PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
memanggil bibinya dan masuk ke kamar panik ternyata bibi Sim sudah tergeletak
di lantai. Bibi Sim membuka matanya dan Hye Won kaget melihat mata bibi Sim
yang tak normal dengan selaput yang menutupinya.
“Haruskah
kuberi tahu? Aku selalu berlatih kembali ke hari itu. Jika aku kembali ke hari
itu, rasanya aku bisa menjadikan semuanya kembali normal. Semua yang telah
berlalu dalam hidupku.”
Bibi Sim
seperti ingin kembali ke masa muda dulu, saat kuliah terlihat sangat bahagi
dengan kehidupanya. Setelah dewasa dan masih bersama dengan Tuan Cha, meminta
untuk tak berhubugan lagi. Tapi Tuan Cha berteriak.
“Aku akan
melakukan semuanya bersamamu!.. Aku akan melakukan semuanya bersamamu.” Ucap
Tuan Cha memasangkan cincin di jari manis Bibi Sim untuk menyakinkanya.
“Semua yang
telah hilang dariku. Tolong biarkan aku kembali menjadi diriku yang dahulu...
Kumohon...”
Bibi Sim
terbangun dari tidurnya dan tersadar kalau sudah ada di rumah sakit. Ia pun
duduk sambil bergumam “Kumohon.. Menjadi diriku pada hari itu..” seperti ia ingin
mengulang hidupnya yang dahulu.
"Episode 14, Labirin Sisterfield"
***
Hye Won
bertemu dengan dokter memberitahu kalau Ini disebut glaukoma bersudut tertutup
dan ini sejenis glaukoma. Hye Won hanya bisa terdiams seperti tak percaya
bibinya menyembunyikan penyakitnya selama ini dibalik kacamata hitamnya.
“Tekanan
intraokular bibimu tiba-tiba naik dan dia pingsan.”jelas Dokter. Hye Won ingin
tahu kelanjutanya.
“Kami
harus melakukan tes lagi. Sepertinya dia hampir kehilangan penglihatan satu
mata. Dan... Tapi apa pasien membiarkan matanya seperti ini selama ini tanpa
mengurusnya? Itu pasti sangat menyakitkan.” Ucap Dokter.
Hye Won
hanya bisa terdiam lalu teringat dengan ibu Hyun Ji saat pergi ke apotik “Omong-omong,
apa bibimu sudah menemui dokter? Dia sakit kepala parah.” Lalu saat bertanya
pada bibinya apakah sakit kepala. Bibi Sim menjawab Ini benar-benar membuatnya
gila seperti hanya bercanda.
“Saat
ini, dia mungkin mengalami sakit kepala parah dan rasa sakit di matanya. Dia
mungkin juga sering muntah. Itu akan sulit untuk ditangani. Ini kali pertama
dia datang ke rumah sakit, kan?” ucap Dokter. Hye Won hanya bisa diam saja.
Hye Won
meminjam telp rumah sakit menelp seseorang. Suara wanita yang menjawabnya
bertanya Siapa ini . Hye Won mengeluh kalau ibunya itu tak bisa mengenal suara
anaknya sendiri. Ibu Hye Won pun akhirnya keluar dari tempat kerjanya.
“Bibi
pingsan.” Ucap Hye Won. Ibu Hye Won hanya diam saja. Hye Won bertany apakah
ibunya masih mendengar ucapanya.
“Dia
pingsan.” Ucap Hye Won. Ibu Hye Won mengaku mengerti dengan dan dingn. Hye Won
bingung dengan reaksi ibunya.
“Ibu
mendengarmu.” Kata ibu Hye Won lalu menutup telpnya.Hye Won memanggil ibunya
terlihat bingung dengan sikap ibunya yang dingin. Sa
Saat itu
Eun Seob datang memanggil Hye Won, Keduanya duduk di ruang tunggu dengan Hye
Won yang terus memegang tangan Eun Seob. Saat iu perawat lalu memanggil Wali Bu Shim Myeong Yeo.
Kedai sup
iga
Pegawai
senior bertanya apakah Jang Woo akan pergi nanti. Jang Woo memberitahu kalauyang
dimaksud Ke balai desa. Si pegawai wanita menyuruh Jang Woo agar makan yang
banyak jadi bisa bantu para orang tua. Jang Woo mengerti dan mencoba untuk
makan.
“Omong-omong,
kudengar Ji Eun Sil putus dengan pacarnya.” Ucap pegawai wanita. Jang Woo kaget
mendengar nama Eun Sil.
“Kau
tahu, gadis yang bekerja di Balai Kota Gangneung.” Ucap si pria. Wanita yang
disampingnya memastika kalau itu Putri pemilik toko lauk
“Ya. Kudengar
dia putus dengan pacarnya” ucap sipria. Pegawai wanita pun merasa itu sangat diSayang
sekali.
“Apa Dia
pernah punya pacar?” ucap Jang Woo kaget. Si pria memberitahu kalau Eun Sil berpacaran
dengan koleganya.
“Kenapa
kamu begitu terkejut?” ucap si pria. Jang Woo mengaku Karena baru mengetahui
hal itu.
“Tapi
bagaimana Anda tahu sesuatu yang aku sendiri tidak tahu?” ucap Jang Woo
penasaran
“Istriku
memberitahuku.” Ucap si pria. Sementara wanita senior mengaku mendengarnya dari
ibu Eun Sil.
“Apa Anda
kenal ibu Eun Sil?” ucap Jang Woo tak percaya. Si wanta menagku. Toko lauk
mereka ada di kompleks apartemennya.
“Apa Kau
tahu toko jahit di samping tempat itu?” kata si wanita, dua senior Jang Woo
memastikan kalau itu keluarga Young Ran dengan tiga putra dan seorang putri.
“Mereka?
Kenapa? Apa ada masalah?” tanya si pegawai wanita. Jang Woo hanya terdiam tak percaya dengan
berita yang didengarnya.
“Tidak,
kudengar mereka melahirkan anak kembar baru-baru ini.” Kata si wanita senior.
“Aku sudah
dengar. Ji Woo dan Chae Yeon. Mereka kembar fraternal.” Kata Si pegawai wanita.
“Benar!
Kamu tahu Hyeon A yang bekerja di toserba? Dia akan menikah.” Kata si wanita
senior
“Aku
sudah tahu. Dia akan menikahi guru matematika.” Kata si pria. Si wanita senior
membenarkan. Si wanita yang mendengar itu mengaku iri.
“Jang
Woo, kapan kamu akan menikah?” tanya si wanita. Jang Woo yang masih lemas
mengaku belum berpikir untuk menikah.
“Kenapa
tidak?” kata si wanita. Jang Woo mengaku tak tahu.
Seorang
bibi datang ke tempat ibu Bo Yeong lalu menaruh beras didepanya. Ibu Bo Yeong
sedang mengolah tepung beras didalam menganguk. Beberapa orang melihat kalau
Banyak orang meninggalkan beras di depan toko Ibu Bo Yeong.
“Apa Sudah
waktunya festival kue beras?” tanya beberapa nenek. Yang lainya pun menganguk.
Didepan sudah ada spanduk "Festival
Kue Beras Hyecheon"
“Tiap
bulan Februari, kota ini mengadakan
festival untuk membuat kue beras seperti adegan film.”
Beberapa
orang sudah berkumpul dan mulai membuat kue beras bersama. Seperti semua warga
desa keluar rumah dengan wajah bahagia.
“Saat
itulah kau tahu musim dingin sudah berakhir, dan musim semi akan datang.”
Eun Sil
dan yang lainya pun ikut membantu dalam festival kue beras lalu masuk ke tempat
ibu-ibu yang sedang membuat kue beras isi kacang merah. Seorang bibi bertanya
apakah Dia dibawa ke rumah sakit. Eun Sil membenarkan dibawa dengan mobil Ji
Yeon.
“Ibu,
dokter bilang saraf optiknya rusak. Matanya terlihat hijaukarena glaukoma.”
Ucap Eun Sil menceritakan pada ibunya.
“Keluarga
Rumah Hodu dengan putri-putri cantiknya, bukan?” kata ibu Eun Sil. Semua membenarkan
“Gadis-gadis
itu cantik, tapi mereka menyia-nyiakannya. Yang satu hamil dan menikah dengan
pria di Seoul. Lalu suaminya meninggal dan dia dipenjara karena itu.” Ucap Ibu
Eun Sil
“Kudengar
yang satunya sukses sebagai novelis, tapi sekarang dia terjebak di sini dan
hidupnya berantakan. Putri sulungnya membunuh suaminya, kan?” ucap Ibu Eun Sil.
Eun Sil berteriak pada ibunya.
“Bu!.. Itu
pembunuhan tidak disengaja.” Tegas Eun Sil membela. Ibunya bertanya ada ada
bedanya. Eun Sil mengeluh kalau itu pasti beda.
“Intinya,
peristiwa itu membuat ibu mereka sedih. Itu sebabnya dia menderita kanker di
usia tuanya.” Kata Ibu Eun Sil
“Benar.
Sebelum itu, dia sangat sehat... Astaga. Aku kasihan kepadanya. Hidup yang
menyedihkan.” Ucap bibi yang lain. Eun Sil pun tak banyak komentar.
“Hei, apa
yang kau lakukan?” ucap seorang bibi meihat Eun Sil yang membentuk kue. Lalu
memujinya hebat Bagus sekali.
“Ohh. Benar
juga. Pria yang bekerja di Balai Kota, Jang Woo. Kudengar dia melakukan kencan
buta. Kurasa semua berjalan lancar.”ucap ibu Eun Sil mulai bicara.
“Apa? Dia
ikut kencan buta?” kata Eun Sil kaget. Ibu Eun Sil mendengar Jang Woo yang mungkin
akan menikah bulan depan.
“Apa? Itu...
Kemungkinan akan menikah?” ucap Eun Sil kaget. Bibi yang lain pikir itu berita
bagus karena mereka akan makan mi dan kue beras.
“Kita
akan makan besar di prasmanan. Sudah lama tidak begitu.” Kata bibi lainya.
Semua pun ikut senang mendengarnya.
“Eun Sil,
kau senang bekerja di Balai Kota?” tanya salah satu bibi. Eun Sil mengaku ini sama
sekali tidak menyenangkan.
“Tapi
soal kencan buta itu...” ucap Eun Sil dan tiba-tiba kepalanya dipukul dengan
nampan oleh ibu Eun Sil.
“Ketahuilah
bahwa kamu sangat beruntung. Bersyukurlah kau punya pekerjaan.” Ucap Ibu Eun
Sil. Eun Sil mengeluh pada ibunya.
“Jangan
kejam kepada putrimu.” Kata bibi yang duduk disamping Eun Si. Eun Sil mengeluh
memilih tak membantunya lagi.
Seorang
nenek yang menumbuk beras mengaku sangat lelah lalu berbaring di kursi panjang.
Sebuah mangkuk besar sudah siap dibawa kedalam, Tuan Bae akan membawanya tapi
Jang Woo datang langsung mengangkatnya. Si bibi menyuruh agar membawa ke ruang
tamu.
Jang Woo
menyapa ibu Eun Seob lebih dulu lalu masuk membawa adonan kue beras untuk
dibentuk. Seorang bibi langsung memberitahu kalau itu Jang Woo yang ikut kencan
buta baru-baru ini. Jang Woo bingung dengan Kencan buta. Mereka pun memuji Jang
Woo yang tampan.
“Apa Universitas
Nasional Seoul?” kata Si bibi. Jang Woo membenarkan dengan mata yang mencari
seseorang.
“Apa Kau
mencari sesuatu?” tanya seorang bibi. Jang Wo
mengaku tidak.
“Tidak.
Aku masuk untuk mengantarkan ini dan menyapa... Ini akan sangat lezat.” Kata
Jang Woo mencoba untuk tetap tenang. Tapi saat itu Eun Sil sudah ada dibelakang
Jang Woo. Mereka pun mengucapkan terimakasih.
“Astaga.
Hai, Eun Sil...” ucap Jang Woo kaget saat membalikan badanya. Eun Sil pun ingin
tahu siapa yang dicari Jang Wo.
“Aku? Itu
Kau. Maksudku, tunggu.. Aku harus ke toilet. Aku akan kembali.” ucap Jang Woo
gugup bergegas pergi.
Eun Sil
menatap penuh senyuman, sementara beberapa ibu-ibu masih berkomentar kalau Jang
Woo itu memang tampan. Eun Sil pun masih bertanya-tanya apakah Jang Woo
melakukan kencan buta.
Di luar
beberapa anak terlihat sedang bermain ditangga. Eun Sil dan Jang Woo makan es
krim bersama terlihat sedikit canggung. Akhirnya Eun Seil mulai bicara
menanyakan Apa kakek Seung Ho baik-baik saja. Jang Woo menjawab kalau Dia
baik-baik saja. Eun Sil pun mengucap syukur.
“Hei,
bagaimana festival kopinya?” tanya Jang Woo. Eun Sel mengaku Semua berjalan lancar berkat Jang Woo.
“ Hei... Kudengar
kamu melakukan kencan buta dan akan menikah.” Kata Eun Sil. Jang Woo kaget
mendengarnya.
“Jadi,
itu hanya rumor?” kata Eun Sil. Jang Woo membenarkan. Eun Sil ingin tahu Seberapa
banyak yang tidak benar.
“Bagian
"menikah".” Jawab Jang Woo. Eun Sil pun ingin tahu bagaimana dengan
kencan buta
“Aku
melakukan kencan buta. Orang tuaku mau aku segera menikah, jadi, aku
melakukannya sekali, tapi...” ucap Jang Woo yang langsung disela oleh Eun Sil
“Jadi, kau
tidak suka teman kencanmu.” Kata Eun Sil. Jang Woo membenarkan. Eun Sil
tersenyum mendengarnya.
“Baiklah.
Sekarang sama sekali tidak dingin, bukan?” kata Eun Sil bahagia. Jang Woo pikir
ini masih sangat dingin.
“Tidak,
lihatlah... Kau hanya bisa melihat separuh napasmu, dibandingkan di tengah
musim dingin.” Ucap Eun Sil tak ada terlihat hembusan nafasnya.
“Itu
mungkin karena kapasitas paru-parumu.” Kata Jang Woo. Eun Sil tak percaya
mendengarnya.
“Omong-omong,
bibirmu sudah ungu sekarang. Itu tampak sangat pucat.” Kata Jang Woo
“Jang
Woo, kau selalu terlihat pucat.” Komentar Eun Sil. Jang Woo seperti tak
menyadarinya.
Hye Won
masuk kamar melihat bibinya sudah berganti pakaian lalu bertanya apa yang
dilakukan karena harus menginap beberapa hari lagi dan masih harus menjalani
beberapa tes. BibiSIm mengaku tidak punya uang.
“Bibi akan
dipindahkan ke kamar enam orang saat ranjangnya kosong... Kudengar rasanya
sakit sekali.” ucap Hye Won mencoba simpati.
“Omong
kosong... Penyakitku tidak seburuk itu.” Kata Bibi Sim mengelak. Hye Won tahu kalau Dokter bilang itu pasti
sangat menyakitkan.
“Memang
menyakitkan, tapi bibi terlalu malas merasakannya.” Kata Bibi Sim
“Kudengar
pasti cukup sakit sampai harus menemui dokter.” Kata Hye Won
“Kegilaan
bibi mengalahkan rasa sakitnya.. Apa Sudah selesai?” kata Bibi Sim mencoba
untuk acuh. Hye Won memanggil bibinya.
“Mok Hae
Won, kamu tidak akan kembali ke Seoul? Kau muncul dan mengatur bibi seperti
ini, itu membuat bibi lelah. Kau sebaiknya kembali ke Seoul sekarang.” Ucap
Bibi Sim mengeluh. Hye Won hanya bisa diam saja.
“Mereka
yang harus pergi akan pergi. Mereka yang tertinggal akan melakukan itu. Musim
itu akan datang.” Gumam Eun Seob yang duduk diluar ruangan.
Uap panci
terlihat keluar saat membuka tutup, sup pun siap disajikan. Eun Sil dan Jang
Woo juga berusaha melayani yang orang yang lebih tua. Jang Woo mengikuti Eun
Sil, Eun Sil melihatnya lalu menyuruh Jang Woo agar mengantar makana sendiri.
Jang Woo pun menurutinya.
“Setelah
membuat kue beras dari tahun lalu, kita bersiap menanam beras di ladang.
Begitulah.” Ucap Tuan Bae pada ibu Eun Seob.
“Ya,
tepat sekali... Kami harus menutup arena seluncur es.” Ucap Ibu Eun Seob sedih
“Waktu
cepat berlalu, bukan?” kata Tuan Bae. Ibu Eun Seob mengejek kala Tuan Bae
itumasih muda.
Bibi Sim
masuk ke dalam rumah dikagetkan dengan sosok orang yang ada dirumanya. Nyonya
Sim sudah berdiri di ruang tengah. Bibi Sim mengeluh kalau kakaknya itu
mengagetkannya. Nyonya Sim memastikan kalau Bibi Sim itu dari rumah sakit
“Sedang
apa Kakak di sini? Apa Hae Won menelepon Kakak?” ucap bibi Sim. Nyonya Sim
membenarkan.
“Aku
baik-baik saja.. Reaksi Hae Won berlebihan.” Ucap Bibi Sim akan masuk ke dalam
kamar.
“Myeong
Yeo... Lepas kacamata hitammu.” Kata Nyonya Sim. Bibi Sim akhirnya membuka
kacamatanya. Nyonya Sim kaget melihatnya.
“Bukan
ini yang kakak... Kakak mengirimmu ke sini agar kau bisa hidup bahagia. Agar kamu
bisa menulis buku, kencan, dan fokus menjalani hidupmu...” ucap Nyonya Sim
marah
“Bagaimana...
Bagaimana mungkin aku bisa seperti itu?” kata Bibi Sim. Nyonya Sim kaget
mendengarnya.
“Bagaimana
mungkin aku bisa? Aku membunuh seseorang. Orang lain mungkin mengasihani Kakak,
tapi aku tidak. Aku mengasihani diriku sendiri.” Ucap bibi Sim
“Kenapa kamu
mengasihani dirimu sendiri?” ucap Nyonya Sim heran
“Aku
berhak menanggung perbuatanku, tapi Kakak merebutnya dariku.” Kata Bibi Sim
menangis
“Itu
karena kau tidak bersalah.” Tegas Nyonya Sim. Tapi Bibi Sim menegaskan kalau bersalah.
“Aku yang
menginjak gas dan membunuhnya. Kakak, aku bahkan ingat aroma darah yang terbawa
angin ke wajahku hari itu. Kenapa Kakak bilang aku tidak bersalah?” ucap Bibi
Sim mengingat saat melihat darah yang ada dibawah mobil.
“Bagaimana
mungkin aku menganggap tidak pernah terjadi apa-apa dan melanjutkan hidupku? Bagaimana
mungkin?” ucap Bibi Sim lalu berlari masuk
ke dalam kamar.
Nyonya
Sim hanya diam dan masih terus menangis, Hye Won masuk ke dalam rumah. Nyonya
Sim langsung menghapus air matanya dan bertanya apakah Hye Won sudah makan.
Nyonya
Sim akhirnya makan jajangmyeon. Hye Won bertanya Ibuya sudah membujuk Bibi dan
meminta agar bisa mencobalah membujuknya. Nyonya Sim hanya diam saja dan terus
makan. Hye Won memberitahu Dengan pengobatan
dan perawatan laser, setidaknya mereka bisa menyelamatkan mata satunya.
“Ibu dan
Bibi dekat, bukan?” ucap Hye Won. Nyonya Sim pun bertanya-tanya apakah mereka
pernah dekat
“Dia
akhirnya mulai menulis lagi, dan sepertinya dia juga menemui Pak Yun Taek lagi.
Kukira dia berubah sedikit demi sedikit. Tapi aku keliru. Bibi tidak pernah
ingin melakukan apa pun.” Kata Hye Won. Nyonya Sim terdiam hanya mengaduk
mienya.
Flash Back
Bibi Sim
bersandar dibahu kakaknya sambil
mengatakan kalau ingin melakukan semuanya. Nyonya Sim tak mengerti
maksudnya. Bibi Sim mengau ingin melakukan
segalanya di dunia ini dan akan melakukan semuanya. Nyonya Sim hanya tersenyum
dan melihat Cuacanya bagus.
Saat
menemui kakakny di penjara. Nyonya Sim menangis mengaku sangat takut pada Kakak
berulang-ulang. Nyonya Sim hanya bisa menatapnya dan seperti baru menyadari
kalau adiknya berubah saat itu.
Seorang
wanita datang ke kelas Hwi dan langsung menamparnya. Hwi kaget sampai
terlempar. Si wanita tak terima karena Hwi yang datang ke sekolah naik sepeda
Young Soo. Hwi tak mengenal wanita itu bertanya siapa dia yang berani
menamparnya.
“Aku? Aku
pacar Young Soo, Song Jae In.” Ucap Jae In. Hwi akhirnya mengerti dan langsung
bangun.
“Ohh. Begitu
rupanya. Jadi, kamu orangnya... Aku senang kamu di sini.” Ucap Hwi.
Keduanya
akhirnya langsung saling menjambak rambut, semua anak yang melihatnya buka
merelai tapi malah merekam dengan handphone. Hwi menyuruh agar melepaskanya,
saat keduanya mencoba melepaskanya tak ada yang mau melepaskanya.
***
“Hei,
Young Soo! Song Jae In dan Lim Hwi bertengkar hebat karenamu.” Teriak temanya
didepan pintu. Young Soo hanya diam saja.
Apa Kau
tidak akan ke sana?” teriak temanya. Young Soo tetap diam saja. Temanya heran
dengan Young Soo yang tak peduli. Young Soo terlihat gelisah tapi tetap diam di
tempat duduknya.
Eun Seol
bergegas keluar dari "Toko Buku Good Night" sambil berbicara dengan
ibunya di telp kalau akan segera ke sana. Akhirnya Ibu Eun Seob datang ke
sekolah dengan Eun Seob mengajak pulang Hwi sambil mengeluh kalau ini
Memalukan. Hwi mengeluh dengan ibunya yang merasa malu.
“Bagaimana
bisa kau bertengkar dengan gadis lain karena pria? Ibu malu kepadamu” kata Ibu Eun
Seob.
“Ibu... Pria
adalah segalanya bagiku.” Kata Hwi. Eun Seob hanya bisa tersenyum. Ibu Eun Seob
pikir anaknya itu memang gila sambil memukul anaknya.
“Sakit!
Aku tidak gila. Aku baik-baik saja. Setelah meminum tonik otak itu, pikiranku
menjadi lebih jernih.” Jerit Hwi
“Kenapa
kau mendekati pria yang sudah punya pacar?” keluh sang ibu. Hwi mengeluh kalau itu
hanya kesepakatan.
“Kesepakatan,
seperti kesepakatan bisnis.” Ucap Hwi. Eun Seobmulai berkomentar kalau bukan
seperti itu
“Bukan
itu intinya...” keluh Ibu Eun Seob. Saat itu Seung Hoo datang memanggil Hwi.
“Seung
Ho, sedang apa kamu di sini? Apa Kau datang sebagai waliku? Baiklah.” Ucap Hwi
mengodanya.
“Kudengar
kau mendapat masalah.” Ucap Seung Ho. Hwi membenarkan dan bingung Seung Ho bisa
mengetahuinya.
“Apa Kau
yang memberitahunya?”tanya Hwi pada kakaknya. Eun Seob membenarkan.
“Ayolah.
Saat kau mendapat masalah, orang tuamu dipanggil ke sekolahmu. Aku tahu itu...
Benarkan?” ucap Seung Ho.
“Seung
Ho, kamu sangat pintar... Anak Pintar.” Puji Ibu Eun Seob memegang pipi Seung
Ho.
“Haruskah
Ibu memujinya karena dia pintar? Apa Ibu ingin semua orang tahu aku mendapat
masalah? Astaga.” Keluh Hwi
“Jika
kamu mengkhawatirkan itu, kenapa kau mendapat masalah?” balas Ibu Hwi
“Sudah kubilang
itu hanya kesepakatan. Semua orang sudah tahu.”ucap Hwi. Ibu Eun Seob langsung
memukulnya.
“Berhentilah
memukuliku.”keluh Hwi karena sakit. Eun Seob hanya bisa tersenyum lalu berjalan
dengan Seung Ho.
Seung Ho
pergi ke rumah sakit dan langsung memanggil kakeknya. Kakek Jung langsung
memeluk cucunya. Saat itu Hye Won mendorong kakek Jung tersenyum melihat Eun
Seob yang juga datang.
“Apa Kakek
merasa lebih baik? Kakek baik-baik saja sekarang?” ucap Seung Ho. Kakek Jung
mengaku lebih baik.
“Kau
sudah dewasa karena mengkhawatirkan kakekmu. Ayo pulang sekarang.” Kata Kakek
Jung. Seung Ho tersenyum mendengarnya.
Eun Seob mengaku
banyak menyetir hari ini. Hye Won pikir seperti itu lalu bertanya apakah sudah berusaha
menghubungi ayah Seung Ho. Eun Seob menganguk tapi tidak bisa menghubunginya.
Hye Won ingin tahu apakah Eun Seo punya nomor telepon yang tepat
“Entahlah.
Aku meneleponnya, tapi tidak bisa menghubunginya. Aku juga mencoba menelepon
agen perjalanan tempatnya bekerja, tapi tampaknya dia sudah berhenti.” Jelas Eun
Seob.
“Begitu
rupanya... Kapan dia terakhir di sini?” tanya Hye Won. Eun Seob pikir sekitar
lima tahun lalu
“Aku
memberi mereka nomorku... Bagaimana denganmu?” ucap Eun Seob.
“Keadaanku
sama saja. Bibi bersikeras mengatakan dia baik-baik saja dan ibuku sepertinya
tidak mau membujuknya. Ada apa dengan mereka berdua?” kata Hye Won kesal.
“Apa yang
terjadi kepada ayah Seung Ho dan Myeong Yeo. Mungkin hanya waktu yang akan
menjawabnya.” Kata Eun Seob
“Seperti
saat musim semi datang setelah musim dingin?” ucap Hye Won. Eun Seob
membenarkan.
“Rasanya
musim semi akan segera datang.” Kata Eun Seob. Hye Won menatap Eun Seob dan
langsung memegang tanganya. Eun Seob pun mengenggap tanganya.
Bibi Sim
mencoba menulis dikamarnya, dengan tulisan "Hei. Menurutmu siapa yang
membunuh kakak iparku?" Tuan Cha duduk di dalam taksi seperti terlihat
sangat frutasi.
“Cha Yun
Taek... Ya, kau benar. Semua orang salah dan kau benar. Sejujurnya, aku.. Aku
tidak pernah ingin menyerah untuk sesaat..”
Flash Back
Bibi Sim melihat
namanya "'Labirin Sisterfield' oleh Shim Myeong Yeo" wajahnya
terlihat biasa saja tak raut wajah bahagia sebagai "Pemenang Kontes
Sastra" Ia lalu berbicara dengan Tuan Cha kalau ini sangat lucu. Tuan Cha
tak mengerti maksudnya.
“Lagi
pula, aku penulis terbaik di sini.” Kata Bibi Sim percaya diri. Tuan Cha hanya
bisa melonggo.
“Aku
penulis terbaik. Apa gunanya jika aku memenangkan kontes? Pada akhirnya, aku
akan mengalahkan semua orang. Apa aku salah?” ucap Bibi Sim dengan senyuman
angkuhnya. Tuan Cha hanya diam saja.
Bibi Sim mulai
merasakan kepalanya sakit dan hanya sendirian. Ia pun menangis histeris dan
akhirnya mulai muntah sendirian.
“Aku tidak pernah memikirkan itu
seumur hidupku. Aku tidak pernah membayangkan menghabiskan sisa hidupku
sendirian di tempat kosong ini seperti orang yang menunggu untuk mati.”
Bibi Sim menyuruh
Tuan Cha agar Hiduplah yang menyenangkan dan Nikmatilah hidupnya. Ia
menyuruh Tuan Cha agar Menikahlah
seperti cita-citanya dan punya anak seperti cita-citanya lalu hidup bahagia
selamanya. Tuan Cha mencoba agar menahan Bibi Sim.
“Berbahagialah.
Lupakan orang bodoh sepertiku, ya?”ucap Bibi Sim lalu berjalan pergi.
“Aku tidak pernah ingin putus
denganmu walau sesaat. Itu yang sebenarnya,
Cha Yun Taek..”
Tuan Cha
yang ada didalam taksi meminta supir agar putar balik mobilnya?
***
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar