PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Suasana
musim semi didesa terlihat sanga
bahagai, beberapa orang mulai menanam dan menyiram tanah. Semua sangat
sibuk dengan perkerjaan di ladang, Sepasang pria dan wanita memanggil semua
karena membawa kudapan dan juga membawa arak beras.
"Toko
Buku Good Night"
Di dalam
toko, Eun Seob menikmati pagi dengan menyeduh kebiasanya sambil meminum kopi
mulai berbicara pada Hye Won.
“Kau
tahu, Hye Won? Aku yakin kau baik-baik saja.”
"Perjalanan
Musik Sore"
Hye Won
sedang duduk di ruang tunggu dengan jaket musim semi yang panjang, disampingnya
ada alat musik Cello. Salah seorang pria keluar memberitahu kalau Waktunya
masuk. Jadi mereka bisaTinggalkan barang-barang di sini.
“Bawa
saja alat musik kalian dan ikuti aku.” Ucap si pria. Semua pun mulai melepas jaket
dan berhias. Tiba-tiba pria lain datang.
“Tunggu!
Kami butuh 30 menit lagi. Kami belum selesai latihan.” Bisik si pria.
“Baik.
Maaf, Semuanya. Kalian harus menunggu sedikit lebih lama. Maafkan aku.” Kata si
pria. Semua pun hanya bisa mengeluh.
Hye Won
pun hanya bisa diam saja kembali memakai jaketnya dan menunggu. Beberapa saat
kemudian Hye Won pun keluar dari tempat yang akan menghirenya, seperti
kehidupanya bahagia di Seoul.
“Episode 16, Setelah Musim Dingin Panjang”
Eun Seob
melamun sambil meminum kopi lalu menerima telp dari seseorang. Ia lalu
memeriksa buku catatan memberitahu kalau sudah mencatat Lima kopi. Eun Seob
seperti sudah terbiasa harus berpisah dengan Hye Won saat musim semi datang.
“Kau baik-baik saja, Hye Won? Aku juga
baik-baik saja.”
Nyonya
Sim memasak, Bibi Sim bertanya Apakah ini semur. Nyonya Sim menganguk. Bibi Sim
heran kenapa ada rumput laut di dalamnya. Nyonya Sim menjawab kalau Ini semur
rumput laut. Bibi Sim pin heran dengan sosis yang ada didalamnya.
“Ini Semur
sosis dan rumput laut.” Ucap Nyonya Sim santai dengan menu makanan yang
berbeda.
“Kakak
memasak seperti ini, tapi menyuruhku memasak untuk Hae Won? Apa? Kakak tidak
ingat?” keluh Bibi Sim
“Kapan
kau berangkat?” tanya Nyonya Sim. Bibi Sim menjawab Sepekan lagi. Nyonya Sim meminta agar adiknya
untuk Jaga dirinya.
“Apa Kau
tidak akan kembali?” ucap Nyonya Sim memastikan. Bibi Sim pikir itu lebih baik
untuk mereka berdua
“Terserah
kamu.” Ucap Nyonya Sim. Bibi Sim pun tak mempermasalahkanya.
Di sebuah
halaman restoran, Seorang wanita membahas
Industri penerbitan mengalami kemerosotan selama bertahun-tahun. Tapi Di
tengah situasi ini, Tuan Cha selalu bisa menerbitkan buku laris yang terjual
lebih dari 50.000 eksemplar.
“Dari
mana kau mendapatkan bakat ini?” tanya Si wanita. Tuan Cha mengaku tak tahu
dengan nada rendah hati.
“Aku
tidak menganggapnya bakat. Kurasa itu hadiah dari langit.” Ucap Tuan Cha. Si
wanita menganguk mengerti.
“Kalau
begitu, mari kita akhiri wawancara resminya.” Kata Si wanita. Akhirnya
Fotographer pun pergi.
“Ini di
luar wawancara. Kudengar kau mengencani Shim Myeong Yeo, yang akan menerbitkan
buku. Benarkah?” kata Si wanita penasaran.
“Tidak...
Dahulu kami berkencan. Tapi kini tidak lagi.” Ucap Tuan Cha terlihat santai.
“Begitu
rupanya. Tapi kamu masih bekerja sama dengannya kali ini.” Ucap s wanita.
“Kami
punya sejarah panjang. Hubungan kami kini sebatas sahabat di mana kami saling
mendukung.” Jelas Tuan Cha
“Begitu
rupanya. Terima kasih banyak atas wawancaramu hari ini.” Kata si wanita.
“Kau
bicara seolah-olah ini wawancara pertama kita. Omong-omong, tolong tulis
artikel bagus tentang Bu Shim.” Pinta Tuan Cha
“Kau
pasti sangat mendukung masa depannya.” Ejek si wanita. Tuan Cha akan pergi
melihat nama "Myeong Yeo" lalu menanyakan keberadaanya.
Nyonya
Sim sibuk bermain dengan Gunbam di ruang tamu, Bibi Sim sedang bersiap-siap
bertanya pada kakaknya Di mana kantong
ritsletingnya. Nyonya Sim tak mengubrisnya. Bibi Sim akhirnya mencari di laci
lalu menemukan surat "Dari Shim Myeong Ju, Kepada Shim Myeong Yeo"
“Kakak..”
ucap Bibi Sim tiba-tiba memberikan suarat pada kakaknya. Nyonya Sim bingung apa
maksudnya.
“Surat
yang kakak tulis untukku.” Kata Bibi Sim. Nyonya Sim bingung kenapa memberikan
padanya.
“Tulis
surat seperti itu.” Ucap Bibi Sim. Nyonya Sim bertanya Kepada siapa. Bibi Sim
menjawab Putrinya. Nyonya Sim ingin tahu alasanya.
“Kakak,
Hye Won tidak tahu apa-apa. Kenapa Kakak menolak menemuinya di penjara? Kenapa
Kakak mengembalikan semua suratnya? Kenapa Kakak bahkan tidak tinggal
dengannya? Serta kenapa Kakak selalu berhati dingin?” ucap Bibi Sim
“Dia
tidak tahu apa-apa. Jadi, tulislah surat untuknya. Lakukanlah. Ada beberapa hal
yang tidak akan pernah diketahui orang kecuali Kakak memberi tahu mereka.” Jelas
Bibi Sim. Nyonya Sim hanya diam saja.
Di dalam
kelas, Hwi terlihat bahagai menuliskan surat
"Kepada Young Soo. Young Soo,
apa kamu menikmati kehidupan kuliahmu? Aku akan datang ke sekolah yang tidak
lagi kamu datangi. Aku berjalan melewati lorong kosong hari ini, sendirian, tanpa
orang lain seperti biasanya. Aku menghadapi tempat membosankan dan payah ini tiap
hari."
Saat itu
ibu guru masuk dengan pelajar pria, memberitahua kalau ada murid pindahan. Hwi
tak peduli terus menuliskan surat untuk Young Soo, saat itu sang guru bingung
namanya Lim Hwi. Hwi langsung mengangkat wajahnya karena namanya dipanggil.
“Apa?
Namamu Lim Hwi juga?” ucap sang guru. Hwi pria menganguk. Hwi melihat si pria
langsung terkesima dan meremas surat untuk Young Soo.
“Aneh
sekali. Nama ini bukan nama yang umum. Namanya juga Lim Hwi.” Ucap Si guru
menunjuk ke arah Hwi. Hwi pun memberikan senyuman bahagia.
Hyun Jin
ingin tahu dengan temanya, Hwi dengan sangat yakin mengaku menyukainya. Hyun
Jin pkir Hwi sudah gila karena bahkan
belum satu bulan Kim Young Soo lulus dan Ijazahnya masih panas setelah
dicetak.H Hwi yakin Young Soo bahagia dan baik-baik saja.
“Dia
memiliki Song Jae In.... Semoga dia bahagia. Semoga hidup membawa
kebahagiaannya.” Ucap Hwi. Hyun Ji tak percaya mendengarnya.
“Pokoknya,
aku akan mengencani pria ini apa pun yang terjadi.” Kata Hwi memegang setangkai
bunga ditanganya.
“Masalahnya,
kamu tidak bisa berkencan dengannya hanya karena kamu menginginkannya. Hidup
tidak semudah itu, mengerti?” ucap Hyun Ji
“Begini...
Hyun Ji... Apa Kau iri kepadaku?” kata Hwi duduk disamping temanya. Hyun Ji
melonggo bingung.
“Jika semua
berjalan lancar antara aku dan anak baru yang sangat tampan itu, aku tidak akan
bisa makan siang denganmu. Apa Karena itukah kamu iri kepadaku?” ejek Hwi
“Tidak,
diamlah. Hentikan, Sayang. Ayo.. Diamlah, Sayang.” Kata Hyun Ji kesal. Hwi
membalas kalau juga mencintai Hyun Ji
juga
“Bagaimanapun
juga, aku jatuh cinta dengan Lim Hwi, anak baru itu.” Ucap Hwi
“Biar
kuingatkan. Kamu kelas 12. Dengan IPK-mu saat ini, kau hampir tidak bisa
masuk...”kata Hyun Ji dan Hwi melihat sosok pria yang disukianya.
Hwi pun
berlari memanggil pria idamanya, Hwi pria tak mengubrisnya terus membaca buku.
Tapi Hwi tak peduli merasa dengan nama mereka yang sama itu adalah takdirnya.
Hwi terus berjalan, Hwi pun melihat pria itu suka buku juga.
Hyun Ji
melihat tingkah temanya mengeluh kalau tadi bicara sendiri saja. Hwi terus mengejar si pria bertanya Huruf
Mandarin mana yang di pakai karena ia memakai yang huruf "uji klinis"
dan "siulan". Hwi pria pun memilih kabur. Hwi pun tetap mengejarnya.
Seorang
kurir datang memberitahu kalau Bukunya sudah datang. Eun Seob pun mengucapkan
Terima kasih. Si kurir melhat Bukunya
lebih banyak lalu membahas kalau buku yang dibawanya sangat laris karena sudah menyadari
orang-orang sering memesannya.
“Bahkan
toko buku di pusat kota memesan banyak salinan buku itu.” Kata si kurir. Eun
Seob membenarkan kalau ini cukup laris.
“Buku
itu... Kudengar wanita yang tinggal di Rumah Hodu yang menulisnya. Benarkah
itu?” kata si kurir. Eun Seob pun membenarkan.
“Begitu rupanya...Kalau begitu, aku permisi.
Semoga harimu menyenangkan.” Kata Si kurir lalu melangkah pergi.
Eun Seob
pun menatap buku yang dipesanya
"Labirin Sisterfield"
Bibi Sim
membereskan semua barang dikamarnya membawa beberapa foto dan masukan ke dalam
koper. Sementara Nyonya Sim sibuk mengepel lantai dan terlihat kertas surat
yang ditulisnya
“Hye Won, bagaimana kabarmu? Ibu
baik-baik saja belakangan ini.”
Hye Won
duduk direstoran sendirian, saat pesanan datang tatapan mengarah pada seorang
ibu yang mengandeng tangan anaknya yang memegang balon, seperti ia sangat rindu
dengan keluarga yang hangat.
“Tidak ada lagi yang bisa ibu
katakan. Apa Kau masih membenci ibu? Soal itu, ibu tidak ingin menjelaskannya
kepadamu. Tapi Myeong Yeo bilang terkadang orang baru tahu sesuatu setelah
diberi tahu. Begini, ibu mengandungmu saat seusia kau di tahun kau lulus
kuliah.”
“Di usiamu yang sekarang, ibu sudah
menjadi ibu dari anak berusia enam tahun. Saat itu, ayahmu, yang ibu pikir
adalah pria termanis di dunia, menganiaya ibu secara fisik.”
Flash Back
Nyonya
Sim datang saat sedang di penjara melihat Hye Won duduk sendirian di rumah
duka. Ia akhirnya melepaskan borgol lalu memberikan hormat pada ibunya yang
meninggal. Hye Won terdiam melihat ibunya datang, saat akan mendekatinya sang
ibu malah pergi begitu saja.
**
Nyonya
Sim sibuk menuliskan surat untuk anaknya dan Hye Won membaca surat ibunya di
minimarket.
“Dalam kehidupan
kacau yang ibu jalani, ibu tidak tahu cara menghibur diri. Itu sebabnya ibu selalu
bersikap dingin kepadamu. Ibu hanya memikirkan diri sendiri. Ibu sibuk mengurus
diri sendiri. Namun, ibu selalu mencintaimu.”
“Ibu
hanya tidak pandai mengungkapkannya. Selain itu, Myeong Yeo akan pergi. Dia
akan pergi jauh. Kau harus mengunjungi kami sebelum dia pergi.”
Bibi Sim
sibuk mengambil foto ibunya yang disimpan diatas meja, lalu membawa surat dari
kakaknya. Nyonya Sim sibuk membersihkan halaman rumah dahulu, lalu menatap bunga yang sudah mulai tumbuh.
Sementara Hye Won hanya diam saja membaca surat dari ibunya lalu menghabiskan
susunya.
Hwi
mengayuh sepedanya keluar dari rumah memberitahu ibunya kalau akan mencari
uang. Eun Seob sedang duduk membaca buku, Hwi berteriak memanggil kakaknya dan
langsung memminta uang jajan. Eun Seob bingung melihat adiknya tiba-tiba
datang.
“Ayo Cepat!
Aku sedang terburu-buru” kata Hwi Eun Seob pun mengerti lalu mencari dompetnya.
“Berapa
yang kamu butuhkan?” tanya EunSeob. Hwi meminta agar EunS eob memberikan
dompetnya saja.
“Uang 10
dolar sudah cukup... Terima kasih... Oh Yah.. Kakak. Seorang murid pindahan
baru saja masuk kelasku. Nama anak baru itu juga Lim Hwi. Sama denganku. Aku
sangat suka anak baru itu.” Ungkap Hwi dengan wajah berbinar-binar.
“Tunggu,
anak baru ini laki-laki?” tanya Eun Seob. Hwi membenarkan.
“Kak, aku
suka pria. Aku sangat menyukainya. Aku sudah jatuh cinta. Aku akan berkencan
dengannya.” Uucap Hwi akan melangkah pergi.
“Hwi,
masalahnya... Bukankah kamu terlalu muda untuk berkencan... Ah.. Baiklah. Jaga
dirimu...Telepon kakak saat kamu berkencan.” Ucap Eun Seo
“Apa... Kakak
sudah gila? Mau kuambil uangmu lebih banyak?”ucap Hwi marah. Eun Seob pun
menyuruh adiknya pulang saja.
“Baiklah.
Terima kasih. Mimpi indah, Eun Seop... Selamat malam, Lim Eun Seop!” jerit Hwi.
Eun Seob
terlihat masih galau dengan cinta lalu berbaring diatas maja, dan tersadar
kalau sudah pagi. Ia pun melihat jam sudah setengah tujuh, akhirnya
membaca buku "Cinta Kembali Seperti
Musim Semi Selalu Kembali Setelah Musim Dingin"
Bibi Choi
melihat tetangganya membawa Bunganya indah dan bertanya apakah Dari seseorang.
Si wanita mengaku membelinya sendiri dan bertanya apakah Bibi Choi akan pergi.
Bibi Choi memakai kacamata hitanya memberitahu kalau akan melihat bunga.
“Kakek,
aku berangkat ke sekolah!” jerit Seung Ho dengan wajah penuh semangat.
“Seung
Ho, matikan lampu di kamar dahulu.” Kata kakek Jung. Seung Ho masuk ke dalam
kamar mengaku lupa.
“Kakek...
Kami bertukar tempat duduk di sekolah hari ini, dan aku ingin duduk di samping
Ji Hyun. Tolong doakan aku... Berjanjilah kepadaku... Aku sungguh ingin duduk
di samping Ji Hyun.” Kata Seung Ho penuh semangat. Kakek Jung menganguk
mengerti.
Tuan Bae
membaca buku "Datanglah ke kebun musim semi. Jika kamu tidak datang, apa
gunanya semua ini? Jika kamu datang..." Lalu seorang pelanggan datang dan
langsung menyapanya. Sepasang pria dan
wanita mengaku baru menikah dan ingin
mendekorasi rumah.
“Silakan
lihat bohlam ini. Setelah kamu memasangnya di langit-langit, lampu-lampu ini
tidak perlu diganti. Tidak pernah sekali pun dalam hidupmu. Lampu-lampu ini
tidak perlu diganti karena bertahan selamanya.” Ucap Tuan Be penuh semangat.
“Kami
akan kembali nanti.” kata keduanya seperti tak suka dengan cara ucapan tuan
Bae. Tuan Bae ingin memberikan kartu nama tapi keduanya sudah bergegas pergi.
Tuan Bae
menempelkan tulisan didepan tokonya "Penjualan Musim Semi, ramaikan
rumahmu dengan lampu baru"lalu melanjutkan kembali membaca buku.
Di dalam
apotik. Hyun Ji sibuk mengambil beberapa obat, Ibunya memanggil sang anak “Kwon
Hyun Ji! Apa Kau tidak sekolah? Sudah saatnya kau pergi!” Hyun Ji mencoba kabur
tapi pintu dengan terkunci dan ibunya sudah keluar dari belakang.
“Hei,
kamu bawa apa? Kenapa kamu melarikan diri? Antelmintik? Kamu mau berikan pada
siapa? Astaga... Ahh Benar, kamu harus meminum obat cacing di musim semi.” Ucap
Ibu Hyun Ji melihat anakanya kabur dari pintu belakang.
Hwi
mengayuh sepedanya masuk ke sekolah dengan senyuman bahagia, spanduk didepan
sekolah terlihat "Selamat datang, murid baru!" Eun Seob pulang ke
rumah membawa sesuatu lalu menaruhnya dalam sebuah kotak.
Di
ladang, beberapa orang mulai menanama benih mengajak agar segera
menyelesaikanya dan makan. Seorang kakek menempelkan tulisan didepan pintunya "Musim
semi yang hangat dan bahagia" wajahnya terlihat sangat bahagia. Melihat
tulisan yang lainya “Musim semi penuh dengan keberuntungan"
Di rumah,
Ibu Hwi mengeluh Berapa kali suaminya berubah dalam sehari dan tidak bisa
memakai baju yang sama seharian dan mengganti pakaian dalam di malam hari. Ia
terus mengomel karena cucian bajunya yang banyak.
“Di pagi hari,
pakaiannya terkena lumpur dan diganti. Selama makan siang, pakaiannya terkena
gochujang dan diganti lagi. Dia tidak mencuci sendiri.” Keluh Ibu Hwi akan
memasukan baju ke dalam laci.
Saat itu
Eun Seob datang, Ibu Hwi senang melihat Eun Seob yang datang dan bertanya
apakah sudah makan. Eun Seob menganguk
lalu memberikan sesuatu pada ibunya. Ibu Hwi bingung bertanya ada apa Eun Seob
yang memberikan hadiah.
“Ini hari
ulang tahun Ibu.” Kata Eun Seob. Ibu Hwi kaget seperti barus sadar kalau ini
adalah hari ulang tahunnya.
“Apa
Putraku memberiku hadiah ulang tahun?” ucap Ibu Hwi penuh semangat. Eun Seob
mengaku Tidak ada yang istimewa.
“Astaga,
hanya kau yang peduli kepada ibu, Nak. Putri dan suamiku tidak berguna. Bahkan
Mereka tidak tahu.” Ucap Ibu Hwi langsung meliha isi kotak.
Ia hanya
terdiam melihat tulisan "Untuk ibuku tersayang, Yun Yeo Jeong" Eun
Seob mengakumembeli syal, lalu...
Flash Back
Eun Seob
membeli syal untuk ibunya, lalu menjahitnya sendiri dengan menuliskan nama
aslinya.
Ibu Hwi
tak bisa menahan air matanya karena Eun Seob mengunakan nama aslinya lalu
menyuruh anaknya untuk pergi saja karena ingin sendirian.
Hye Won
masuk ke sebuah kedai kopi lalu memberikan senyuman, saat itu Young Woo kaget
melihat Hye Won yang datang. Akhirnya Hye Won duduk sendiri menikmati kopi,
Young Woo pun mendekat saat tak sedang banyak pelanggan.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya Young Woo. Hye Won mengaku baik dan memuji temanya yang cocok
memakai seragam itu
“Kopinya
enak, bukan?” ucap Young Woo bangga. Hye Won membenarkan. Lalu membahas tentang
nama cafe
“Benar.
Itu judul lagu yang pernah kamu mainkan.” Ucap Young Woo dengan nada yang cukup
romantis.
“Apa?
Kamu hampir terdengar seperti sudah lama menyukaiku.” Ejek Hye Won.
“Tapi aku
sudah lama menyukaimu.” Kata Young Woo. Hye Won hanya bisa tertawa.
“Apa Kau
tidak tertipu?” ucap Young Woo. Hye Won membenarkan. Young Woo heran Hye Won
yang bisa tahu.
“Bagaimana
kau bisa tahu, Bahwa aku tidak bersungguh-sungguh saat kubilang sudah lama
menyukaimu?” ucap Young Woo
“Bagaimana
aku tahu? Itu karena...” kata Hye Won mencoba mengingat saat bertemu dengan Eun
Seob.
Saat Hye
Won ditepi sawah melihat kearah kotak seperti mashmellow, Eun Seob datang
seperti sudah lama menunggu pertemuanya dengan Hye Won.
“Apa aku
melakukan sesuatu yang membuatku ketahuan?” tanya Young Woo. Hye Won menjawab
tidak.
“Itu
karena aku tahu mata seseorang yang sudah lama menyukaiku.” Ucap Hye Won bisa
mengingat mata Eun Seob yang menatapnya.
Di luar
restoran bbi mengeluh kalau tidak punya banyak pelanggan tapi papan namanya
yang selalu rusak. Didalam restoran Jung Woo sedang berkumpul dengan
teman-teman SMAnya lalu memberitahu kalau A akan membuat sesuatu seperti Jalur
Jeju Olle di Hyecheon dengan penuh semangat.
“Hei,
sudah cukup... Berhentilah membicarakan Hyecheon.” Keluh teman prianya
“Lagi
pula, dia tidak punya topik pembicaraan lain. Biarkan saja.” Balas teman wanita
“Bayangkan
betapa serunya itu. Bagi kota Hyecheon...” kata Jang Woo dan saat itu temannya
melihat Eun Sil yang datang
Jang Woo
langsung terdiam, wajahnya gugup. Eun Sil menyapa semua temanya dengan wajah
sumringah lalu duduk didepan Jang Woo meminta maaf karena terlambat. Temannya
pun bertanya alasan Eun Sil tidak datang tempo hari. Eun Sil pikir itu Sudah
lama sekali.
“Eun Sil,
bukankah kamu harus bekerja besok? Sedang apa kamu di sini? Apa Kau cuti lagi?”tanya
Temanya penasaran.
“Aku
berhenti.” Ucap Eun Sil santai, temanya kaget Eun Sil yang berhenti berkerja.
“Setelah
selalu mengeluh, akhirnya kamu berhenti? Aku tidak percaya ini.” Keluh Temanya.
“Saat kau
pikir sudah terlambat, itu mungkin benar. Jadi, sebaiknya kau berhenti
secepatnya.Apa Kalian tidak tahu betapa aku menderita? Bukan begitu, Jang Woo?”
ucap Eun Sil meminta pembelaan.
Jang Woo
bingung, Temanya pun tak peduli dan Eun Sil pun meminta segelas. Jang Woo
langsung dengan cepat memberikanya.
Temanya langsung berkomentar pada Jang Woo karean menurutnya tampak
cukup dekat dengan Eun Sil.
“Itu Benar,
apa yang terjadi? Ada yang mencurigakan.” Ucap Temanya mengoda.
“Bukan
begitu. Sebagai PNS Hyecheon, aku memikirkan nasibnya yang menjadi
pengangguran...” ucap Jang Woo membela diri dan langsung disela oleh temanya.
“Omong-omong,
Eun Sil. Saat kamu belum datang, Jang Woo bilang kau yang menyukainya. Aku
ingat itu. Katakan yang sebenarnya. Apa Jang Woo merayumu di reuni gabungan
atau tidak?” ucap Temanya. Jang Woo panik meminta agar mereka berhenti
mengejeknya.
“Hentikan...
Aku merindukan Eun Seop. Aku penasaran di mana dia.” Jerit Jang Woo dan
akhirnya Eun Seob pun datang.
Temanya
mengambil kursi untuk Eun Seob tapi Eun Seob sudah mengambil sendiri. Mereka pun menanyakan toko Eun Seob, Eun Seob
mengaku lumayan baik. Mereka pun mengaku selalu penasaran soal ini.
“Bagaimana
Eun Seop dan Jang Woo bisa berteman?” tanya salah satu temanya. Teman yang lain
berkomentar kalau mereka duo yang aneh.
“Apa Kalian
tidak tahu? Eun Seop menyelamatkan Jang Woo. Saat para perundung itu membawa
Jang Woo ke gunung dan mengikatnya dengan tali lalu memukulinya.” Ucap Eun Sil
“Hei,
bagaimana kamu tahu?” ucap Jang Woo kaget. Eun Sil mengaku Jang Woo yang
memberitahunya. Jang Woo bingung kapan.
“Bagaimana
dia bisa ke Universitas Nasional Seoul dengan kenangan itu?” ucap Temanya. Eun
Sil pun tak tahu berpikir Jang Woo itu beruntung.
“Tunggu
sebentar. Kapan aku memberitahumu?” ucap Jang Woo masih tak merasa memberitahu.
“Itu
tertulis di surat yang kamu berikan dengan 100 mawar. "Aku ketua OSIS, Lee
Jang Woo. Meski aku tampak sangat normal bagimu, untuk bicara yang
sebenarnya..." ucap Eun Sil. Jang Woo malu meminta agar menghentikanya.
“ Siapa
itu namanya?” kata Eun Sil lupa. Temanya langsung menjawab Jae Yeong.
“Benar.
"Aku dirisak oleh Jae Yeong dan teman-temannya." Kata Eun Sil terus
mengejek.
“Hentikan!
Jangan tertawa. Sudah kubilang jangan tertawa.” Ucap Jang Woo lalu tertunduk
malu. Eun Seob yang melihatnya hanya bisa tersenyum.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar