PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Won
gugup di depan ruang operasi, Dokter Jang akhirnya menelp. Jung Won ingin tahu
Kondisi lever bagaimana, dan apakah Sudah berangkat. Dokter Jang terlihat gugup
yang dilakukan. Jung Won bingung apakah ada masalah.
“Lever
donor terlalu tebal. Tampaknya lebih dari 500 gram. Anterior dan posterior pun
sekitar 8 cm. Bagaimana ini, Dokter?” ucap Dokter Jang. Jung Won terlihat
lemas.
“ Lever
terlalu besar. Kelihatannya sulit. Apa
lebih baik menyerah?”tanya Dokter Jang.
“Tidak.
Kita tetap lanjutkan... Kita lanjutkan operasi.” Kata Jung Won yakin dengan
pilihanya.
Ik Jun
masuk ke ruangan bedah, Yun Bok langsung menyapanya. Ik Jun heran kalau Yun Bok
yang belum pulang. Yun Bok menganguk. Ik Jun bertany apakaah Si
"pelukis" Jang Hong-do sudah
pulang. Yun Bok membenarkan.
“Sampai
sesaat lalu dia... Maksudku dia tadi di sini, tetapi baru saja pulang.” Kata
Yun Bok
“Baiklah.
Kau juga harus pulang.” Ucap Ik Jun. Yun Bok mengerti lalu bertanya apakah Ik
Jun mau lihat transplantasi lever?
“Ya... Ayo!”
kata Ik Jun tahu juniornya mau ikut melihatnya. Yun Bok pun dengan senyuman
lebar mengucapkan Terima kasih.
Jung Won
akhirnya bersiap mencuci tangan. Ik Jun menjelaskan Ukuran adalah hal
terpenting dalam transplantasi lever bayi. Hasil operasi bisa jadi fatal jika
lever terlalu besar. Karena itu, biasanya lever donor dipotong setengah untuk
bayi.
“Namun,
kali ini, lever donor tetap terlalu besar walau sudah dipotong setengah. Sekarang
umur Ji-a baru enam bulan.” Kata Ik Jun
“Lantas,
Apa Ji-a tak bisa operasi? Dia harus operasi lain waktu?” tanya Yun Bok.
“Tidak
ada "lain waktu". Empedunya tidak keluar sehingga sirosis berjalan
cepat. Dia muntah darah dan ada darah di kotorannya. Dia takkan bertahan
sepekan.”jelas Ik Jun.
Yun Bok
panik apa yang akan dilakukan. Ik Jun bingung dengan reaksi Yun Bok seperti
berlebihan pada senior. Yun Bok pun meminta maaf dan berbicara dengan sopan dan
mengetahui mereka tidak bisa operasi, tetapi
tak akan bertahan jika dibiarkan.Ik Jun menegaskan kalau harus tetap operasi.
“Katamu
levernya tetap terlalu besar?” ucap Yun Bok. Ik Jun menjawab Tinggal dipotong
lagi.
“Apa Kau
gila?” kata Yun Bok keceplosan. Ik Ju tak percaya dengan yang dikatakan Yun
Bok. Yun Bok kembali meminta maaf.
“Apa
Maksudmu, levernya dipotong dua kali, Dokter?” kata Yun Bok bersikap sopan. Ik
Jun membenarkan.
“Kita
potong lagi setengah levernya. Itu kadang terjadi, walau operasinya akan sulit.
Namun, harus dilakukan. Meski sulit, ini cara terakhir dan satu-satunya demi
menyelamatkan bayi itu.”jelas Ik Jun.
Di
ruangan operasi, Jung Won menlakukan operasi dengan sangat yakin. Sementara di
ruang tunggu, Orang tua Ji A terlihat sangat gugup menunggu sambil menangis. Ik
Jun dan Yun Bok pun melihat dari sisi ruangan.
“Lever
keluar.” Ucap Jung Won, Ik Jun merasa tak enak menurutnya Ji-a pasti menderita.
“Bagaimana
dia sanggup bertahan? Tapi Jia-a sungguh hebat.”kata Ik Jun. Akhirnya perawat
memberitahu kalau Lever tiba. Dokter Jang masuk dengan kotak es dengan nafas
terengah-engah.
“Terima
kasih. Kerja bagus, Dokter Jang Gyeo-ul. Kudengar kau masih di lampu merah
depan. Kenapa cepat sekali? Apa Kau berlari?” tanya Jung Won.
“Untung
jalan tidak macet. Namun, ternyata lift gedung ini rusak. Jadi Aku lari
kemari... Maksudku, bukan berlari... Aku berjalan... dengan cepat. Hanya berjalan...
Aku tiba dengan hati-hati dan aman.” Ucap Dokter Jang
“Hebat,
Jang Gyeo-ul... Kerja bagus sekali.” puji Ik Jun dengan wajah haru. Dokter Jang
pun tersenyum bahagia.
Di sisi
lain, dokter lain berpikir Tampaknya sudah cukup, Jung Won membenarkan lalu
melihat hasil potongan lever untuk bayinya.
Song Hwa
melemaskan punggungnya dan masih dengan baju operasi. Dokter Ahn masuk ruangan
memberitahu kalau semua sudah siap, Song Hwa mengerti lalu bertanya Jika ada
ventrikulostomi lagi, apakah Dokter Ahn mau coba. Dokter Ahn bingung.
“Ini
tahun ketigamu. Sudah saatnya, Jadi Bersiaplah.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn
tersenyum dan langsung mengucapkan Terima kasih.
Jung Won
memberitahu kalau Banyak pendarahan karena lever dibedah dan meminta agar
menyedotnya. Ia lalu menghela nafas karena merasa butuh waktu lama dan
memanggil Ik-jun. Ik Jun mengerti akan bicara kepada wali. Sementara Yun Bok
sudah tertidur pulas.
“Banyak
pendarahan, Dokter.” Kata Jung Won. Dokter Bong menjawab tetapi masih tidak
apa.
“Fokus.
Penyedotan harus saksama... ini Tak terlihat. “ kata Jung Won, ass mengerti.
Jung Won pun meminta agar memberikan kasa.
Jung Won
akhirnya keluar dari ruang operasi. Orang tua Ji A lansung bertanya apakahJi-a
sudah baik, Apa operasinya lancar. Jung Won menganguk kalau operasinya lancar.
Keduanya langsung menangis haru seperti beban mereka sudah terangkat.
“Operasi
berhasil. Kenapa menangis? Ji-a bertahan dengan baik. Jangan menangis. Orang
bisa berpikir operasinya tak lancar.” Kata Jung Won. Keduanya pun langsung
mengucapkan Terima kasih.
“Terima
kasih, Dokter. Aku tak akan melupakan kebaikanmu.” Ucap Orang Tua Ji A
“Kami
mengalami kesulitan karena pendarahan lebih daripada dugaan, tetapi berhasil
kami atasi. Kini kondisinya sudah stabil dan segera ke Unit Perawatan Intensif.
Transplantasinya berhasil. Dia akan baik selama fungsi levernya baik. Operasi
sudah berhasil. Ji-a pasti segera pulih.” Jelas Jung Won.
Keduanya
kembali mengucapkan Terima kasih dan masih terus menangis. Jung Won tahu
keduanya pasti merasa menderita tapi
berhasil bertahan. Ayah Ji Ah mengaku Entah bagaimana harus berterima kasih dan
terus mengucapkan Terima kasih banyak.
“Ji-a
beruntung bisa hidup karena ada pasien mati otak. Ini sungguh keajaiban.” Kata
Ibu Ji A
“Dan untung
saja donornya masih muda. Semua ini berkatmu, Dokter. Terima kasih banyak,
Dokter” ucap Ayah Ji Ah
“Yang
kulakukan hanya operasi.. Kalian harus berterima kasih kepadanya.” Kata Jung
Won. Keduanya bertanya Siapa?
“Wanita
berusia 22 tahun. Dia tinggi dan kurus. Korban kecelakaan.” Ucap Jung Won.
Keduanya melonggo
“Maksudku,
donornya... Donor lever untuk Ji-a. Aku tak bisa memberi tahu identitas rinci
karena peraturan. Namun, Ji-a hidup berkat dia.” Jelas Jun Won.
“Aku
sungguh malu, Dokter. Aku akan hidup dengan rasa terima kasih kepadanya seumur
hidup. Aku terlalu fokus terhadap anakku. Maafkan kami.”ucap Ibu Ji A. Bapak Ji
A pun memohon maaf.
“Tidak perlu.
Aku paham perasaan kalian. Namun, tiap tahun, saat Ji-a berulang tahun, ucapkan
terima kasih padanya. dengan sepenuh hati.” Pinta Jung Won.
Keduanya
menyakinkan kalau itu pasti dan kembali mengucapkan Terima kasih, Jung Won pun
mengucapkan Sampai jumpa di Unit Perawatan Intensif Pediatri. Keduanya kembali
mengucapkan Terima kasih.
Dokter
Chu meminta perawat agar mengirim beserta gambarnya lalu bergegas pergi. Di
sisi meja lainya, seorang ibu yang sudah cukup tua mengaku tetap cemas. Dokter
Myung menenangkan kalau Tak perlu cemas karean Kontraksinya terkendali, dan
kondisi bayi baik.
“Dia akan
baik-baik saja.” Dokter Myun menyakinan. Pasien bertanya Apa harus terus pakai
obat
“Seperti sudah
dijelaskan, obatnya aman.. Biar kujelaskan sekali lagi.” Ucap Dokter Myung.
“Pasien
itu, Park Mi-jeong. Berapa panjang serviksnya?” tanya perawat pada temanya.
Dokter Chu yang mendengarnya langsung menjawab
Sepanjang 1,5 cm.
“Dokter
Chu Min-ha... Pasien bedah cesar banyak berdarah karena kontraksinya buruk. Cek
pembalut dan awasi kontraksinya.” Ucap Suk Hyung melihat Dokter Chu berjalan
dilorong. Dokter Chu menganguk mengerti.
“Dokter,
katanya istriku amat sakit. Aku harus bagaimana?”kata seorang suami keluar dari
kamar rawat.
“Aku
sudah cek lima menit lalu. Belum ada perubahan serviks sama sekali Aku akan cek
lagi. Jika perlu, kuberi anti nyeri.” Ucap Dokter Chu
“Apa Bisa
tolong dicek sekarang?” kata Sang suami khawatir. Dokter Chu pun menyetujuinya.
“Dokter
Chu Min-ha... Sin Hyo-jeong diberi ritodrine 12 gtt, tetapi mengalami
takikardia.” Kata Perawat memanggil
“Kurangi
jadi delapan gtt, dan cek tanda vitalnya satu jam lagi.” Kata Dokter Chu
terlihat sangat sibuk akhirnya masuk ke ruangan perawat.
“Itu
takkan terjadi. Ibuku pun sangat menderita saat mengandung aku.” Kata Dokter
Myung. Dokter lain ikut mendengarnya. Pasien pun tak percaya mendengarnya.
“Begini
ceritanya. Ibuku penderita diabetes, tetapi tiba-tiba hamil.” Kata Dokter Myung
“Kulihat
bagian episiotomi Seo Jeong-won baik. Benar?” kata perawat. Dokter Chu membenarkan kalau sudah mengeceknya tadi pagi dan Tidak ada hematoma.
“Dokter,
tolong cek NST ini. Janin Jeong Min-gyeong menunjukkan pelambatan.” Kata
perawat
“Beri
infus tambahan, dan tiga liter oksigen lewat kanula nasal dalam posisi tidur
miring.” Ucap Dokte Chu. Perawat mengerti lalu pergi.
“Adik perempuanku
melahirkan prematur, tetapi dia sangat optimistis dan santai. Meski dokter
kandungan, aku tetap merasa cemas, tetapi dia senang bertemu bayinya lebih
cepat.” Cerita Dokter Chu. Pasien terlihat sedikit lebih tenang dan tak percaya
mendengarnya.
“Dokter...
Aku sangat lapar. Apa aku boleh makan?” tanya seorang pasien.
“Mari cek
pergerakan janin dahulu. Mohon tunggu sebentar.” Kata Dokter Cha yang bertemu
dengan pasien lainya.
“Bayinya
bisa lahir dan tumbuh sehat sampai sekarang. Keponakanku itu kini umur dua
tahun.Apa Mau lihat fotonya?” kata Dokter Myung. Pasien pun mempersilahkan.
“Dokter
Myung Eun-won... Sin Ha-yun harus cek pergerakan janin, dan Jeong Min-gyeong harus
diperiksa karena pelambatan. Kita juga harus menyiapkan dua bedah cesar nanti.
Kita sibuk.” Kata Dokter Chu dengan nada menyindir.
Dokter
Myung menganguk mengerti lalu berjalan pergi. Pasien pun berkomentar kalau Sepertinya
Dokter Chu tak bisa basa-basi lalu pamit pergi . Dokter Chu hanya bisa diam
saja dan memberitahu kalau akan cek pembalut pasien bedah cesar.
“Astaga.
Pertempuran beruang dan rubah.” Komentar Dokter. Perawat ingin tahu Siapa yang
rubah. Dokter Lain berpikir kalau sudah terlihat jelas.
“Dokter,
janin Jeong Min-gyeong menunjukkan pelambatan. Akan kuperiksa. Beri dia tiga
liter oksigen dengan kanula nasal, benarkan?” kata Dokter Myung menelp dari
ruangan.
Dokter
Jang, Hong Do dan Yun Bok terlihat gugup diruangan. Hong Do bingung kalau dia
belum datang dan berpikir kalau Mestinya ia saja yang turun. Dokter Jang yakin Itu
kebahagiaan kecil Dokter Lee dan pasti sedang mengobrol dengan kurir.
“Datanglah
lebih cepat, Dokter. Kami kelaparan setengah mati.” Keluh Dokter Jang saat
melihat Ik Jun akhirnya datang membaa makanan.
“Kau
dokter, tetapi mudah sekali mengucapkan kata “mati”. Hong-do, Yun-bok, makan
yang banyak. Kalian harus Makan, lalu bergabunglah ke Bedah Umum.” Ucap Ik Jun.
Keduanya hanya bisa tersenyum.
“Ini.
Jika tidak bergabung, sama dengan makan lari.” Kata Ik Jun memberikan roti.
Keduanya menganguk mengerti.
“Apa Aku
boleh makan Bakon Rangkap Dua? Itu roti lapis favoritku.” Kata Dokter Jang. Ik
Jun pun mempersilahkan.
“Ini Pasti
akan masih banyak tersisa. “ kata Hong Do melihat banyak roti sisa
“Kupanggil
satu orang untuk ikut makan... Jung-won...” ucap Ik Jun dan membuat wajah
Dokter Jang terpesoan menatap ke arah pintu
“Apa Roti
lapis? Bagus!” ucap Jun Wan masuk ruangan.
Dokter Jang mengeluh melihat Jun Wan yang datang.
“Memangnya
Apa lagi? Kau sial. Makanya, dengar kata-kata orang sampai akhir.” Kata Ik Jun.
Akhirnya Dokter Jang berdiri dan langsung memberikan hormat.
“Apa Aku
sial? Kenapa?” tanya Jun Wan heran. Ik Jun menjawab tidak ada alasan.
“Cepat
makan, atau Jang Gyeo-ul menghabiskan semua.” Kata Ik Jun. Jun Wan pun menyapa
dua anak magang yang Lama tak jumpa.
“Gyeon-u
dan Jik-nyeo?” kata Jun Wan yakin. Yun Bok mengeluh kalau Waktu itu Jun Wan juga memanggil begitu, dan
mereka jawab bukan.
“Benar.
Kuingat nama kalian adalah nama pelukis. Ma-ne dan Mo-ne? Kata Jun Wan. Yun Bok
pun kembali memberitahu nama keduanya.
“Benar!
Maaf sekali. Padahal kita sudah salam Wakanda.” Kata Jun Wan.Yun Bok mengaku Tidak
masalah.
“Ma-ne
dan Mo-ne adalah nama sepupu kami.” Kata Yun Bok. Ik Jun tak percaya
mendengarnya.
“Jangan
bilang Ma-ne dan Mo-ne kembar?” tanya Ik Jun. Hong Do menyahut membenarkan.
“Apa
Kembar identik? Lima tahun?” ucap Ik Jun memastikan. Hong Do kembali
membenarkan. Jun Wan yang mendengarnya tak percaya berpikir keduanya itu
seperti paduan suara?
Dokter
Bong akan makan sendirian, saat itu Dokter Yong, Dokter Do dan Dokter Ahn
datang memberikan minum serta Serbet untuknya. Dokter Bong tahu kalau tadi ada
pasien darurat dan ingin tahu Bagaimana mereka bertiga bisa dekat
“Kami
sesama Kepala Residen dan sudah lama kenal, sedangkan Ahn Chi-hong adalah
junior kesayangan Dokter Suk-min.” Ucap Dokter Do
“Apa?
Kapan aku bilang itu?” keluh dokter Ahn. Dokter Do memberitahu kalau Maksudnya, dia
menyukai Dokter Ahn.
“Dia
sering bercerita tentang kau. Aku merasa mengenalmu. Omong-omong, Kapten Ahn, kenapa
kau tinggalkan kemiliteran? Pasti masalah wanita. Cepat ceritakan.” Kata Dokter
Do
“Bukan
masalah besar. Lain kali kuceritakan.” Kata Dokter Ahn. Dokter Yong pikir juga harus begitu agar terlihat
misterius sepertinya.
Dokter
Chu datang menyapa Dokter Bong mengaku beli semua jenis karena tak tahu suka
apa mulai dari Americano panas dan dingin, serta latte. Dokter Jang pun duduk
menyapa semuanya. Dokter Bong pun
bertanya Hari ini kita bahas topik apa.
“Dokter
Chu Min-ha, wajahmu kenapa? Wajahmu kelabu. Ada masalah?” komentar Dokter Do
“Aku
pakai alas bedak nomor 25. Warnanya memang agak gelap.” Kata Dokter Chu bangga
“Namun,
tetap terlalu gelap. Warna wajah dan lehermu jauh beda.” Ucap Dokter Jang
“Ini
riasan mutiara hitam. Memiliki efek berjemur sehingga wajah tampak amat kecil.”
Kata Dokter Chu
“Kau bagai
orang yang berjemur di salon karena tak sempat liburan.” Ucap Dokter Jang
mengejek.
“Omong-omong,
bagaimana kalian bisa dekat? Departemen dan umur kalian berbeda, dan juga warna
kulit.” Kata Dokter Do
“Kami
berdua ARMY.” Ucap Dokter Jang. Dokter Do tak percaya kalau mereka satu
angkatan tentara dan itu Berarti juniornya Ahn Chi-hong!
“Bukan
"tentara", tetapi... Apa Kau baru mulai pakai internet kemarin?”
keluh Dokter Yong.
“Ya. Kemarin
aku mulai pasang ADSL Megapass, layanan internet tercepat di Korea. Aku jual
semua uang dunia maya lama dan memakai semua kuota KTF Bigi.” Kata Dokter Do
penuh semangat. Dokter Jang bingung mendengarnya.
“Jadi...Ternyata
kalian penggemar BTS. Adikku juga tergila-gila pada mereka.” Ucap Dokter Yong
memotong.
“Ya, kami
bertemu di klub fan.” Ucap Dokter Jang bahagia. Dokter Bong berkomentar Dokter
residen zaman sekarang sungguh banyak waktu.
“Kalian
punya waktu untuk klub fan dan mengobrol di kantin. Zaman aku dahulu...” ucap
Dokter Bong dan semua tiba-tiba langsung bergegas pergi.
“Kami
sungguh tak punya waktu untuk makan di kantin.” Kata Dokter Do.
“Hari
ini, kukisahkan saat aku jadi dokter residen. Ya?” ucap Dokter Bong, semua
tetap ingin pergi.
“Tadinya
begitu, tetapi kurasa lebih baik kita bahas topik cinta geng Punggung Bukit
Gongnyong. Cinta pertama dan cinta lama.” Kata Dokter Bong. Semua pun langsung
duduk kembali kecuali dokter Do.
“Dasar
kalian!” keluh Dokter Bong. Sementara Dokter Do mengakutidak terlalu tertarik
tapi akhirnya ikut duduk.
“Ik-jun dan
Jun-wan selalu punya pacar. Dahulu mereka cukup populer. Seingatku mereka
jarang tidak punya pacar.” Cerita Dokter Bong.
“Sungguh?
Luar biasa. Lanjut. Dokter Yang Suk-hyung bagaimana?” tanya Dokter Chu
penasaran.
“Suk-hyung
jarang punya pacar. Dia pun menikah dengan wanita pilihan orang tua. Tak sampai
setahun, mereka bercerai. Lantas, dia ke Amerika. Kudengar dia hanya belajar di
sana.” Cerita Dokter Bong. Dokter Chu memangguk mengeri.
“Suk-hyung
punya pacar sekarang!” kata Dokter Bong. Dokter Chu ingin tahu siapa.
“TV-nya.
Wanita mana pun tak mungkin mengalahkan TV-nya.” Kata Dokter Bong. Dokter Chu
hanya bisa menghela nafas mendengarnya.
“Dokter
Chae bagaimana? Apa Pacarnya satu kampus?” tanya Dokter Ahn penasaran.
“Ya,
pacarnya sekampus.” Ucap Dokter Bong. Dokter Ahn pikir itu Dokter Lee Ik-jun.
“Ik-jun? Tidak.
Mereka tidak pernah berpacaran. Sejak musim dingin tingkat satu atau dua, ya?
Hubungannya cukup lama. Kurasa dia pacaran dengan senior selama beberapa
tahun.” Cerita Dokter Bong
“Mereka
pacaran tiga hingga empat tahun. Setelah itu pun beberapa kali berpacaran. Dia
hanya enggan menikah.” Cerita Dokter Bong
“Dokter
Ahn Jung-won bagaimana?” tanya Dokter Jang penuh semangat.
“Kalau
ada wanita yang suka Jung-won. harus kalahkan Tuhan lebih dahulu.” Kata Dokter
Bong
“Mustahil
mengalahkan Tuhan! Jika ada yang suka dia, sebaiknya wanita itu menyerah.
Berani-beraninya dia bertanding melawan Tuhan?” kata Dokter Do. Dokter Jang
hanya bisa tertunduk sedih.
“Dokter
Jang Gyeo-ul... Agamamu Buddha, ya? Kau pasti merasa tak nyaman. Mari kita
ganti topik.” Ucap Dokter Yong. Dokter Do setuju agar mereka menghentikan saja.
Dokter Jang masih saja tertunduk sedih.
Dokter
Ahn sibuk membaca bukunya, Dokter Yong masuk heran melihat temanya yang belum
tidur. Dokter Ahn menjaab Belajar ventrikulostomi. Dokter Yong pikir Ventrikulostomi sudah sering melakukannya,
Dokter Ahn memberitahu kalau akan menjadi dokter utama saat ada pasien IVH
lagi.
“Apa? Kau
belum pernah jadi dokter utama? Dokter Chae sungguh keterlaluan Aku melakukannya
saat residen tahun kedua. Jadi Semangat! Kau mungkin akan dimarahi habis-habisan.
Walau begitu, semangat!” ucap Dokter Yong. Dokter Ahn menganguk
“Dokter
Chae Song-hwa... memaklumi satu kali kesalahan, tetapi kesalahan kedua... Meski
begitu, semangat!” ucap Dokter Yong. Dokter Ahn pun mengucapkanTerima kasih.
“Aku juga
semangat!”kata Dokter Yong yang lelah lalu pergi ke tempat tidur. Sementara
Dokter Ahn langsung merendahkan lampunya agar Dokter Yong bisa tidur.
Dokter Do
terlihat menganguk keluar dari ruangan operasi dan langsung mencuci wajahnya.
Saat itu dokter datang menyindir Kenapa tak sekalian mandi. Dokter Do kaget
melihat Dokter Cheon Myeong-taek dan langsung meminta maaf.
“Apa Ada
operasi?” tanya Dokter Chae. Dokter Do membenarkan kalau operasi cacat septum
ventrikel oleh Dokter Kim Jun-wan.
“Kalian
seperti satu pasang.” Ucap Dokter Chae. Dokter Do membenarkan kalau Jun Wan
sangat menyayanginya.
“Dia
sering memujimu.” Kata Dokter Chae. Dokter Do merasa itu Tidak mungkin tapi akhirnya mengucapkan Terima
kasih.
Dokter
Chae pun menyuruh pergi. Dokter Do mengerti lalu bergumam seperti tak percaya
kalau Jun Won yang tidak memaki.
Jun Wan
memberitahu keluarga pasien kalau Pertama, mereka akan menyumbat lubang di
dinding antara bilik kiri dan kanan. Lalu Jika kebocoran katup mitral masih
parah meski septum ventrikel sudah disumbat, akan mereka perbaiki.
“Perkiraan
waktu operasi sekitar lima jam. Jadi Tidak perlu khawatir.” Kata Jun Wan.
“Baik,
Dokter. Mohon bantuanmu... Terima kasih.” Kata Keluarga pasien. Jun Wan pun
pamit pergi masuk ke RUANG OPERASI
Dokter
Ahn sedang melakukan operasi, dua orang perawat diluar berkomentarKapten Ahn
pasti dimarahi habis-habisan hari ini karena Jika kampuh korona tak terlihat, pasti
sulit mencari titik Kocher. Temanya menyuruh si dokter masuk saja karena teman
seangkatan.
“Aku tak
sanggup karena gugup. Lebih mendebarkan daripada operasi pertamaku.” Ucap si
dokter.
“Apa Kampuh
korona terlihat?” tanya Song Hwa disampingnya.Dokter An menjawab akan mencoba
lagi.
“Mungkin
tak terlihat karena darah. Cari sambil dilap dengan kasa.” Kata Song Hwa.
Dokter Ahn pun meminta Forsep, kakinya terlihat lemah.
“Berikan
bone wax.” Ucap Song Hwa lalu menyuruh agar Dokter Ahn Cobalah kontrol
pendarahan dengan bone wax
“Pendarahan
berat bisa terjadi saat melebarkan tulang.Jadi Hati-hati.” Ucap Song Hwa.
Dokter Ahn mengerti.
“Kuret.
Lalu Miringkan sedikit... Tidak. Lebih tegak sedikit.” kata Song Hwa. Dokter
Ahn pun mengikutinya.
“Kerja
bagus... Kurasa sisi kiri dan kanannya salah. Hari ini sampai sini saja. Coba
cabut lagi.” Ucap Sang Hwa. Dokter Ahn mengerti.
“Kateter
harus tegak lurus saat masuk. Kau harus lihat kantus bagian dalam, tetapi belum
terbiasa.” Jelas Song Hwa dan akhirnya darah pun keluar. Dokter Ahn meminta
maaf sambil menganguk mengerti
“Ini
kesalahan umum. Lain kali harus lebih baik... Minta forsep bayonet.lalu Minta
Pisau 15.” Ucap Song Hwa melanjutkan operasi Dokter Ahn.
Sementara
Jun Wan seperti sedang menjahit mengeluh karena Terpotong lagi dan bertanya Ini
sudah berapa kali. Dokter Do piki Katupnya terlalu tipis. Jung Won pun meminta
agar memberikan jarum yang lebih kecil lalu melihat sudah lebih dari 7 jam
operasi.
“Sayang,
sudah sembilan jam lebih. Tadi dia bilang lima jam, 'kan? Operasinya... pasti
berhasil, 'kan?” kata sang istri gugup di ruang tunggu dengan suaminya.
“Baiklah.
Kita masuk bersama.” Kata Jun Wan bersiap didepan ruang konsultasi. Dokter Do
pun setuju.
Jun Wan
memberitahu kalau Operasi memakan waktu lebih lama Bahkan mau memotong
tangannya. Keduanya kaget dan bingung. Jun wan memberitahu Setelah menyumbat cacat septum ventrikel,
kebocoran katup mitral parah, lalu mereka coba perbaiki.
“Namun, pendarahan
makin parah sebab sel terlalu lemah dan terus robek.” Jelas Jun Wan.
“Benar.
Namun, akhirnya operasi berjalan lancar.” Kata Dokter Do menyela. Keduanya
langsung terharu dan mengucapkan Terima kasih.
“Chang-mo
tidak apa, 'kan?” tanya orang tua pasien. Dokter Do mengaku Awalnya sulit
karena banyak pendarahan, tetapi berakhir baik.
“Lalu kapan
kami bisa bertemu Chang-mo?” tanya Orang tua Chang Mo
“Kebocoran
sudah jauh berkurang, dan kini bayi dalam kondisi stabil. Seperti kukatakan
sebelumnya, dia akan istirahat total selama tiga hari.” Kata Jun Wan.
“Kalian
bisa segera menemuinya di Unit Perawatan Intensif Pediatri. Tak perlu khawatir,
Bu.” Kata Dokter Do menyela.
“Sayang,
kita bisa menemuinya... Terima kasih banyak.” Ucap Orang Tua Chang Mo bahagia.Jun
Wan mencoba menahan emosinya.
Di ruang
ganti, Dokter Do mengeluh kalau Cara bicaranya Jun Wan seperti prosa, karena
Mestinya meberi tahu hasil operasi dahulu. Berhasil atau tidak. Jun Wan
menegaskan Dokter wajib memberi tahu segala hal yang terjadi di Ruang Operasi
kepada wali, dari awal sampai akhir dengan tenang.
“Kalau
kau terus bicara begitu, semua wali bisa kena serangan jantung. Astaga! Kau
sungguh tak paham perasaan orang lain. Aku tak minta kau berkata manis.
Maksudku, tenangkan wali dahulu sebelum bicara fakta.” Ucap Dokter Do kesal.
“Hei,
saat umur lima tahun saja aku tak dimarahi begitu.” Keluh Jun Wan kesal diomeli
juniornya.
“Benar,
Kim Jun-wan... Kau harus ubah cara bicaramu... Bagus, Dokter Do Jae-hak.”
Komentar Jung Won masuk ruangan. Dokter Do melihat seniornya langsung
membungkuk menyapanya.
“Bicara
santai saja, Dokter.” Kata Dokter Do. Jun Wan heran melihat temana tak pulang
karena harusnya Cepat pulang kalau sudah mandi
“Tadi siang
ada bayi yang operasi ileus, dan mengalami banyak pendarahan. Tampaknya malam
ini, aku harus mengawasi tanda vitalnya.” Ucap Jung Won memakai kaos kakinya.
“Kau memang
sesuai julukanmu, Buddha.” Puji Dokter Do.
Jun Wan pikir Harusnya sejak awal operasi yang rapi.
“Astaga,
sesuai rumor... kau memang temannya Buddha.” Kata Doktr Do. Jung Won
memberitahu kalau ia Katolik.
“Ini
Sudah kuduga! Istriku juga penganut Katolik kuat. Para penganut Katolik memang
baik hati, juga tampan dan cantik.” Komenter Dokter Do. Jung Won langsung
mengucapkan Terima kasih.
“Ahh...
Hampir lupa! Di departemenmu, Apa ada dokter spesialis bernama Cheon
Myeong-taek?” tanya Jung Won.
“Ya.
Kenapa?” tanya Jun Wan. Jung Won memberitahu Ada surat kaleng masalah suap
pabrik obat.
“Dia
dapat keanggotaan golf, dan makan gratis di restoran mewah setelah bayar di
muka. Kudengar hampir semua dokter torakoplastik melakukannya. Hei, kau tak
ikut, 'kan?” tanya Jung Won.
Sementara
Jun Wan sibuk dengan ponselnya terilihat sangat bahagia karena Ik Sun
mengirimkan pesan. Dokter Do yang melihat seperti panik takut Jun Wan ikut
dengan Dokter Chae.
**
Bersambung ke Part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar