ucap Dokter Yong
memperingati.
“Hei, aku
ikut CSAT empat kali, dan ujian profesi enam kali. Jangan mengajariku.” Ucap
Dokter Do diremehkan.
“Cek
pemilik rumahnya juga.” Kata Dokter Yong. Dokter Do mengeluh agar Tak usah ikut campur.
“Lagi
pula, sekarang semua diurus agen.” Ucap Dokter Do. Dokter Heo mengeluh Seharusnya
sisakan 500 ribu won.
“Kau bisa
berlibur di akhir pekan bersama istri.” Ucap Dokter Heo. Dokter Do bingung. Berlibur?
“
Berlibur itu apa? Akhir pekan itu apa?” kata Dokter Yong merasa tak ada waktu
berlibur bahkan merasakan akhir pekan karena terus saja berkerja.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar