PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 23 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Suasana musim semi didesa terlihat sanga  bahagai, beberapa orang mulai menanam dan menyiram tanah. Semua sangat sibuk dengan perkerjaan di ladang, Sepasang pria dan wanita memanggil semua karena membawa kudapan dan juga membawa arak beras.
"Toko Buku Good Night"
Di dalam toko, Eun Seob menikmati pagi dengan menyeduh kebiasanya sambil meminum kopi mulai berbicara pada Hye Won.
“Kau tahu, Hye Won? Aku yakin kau baik-baik saja.” 

"Perjalanan Musik Sore"
Hye Won sedang duduk di ruang tunggu dengan jaket musim semi yang panjang, disampingnya ada alat musik Cello. Salah seorang pria keluar memberitahu kalau Waktunya masuk. Jadi mereka bisaTinggalkan barang-barang di sini.
“Bawa saja alat musik kalian dan ikuti aku.” Ucap si pria. Semua pun mulai melepas jaket dan berhias. Tiba-tiba pria lain datang.
“Tunggu! Kami butuh 30 menit lagi. Kami belum selesai latihan.” Bisik si pria.
“Baik. Maaf, Semuanya. Kalian harus menunggu sedikit lebih lama. Maafkan aku.” Kata si pria. Semua pun hanya bisa mengeluh.
Hye Won pun hanya bisa diam saja kembali memakai jaketnya dan menunggu. Beberapa saat kemudian Hye Won pun keluar dari tempat yang akan menghirenya, seperti kehidupanya bahagia di Seoul.
“Episode 16, Setelah Musim Dingin Panjang”

Eun Seob melamun sambil meminum kopi lalu menerima telp dari seseorang. Ia lalu memeriksa buku catatan memberitahu kalau sudah mencatat Lima kopi. Eun Seob seperti sudah terbiasa harus berpisah dengan Hye Won saat musim semi datang.
“Kau baik-baik saja, Hye Won? Aku juga baik-baik saja.”

Nyonya Sim memasak, Bibi Sim bertanya Apakah ini semur. Nyonya Sim menganguk. Bibi Sim heran kenapa ada rumput laut di dalamnya. Nyonya Sim menjawab kalau Ini semur rumput laut. Bibi Sim pin heran dengan sosis yang ada didalamnya.
“Ini Semur sosis dan rumput laut.” Ucap Nyonya Sim santai dengan menu makanan yang berbeda.
“Kakak memasak seperti ini, tapi menyuruhku memasak untuk Hae Won? Apa? Kakak tidak ingat?” keluh Bibi Sim
“Kapan kau berangkat?” tanya Nyonya Sim. Bibi Sim menjawab  Sepekan lagi. Nyonya Sim meminta agar adiknya untuk Jaga dirinya.
“Apa Kau tidak akan kembali?” ucap Nyonya Sim memastikan. Bibi Sim pikir itu lebih baik untuk mereka berdua
“Terserah kamu.” Ucap Nyonya Sim. Bibi Sim pun tak mempermasalahkanya. 

Di sebuah halaman restoran, Seorang wanita membahas  Industri penerbitan mengalami kemerosotan selama bertahun-tahun. Tapi Di tengah situasi ini, Tuan Cha selalu bisa menerbitkan buku laris yang terjual lebih dari 50.000 eksemplar.
“Dari mana kau mendapatkan bakat ini?” tanya Si wanita. Tuan Cha mengaku tak tahu dengan nada rendah hati.
“Aku tidak menganggapnya bakat. Kurasa itu hadiah dari langit.” Ucap Tuan Cha. Si wanita menganguk mengerti.
“Kalau begitu, mari kita akhiri wawancara resminya.” Kata Si wanita. Akhirnya Fotographer pun pergi.
“Ini di luar wawancara. Kudengar kau mengencani Shim Myeong Yeo, yang akan menerbitkan buku. Benarkah?” kata Si wanita penasaran.
“Tidak... Dahulu kami berkencan. Tapi kini tidak lagi.” Ucap Tuan Cha terlihat santai.
“Begitu rupanya. Tapi kamu masih bekerja sama dengannya kali ini.” Ucap s wanita.
“Kami punya sejarah panjang. Hubungan kami kini sebatas sahabat di mana kami saling mendukung.” Jelas Tuan Cha
“Begitu rupanya. Terima kasih banyak atas wawancaramu hari ini.” Kata si wanita.
“Kau bicara seolah-olah ini wawancara pertama kita. Omong-omong, tolong tulis artikel bagus tentang Bu Shim.” Pinta Tuan Cha
“Kau pasti sangat mendukung masa depannya.” Ejek si wanita. Tuan Cha akan pergi melihat nama "Myeong Yeo" lalu menanyakan keberadaanya. 


Nyonya Sim sibuk bermain dengan Gunbam di ruang tamu, Bibi Sim sedang bersiap-siap bertanya pada kakaknya  Di mana kantong ritsletingnya. Nyonya Sim tak mengubrisnya. Bibi Sim akhirnya mencari di laci lalu menemukan surat "Dari Shim Myeong Ju, Kepada Shim Myeong Yeo"
“Kakak..” ucap Bibi Sim tiba-tiba memberikan suarat pada kakaknya. Nyonya Sim bingung apa maksudnya.
“Surat yang kakak tulis untukku.” Kata Bibi Sim. Nyonya Sim bingung kenapa memberikan padanya.
“Tulis surat seperti itu.” Ucap Bibi Sim. Nyonya Sim bertanya Kepada siapa. Bibi Sim menjawab Putrinya. Nyonya Sim ingin tahu alasanya.
“Kakak, Hye Won tidak tahu apa-apa. Kenapa Kakak menolak menemuinya di penjara? Kenapa Kakak mengembalikan semua suratnya? Kenapa Kakak bahkan tidak tinggal dengannya? Serta kenapa Kakak selalu berhati dingin?” ucap Bibi Sim
“Dia tidak tahu apa-apa. Jadi, tulislah surat untuknya. Lakukanlah. Ada beberapa hal yang tidak akan pernah diketahui orang kecuali Kakak memberi tahu mereka.” Jelas Bibi Sim. Nyonya Sim hanya diam saja. 

Di dalam kelas, Hwi terlihat bahagai menuliskan surat
"Kepada Young Soo. Young Soo, apa kamu menikmati kehidupan kuliahmu? Aku akan datang ke sekolah yang tidak lagi kamu datangi. Aku berjalan melewati lorong kosong hari ini, sendirian, tanpa orang lain seperti biasanya. Aku menghadapi tempat membosankan dan payah ini tiap hari."
Saat itu ibu guru masuk dengan pelajar pria, memberitahua kalau ada murid pindahan. Hwi tak peduli terus menuliskan surat untuk Young Soo, saat itu sang guru bingung namanya Lim Hwi. Hwi langsung mengangkat wajahnya karena namanya dipanggil.
“Apa? Namamu Lim Hwi juga?” ucap sang guru. Hwi pria menganguk. Hwi melihat si pria langsung terkesima dan meremas surat untuk Young Soo.
“Aneh sekali. Nama ini bukan nama yang umum. Namanya juga Lim Hwi.” Ucap Si guru menunjuk ke arah Hwi. Hwi pun memberikan senyuman bahagia. 

Hyun Jin ingin tahu dengan temanya, Hwi dengan sangat yakin mengaku menyukainya. Hyun Jin pkir Hwi sudah gila karena  bahkan belum satu bulan Kim Young Soo lulus dan Ijazahnya masih panas setelah dicetak.H Hwi yakin Young Soo bahagia dan baik-baik saja.
“Dia memiliki Song Jae In.... Semoga dia bahagia. Semoga hidup membawa kebahagiaannya.” Ucap Hwi. Hyun Ji tak percaya mendengarnya.
“Pokoknya, aku akan mengencani pria ini apa pun yang terjadi.” Kata Hwi memegang setangkai bunga ditanganya.
“Masalahnya, kamu tidak bisa berkencan dengannya hanya karena kamu menginginkannya. Hidup tidak semudah itu, mengerti?” ucap Hyun Ji
“Begini... Hyun Ji... Apa Kau iri kepadaku?” kata Hwi duduk disamping temanya. Hyun Ji melonggo bingung.
“Jika semua berjalan lancar antara aku dan anak baru yang sangat tampan itu, aku tidak akan bisa makan siang denganmu. Apa Karena itukah kamu iri kepadaku?” ejek Hwi
“Tidak, diamlah. Hentikan, Sayang. Ayo.. Diamlah, Sayang.” Kata Hyun Ji kesal. Hwi membalas  kalau juga mencintai Hyun Ji juga
“Bagaimanapun juga, aku jatuh cinta dengan Lim Hwi, anak baru itu.” Ucap Hwi
“Biar kuingatkan. Kamu kelas 12. Dengan IPK-mu saat ini, kau hampir tidak bisa masuk...”kata Hyun Ji dan Hwi melihat sosok pria yang disukianya.
Hwi pun berlari memanggil pria idamanya, Hwi pria tak mengubrisnya terus membaca buku. Tapi Hwi tak peduli merasa dengan nama mereka yang sama itu adalah takdirnya. Hwi terus berjalan, Hwi pun melihat pria itu suka buku juga.
Hyun Ji melihat tingkah temanya mengeluh kalau tadi bicara sendiri saja.  Hwi terus mengejar si pria bertanya Huruf Mandarin mana yang di pakai karena ia memakai yang huruf "uji klinis" dan "siulan". Hwi pria pun memilih kabur.  Hwi pun tetap mengejarnya. 



Seorang kurir datang memberitahu kalau Bukunya sudah datang. Eun Seob pun mengucapkan Terima kasih.  Si kurir melhat Bukunya lebih banyak lalu membahas kalau buku yang dibawanya sangat laris karena sudah menyadari orang-orang sering memesannya.
“Bahkan toko buku di pusat kota memesan banyak salinan buku itu.” Kata si kurir. Eun Seob membenarkan kalau ini cukup laris.
“Buku itu... Kudengar wanita yang tinggal di Rumah Hodu yang menulisnya. Benarkah itu?” kata si kurir. Eun Seob pun membenarkan.
 “Begitu rupanya...Kalau begitu, aku permisi. Semoga harimu menyenangkan.” Kata Si kurir lalu melangkah pergi.
Eun Seob pun menatap buku yang dipesanya  "Labirin Sisterfield"

Bibi Sim membereskan semua barang dikamarnya membawa beberapa foto dan masukan ke dalam koper. Sementara Nyonya Sim sibuk mengepel lantai dan terlihat kertas surat yang ditulisnya
“Hye Won, bagaimana kabarmu? Ibu baik-baik saja belakangan ini.”
Hye Won duduk direstoran sendirian, saat pesanan datang tatapan mengarah pada seorang ibu yang mengandeng tangan anaknya yang memegang balon, seperti ia sangat rindu dengan keluarga yang hangat.
“Tidak ada lagi yang bisa ibu katakan. Apa Kau masih membenci ibu? Soal itu, ibu tidak ingin menjelaskannya kepadamu. Tapi Myeong Yeo bilang terkadang orang baru tahu sesuatu setelah diberi tahu. Begini, ibu mengandungmu saat seusia kau di tahun kau lulus kuliah.”
“Di usiamu yang sekarang, ibu sudah menjadi ibu dari anak berusia enam tahun. Saat itu, ayahmu, yang ibu pikir adalah pria termanis di dunia, menganiaya ibu secara fisik.” 


Flash Back
Nyonya Sim datang saat sedang di penjara melihat Hye Won duduk sendirian di rumah duka. Ia akhirnya melepaskan borgol lalu memberikan hormat pada ibunya yang meninggal. Hye Won terdiam melihat ibunya datang, saat akan mendekatinya sang ibu malah pergi begitu saja.
**
Nyonya Sim sibuk menuliskan surat untuk anaknya dan Hye Won membaca surat ibunya di minimarket.
“Dalam kehidupan kacau yang ibu jalani, ibu tidak tahu cara menghibur diri. Itu sebabnya ibu selalu bersikap dingin kepadamu. Ibu hanya memikirkan diri sendiri. Ibu sibuk mengurus diri sendiri. Namun, ibu selalu mencintaimu.”

“Ibu hanya tidak pandai mengungkapkannya. Selain itu, Myeong Yeo akan pergi. Dia akan pergi jauh. Kau harus mengunjungi kami sebelum dia pergi.”
Bibi Sim sibuk mengambil foto ibunya yang disimpan diatas meja, lalu membawa surat dari kakaknya. Nyonya Sim sibuk membersihkan halaman rumah dahulu, lalu menatap bunga yang sudah mulai tumbuh. 
Sementara Hye Won hanya diam saja membaca surat dari ibunya lalu menghabiskan susunya. 


Hwi mengayuh sepedanya keluar dari rumah memberitahu ibunya kalau akan mencari uang. Eun Seob sedang duduk membaca buku, Hwi berteriak memanggil kakaknya dan langsung memminta uang jajan. Eun Seob bingung melihat adiknya tiba-tiba datang.
“Ayo Cepat! Aku sedang terburu-buru” kata Hwi Eun Seob pun mengerti lalu mencari dompetnya.
“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya EunSeob. Hwi meminta agar EunS eob memberikan dompetnya saja.
“Uang 10 dolar sudah cukup... Terima kasih... Oh Yah.. Kakak. Seorang murid pindahan baru saja masuk kelasku. Nama anak baru itu juga Lim Hwi. Sama denganku. Aku sangat suka anak baru itu.” Ungkap Hwi dengan wajah berbinar-binar.
“Tunggu, anak baru ini laki-laki?” tanya Eun Seob. Hwi membenarkan.
“Kak, aku suka pria. Aku sangat menyukainya. Aku sudah jatuh cinta. Aku akan berkencan dengannya.” Uucap Hwi akan melangkah pergi.
“Hwi, masalahnya... Bukankah kamu terlalu muda untuk berkencan... Ah.. Baiklah. Jaga dirimu...Telepon kakak saat kamu berkencan.” Ucap Eun Seo
“Apa... Kakak sudah gila? Mau kuambil uangmu lebih banyak?”ucap Hwi marah. Eun Seob pun menyuruh adiknya pulang saja.
“Baiklah. Terima kasih. Mimpi indah, Eun Seop... Selamat malam, Lim Eun Seop!” jerit Hwi.
Eun Seob terlihat masih galau dengan cinta lalu berbaring diatas maja, dan tersadar kalau sudah pagi. Ia pun melihat jam sudah setengah tujuh, akhirnya membaca  buku "Cinta Kembali Seperti Musim Semi Selalu Kembali Setelah Musim Dingin"


Bibi Choi melihat tetangganya membawa Bunganya indah dan bertanya apakah Dari seseorang. Si wanita mengaku membelinya sendiri dan bertanya apakah Bibi Choi akan pergi. Bibi Choi memakai kacamata hitanya memberitahu kalau akan melihat bunga.
“Kakek, aku berangkat ke sekolah!” jerit Seung Ho dengan wajah penuh semangat.
“Seung Ho, matikan lampu di kamar dahulu.” Kata kakek Jung. Seung Ho masuk ke dalam kamar mengaku lupa.
“Kakek... Kami bertukar tempat duduk di sekolah hari ini, dan aku ingin duduk di samping Ji Hyun. Tolong doakan aku... Berjanjilah kepadaku... Aku sungguh ingin duduk di samping Ji Hyun.” Kata Seung Ho penuh semangat. Kakek Jung menganguk mengerti. 

Tuan Bae membaca buku "Datanglah ke kebun musim semi. Jika kamu tidak datang, apa gunanya semua ini? Jika kamu datang..." Lalu seorang pelanggan datang dan langsung menyapanya.  Sepasang pria dan wanita mengaku  baru menikah dan ingin mendekorasi rumah.
“Silakan lihat bohlam ini. Setelah kamu memasangnya di langit-langit, lampu-lampu ini tidak perlu diganti. Tidak pernah sekali pun dalam hidupmu. Lampu-lampu ini tidak perlu diganti karena bertahan selamanya.” Ucap Tuan Be penuh semangat.
“Kami akan kembali nanti.” kata keduanya seperti tak suka dengan cara ucapan tuan Bae. Tuan Bae ingin memberikan kartu nama tapi keduanya sudah bergegas pergi.
Tuan Bae menempelkan tulisan didepan tokonya "Penjualan Musim Semi, ramaikan rumahmu dengan lampu baru"lalu melanjutkan kembali membaca buku. 

Di dalam apotik. Hyun Ji sibuk mengambil beberapa obat, Ibunya memanggil sang anak “Kwon Hyun Ji! Apa Kau tidak sekolah? Sudah saatnya kau pergi!” Hyun Ji mencoba kabur tapi pintu dengan terkunci dan ibunya sudah keluar dari belakang.
“Hei, kamu bawa apa? Kenapa kamu melarikan diri? Antelmintik? Kamu mau berikan pada siapa? Astaga... Ahh Benar, kamu harus meminum obat cacing di musim semi.” Ucap Ibu Hyun Ji melihat anakanya kabur dari pintu belakang.
Hwi mengayuh sepedanya masuk ke sekolah dengan senyuman bahagia, spanduk didepan sekolah terlihat "Selamat datang, murid baru!" Eun Seob pulang ke rumah membawa sesuatu lalu menaruhnya dalam sebuah kotak.
Di ladang, beberapa orang mulai menanama benih mengajak agar segera menyelesaikanya dan makan. Seorang kakek menempelkan tulisan didepan pintunya "Musim semi yang hangat dan bahagia" wajahnya terlihat sangat bahagia. Melihat tulisan yang lainya “Musim semi penuh dengan keberuntungan"


Di rumah, Ibu Hwi mengeluh Berapa kali suaminya berubah dalam sehari dan tidak bisa memakai baju yang sama seharian dan mengganti pakaian dalam di malam hari. Ia terus mengomel karena cucian bajunya yang banyak.
“Di pagi hari, pakaiannya terkena lumpur dan diganti. Selama makan siang, pakaiannya terkena gochujang dan diganti lagi. Dia tidak mencuci sendiri.” Keluh Ibu Hwi akan memasukan baju ke dalam laci.
Saat itu Eun Seob datang, Ibu Hwi senang melihat Eun Seob yang datang dan bertanya apakah sudah makan.  Eun Seob menganguk lalu memberikan sesuatu pada ibunya. Ibu Hwi bingung bertanya ada apa Eun Seob yang memberikan hadiah.
“Ini hari ulang tahun Ibu.” Kata Eun Seob. Ibu Hwi kaget seperti barus sadar kalau ini adalah hari ulang tahunnya.
“Apa Putraku memberiku hadiah ulang tahun?” ucap Ibu Hwi penuh semangat. Eun Seob mengaku Tidak ada yang istimewa.
“Astaga, hanya kau yang peduli kepada ibu, Nak. Putri dan suamiku tidak berguna. Bahkan Mereka tidak tahu.” Ucap Ibu Hwi langsung meliha isi kotak.
Ia hanya terdiam melihat tulisan "Untuk ibuku tersayang, Yun Yeo Jeong" Eun Seob mengakumembeli syal, lalu...
Flash Back
Eun Seob membeli syal untuk ibunya, lalu menjahitnya sendiri dengan menuliskan nama aslinya.
Ibu Hwi tak bisa menahan air matanya karena Eun Seob mengunakan nama aslinya lalu menyuruh anaknya untuk pergi saja karena ingin sendirian.



Hye Won masuk ke sebuah kedai kopi lalu memberikan senyuman, saat itu Young Woo kaget melihat Hye Won yang datang. Akhirnya Hye Won duduk sendiri menikmati kopi, Young Woo pun mendekat saat tak sedang banyak pelanggan.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Young Woo. Hye Won mengaku baik dan memuji temanya yang cocok memakai seragam itu
“Kopinya enak, bukan?” ucap Young Woo bangga. Hye Won membenarkan. Lalu membahas tentang nama cafe
“Benar. Itu judul lagu yang pernah kamu mainkan.” Ucap Young Woo dengan nada yang cukup romantis.
“Apa? Kamu hampir terdengar seperti sudah lama menyukaiku.” Ejek Hye Won.
“Tapi aku sudah lama menyukaimu.” Kata Young Woo. Hye Won hanya bisa tertawa.
“Apa Kau tidak tertipu?” ucap Young Woo. Hye Won membenarkan. Young Woo heran Hye Won yang bisa tahu.
“Bagaimana kau bisa tahu, Bahwa aku tidak bersungguh-sungguh saat kubilang sudah lama menyukaimu?” ucap Young Woo
“Bagaimana aku tahu? Itu karena...” kata Hye Won mencoba mengingat saat bertemu dengan Eun Seob.
Saat Hye Won ditepi sawah melihat kearah kotak seperti mashmellow, Eun Seob datang seperti sudah lama menunggu pertemuanya dengan Hye Won.
“Apa aku melakukan sesuatu yang membuatku ketahuan?” tanya Young Woo. Hye Won menjawab tidak.
“Itu karena aku tahu mata seseorang yang sudah lama menyukaiku.” Ucap Hye Won bisa mengingat mata Eun Seob yang menatapnya. 



Di luar restoran bbi mengeluh kalau tidak punya banyak pelanggan tapi papan namanya yang selalu rusak. Didalam restoran Jung Woo sedang berkumpul dengan teman-teman SMAnya lalu memberitahu kalau A akan membuat sesuatu seperti Jalur Jeju Olle di Hyecheon dengan penuh semangat.
“Hei, sudah cukup... Berhentilah membicarakan Hyecheon.” Keluh teman prianya
“Lagi pula, dia tidak punya topik pembicaraan lain. Biarkan saja.” Balas teman wanita
“Bayangkan betapa serunya itu. Bagi kota Hyecheon...” kata Jang Woo dan saat itu temannya melihat Eun Sil yang datang

Jang Woo langsung terdiam, wajahnya gugup. Eun Sil menyapa semua temanya dengan wajah sumringah lalu duduk didepan Jang Woo meminta maaf karena terlambat. Temannya pun bertanya alasan Eun Sil tidak datang tempo hari. Eun Sil pikir itu Sudah lama sekali.
“Eun Sil, bukankah kamu harus bekerja besok? Sedang apa kamu di sini? Apa Kau cuti lagi?”tanya Temanya penasaran.
“Aku berhenti.” Ucap Eun Sil santai, temanya kaget Eun Sil yang berhenti berkerja.
“Setelah selalu mengeluh, akhirnya kamu berhenti? Aku tidak percaya ini.” Keluh Temanya.
“Saat kau pikir sudah terlambat, itu mungkin benar. Jadi, sebaiknya kau berhenti secepatnya.Apa Kalian tidak tahu betapa aku menderita? Bukan begitu, Jang Woo?” ucap Eun Sil meminta pembelaan.
Jang Woo bingung, Temanya pun tak peduli dan Eun Sil pun meminta segelas. Jang Woo langsung dengan cepat memberikanya.  Temanya langsung berkomentar pada Jang Woo karean menurutnya tampak cukup dekat dengan Eun Sil.
“Itu Benar, apa yang terjadi? Ada yang mencurigakan.” Ucap Temanya mengoda.
“Bukan begitu. Sebagai PNS Hyecheon, aku memikirkan nasibnya yang menjadi pengangguran...” ucap Jang Woo membela diri dan langsung disela oleh temanya.
“Omong-omong, Eun Sil. Saat kamu belum datang, Jang Woo bilang kau yang menyukainya. Aku ingat itu. Katakan yang sebenarnya. Apa Jang Woo merayumu di reuni gabungan atau tidak?” ucap Temanya. Jang Woo panik meminta agar mereka berhenti mengejeknya.
“Hentikan... Aku merindukan Eun Seop. Aku penasaran di mana dia.” Jerit Jang Woo dan akhirnya Eun Seob pun datang.
Temanya mengambil kursi untuk Eun Seob tapi Eun Seob sudah mengambil sendiri.  Mereka pun menanyakan toko Eun Seob, Eun Seob mengaku lumayan baik. Mereka pun mengaku selalu penasaran soal ini.
“Bagaimana Eun Seop dan Jang Woo bisa berteman?” tanya salah satu temanya. Teman yang lain berkomentar kalau mereka duo yang aneh.
“Apa Kalian tidak tahu? Eun Seop menyelamatkan Jang Woo. Saat para perundung itu membawa Jang Woo ke gunung dan mengikatnya dengan tali lalu  memukulinya.” Ucap Eun Sil
“Hei, bagaimana kamu tahu?” ucap Jang Woo kaget. Eun Sil mengaku Jang Woo yang memberitahunya. Jang Woo bingung kapan.
“Bagaimana dia bisa ke Universitas Nasional Seoul dengan kenangan itu?” ucap Temanya. Eun Sil pun tak tahu berpikir Jang Woo itu beruntung.
“Tunggu sebentar. Kapan aku memberitahumu?” ucap Jang Woo masih tak merasa memberitahu.
“Itu tertulis di surat yang kamu berikan dengan 100 mawar. "Aku ketua OSIS, Lee Jang Woo. Meski aku tampak sangat normal bagimu, untuk bicara yang sebenarnya..." ucap Eun Sil. Jang Woo malu meminta agar menghentikanya.
“ Siapa itu namanya?” kata Eun Sil lupa. Temanya langsung menjawab Jae Yeong.
“Benar. "Aku dirisak oleh Jae Yeong dan teman-temannya." Kata Eun Sil terus mengejek.
“Hentikan! Jangan tertawa. Sudah kubilang jangan tertawa.” Ucap Jang Woo lalu tertunduk malu. Eun Seob yang melihatnya hanya bisa tersenyum.
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar