PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 01 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 10 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Di malam hari, di dalam toko diberikan hiburan musik klasik, semua sangat menikmatinya termasuk Hye Won. Saat itu Jang Woo  berbisik kalau mereka luar biasa dengan bangga kalau Kota Hyecheon mendidik anak-anak yang sangat berbakat itu.
“Anak-anak yang sangat berbakat... Hei.. Dengarkan aku. Mereka belajar memainkan instrumen itu di sekolah.” Ucap Jang Woo penuh semangat. Pada Hye Won. Hyun Ji mengeluh pada Jang Woo  kalau berusaha fokus di sini.
“Tentu, aku juga berusaha fokus.” Ucap Jang Woo. Hyun Ji meminta agar Jang Woo untuk diam. Jang Woo menganguk mengerti.
“Apa Kalian menikmatinya?” tanya Ji Yeon menjadi pembaca acara. Smeua mengaku sangat menikmatiny.a
“Bisakah kau bermain untuk kami?” ucap Hyun Ji. Hye Won terlihat bingung.
“Kau juga pemain selo, bukan? Bermainlah untuk kami.” Kata Seung Ho. Hye Won menolanya.
“Kumohon, Hae Won. Aku ingin mendengarnya.” Kata Hyun Ji. Hye Won tak ingin melakukanya karena malu walaupn keduanya sudah memohon.
“Ji Yeon... Hye Won juga ingin bermain. Ayolah. Dia bermain selo.” Bisik Jang Woo. Hye Won meminta mereka agar diam dan meminta agar mengambaikan saja.
“Dia ingin bermain untuk kita, Hye Won pandai bermain selo..” Bisik Jang Woo. Hye won mengeluh meminta agar Ji Yeon mengabaikan ucapan Jang Woo. 


Eun Seob akhirnya pulang ke rumah dengan menaiki bus sendiri, kepalanya disandarkan ke jendela  seperti mengingat saat bersama dengan Hye Won.
Flash Back
Hye Won yang panik mencarinya sampai ke hutan lalu memegang wajahnya, tapi ia malah menatap Hye Won penuh amarah karena tak ingin masa lalunya diketahui oleh temanya. Ia pun mengingat yang dikatakan oleh pamannya.
“Beberapa orang ditakdirkan hidup sendirian dari lahir sampai mati. Aku juga. Sifat itu mengalir dalam darah kita. Dalam darah kita. Kita ditakdirkan hidup sendirian seumur hidup kita. Kita ditakdirkan seperti itu.”
Tapi Eun Seob mengingat saat Hye Won dengan senyuman sumringah melambaikan tangan padanya, lalu mereka berciuman untuk memastikan kembali cintanya. Hye Won mengaku kalau menatap Eun Seob berpikir kalau Eun Seob tiba-tiba menghilan.
Hye Won pun memeluk Eun Seob untuk mematahakan ucapan sang ayah. Eun Seob hanya diam saja kembali mengingat ucapan pamanya “Apakah menurutmu, kau berbeda?” dengan bus yang melaju kencang ke "Hyecheon, Gangneung"


Tuan Cha bertemu dengan Bibi Sim di cafe mengaku Perjalanan kereta itu membawaya dalam perjalanan menyusuri jalan kenangan karena Dahulu mereka sering naik kereta. Bibi Sim membenarkan kalau  Tuan Cha selalu menangis.
“Kau bilsang "Aku mencintaimu, Myeong Yeo. Maafkan aku, Myeong Yeo." Lalu Mengendus. Terisak dan menangis.” Ejek Bibi Sim
“Aku bersungguh-sungguh dengan semua ucapanku kepadamu.” Akui Tuan Cha. Bibi Sim tak percaya sambil terus membaca surat kontrak.
“Pasal ini.. Kau bisa Keluarkan ini, dan aku akan menandatangani kontraknya. Ucap Bibi Sim menunjuk pasal "Buku ini harus berdasarkan pengalaman pribadi"
“Aku tidak bisa mengeluarkannya. Itu menjadi aspek paling menarik.” Kata Tuan Cha.
“Tidak. Bagiku, ini tidak akan menarik sama sekali.” ucap Bibi Sim. Tuan Cha mengeluh Apa hak Bibi Sim yang  memutuskan ini
“Aku yang menentukan karena aku kepala redaksi.” Ucap Tuan Cha sedikit merasa memiliki kekuatan.
“Coba Dengar. Saat rumah mengalami kebakaran, orang-orang mungkin terhibur saat menontonnya, tapi itu mimpi buruk bagi mereka yang terkunci di dalam rumah. Kenapa kau tidak tahu? Aku tidak bisa menulis tentang mimpi buruk seperti itu.” Jelas Bibi Sim
“Kalau begitu, kenapa kamu tidak mencampurnya? Mencampur fiksi dengan nonfiksi. Siapa yang peduli? Aku tidak tahu bagian mana yang fiksi dan nonfiksi.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim memikirkanya.
“Aku tidak akan pernah bertanya bagian mana yang berdasarkan fakta dan bagian mana yang fiksi. Jadi semua Beres, kan? Aku butuh tanda tanganmu di sini.”ucap Tuan Cha memberikan kontrak baru. Bibi Sim tak percaya dengan yang dilakukan Tuan Cha.
“Aku tahu kau akan menyalahkanku, jadi, kubawakan versi alternatif. Kontrak ini menandakan apa yang baru saja kita bahas. Ini yang dilakukan kepala redaksi yang kompeten.” Ucap Tuan Cha bangga lalu merobeknya.
“ Itu yang baru saja kau keluarkan.” Kata bibi Sim. Tuan Cha terlihat bingung lalu mencoba memastikanya.
“Apa Kau percaya itu? Aku menipumu lagi.” Ucap Bibi Sim. Tuan Cha tak percaya Bibi Sim masih mengajaknya bercanda. 



Semua anggota club membereskan semua barang, Seung Ho mengaku kalau ini sangat menyenangkan. Hyun Ji pun mengakuinya walaupun dengan nada dingin. Tuan Bae mengaku  memang menjualnya murah. Tapi membuang banyak persediaan lama Jadi, semuanya bagus.
“Aku sudah memutuskan... Aku akan membuka toko pai dan akan menyebutnya Pai Kristal.” Kata Bibi Choi bahagia.
“Tapi harus kuakui, aku sangat terkesan dengan penampilan selo Hae Won.” Kata Tuan Bae. Semua pun menyetujuinya.
“Aku juga. Aku pernah melihat teman sekelasku bermain selo, tapi Hae Won jelas lebih hebat.” Kata Hyun Ji. Hwi menyetujuinya dengan wajah tertunduk lesu.
“Aku juga ingin mempelajari hal seperti itu, Kak Hae Won.”kata Seung Hoo. Hye Won dengan senang hati mendengarnya.
“Omong-omong, Paman Eun Seop belum datang.” Ucap Seung Hoo sedih. Bibi Choi berharap Eun Seob bersama mereka.
“Astaga, sudah kubilang dia tidak akan datang.” Ucap Hwi terlihat kesal. Jang Woo memberitahu Hwi kalau bajunya nanti terbakar yang duduk dekat perapian.
“Ini sudah larut. Kita semua harus pergi. Di sini terasa sepi tanpa dia.” Kata Tuan Bae.
“Kalian mau ke mana? Kita belum selesai.” Ucap Jang Woo akhirnya mengajak mereka berfoto bersama. Semua terlihat tak bisa foto dengan gaya yang bagus sampai akhirnya diulang beberapa kali. 


Hye Won menyuruh Jang Woo sebaiknya pergi karena bisa merapikan sisanya sendiri Jang Woo pikir Tidak apa-ap karena akan menyelesaikan ini dan juga Eun Seop berbicara tegas kepadanya jadi tidak bisa pergi begitu saja. Hye Won hanya bisa tersenyum.
“Hei, Hae Won.. Bagaimana kabarmu belakangan ini? Sepertinya, banyak yang kau pikirkan.” Kata Jang Woo. Hye Won membenarkan.
“Aku merasa sedikit frustrasi, tapi sekarang aku baik-baik saja.”ucap Hye Won.
“Tinggal di Seoul melelahkan, bukan? Aku juga sering merasa frustrasi. Aku merasa tidak bisa mencerna apa pun saat harus makan sendirian. Berkumpul dengan teman tidak menghilangkan rasa kesepianku.” Ungkap Jang Woo
“Tapi begini, setelah berlalu, kini kenangan itu menjadi kenangan indah.” Ucap Jang Woo.  Hye Won bingung dianggap "Kenangan"
“Ya, sama seperti kau membangun kenangan di sini. Aku ingat pengalamanku di Seoul dengan sangat baik.” Akui Jang Woo lalu bertanya  Di mana harus meletakkan buku-buku ini. Hye Won hanya terdiam dengan wajah sedih.
“Hae Won.. Di mana aku harus meletakkan ini?” tanya Jang Woo yang kedua kalinya. Hye Won pun meminta Eun Seob agar meletakkannya di gudang.
“Ohh... Aku datang dari sana tadi... Andai kamu memberitahuku lebih awal.” Ucap Jang Woo seperti kerja dua kali.
“Apa Kau bisa menaruh bohlamnya di halaman depan?” ucap Hye Won. Jan Woo pikir harus memisahkannya sambil mengeluh kalau Hye Won itu bisa memberitahunya lebih awal.
“Kau bisa Bawa buku-buku itu kembali.”kata Hye Won. Jang Woo mengerti. Hye Won pun mengucapkan terima kasih.



Di rumah
Ibu Hwi menegaskan kalau  tidak bisa melepaskannya, bahakn tidak mau jadi akan menghentikannya serta akan melarangnya pergi. Ia pun kaau perlu akan memohon kepadanya. Tapi Tuan Im pikir mereka harus merelakannya jika Eun Seob ingin pergi.
“Bagaimana kau bisa mengatakannya semudah itu?” ucap Ibu Im marah.
“Eun Seop bukan... Dia bukan putra kita.” Ucap Tuan Im. Ibu Im mengingatakan kalau suaminya membawa Eun Seob pulang
“Kau melarangku terlalu dekat dengannya karena dia bukan anak kita, tapi aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin? Dia makan dengan kita dan tidur di samping kita. Anak kecil itu selalu tertidur di pelukanku. Jadi, bagaimana mungkin kuanggap dia seperti orang asing? Dia putraku. Kau setuju, bukan?”kata Ibu Im
“Kini berbeda... Semua orang di kota ini mengatakan itu.” Kata Tuan Im
“Dengar, saat dia meninggalkan kita tiga tahun untuk merawat ibunya dan mendampinginya di saat-saat terakhirnya, maka aku memercayainya. Aku Sungguh... Bahwa dia akan kembali suatu hari nanti. Bahkan saat Eun Seop tidak pernah menelepon kita selama tiga tahun itu.” Kata Ibu Im
“Kau berkali-kali mengatakan bahwa Eun Seop tidak akan kembali. Tapi Aku tidak begitu. Aku sangat memercayainya. Lalu dia kembali kepada kita. Kau lihat Kembali kepada kita... Dia bersama kita sekarang.” Ucap Ibu Im
“Tapi tetap saja, keluarga... Darah lebih kental daripada air.”kata Tuan Im
“Kau bilang "Darah"? Apa kau juga begitu? Begitukah caramu mendefinisikan keluarga? Apa memiliki keluarga sedarah sepenting itu bagimu? Jadi, apa kau hanya menyayangi Hwi sebagai anakmu?” teriak Ibu Im marah
“Tidak!.. Itu tidak benar.” Tegas Tuan Im. Akhirnya Nyonya Im memilih untuk masuk kamar. 



Tuan Im pun keluar dari rumah untuk menenangkan diri dan kaget melihat Eun Seob ternyata ada didepan rumah. Eun Seob seperti bisa mendengar pembicaran mereka.
Flash Back
Eun Seob meliha foto seorang ibu dan duduk didalam sebuah rumah yang cukup gelap. Ibunya terlihat harus duduk dikursi roda karena sakit lalu meminta Eun Seob sekali saja memberitahunya. Eun Seob terlihat bingung. 

“Aku ingin memberitahumu bahwa aku mencintaimu Bahwa aku sangat mencintaimu.”
Eun Seob yang masih kecil datang membawakan sesuatu pada ibu Hwi. Ibu Hwi melihat Eun Seob pasti lapar sambil mengendong anaknya. Eun Seob membuka tanganya dan memberikan kumbang besar pada Ibu Hwi. Ibu Hwi terlihat tak takut
“Ini favoritku... Ini kumbang badak, bukan? Apa Kau membawa ini untuk diperlihatkan kepadaku? Astaga, ini jenis yang langka. Sudah lama aku tidak melihatnya.” Ucap Ibu Hwi terlihat sangat sumringah.
“Tunggu sebentar... Kau pasti lapar. Akan kurapikan mejanya untukmu... Hwi, lihat. Kakakmu membawa kumbang langka untuk menunjukkannya kepada ibu.” Ucap Ibu Hwi mengendong anaknya dan tak ngangap Eun Seob menjadi kakaknya. 

Eun Seob melihat Hwi dalam box lalu menyentuhnya sambil berkata kalau namanya Hwi dengan senyuman bahagia dan menurutnya Hwi seperti dalam "siulan". Ibu Hwi meliha Euns Seob tak percaya kalau  sudah di sini selama dua jam.
“Apa Kau sangat menyukainya?” tanya Ibu Hwi terlihat sangat sayang kepaada ibu dan adik barunya. 

Dimeja terlihat foto keluarga dengan Eun Seob menjadi bagian dari keluarga. Tuan Im berbicara didepan kamar bertanya apakahbaik-baik saja. Nyonya Im mengaku menangis karena sedang menonton drama.
“Aku ingin bilang bahwa aku merindukanmu. Bahwa aku menyesal. Tapi aku tidak bisa memberitahumu.”
Saat itu Hwi baru saja pulang melihat Eun Seob ada didepan rumah dan langsung melempar sepeda, terlihat sangat marah. Eun Seob memanggilnya  Hwi kesal karena Eun Seob tetap akan pergi jadi menurutnya pergi saja. Eun Seob memegang sepeda Hwi yang terjatuh. 

“Jangan sentuh sepedaku... Jika kamu akan pergi, jangan tinggalkan sidik jarimu. Naiklah kapal dan berlayar melintasi Samudra Pasifik, ya? Siapa yang peduli jika aku berlayar dengan kapal atau menghilang?” teriak Hwi marah
“Kau tidak pernah menyukaiku.” Ucap Eun Seob. Hwi berteriak kalau Sejak lahir sudah menyukai Eun Seob.
“Saat aku masih bayi yang menangis. Saat aku melihat dunia untuk kali pertama. Aku menyukaimu sejak itu, Bodoh!” teriak Hwi menahan tangisnya
 "Jangan menangis... Aku tidak akan pergi. Kenapa sulit sekali mengucapkan kalimat ini?"
Eun Seob hanya menatap sang adik tiri dengans senyuman ingin tahu alasanya. Hwi mengaku karean Eun Seob itu adalah kakaknya dan Karena Eun Seob sudah menjadi kakaknya saat lahir dan tak ada alasan kalau sudah menyukai Eun Seob sejak awal.
“Aku membenci Lim Eun Seop... Aku sangat membencimu, Eun Seop. Pergilah, naik kapal itu! Terserah. Aku bahkan tidak tahu...Aku akan memberi tahu Ibu dan Ayah semuanya.” Teriak Hwi kesal akan masuk rumah memanggil orang tuanya.
“Yang ini mahal.” Ucap Eun Seob sudah menganti tempat duduk sepeda adiknya. Hwi yang menangis akhirnya keluar lagi ingin tahu Seberapa mahal
“Aku ingin mentraktirmu dan membeli ini di pusat kota.” Ucap Eun Seob dengan bangg
“Sudah lama kau tidak menghabiskan uang untukku.  Ini yang kuinginkan. Kukira harganya 30 dolar, tapi harganya 300 dolar. Sepertinya kau kaya. Lain kali, berikan saja secara tunai. Seorang siswa tidak butuh sadel yang semahal itu. Banyak sekali yang bisa kau lakukan dengan 300 dolar.” Ucap Hwi menangis. Eun Seob tertawa mendengarnya.
“Jangan tertawa, dasar gila! Kau mengejekku jika tertawa saat aku menangis... Ayo Minggir!”ucap Hwi mencobanya dan bahagia karena sepedanya sekarang terlihat bagus. Eun Seob pun bahagia melihat adiknya. 




Di jalur kereta "Tujuan Jecheon, Cheongnyangni" Tuan Cha pikir sungguh kehormatan besar karena Bibi Sim datang jauh-jauh untuk mengantarnya. Bibi Sim hanya diam saja. Tuan Cha pikir Kenapa tidak memberitahunya sekarang. Bibi Sim bertanya tentang apa itu.
“Hari itu... Kenapa kau memutuskanku?” tanya Tuan Cha. Bibi Sim pikir kalau sering memutuskanmnya Mungkin sekitar 1.000 kali.
“Yang terakhir... Tanggal 5 September 2010, pukul 09.23. Kau mengirimiku pesan, "Kita putus." Jelaskan kepadaku, Myeong Yeo.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim hanya tetap diam.
“Aku mengingat semuanya bukan karena aku masih menyukaimu. Jangan salah paham. Aku hanya mengingatnya karena sangat tercengang. Berapa kali pun aku memikirkannya, aku tidak mengerti kenapa kita harus putus hari itu. Aku tidak melakukan kesalahan. Jadi Apa alasannya?” tanya Tuan Cha penasaran.
“Entahlah... Aku tidak ingat apa pun.” Akui Bibi Sim. Tuan Cha tak percay kalau Bibi Sim tidak ingat apa pun
“Ayolah. Apa Kau pikir aku akan mengingatnya? Sudah lebih dari 10 tahun. Bagaimana aku tahu?” kata Bibi Sim. Saat itu dari pengeras suara memberitahu kalau Kereta akan mendekati stasiun jadi meminta untuk mundur.
Tuan Cha pun pamit untuk naik kereta dan meminta menghubunginya saat draf pertama keluar. Bibi Sim tak mengubrisnya menyuruh enyah saja  Cengeng lalu berjalan pergi setelah kereta meninggalkan stasiun. 


Bibi Sim mengingat ucapan Tuan Cha “Kenapa kau tidak memberitahuku sekarang? Hari itu. Kenapa kamu memutuskanku? Tanggal 5 September 2010, pukul 09.23. Kamu mengirimiku pesan, "Kita putus." Jelaskan kepadaku, Myeong Yeo.”
Flash Back
Saat itu Bibi Sim sedang duduk di kantor polisi, Tuan Cha mengirimkan pesan "Di mana kau?" tapi terlihat ragu untuk membalasnya. Hye Won duduk sendirian masih dengan baju seragamnya. Seoran polisi keluar dari ruangan ingin memastikan pada seniornya.
“Jadi intinya, dia dipenjara atau tidak?” ucap si Junior. Seniornya mengatakan Surat penangkapan ditolak jadi mana mungkin memenjarakannya
“Astaga, ini membuatku gila. Aku akan memenjarakan bedebah itu bagaimanapun caranya.” Ucap si polisi. Seniornya ingin tahu apakah ada bukti. Si junior mengaku ada banyak sekali.
Bibi Sim akhirnya memutuskan menuliskan pesan pada Tuan Cha “Kita putus.” Seperti tak ingin Tuan Cha tahu tentang kehidupan keluarganya.
“Entahlah. Aku tidak ingat apa pun. Sudah lebih dari 10 tahun. Bagaimana aku tahu?” Akui Bibi Sim berbohong dan mengingat kenangan pahitnya
Flash Back
Bibi Sim menaiki tangga rumah dan mendengar suara terikan dari atas. Ayah Hye Won memukul istrinya yan menganggap berani meremehkanya. Ibu Hye Won sudah jatuh tersungkur, bersama dengan adiknya akhirnya keluar masuk ke dalam mobil menyelamatkan diri.
Bibi Sim membuka kacamata hitamnya, terlihat salah satunya berwarna abu-abu seperti sudah ada selaput yan menutupi matanya. 


"Toko Buku Good Night"
Hye Won sudah selesai membereskan buku lalu melihat sekeliling seperti berharap Eun Seob datang. Akhirnya Ia keluar dan melihat Eun Seob datang, mereka pun jalan bersama dengan Eun Seob yang mengantar Hye Won pulang.
“Pria yang datang kemarin... Apa dia pamanmu?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Hwi bilang kau akan segera pergi dari sini. Itu tidak benar, bukan?” ucap Hye Won
“Kau juga pergi saat musim semi tiba, bukan? Saat cuaca menjadi bagus dan tempat ini menjadi hangat, kau akan kembali, bukan?” balas Eun Seob.
“Eun Seop... Entah apa yang akan terjadi pada kita di masa depan. Tapi untuk kali pertama, aku penasaran apa yang terjadi selanjutnya. Aku sangat penasaran apa yang terjadi selanjutnya. Eun Seop. Bagaimana denganmu?” gumam Hye Won melihat pungung Eun Seob yang berjalan didepanya. 


"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat Malam"
"Toko Buku Selamat Malam mengadakan acara publik pertamanya. Irene sudah seperti pemimpin kami. Terima kasih atas kerja keras semua anggota klub buku. Di foto-foto yang menangkap kenangan mereka. Mereka semua terlihat bahagia hingga membuatku hampir iri"
"Irene menjadi jauh lebih ceria. Sejak datang ke sini pada akhir tahun lalu. Mungkin hanya perasaanku saja, tapi dia lebih sering tertawa. Dan kegelapan pada dirinya memudar. Tiap kali dia tersenyum, itu pemandangan yang memesona"
Bersambung ke episode 11
Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar