PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jang Woo
berjalan dengan Young Soo dkk bertanya sebagai
unikorn dari Hyecheon, bagaimana menurutnya setelah berpartisipasi dalam
pertemuan klub buku hari ini. Hwi pikir berkat dirinya dan karena
mengizinkannya, bagaimana perasaan Young Soo berpartisipasi di klub buku luar
biasa ini.
“Bagaimana?
Beri tahu kami. Kenapa kau diam saja?” keluh Hwi. Jang Woo hanya diam saja.
Jang Woo
melihat telpnya berdering dan menyuruh agar mereka pergi lebih dulu saja.
Jang Woo
mengangkat telp dan kaget mendengar suara Ji Eun Sil. Eun Sil membenarkan. Jang
Woo yang kaget langsung terbatuk-batuk. Eun Sil mengeluh sulit sekali
meneleponnya dan merasa Waktunya tidak tepat. Jang Woo yang binggung kenapa
berpikir seperti itu.
“Jang
Woo... Jika seburuk itu, tutup saja dan pergilah ke rumah sakit... Sudah dulu,
ya.” Ucap Eun Sil
“Tidak...
Tidak. Kenapa kau menelepon?” kata Jang Woo berusaha meredakan batuknya.
“Masalahnya,
aku ingin menanyakan sesuatu... Bolehkah?” kata Eun Sil. Jang Woo pikir Tanyakan
saja.
“Aku siap
mendengarkan. Tanyakan apa saja.” Ucap Jang Woo siap. Eun Sil melihat brosur "Festival
Kopi Gyungpo"
“Jadi, kau
mengadakan festival kopi di Gangneung... Bisakah kamu merekomendasikan barista?”
ucap Eun Sil
“Barista
terkenal? Apa Kau meneleponku untuk menanyakan itu?” ucap Jan Woo tak percaya.
Eun Sil membenarkan.
“Kenapa? Tidak
bolehkah aku menanyakan hal seperti ini? Kalau begitu, aku akan menanyai orang
lain...” ucap Eun Sil
“Tidak!
Akan kucarikan... Aku bisa melakukanya” kata Jang Woo. Eun Sil pun senang
karena sudah menduga Jang Woo pasti bisa membantunya.
“Terima
kasih, Jang Woo. Aku berjanji akan membalas kebaikanmu kelak.” Ucap Eun Sil
bahagia.
“Hei,
tunggu... Apa Tidak ada lagi yang ingin kau katakan?” ucap Jang Woo berharap.
Eun Sil mengaku tak ada.
“Tapi...
Baiklah, nikmati makan siangmu.” Kata Jang Woo. Eun Sil mengeluh kalau Ini
pukul 16.00.
“Nikmati
makan siangmu.” Kata Eun Sil. Jang Woo pun berjanji akan makan siang bahkan
pesan makan siang sekarang lalu menutup telpnya.
“Astaga,
itu kali pertama aku bicara dengan Eun Sil di telepon...Cuacanya indah.” Ucap Jang
Woo bahagia melihat nama "Eun Sil" di ponselnya.
Di halte
bus, Young Soo berdiri dan Tuan Bae bertanya Apakah saat ini benar-benar peringkat
pertama di sekolahnya. Young Soo dengan rendah hati merasa seperti itu. Tuan
Bae tak percaya kalau ada orang-orang yang terbaik di seluruh sekolah.
“Apa yang
harus kukatakan? Selama ini, kupikir... Seperti rubah dari gurun di novel
"Pangeran Cilik". Seperti sesuatu yang ada, tapi sulit dipercaya. Haruskah
kukatakan itu tidak realistis?”ucap Tuan Bae
“Pak Bae,
dia benar-benar yang terbaik di sekolah kami. Dia sangat pintar.” Ucap Hwi
bangga
“Omong-omong,
Hwi... Bukankah kau lebih muda darinya?” kata Tuan Bae. Hwi membenarkannya.
“Tapi
kenapa...” ucap Tuan Bae yang langsung disela oleh Hyun Ji kalau Hwi yang
berani bicara banmal.
“Mungkin
karena dia suka bicara banmal pada setiap orang.” Ucap Young Soo. Hwi
membenarkan.
“Tapi
kenapa kau memakai panggilan hormat kepadaku?” tanya Tuan Bae. Hwi pikir Tuan
Bae harus memikirkan baik-baik.
“Jika aku
memakai panggilan hormat saat bicara denganmu selama ini. Entah itu hanya
perasaan atau bukan. Jika dipikir baik-baik, mungkin aku merendahkanmu selama
ini.” Ucap Hwi. Tuan Bae akhirnya bisa mengert.
“Young
Soo, kenapa kau tersenyum tiap dia mengatakan sesuatu? Apa karena kau menyukai
Hwi?” ucap Hyun Ji yang melihat Young Soo tersenyum saat Hwi bicara.
“Aku
tersenyum karena tercengang. Apa Kau pikir perkataannya masuk akal?” kata Young
Soo. Hyun Ji mengaku tidak. Young Soo pun menyetujuinya. Tapi Hwi bahagia
karena Young Soo mulai memperhatikanya.
“Tunggu.
Teman-teman... Kalian telah terpengaruh oleh pesonaku yang tidak tertahankan...
Apa Kau mengerti? Astaga, kalian benar-benar kecanduan pesonaku.” Ucap Hwi
bangga
“Kenapa
Jang Woo belum datang?” ucap Tuan Bae mencoba mengubrisnya. Hyun Ji pun
mengeluh temanya itu memang sudah gila.
Tuan Cha
mencoba menelp bibi Sim saat akan menutup telpnya, ternyata bibi Sim
mengangkatnya. Tuan Cha akhirnya mengeluh meminta agar menjelaskanya. Bibi Sim
mengeluh Menjelaskan apa.
“Faks
yang kau kirim kemarin!” teriak Tuan Cha. Bibi Sim pikir Tuan Cha ingin membaca
kalimat pembukaannya.
“Maka
kukirimkan kepadamu. Apa lagi masalahnya?” kata Bibi Sim. Tuan Cha akhirnya
bisa mengerti.
“Ya,
begitu saja. Lalu apa? Jangan bilang kau pikir itu sungguhan. Itukah alasanmu
meneleponku 34 kali? Seperti orang gila? "Aku tidak akan pernah bertanya
bagian mana yang berdasarkan fakta dan bagian mana yang fiksi." Kau
mengatakannya sendiri.” Ucap Bibi Sim.
“Kau
bilang tidak akan bertanya bagian mana yang fiksi...” ucap Bibi Sim dan Tuan
Cha langsung melempar ponselnya dengan penuh amarah. Bibi Sim hanya bisa duduk
terdiam.
Hye Won
berjalan pulang diantar oleh Eun Seob lalu meihat lampu yang terang jadi sama
sekali tidak gelap. Eun Seob membenarkan. Hye Won pikir Seseorang memperbaiki dan penasaran siapa orangnya. Eun Seob tak
ingin membahasnya lalu mengajak Hye Won pergi.
“Saat
bibiku tertidur, aku akan menyelinap keluar dan datang ke tempatmu.” Ucap Hye
Won
“Bisakah
kau melakukannya?” kata Eun Seob. Hye Won yakin bisa melakukanya.
“Bibiku
sebenarnya bodoh... Aku serius. Dia tidak bisa mendengar apa pun saat
selimutnya ditarik.” Ucap Hye Won yakin. Eun Seob hanya bisa tertawa.
Eun Seob
kembali ke toko buku dan melihat Bo Yeong sudah menunggu dengan tatapan tak
bisa. Bo Yeong membawa buku "Bepergian Setelah Putus Cinta" dan masuk
ke dalam toko buku. Eun Seob bertanya apakah Bo Yeon datang untuk mengembalikan
buku it
“Kau
tidak perlu datang kemari untuk mengembalikannya. Seharusnya kamu menelepon
agar aku...” ucap Eun Seob yang langsung disela oleh Bo Yeong
“Ini
hanya alasan... Apa semuanya baik-baik saja dengan Hye Won?” tanya Bo Yeong. Eun
Seob menganguk.
“Begini, sebenarnya
aku menyukaimu.” Akui Bo Yeong. Eun Seob kaget mendengarnya.
“Sudah
lama sekali. Untuk waktu yang sangat lama.” Ungkap Bo Yeong. Eun Seob mengaku
tidak tahu.
“Bagaimana
jika kau tahu, Eun Seop?” Bo Yeong. Eun Seob menjawab Tidak ada yang akan
berubah.
“Benarkah?
Tidak apa-apa... Sudah kuduga kamu akan bilang begitu. Terima kasih kopinya.
Aku harus pergi.” ucap Bo Yeong lalu keluar dari toko buku.
Bo Yeong keluar dari "Toko Buku Good Night”
sambil bergumam “Hei, kau ingin tahu sesuatu?” sambil mengingat kenangan dimasa
lalu.
Flash Back
Bo Yeong
mengayuh sepeda memberitahu kalau menyukai seseorang. Hye Won bertanya siapa
itu orangnya. Bo Yeong menjawab Pria
yang Penyendiri di kelas yang suka
membaca buku. Ia pun berteriak bahagia “Aku sangat menyukainya!”
“Aku yang pertama menyukaimu. Benar,
kenyataan bahwa aku menyukaimu lebih lama tidak penting.”
Bo Yeong hanya bisa
menangis karena cintanya bertepuk sebelahan tangan
Flash Back
Disekolah,
Bo Yeong melihat Hye Won yang mendapatkan bunga dari teman prianya. Hye Won
hanya diam saja dan akhirnya teman-temanya meminta agar Hye Won bisa
menerimanya.Hye Won pun menerimanya. Saat itu Eun Seob keluar kelas melihat ke
arah Hye Won.
“Hye Won selalu menjadi bintang.
Bahkan kau, yang selalu menyendiri,memperhatikan Hye Won. Kau tahu, aku juga
ada di sini... Aku juga ada.”
Bo Yeong
melihat toko buku dan rumah Hye Won dengan jarak yang cukup dekat. Ia pikir
sekarang juga seperti itu karena tak ada yang memperhatikanya.
Jang Woo
duduk dibangku taman menikmati bir sendiri, senyumanya terlihat bahagia
mengingat saat bicara dengan Eun Sil di telp.
“Hei, sulit sekali meneleponmu. Waktunya tidak tepat.” Senyuman Jang Woo
masih saja sumringah.
Ia
akhirnya melihat account "Eun Sil" lalu melihat foto-foto Eun Sil
yang terlihat imut dan cantik lalu mengingat kejadian di masa lalu.
Flash Back
Jang Woo berjalan
dengan temanya, dua pria temanya membahas kalau Su Yeon di Kelas Dua menyukai
Jang Woo. Jang Woo meminta agar menghentikanya karena tidak tertarik kepada
wanita.
“Jika
kalian akan terus berkencan dan bergosip seperti ini, kalian tidak akan masuk
universitas. Nilai kalian sudah buruk.” Ucap Jang Woo.
Tiba-tiba
seseorang menerobos masuk diantara Jang Woo dan temanya. Jang Woo ingin marah
tapi Eun Sil dengan senyuman langsun meminta maaf. Jang Woo hanya bisa terdiam
dan melihat Eun Sil langsung langsung melahap kue dari tangan temanya.
“Hei!.. Ada
apa? Apa kau Melihat gadis-gadis? Kau
bilang tidak tertarik.” Ejek temanya.
“Benar.
Aku tidak tertarik kepada wanita.” Kata Jang Woo mencoba untuk menenangkan
hatinya.
Hye Won
akan keluar dari rumah, tapi Bibinya keluar kamar. Akhirnya Hye Won pun
berpura-prau baru pulang sambil mengeluh kalau Di luar dingin. Bibi Sim
bingung, Hye Won mengeluh kalau bibinya
yang belum tidur dadan menyuruhya tidur lalu bergegas masuk ke menaiki tangga.
Bibi Sim hanya bisa melonggo melihat tingkah keponakanya.
Eun Seo
melihat di dalam blognya "Surat cinta pertamaku untukmu, posisi
ke-133" akhirnya ia mulai menulis kembali ceritanya.
"Malam ini, aku ingin
mengajakmu ke pondok. Ini surat cinta pertamaku untukmu. Hari itu, lewat
jendela...aku melihatmu terluka sepertiku.”
Flash Back
Eun seob
melihat Hye Won yang sedang menunggu kereta lalu menatap kaget. Hye Won hanya
diam saja, Eun Seob pun hanya menatapnya seperti tak percaya melihat orang yang
disukainya.
“Aku
ingin pergi. Tapi tidak pergi... Aku sebaiknya tidak pergi. Aku akan merasa
bersalah. Dengan melupakan semua itu, akhirnya aku mengikutimu."
Eun Seob
pun akhirnya duduk dibangku dibagian depan melihat Hye Won yang duduk sendiri
dibagian belakang. Hye Won hanya diam menatap jendela, Eun Seob mendengar dari
pengeras suara “Kita akan segera tiba di Stasiun Cheongdo.” Dan Hye Won
bergegas turun.
"Kau turun dari kereta di
Stasiun Cheongdo. Cheongdo terkenal dengan pohon kesemeknya.”
Eun Seob
mengikuti Hye Won turun dari kereta dengan banyak pohon kesemek. Saat itu Ia
meihat Hye Won yang sudah ada di depan sungai hanya berdiri sendirian.
“Sungai Nakdong yang melintasi kota
terlihat jernih. Aku takut kau akan melompat ke sungai."
Akhirnya
Eun Seob yang pank mencoba menelp bibi Sim menyebut ia adalah Eun Seop, putra
Lim Jong Pil. Bibi Sim mengaku sedang di luar kota sekarang jadi apakah punya
waktu?
Eun Seob
melihat Hye Won pergi meninggalkan sungai, Ia pun berjalan mencari Hye Won dan
melihat sedang makan dengan lahap. Ia pun membaca buku di "Area
Perkemahan" menunggu Hye Won, tapi beberapa saat kemudian tak melihat Hye
Won.
Ia panik
mencari Hye Won ke jalan sambil menelp bibi Sim. Bibi Sim mengaku hampir sampai
dan meminta supir taksi agar lebih cepat. Sang sopir mengaku sudah menyetir
secepat mungkin. Bibi Sim pun mengeluh pada Hye Won yang ada disini.
"Bahkan setelah menelepon
bibimu, aku masih takut kau akan mati.
Aku takut kau akan mati.”
Eun Seob
terus mencari Hye Won berlari
disepanjang sungai, wajahnya panik. Akhirnya Ia mendengar teriakan Bibi Sim
memanggil Hye Won dan langsung memukulnya. Eun Seob bisa bernafas lega karena
Hye Won sudah ditemukan.
“Dan itu mungkin perjalanan musim
gugur pertama kita bersama."
Hye Won
tiba-tiba melonggokan kepalanya, mengaku sudah berhasil kabur. Eun Seob kaget
langsung menutup laptopnya lalu memuji Hye Won. Hye Won mengaku itu sulit
karena Bibinya tidak mau tidur jadi harus menunggu sampai dia tenang.
“Apa yang
kau kerjakan?” tanya Hye Won. Eun Seob menutupi laptopnya mengaku Bukan
apa-apa.
“Ada apa?
Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan ini?” ucap Hye Won bingung. Eun Seob
mengaku Bukan apa-apa.
“Aku
merasa terluka.” Kata HyeWon. Eun Seob mengaku memesan sesuatu di internet. Hye
Won tak percaya ingin melihatnya.
“Maka
tunjukkan kepadaku.” ucap Hye Won. Eun Seob menahan Hye Won agar tak melihat
laptopna
“Kau
menyakitiku... Aku sudah terluka.” Ucap Hey Won kesal. Eun Seob kebingunga
mencoba menjelaskan kalau ini tidak seperti yang dipikirkan Hye Won berjalan
pergi mengaku mudah cemburu.
Akhirnya
Eun Seob mengajak Hye Wo keluar lalu menjelaskan Saat memotong kayu, seluruh tubuhnya
harus santai, termasuk lengannya. Ia memberikan
yang Pertama, periksa garis kayunya jadi Hye Won harus memotong kayu di
sepanjang garis.
“Coba
Lihat.. Kau harus Mundur sedikit.” ucap Eun Seob. Hye Won pun melangkah mundur.
Eun Seob mencoba memotongnya tapi gagal
“Bukan
begitu caranya... Aku ingin menunjukkannya” kata Eun Seob berdalih. Hye Wo
mengerti lalu memuji Eun Seob memang lucu.
“Begini
caranya... Seperti kataku, periksa dahulu garis kayunya.” Ucap Eun Seob akhirnya
berhasil membela kayu. Hye Won pun meminta agar bisa melakukanya juga.
“Itu
tidak akan mudah.” Ucap Eun Seob. Hye Wo pikir seperti itu karean Eun Seob pun
gagal.
“Aku
sudah mencobanya beberapa kali di rumah untuk bersenang-senang. Hanya untuk
melampiaskan emosiku.” Kata Hye Won. Eun Seob membantu Hye Won memasangkan
sarung tangan.
“Tangan
ini harus ditaruh di sini... Dengan tanganmu yang lain, pegang lebih dekat ke
bawah... Arahkan itu dan pukul.” Ucap Eun Seob mengajarkanya.
“ Tapi kau
mengayunkannya dengan lebih kuat, kan?” ucap Hye Won memberikan gayanya.
“Lakukan
itu setelah kamu mahir.” Jelas Eun Seob. Hye Won bertanya Apa ini yang dilakukan pemula.
“Ya,
mulailah setinggi ini.. Cobalah.” Ucap Eun Seob. Hye Won pun mulai membela dan
langsung berhasil
“Bagaimana
kamu melakukannya?” ucap Eun Seob melonggo. Hye Won mengaku hanya melakukan
perintahnya. Eun Seob bertanya apakah Hye Won pertama kali melakukanya. Hey Won mengaku bahunya terasa sangat sakit.
“Aku
menghabiskan semua tenaga. Lakukanlah untukku.” Akui Hye Won tak ingin membuat
Eun Seob malu.
“Aku
menunjukkan hal yang tidak seharusnya kau lakukan. Sekarang, akan kutunjukkan
caranya.” Kata Eun Seob.
“Aku
menantikannya.” Ucap Hye Won. Eun Seob pun langsung membelahnya tapi gagal
akhirnya ia memilih untuk masuk ke dalam rumah.
Hye Won pun mengejarnya.
Bo Yeong
berjalan ke dalam hutan melihat lereng yang cukup terjal dan juga gelap.
Flash
back
"Pabrik
Kue Beras"
Seorang
bibi masuk memanggil pemilik toko kue beras kalau ini darurat. Si pemilik
mengeluh bibi itu sudah datang padahal Pesanannya belum siap. Si bibi pikir
temanya itu belum dengar kalau Min Jeong menghilang. gadis yang lulus ujian
PNS.
“Apa Putri
ketiga di rumah beratap merah?” tanya Si pemilik. Bibi membenarkan. Saat itu Bo
Yeong masuk mendengar bicaraan keduanya.
“Sekarang
benar-benar kacau... Putra Jong Pil, Eun Seop, juga pergi ke sana.” Kata si
bibi. Pemilik bingung kenapa Eun Seob pergi kesana.
“Apa Kau
tidak tahu? Dahulu, dia tinggal di gunung. Jadi, kurasa mereka memintanya
mencari Min Jeong.” Ucap Si bibi.
Mereka pun
berharap agar segera menemukanya Bo
Yeong pun melihat ibunya yang pergi agar mencari bantuan. Ibunya mengeluh
anaknya malah ke toko bukan pulang ke rumah.
Bo Yeong
terus berdiri dilereng seperti hidupnya sudah tak berarti lagi. Sementara di
depan "Toko Buku Good Night" Hye Won menatap ke arah langit dan
bertanya Apa yang harus dilakukan. Eun Seob bingung apa maksudnya.
“Aku
sangat menyukaimu... Bagaimana ini?” akui Hye Won. Eun Seob pun membiarkan Hye
Won bersadar dibahunya.
“Bagaimana
denganmu?” tanya Hye Won. Eun Seob mengaku kalau ia juga sama seperti itu.
Bo Yeong
seperti sudah siap di tepi lereng di gunung mengingat yang sebelumnya.
Flash back
Ia
melihat Hye Won yang naik mobil dengan Eun Soeb. Bo Yeong sengaja meminta
bertemu dengan Eun Seob bersolek lebih dulu, dan mencoba untuk santai tapi Eun
Seob seperti tak ingin berlama-lama langsung bertanya da apa ingin menemuinya.
“Itu benar, Eun Seop. Bahkan orang
yang tampak kecil dan tidak penting juga punya perasaan.”
Bo Yeong
sengaja datang ke toko tapi Eun seob hanya memberikan "Bepergian Setelah
Putus Cinta" lalu berjalan pergi.
Bo Yeong
berdiri ditepi lereng mencoba menelp Eun Seob tapi ponsel Eun Seob ada dikamar.
“Aku hanya mau kamu tahu. Aku akan
melakukan apa pun bagaimanapun caranya agar kau bisa...”
Hye Won
mengejar Eun Seob untuk melakukanya. Euns Seob mengeluh tak mau melakukanya.
Hye Won mengeluh meminta sekali saja. Eun Seob tetap menolaknya. Hye Won tak percaya kalau Eun Seob sungguh tidak
mau melakukannya dengannya.
“Katamu
kamu muak dengan itu sekarang.” Kata Eun Seob. Hye Won menyangkal kalau itu berbohong
dan memaksa Eun Seob agar mau melakukanya.
“.... mengetahui perasaanku.”
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat
Malam"
"Ini surat cinta pertamaku untukmu. Hari
itu, lewat jendela. Aku melihatmu terluka sepertiku. Aku ingin pergi. Tapi
tidak pergi. Aku sebaiknya tidak pergi. Aku akan merasa sangat bersalah.”
“Dengan melupakan semua itu, akhirnya aku
mengikutimu. Cheongdo terkenal dengan pohon kesemeknya. Sungai Nakdong yang
melintasi kota tampak jernih. Aku takut kamu akan melompat ke sungai itu.”
“Bahkan setelah menelepon bibimu, aku masih
takut kamu akan mati. Mungkin itu perjalanan musim gugur pertama kita
bersama"
Bersambung
ke episode 13
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar