PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dokter
Chae mengaku Adiknya pemilik arena golf jadi Wajar sering ke sana dan ingin
tahu siapa yang melapor. Dokter Ju pikir Dokter Chae tak perlu tahu masalah itu
dan mendengar kalau ia main dengan kartu kredit perusahaan XG&YU.
“Pegawai
di sana salah menempatkan kartu. Dia agak bingung karena kami sering main
bersama. Dia pun mengirim pesan maaf kepadaku lebih dari sepuluh kali hari
ini.” Ucap Dokter Chae.
“Pak Kepala,
kau membuatku tampak menyedihkan. Harga golf di sana tidak seberapa.” Ucap
Dokter Chae santai
“kau
bilang "Tidak seberapa"? Aku dengar harga keanggotaan golf itu 200
juta?” ucap Dokter Ju
“Pemilik
arena golf itu adikku, dan aku anggota di sana. Sungguh aku tidak
melakukannya.. Dokter Kim Jun-wan suka mengadu. Dia selalu berlebihan. Sekarang
dia mengada-ada. Sulit dipercaya.” Keluh Dokter Chae.
KANTOR
MEDIS 3, BEDAH SARAF
Dokter
Ahn terus menghela nafas. Dokter Yong masuk mengeluh agar Berhentilah mengeluh
karena bisa melubangi lantai. Dokter Ahn mengaku sungguh malu.Dokter Yong
memberitahu Saat Seon-bin kali pertama menjadi dokter utama
“Dia
angkat tangan lebih dahulu dan bilang, "Aku tak sanggup. Aku bisa membunuh
pasien ini." Ayo keluar! Kita minum bersama.” Ucap Dokter Yong
“Aku piket
malam hari ini. Tidak bisa... Astaga. Aku juga sangat ingin minum, tetapi apa
daya? Hari ini piket malam.” Ucap Dokter Ahn sedih.
Jung Won
masuk ruangan melihat Jun Wan Belum pulang. Jun Wan ingin tahu bayinya
bagaimana. Jung Wan mengaku Sekarang baik-baik saj tapi Dini hari nanti akan
kuperiksa lagi lalu bersiap-siap untuk tidur sambil memastikan sesuatu pada
temanya.
“Kau tak
ke arena golf bersama Dokter Cheon?” tanya Jung Won. Jun Wan mengaku pergi
sekali. Jung Wo melonggo kaget mendengarnya.
“Lapangan
golf di sana sangat bagus. Bola bisa masuk sendiri.” Kata Jun Wan santai
“Astaga.
Urusan bisa jadi pelik.”keluh Jung Won. Jun Wan mengaku Tidak akan pelik karena membayar sendiri.
“Bagaimana
bisa? Kalian main dengan kartu kredit dan keanggotaan XG&YU, 'kan?” kata
Jung Won.
“Saat
main aku merasakan hal aneh. Konon Cheon Myeong-taek kaya. Jadi, kupikir kami
memakai keanggotaannya. Namun, aku merasa ganjil ketika bayar usai bermain.”
Cerita Jun Wan.
“Lalu aku
kembali lagi, dan bertanya kepada petugas, apa kami pakai kartu kredit
perusahaannya. Lalu Petugas mengiakan jadi Kubayar tagihanku dan pergi.” jelas
Jun Wan. Jung Won ingin tahu Berapa
“Keanggotaan
termahal di sana 200 juta won. Biasanya berlaku 20 tahun, 20 kali 365 jadi
7.300. Dua ratus juta dibagi 7.300, berarti sehari 27.397 won. Dibulatkan
menjadi 28.000 won. Tambah biaya sewa lapangan 150.000 won.” Jelas Jun Wan
“Biaya
mobil 20.000 won per orang. Lalu biaya kedi 30.000 won per orang. Total aku bayar
228.000 won.” Kata Jun Wan dengan cepat. Jung Won hanya bisa melonggo
mendenagrnya.
“Kenapa?
Meski begini, aku juara dua IPA di sekolah.” Kata Jun Wan pun bersyukur
“Aku
khawatir kau tergila-gila golf dan bergaul dengan mereka tanpa pikir panjang.”
Kata Jung Won
“Jung-won...
Sekarang ini... aku tak peduli golf sama sekali. Aku pergi.” ucap Jun Wan
tersenyum bahagia lalu keluar dari ruangan.
Di luar,
Dokter Do sudah menunggu. Jun Wan kaget melihatnya. Dokter Do langsung
memastikankalau Jun Wan itu juga ke sana dan pekan lalu Jun Wan ikut golf. Jung
Won kesal kalau Itu kehidupan pribadinya dan Dokter Do itu bawel sekali
bertanya.
“Wah..
Menjengkelkan sekali... Hei! Belakangan ini, kau lancang sekali. Cukup. Urus
urusanmu sendiri.” Ucap Jun Wan marah
“Maka
dari itu, apa yang kau lakukan pekan lalu? Apa yang Kau lakukan pekan lalu?”
tanya Dokter Do penasaran
“Aku
makan jajangmyeon.” Akui Jun Wan. Dokter Do melongo mendengarnya.
“Aku
makan buljajangmyeon.Apa itu sudah Cukup?” tegas Jun Wan. Dokter Do pikir itu Bagus.
Flash Back
Didepan
pintu restoran tertulis [MENU TERBAIK: BULJAJANGMYEON - MENU BARU:
BULJAJANGMYEON NUKLIR] Jun wan dan Ik Sun berdiri didepany melihat menu makanan
restoran
“Nama kedai
ini selalu tampak ambisius setiap kulihat.Apa Teman-temanmu tidak protes?”
tanya Jun Wan.
“Komandan
pun pelanggan setia kedai ini.” Kata Ik Sun. Keduanya pun masuk ke dalam
restoran.
Semanguk
jajangmyung berwarna dibawakan pelayan. Ik Sun memberitahu kalau Pedasnya satu
level di bawah pekan lalu. Jun Wan menatap mienya ebrtanya Ini level berapa. Ik
Sun menjawab Empat dan Pekan lalu level
lima.
“Apa Kau
baik-baik saja pekan lalu?” tanya Ik Sun. Jun Wan mengakunyaris masuk IGD.
“Aku kuat
makan pedas, tetapi pekan lalu tidak mudah. Ini juga tampak pedas.
Buljajangmyeon ini harus dijadikan senjata rahasia angkatan darat Korea.” Kata
Jun Wan.
“Hati-hati
bicara. Kita di depan markas.” Kata Ik Sun panik. Jun wan pikir tak khawatir
karena Pacarnya seorang mayor.
“Orang di
atasmu pasti tak banyak.” Kata Jun Wan yakin. Ik Sun mengaku Sangat banyak
kalau Atasanya tersebar di mana-mana.
“Letnan
Jenderal, Jenderal, semacam itu?” ucap Jun Wan. Ik Sun hanya bisa melonggo
berpikir Jun Wan dapat dispensasi wajib militer
“Mana
mungkin ada bintang tiga di markas kami? Pantas kau dapat gelar spesialis lebih
dahulu daripada kakakku.” Kata Ik Sun
“Benar.
Aku dapat dispensasi. Apa Kau mau dengar cerita masa laluku yang sangat
panjang?” kata Jun Wan lalu memberikan mangkuk jajangmyun yang sudah aduk.
“Tidak
perlu. Pasti kau punya alasan. Omong-omong, kau mengadukkan jajangmyeon untukku?”
kata Ik Sun. Jun Wan menganguk.
“Aku
sungguh terharu.” Ucap Ik Sun. Jun wan merasa kalau ini Hanya hal kecil.
“Apa Kau
melakukannya untuk kakakku atau Jung-won juga?” kata Ik Sun. Jun Wan pikir Ik
Sun sudah gila memikirkan hal itu.
“Aku
sibuk makan. Tak ada gunanya mengadukkan untuk mereka. Kepada ibu saja tidak.
Aku... hanya melakukannya untukmu.” Ucap Jung Wan langsung tertunduk malu. Ik
Sun pun ikut tersipu malu, keduanya tertunduk sambil makan dan Ik Sun
memberikan lobak pada pacarnya.
PUSAT
MEDIS YULJE
Dokter
melihat Dokter Jang datang terburu-buru berpikir dapat panggilan darurat.
Dokter Jang mengaku tidak tapi sudah terlambat. Dokter Lain pikir Masih banyak
waktu sebelum menengok pasien.Dokter Jang mengaku Terlambat sarapan karena selalu
sarapan di kantin.
“Dokter
Jang Gyeo-ul.. Apa? Sudah musim gugur lagi? Luar biasa! Jadi ini sudah musim
gugur?” ucap Dokter Do menyapa
“Ya, 'kan?
Aku pun mengeluarkan mantel setelah lihat Dokter Jang Gyeo-ul.” Kata Dokter
lainya. Dokter Jang tak mengerti maksud keduanya.
“Bila
Dokter Jang Gyeo-ul pakai jaket jins, berarti musim gugur.Kalau kau Pakai kaus
katun putih berarti musim panas. Seluruh karyawan rumah sakit tahu perjalanan
waktu berkatmu.” Ucap si dokter
“Berarti
aku kalender berjalan?” kata Dokter Jang. Dokter menganguk mengerti.
“Ayo,
Dokter Jang Gyeo-ul! Aku traktir karena sudah memberi tahu datangnya musim
gugur.” Ucap Dokter Do. Dokter Jang tak percaya dokter Dok akan mentraktirnya
sarapan.
“Ya.
Dokter Kim Jun-wan memberi kartu kreditnya kepadaku. Dia berikan kemarin, belum
kukembalikan. Belakangan ini, dia selalu tampak begitu bahagia. Dia pasti tidak
sadar kartu kreditnya hilang.” Kata Dokter Do. Dokter Jang bergegas mengajak
mereka semua pergi.
Dokter
Ahn memberitahu Pasien pria, 29 tahun. Menurut hasil MRI, diduga mengalami astrositoma
dengan Ukuran tumor sekitar tujuh cm di hemisfer dominan. Lalu Rencana sore ini
akan pindai CT dan kateterisasi otak transfemoral.
“Dokter,
operasinya tidak sulit, 'kan? Konon operasi dalam kondisi sadar adalah operasi
sulit. Semua khawatir.” Ucap ibu Pasien.
“Operasi
otak tidak ada yang mudah. Operasi dalam kondisi sadar memang sulit. Seperti
dijelaskan sebelumnya, dalam kasus Kim Hyeon-su, tumor menyerap ke jaringan
otak normal dan batasnya tampak tidak jelas. Operasi dalam kondisi sadar mungkin
membantu.” Jelas Song Hwa.
“Menurut
pengalaman, bagian-bagian otaknya yang memiliki fungsi penting, kemungkinan
besar terkena dampak tumor. Kami akan membangunkan pasien untuk sesaat dan
mengangkat tumor sembari memeriksa gejala neurologis.” Ucap Song Hwa
“Menurutku,
hal terpenting adalah mengurangi efek samping neurologis karena pasien masih
muda.” Jelas Song Hwa.
“Lalu
durasi operasi berapa lama?” tanya ibu Pasien. Song Hwa pikir Durasi operasi
berbeda setiap kasus, tetapi diperkirakan tujuh hingga delapan jam.
“Waktu
pasien sadar pun bisa berbeda, tetapi biasanya 30 menit sampai satu jam. Kuupayakan
cepat memahami fungsi otak sekitar tumor dan mengurangi waktu sadar pasien
semaksimal mungkin karena adakalanya pasien mengalami trauma.” Jelas Song Hwa.
Sang ibu menganguk mengerti. “Masih ada satu hari sebelum operasi. Beri tahu saja
jika kau takut atau cemas. Kondisimu paling penting.” Ucap Song Hwa pada
pasien.
“Aku
tidak peduli... Aku akan ikuti perintahmu.” Kata Hyun Sun seperti pasrah
menatap ke arah jendela.
“Hyun-su,
kau pasti bisa bekerja lagi setelah operasi. Jangan lesu begitu.” Kata
ibunya.
“Mana
mungkin aku bekerja lagi? Jangan mengomong kosong, Bu.” Kata Hyun Su seperti
hilang harapan.
“Kenapa
tidak? Kau pasti bisa mulai kembali. Kudengar kau polisi. Menjadi polisi tak
mudah. Kau sudah berhasil lulus tes itu. Jangan lesu begini. Hyun-su, kau bisa
mengatasinya.”kata Song Hwa. Dokter Ahn terdiam mendengarnya.
“Dokter,
aku tidak peduli dia bisa menjadi polisi lagi atau tidak. Kumohon selamatkan
saja putraku.” Kata Ibu Hyun Su. Song Hwa menganguk kalau akan berusaha
maksimal.
Ik Jun
melihat laporan pasien dan bertanya Kenapa hasil tes lever Sin Mi-jin? Dengan Nilai
ALT lebih dari 300 bahkan Bilirubin pun lebih dari sepuluh dan Reaksi
penolakannya rendah jadi ingin tahu Kenapa tiba-tiba melonjak.
“Tadi
kami bertemu di lorong. Nanti kuceritakan.” Kata perawat gugup. Akhirnya seorang
ibu datang dengan wajah lesu.
“Kondisiku...
tidak terlalu buruk. Tidak apa.” Kata sang ibu terlihat wajah menguning
“Tidak
mungkin. Dari hasil tes, kau harus dirawat dan mulai tes, serta pengobatan. Ini
bahaya. Apa kau rajin minum obat? Menurutku, kau jarang mengonsumsinya. Tampaknya
kau sudah lama tidak minum obat.” Ucap Ik Jun.
“Apa ada
masalah? Jika tidak rajin minum obat, levermu bisa hancur dan harus
transplantasi ulang. Levermu tidak berfungsi, jadi Kau harus dirawat.” Jelas Ik
Jun.
“Tidak...
Aku tak mau dirawat. Aku hanya mau mati, Dokter.” Kata Nyonya Sin.
“Jangan
bilang begitu! Aku sudah susah payah mengoperasimu... Kau Jangan bicara begitu.
Kau harus dirawat hari ini, pindai CT, dan tes biopsi sambil lihat sonografi, serta
pengobatan reaksi penolakan.” Ucap Ik Jun
Dokter
Jang memberitahu Usianya sembilan tahun, mengeluhkan sakit perut kanan bawah
lalu Menurut hasil CT, diduga apendisitis. Kini dia demam dan tingkat
peradangan tinggi. Jung Won memeriksa Sejak kapan terasa sakit. Orang tua
menjawab Kemarin malam.
“Astaga.
Coba aku periksa sebentar.” Ucap Jung Won lalu si anak berteriak kesakitan
“Biar aku
yang bicara kepada wali. Dokter Jang Gyeo-ul, tolong hubungi Anestesiologi.”
Kata Jung Won setelah bicara didepan ruangan receptionist.
“Selamat
siang, Dokter... Dokter Ahn... Lain kali traktir aku menonton film.” Ucap
Dokter Bae. Perawat dan Dokter Jang kaget mendengarnya.
“Baik.
Kita menonton jika ada waktu.” Kata Jung Won lalu pamit pergi.
“Kau
bilang "Lain kali"? Apa Kalian pernah bertemu berdua?” tanya perawat
saat Dokter Bae mendekat.
“Ya. Kami
makan malam bersama pekan lalu.” Ucap Dokter Bae bangga. Dokter Jang memasang
kupingnya.
“Berdua
saja? Di luar?” tanya Perawat. Dokter Bae membenarkan kalau Berdua saja di luar
dan Pakai baju kasual, bukan dengan jas dokter.
“Apa
Dokter Ahn Jung-won mengajak lebih dahulu?” tanya Perawat. Dokter Bae menjawab
kalau ia yang mengajaknya.
“Aku
minta traktir makan malam.” Ucap Dokter Bae. Perawat tahu Dokter Ahn Jung-won memang sering mentraktir.
“Para
perawat pun sering makan bersama dengannya. Kupikir berbeda.” Ucap perawat.
Dokter Bae menegaskan kalau mereka hanya berdua.
“Entah
berdua atau berdua puluh, dia pasti mentraktir kalau kita minta. Dokter Bae
Jun-hui, aku bahkan pernah nonton film bersama Dokter Ahn Jung-won. Serius... Astaga.
Aku nyaris salah paham!” ucap perawat. Dokter Jung hanya bisa terdiam
mendengarnya.
Di
ruangan
Jun Wan
dengan wajah bahagai mengirimkan pesan pada Ik Sun “Aku juga kangen.” Ik Sun
mebalas “Aku punya fotomu. Tinggal lihat itu saja.” Jun Wan mengeluh kalau
tidak punya jadi meminta agar mengirimkan satu yaiu Foto terbaiknya.
Ik Sun
mengirimkan foto, Jun Wan melihatnya dan langsung tertawa bahagia, karena Ik
Sun mengirimkan pesan yang wajahnya dicoreng moreng. Ik Sun tak terlihat cantik
tapi Jung Won terihat bahagia.
Saat itu
lampu diruanganya mati, Jun Wan kaget dan lampunya tiba-tiba bergantian menyala
dan mati. Ternyata Jung Won sedang memainkan saklar sambil mengeluh ingin tah
Siapa sebenarnya, Siapa wanita itu
sampai Jun Wan tidak fokus.
“Ini
ibuku... Ayo pulang! Aku lapar.” Kata Jun Wan langsung memasukan ponselnya.
“Aku
ganti baju dahulu... Tunggu sebentar.” Kata Jung Won membuka jas dokternya.
“Jung-won,
kau sudah suruh mereka turun ke basemen, 'kan? Kita pergi bersama dengan
mobilku.” Kata Jun Wan
“Kau
saja! Kenapa harus selalu aku?” keluh Jung Won kesal. Jun Wan pikr Karena sudah
pasti Jung Won melakukan.
“Ayo!
Katanya mereka sudah turun.” Kata Jun Wan.
Jung Won pun tak menolaknya.
Song Hwa
keluar menunggu diparkiran, tiba-tiba ada yang mencoleknya disampingnya. Ik
Jung sudah berdiri disampingnya. Song Hwa mengeluh dengan tingkah temanya
karena mengira sedang di drama <i>Reply 1988 menurutnya Guyonannya itu
kuno sekali.
“Lantas
kau? Apa Drama Seoul Claypot” ejek Ik Jun lalu melihat Song Hwa sibuk dengan
earphonenya.
“Apa Mau
kubelikan yang nirkabel?” tanya Ik Jun. Song Hwa mengaku Ini lebih nyaman.
“Lagu
keluar begitu kucolok dan tak perlu koneksi bluetooth.” Ucap Song Hwa. Ik Jun
tak percaya kalau Lagu langsung keluar begitu dicolok
“Hei,
pinjam sebentar. Aku juga ingin coba.” Kata Ik Jun dan tiba-tiba da yang
mencolek tapi tak ada orang dibelakangnya.
Suk Hyung
datang sembunyi dengan berjongkok. Ik Jun ingin mengerjainya dengan mendudukinya.
Tapi Suk Hyung tiba-tiba berdiri karena melihat Jun-wan ganti mobil, Ik Jun pun
terjatuh dan Song Hwa tak percaya ingin melihat mobil Jun Wan yang baru.
Ik Jun
tak percaya dan bertanya-tanya kapan Jun Wan mengantinya. Jung Won duduk didepan
mengajak mereka agar segera naik. Song Hwa mengejek Jun Wan itu pamer mobil
sekarang. Jung Wo mengeluh kalau temanya itu terlalu tua untuk pamer.
“Song-hwa,
duduk di depan.” Ucap Jung Won. Song Hwa pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku Lapar
sekali! Kau sudah pesan, 'kan?” kata Ik Jun. Jung Won menganguk pindah dudk
kebelakang.
“Tiga
daging babi, tiga daging bebek?” kata Ik Jun. Jung Won membenarkan dengan wajah
bahagia mengajak mereka pergi
Song Hwa
sibuk dengan ponselnya, Jun Wan bertanya apakah Song Hwa mau dengar lagu. Song Hwa membenarkan kalau
mereka harus dengar lagu yang akan
dimainkan pekan ini. Suk Hyung mengaku mencium
wangi enak di mobil ini jadi rasa parfum wanita.
“Kau tahu
dia punya pacar. Aku yakin seratus persen itu parfumnya. Dia tak pernah lepas
dari ponsel.” Kata Jung Won. Jun Wan menyangkal.
“Ini
campuran wangi parfum dan wangi alam, sekitar 5,5 banding 4,5. Kurasa kali ini
pacarnya tidak tinggal di kota. Dia bekerja di alam terbuka, atau pekerjaannya
banyak berkeringat.” Kata Ik Jun menghirupnya. Jun Wan mulai panik. Song Hwa
tak percaya mendengarnya.
“Ya, di
Provinsi Gangwon, atau perdesaan.” Kata Ik Jun. Jun Wan mkain panik. Song Hwa
pikir Ik Jun anjing pelacak
“Aku
hanya asal bicara, tetapi Apa kalian lihat ekspresinya? Salah satu tebakanku
pasti benar.” Ucap Ik Jun
“Song-hwa,
bisa tolong nyalakan musik?” kata Jun Wan mencoba menutupi rasa panknya.
“Aku juga
ingin begitu, tetapi koneksi bluetooth< selalu gagal. Apa Kau sudah coba?”
kata SongHwa.
“Musik
apanya? Hei! Kim Jun-wan! Siapa dia?” ucap Jung Won penasaran.
“Tentu.
Aku sering telepon dan mendengarkan musik!” kata Jun Wan tak mengubrisnya.
“Apa Kau
kencan buta?” tanya Suk Hyung. Jun Wan mengaku tidak kencan buta!
“Ini
Gagal. Astaga! Sepertinya gagal karena terhubung dengan ponselmu.” Keluh Song
Hwa kesal
“Kim
Jun-wan, pa aku kenal dia? Hei! Aku tanya apa kami kenal dia?” tanya Ik Jun.
Jun Wan hanya diam saja.
“Hei..
Kawan! Apa Dia karyawan rumah sakit atau teman seangkatan? Song-hwa, kecilkan
volume.” Pinta Ik Jun.
“Tidak.
Jangan kecilkan. Tolong kencangkan. Kumohon.” Kata Jun Wan. Sementara Song Hwa
kesal karena koneksi bluetooth selalu
gagal
Saat itu
terlihat nama [SAYANGKU BIDULGI] dilayar,
Song Hwa dengan santai memberitahu Jun-wan kalau Ada telepon dari Bidulgi.
Jun Wan panik ingin menekanya, Tapi Song Hwa menyuruh Jun Wan agar menyetir
karena bisa membunuhnya kalau bicara di telp.
“Sayang...
Jung-won, tolong ambilkan ponselku di dalam tas.. Tidak. Ambil, lalu tolak. “ kata Jun Wan.
“Begitu?
Ponselmu ada di sini?”kata Jung Won mengoda. Ik Jun meminta agar segera
mengambil ponsel. Jun Wan makin panik meminta agar jangan mengambilnya.
Ik Jun
sibuk mencoba berlatih agar suaranya sama seperti Jun Wan. Suk Hyung melihat mereka sudah sampai dan
Banyak parkir kosong hari ini. Sementara Jung Won sibuk mencari ponsel Jun Wan
di tasnya. Suk Hyung pun mengangkat telp dari ibunya.
“Aku
hendak makan malam bersama teman-teman, dan ternyata Jun-wan punya pacar.
Namanya Bidulgi, seperti "burung merpati." Bi itu nama marga yang
unik, 'kan? Bi seperti
"Hujan"?” cerita Suk Hyung yang sangat terbuka pada temanya.
Jung Won akhirnya berhasil menemukan telp Jun Won. Ik Jun langsung mengangkatnya. Jun Wan turun dari mobil mengendor pintu agar membuanya tapi Ik Jun sibuk berbicara di telp. Mengaku teman Kim Jun-wan, Lee Ik-jun dan Jun-wan sedang tidak bisa menerima telepon.
“Mohon
maaf, tolong sebutkan namamu. Nanti akan kusampaikan kepada...Tadinya begitu,
tetapi dia merebut ponsel.” Kata Ik Jun karena Jun Wan berhasil membuka pintu
dan mengambil ponselnya.
Jun Wan
sibuk menelp Ik Sun didepan restoran, wajahnya terlihat panik. Song hwa masuk
ke dalam restoran mengaku Lapar sekali lalu bertanya pada Jung waon apakah ada
nurungji. Jung wan memberitahu kalau Kini mereka jual nurungji dan sujebi
perilla.
“Jun-wan,
kami masuk dahulu... Astaga, cuaca mulai dingin. Sekarang dingin setiap malam.”
Ucap Suk Hyung berjalan masuk
“Sudah
musim gugur. Cuaca mulai dingin. Kenapa aku jadi rindu adikku? Padahal seumur
hidup tak pernah begitu.” Kata Ik Jun.
Di dalam
restoran. Jun Wan berkomentar Menurutnya lebih baik bilang. Suk Hyung terlihat
tak yakin mengaku sangat bingung. Jun Wan kesal Kenapa harus bingung karena
Tentu harus bilang pada ibunya dan Jangan membohongi ibunya.
“Beri
tahu apa yang orang tahu, dan biarkan dia bercerai, lalu hidup nyaman.” Kata
Jun Wan
“Apa Kau
dan Song-hwa kerasukan setan kelaparan sembilan tahun” tanya Ik Jun
“Ini
karena tiga kakak lelakiku.” Ucap Song Hwa. Sementara Jun Wan mengaku memang
dirasuki lalu meminta Jung Won mengambilkan air. Jung Won pun lansung
mengambilnya.
“Aku
ingin beri tahu dia, hilangkan perasaan yang tersisa, meski kurasa sudah tiada
lagi rasa itu. Namun, wanita itu kini hamil. Kurasa lebih baik untuk memintanya
cerai agar ibuku hidup tenang.” Jelas Suk Hyung bingung.
“Namun,
di sisi lain, mereka sudah tiada hubungan. Bagaimana jika ibuku tambah sakit
setelah aku bilang? Aku tak mau itu terjadi.” Kata Suk Hyung khawatir
“Meski
begitu, lebih baik bilang.” Kata Ik Jun. Jung Won setuju dan ingin tahu
pendapat Jun Wan. Jun Wan kesal kalau Tentu harus bilang.
“Jadi Aku
harus bagaimana?” kata Suk Hyung bingung. Jun Wan makin kesal menyuruh agar Suk
Hyung bilang pada ibunya.
“Song-hwa,
menurutmu bagaimana?” tanya Jung Won. Song Hwa pikir juga lebih baik bilang.
Suk Hyung seperti sedikit percaya
“Ya.
Tidak baik membohonginya. Coba bicarakan dengan baik. Hibur dia juga sebelum
dan sesudah.” Kata Song Hwa. Suk Hyung langsung setuju akan memberitahu.
“Dasar Berengsek!
Kau tak dengar ucapan kami selama sepuluh menit. Kalau begini caranya, lebih
baik kau tanya Song-hwa saja sambil minum teh bersama. Kita hanya umpan.” Ucap
Jun Wan kesal
“Pemilik
restoran ingin memberi bonus jus kudzu yang dia petik sendiri. Apa ada yang
mau?” tanya Bibi. Semua langsung menunjuk tangan dengan serempak. Si bibi
meminta menunggu karena akan mengambilnya.
PUSAT
MEDIS YULJE
Song Hwa
memberikan teh memuji Suk Hyung sudah melakukan yang Bagus dan ingin tahu
keadaan Ibu Suk Hyung apakah baik-baik
saja, Suk Hyung menceritakan Reaksi ibunya tidak seburuk dugaannya bahkan Awalnya ibunya kaget dan terpaku selama
sepuluh menit.
“Aku
sempat cemas. Namun, kuhibur dia setelahnya. Ibu akan bercerai. Dia ingin
pindah ke luar negeri karena malu.” Ucap Suk Hyung
“Tak apa.
Kau sudah lewati bagian tersulit.” Kata Song Hwa mengelus bahu temanya.
“Sudah
kuduga kau ada di sini... Hei. Setidaknya keringkan dahulu rambutmu. Astaga.
Apa Kau tak sabar memberi tahu Song-hwa? Kau belum menemuinya, 'kan? Namun,
kurasa dia sudah beri tahu.” Kata Jun Wan masuk ruangan.
“Apa
maksudmu? Suk-hyung sedang cerita pembicaraan
dengan ibunya kemarin lancar. Kenapa? Ada masalah?” tanya Song Hwa.
“Ayah
Suk-hyung dirawat semalam. Di Kamar VIP Tiga rumah sakit kita.” Ucap Jun Won.
Song Hwa bertanya apakah ayah Suk Hyung itu sakit
“Tidak.
Hanya pura-pura. Kurasa dia dirawat untuk menghindar dari pengadilan. Dia tidak
menjadi pasienku. Tampaknya dia menghubungi Kepala Rumah Sakit langsung.” Kata
Jun Wan. Suk Hyung menghela nafas panjang lalu berdiri.
“Hei.
Nanti saja... Kita pergi bersama nanti.” kata Song Hwa menahan Suk Hyung pergi
dan menahan emosinya.
“Sudah
waktunya menemui pasien rawat jalan. Dan Jangan pernah kau tangani Presdir
Yang... Paham?” kata Suk Hyung. Jun Wan menganguk mengerti.
Ik Jun
berjalan dengan perawat memberitahu kalau Dia sudah minum obat pagi setelah
dibujuk Perawat Song Su-bin tapi Entah nanti malam dia mau, tidak tapi merasa
dia takkan mengonsumsinya. Ik Jun pikir Sebenci apa pun pada suaminya, pasienya
itu bisa rugi dua kali kalau kesehatannya menurun.
“Aku agak
paham perasaannya Meski suami yang menyumbangkan lever. Dia tetap saja
selingkuh. Dia pasti tidak ingin hidup dengan lever suaminya. Dia pasti benci
suami, lever, semuanya.” Ucap perawat
“Meski
begitu, dia harus tetap minum obat.” Kata Ik Jun lalu masuk ke ruangan.
Ik Jun
menyapa salah satu pasienya, bertanya
apakah Tidurnya nyenyak. S pasien mengaku tidurnya nyenyak setelah sekian lama.
Ik Jun senang memberitahu agar pasienya juga harus sering berolahraga bahkan setidaknya
jalan-jalan di lorong.
“Ya.
Kemarin aku sudah jalan sepuluh keliling. Aku bisa ikut Olimpiade... Tapi Dokter,
kau sudah menikah?” tanya si pasien. Ik Jun kaget mendengarnya.
“Kenapa?
Kau ingin menjodohkannya?” tanya Perawat Song. Si pasien membenarkan dengan
adik perempuanya.
“Aku ingin
menjodohkanmu dengan adikku.” Ucap Si pasien. Ik Jn mengaku sudah menikah dan
punya putra.
“Tentu
saja. Para wanita mustahil membiarkan pria baik sepertimu.”kata Si pasien.
“Tidak.
Aku terlambat menikah.” Akui Ik Jun. Si wanita pikir Beruntung sekali wanita yang menikahi Ik Jun
dan sedih juga mendengarnya karena Ik Jun sudah menikah.
“Dokter,
kau sungguh tipe idealku.” Kata si pasien. Ik Jun tersipu malu mengucapkan
Terima kasih.
“Padahal
suamimu ada di samping.” Kata Ik Jun. Si pasien memuji Ik Jun tampandan pasti
sangat pandai.
“Kau juga
ramah dan menyenangkan... Sungguh tipe idealku. Sayang sekali. Sedangkan
suamiku seperti beruang.” Kata Si pasien.
“Namun,
dia memiliki kesan baik. Tubuhnya pun kekar.” Kata Ik Jun melihat suami yang
membelakanginya.
“Untuk
hal itu, aku setuju. Dia pemilik toko emas di Ssangmun-dong bernama Toko Burung
Foniks.”ucap Si pasien. Ik Jun tak percaya mendengarnya.
“Ini Kuambilkan
saat kemari.” Ucap Si pria ternyata ayah Taek di reply 1988 memberikan emas berbentuk
kura-kura pada Ik Jun.
“Tidak.
Maaf, Pak. Aku harus pergi.” kata Ik Jun panik.
Ayah Taek mengaku Ini bukti ketulusannya.
“Aku
sangat berterima kasih dan ingin memberi segala yang kupunya. Putraku
mendapatkannya dari kompetisi.” Kata Ayah Taek
“Tak bisa
kuterima. Aku bisa kena masalah. Sungguh mohon maaf.” Ucap Ik Jun panik mencoba
kabur.
“Ini
ketulusanku... Aku sangat berterima kasih telah menyelamatkan istriku. Mohon
terima, Dokter.”kata Ayah Taek . Ik Jun bergegas pergi dan akan datang lagi
nanti.
“Sepertinya
dokter dilarang menerima itu.” Ucap ibu Taek. Ayah Taek pun tak bisa berbuat
apa-apa.
Bersambung ke part 3
Cek My Wattpad... ExGirlFriend
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar