PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Perawat
semua berkumpul mengajak untuk makan karena Bekal baru datang dan masih hangat.
Perawat senior membagikan kotak makan memberitahu Hari ini pasien penuh jadi Makanlah selagi
sempat.
“Pasien
kamar 6103, Jo Je-yeong, pernah TACE di tahun 2016?” ucap Perawat wanita.
“Ya, tetapi
masih ada beberapa lesi. Jadi, dia terus melakukan RFA dan TACE.” Jelas perawat
senior.
“TACE itu
apa?”tanya Perawat pria. Perawat senior menjawab Transcatheter arterial
chemoembolization, Kemoembolisasi di arteri hepatik. Si pria masih terlihat
bingung
Saat itu
telp berdering, keluarga pasien memberitahu di kamar 6110 kalau tiba-tiba
muntah. Mohon segera kemari. Perawat pun memberitahu akan segera kesana.
Perawat pria pun berlari ke Kamar 6110.
“Perawat..
Suamiku sulit bernapas... Dia tampak sesak sejak tadi. Tolong segera ke kamar!”
ucap keluarga pasien. Si perawat wanita akhirnya berlari tanpa makan.
Akhirnya
hanya ada perawat seniora dan sudah siap makan, tapi terdengar suara pasien “Perawat,
kasurnya rusak! Aku sudah menekan pengendali, tetapi tidak naik. Aku harus
makan malam. Tolong kami! Kami jadi tidak bisa makan.”
“Jangan
aku, minta kepada.... Baik, sebentar. Kita ke kamar bersama.” Ucap Perawat dan bingung karena tak ada siapapun
di meja receptionist dan mencari pasien dikamar berapa dari layar komputernya.
“Perawat
Su-bin! Sim Yeong-ho, anak Pak Sim.. Apa Dia di Kamar VIP Dua atau Tiga?” tanya
Ik Jun keluar dari kamar rawat.
“Kamar
Dua,tetapi kau tidak akan bisa menemuinya.” Kata Sun Bin. Ik Jun ingin tahu
alasanya.
“Dia agak
sensitif. Perawat pun hanya satu orang yang boleh masuk. Dokter Gwon Sun-jeong
juga baru bertemu sekali. Pendonor memang tidak perlu banyak tes, tetapi dia
sangat pemarah.” Ucap Sun Bin. Ik Jun terlihat bingung.
“Setahuku
tidak.” Jelas Ik Jun. Sun Bin menceritakan
Putranya konon tak mau mendonor hati, tetapi terpaksa agar terlihat
sebagai putra baik.
“Konon
pengawal pribadi juga sedang mengawasi di dalam karena takut putranya kabur.”jelas
Sun Bin dengan masih sibuk mencari sesuatu di layar komputer.
“Kau cari
apa sejak tadi?” tanya Ik Jun. Sun Bin terlihat bingung mengaku Tadi seorang
wali datang dan bilang kasurnya rusak.
“Aku
tidak tahu dia kamar berapa.” Kata Sun Bin. Ik Jun memberitahu kalau sudah
memperbaikinya.
“Kapan?”tanya
Sun Bin kaget. Ik Jun mengaku tadi kalau Kabelnya lepas lalu tahu kalau Sun Bin
belum makan malam.
“Astaga.
Cepat makan dahulu. Biar aku yang duduk di sini. Masalah kecil pasti bisa
kuatasi.” Ucap Ik Jun
“Kau
pulang saja, Dokter. Anakmu pasti menunggu.” Ucap Sun Bin tak enak hati.
“ Besok
akhir pekan. Aku bisa main seharian bersamanya.” Kata Ik Jun duduk dikursi yang
menurutnya sangat nyaman sekali!
“Kau
menontan apa? Kau sungguh terlihat
seperti ayah tunggal.” Ucap Sun Bin melihat Ik Jun
“Benar...
Dahulu, aku hidup seperti ayah tunggal, kini secara resmi. Duda tanpa diragukan
lagi.” Ucap Ik Jun bangga
“Merawat
anak sulit, 'kan? Padahal kau sibuk bekerja di rumah sakit.” Kata Sun Bin
“Tentu.
Namun, aku... Aku sangat sayang anakku.” Kata Ik Jun senang walupun hanya hidup
dengan anaknya.
Ik Jun
membawa U Ju keluar, U Ju meminta agar mengendongnya agar bisa memilih
makanan. Ik Jun memikirkan akan makan
yang mana, U Ju langsung memilih Ham dan keju untuk Ayahnya. Ik Jun pun
bertanya apa yang akan dipesan anaknya.
“Aku
Penggemar Alpukat.” Ucap U Ju. Ik Jun beerkomentar anaknya yang Penggemar
Alpukat tapi ia adalah penggemar U-ju. U Ju hanya bisa tersenyum
“U-ju,
kau genius? Apa Ayah melahirkan seorang genius? Ayo Cium ayah.” Ucap Ik Jun. U
Ju pun memberikan ciuman pada ayahnya.
U Ju
makan sandwich pilihanya. Ik Jun bertanya apakah anaknya pernah kemari. Ik Jun
menganguk. Ik Jun ingin tahu Dengan siapa. U Ju dengan bangga kalau pergi
dengan Jang Mo-ne yaitu Pacarnya. Ik Jun
tak percaya anaknya memilik pacar bernama Mo Ne.
“Apa Kalian
ke sini berdua saja?” tanya Ik Jun. U Ju menjawab tidak merkea datang bersama
ibu Mo-ne. Ik Jun mengerti.
“U-ju...
Kalau kau ingin bertemu Ibu, bilang kepada ayah kapan pun. Kalau U-ju bilang, ayah
akan segera mengantarmu kepada Ibu... Ahh Tidak. Ayah akan minta Ibu kemari.
Mengerti?” kata Ik Jun.
“Kalau
Ibu tidak ingin bertemu U-ju, maka U-ju pun tidak ingin bertemu Ibu.” Ucap U Ju
“Kenapa
Ibu tidak ingin bertemu U-ju? Tidak. Ibu juga sangat ingin bertemu U-ju. Bahkan
Kemarin Ibu juga telepon, menanyakan kabar U-ju. Ibu menelepon ayah setiap
hari.” Ucap Ik Ju menenangkan.
“U-ju
hanya butuh Ayah... Ayah orang yang paling kusayangi di seluruh semesta.” Ucap
U Ju.
Ik Jun
seperti tersentuh mendengar ucapan anaknya. U Ju melihat ayahnya hanya diam
saja lalu bertanya apakah tidak makan
rotinya. Ik Jun mengaku mau memakanya. U Ju lalu dengan senyuman bahagi meminta
agar ayahnay membelikan satu roti lapis lagi. Ik Jun pun hanya bisa tertawa dengan
tingkah anaknya.
Kakak
Jung Won sedang menyiram tanaman di gereja. Juniornya datang memberitahu kalau
ada tamu. Kakak Jung Won tahu kalau itu adiknya karena sudah janji datang hari
ini. Juniorya pikir bukan karena pria itu tampan.
Kakak
Jung Won mengerti dan langsung mengarahkan air pada juniornya karena berani
mengejeknya. Sang junior hanya diam saja basah kuyup dan langsung pergi. Jung
Won bertemu kakaknya sambil makan es krim. Kakak Jung Won bertanya apakah
adiknyahabis main bisbol.
“Tidak. Aku
dari rumah.” Ucap Jung Won. Kakaknya
bertanya apakah Jung Won tidak ada janji di akhir pekan
“Aku akan
menemui Ibu nanti.” kata Jung Won. Kakaknya bertanya apakah Jung Won tak ada
kencan.
“Kau
menyia-nyiakan masa mudamu.” Ejek kakaknya. Jung Won mengeluh menurutnya tak
asalan untuk berkencan.
“Aku
tidak tertarik... Omong-omong, kenapa belum ada balasan, ya? Sudah dua bulan sejak
kukirim surat rekomendasi.” Kata Jung Won.
“Pasti
segera dibalas. Kau Tunggu saja... Kau... Apa sudah bilang pada Ibu?” ucap
Kakak Jung Won.
“Aku akan
memberitahunya hari ini.”ucap Jung Won. Kakaknya yakin ibunya pasti pingsan.
Jung Won yakin kalau Ibunya pasti
mengerti.
“Ibu
mendukung kalian saat mendapat panggilan Tuhan, 'kan? Aku percaya Ibu. Ibu kita
berbeda dengan ibu lain.” Ucap Jung Won.
Tapi saat
dirumah, Jung Won mengendor pintu memanggil ibunya. Seperti sang ibu marah
sampai tak mau membuka pintu. Jung Won terus mengedor pintu tapi ibunya tetap
tak bergeming. Sementara di kuil, Suk Hyung mengantar ibunya dan ingin
mengendongnya. Ibu Suk Hyung menolak.
“Tangganya
sampai bawah, Bu. Jadi Biar kugendong.” Ucap Suk Hyung. Sang ibu pun naik ke
punggung anaknya. Suk Hyung meminta ibunya agar memegangnya erat-erat.
“Bu,
bagaimana kalau kita buat bibim guksu malam ini?” kata Suk Hyung. Ibunya
meminta agar hubungi Song-hwa dan Ajak dia makan malam.
“Ibu
sangat suka Song-hwa. Dia pendiam dan lembut.”kaata Ibunya. Suk Hyung mengeluh
Untuk apa Song-hwa ke rumah
“Sudah
kubilang kami hanya teman. Lagi pula, Song-hwa tidak pendiam.Dia sangat
menggebu-gebu.” Kata Suk Hyung.
Di sebuah
gereja, Song Hwa menari diatas podium dengan penuh semnagat menarikan lagu “ REJOICE
IN THE LORD" Yun Bok dan Hong Bo ikut melihatnya dari tempat duduk hanya
bisa melonggo. Hong Bo bertanya apakah "Rejoice In The Lord" seriang
ini,
“Berarti
dia berhasil menghidupkannya... Hei, sebentar lagi puncaknya.” Ucap Yun Bok dan
akhirnya melihat Song Hwa dengan sangat penuh semangat mengakhir tarianya.
U Ju
sudah siap-siap pergi ke sekolah, bibinya memuji U Ju yang tampan sambil
mengoda bertanya anak siapa. U Ju menjawab Lee Ik-jun. Sang bibi memuji U Ju
memang anakn pintar. Ik Jun berbicara ditelp memastikan kalau Polusi udara hari
ini tinggi jadi Tidak ada kelas di luar.
“Ya.
Kalau nanti siang keluar, tolong pakaikan masker yang ada di kantong depan tas
U-ju, dan kalau ada tabir surya, tolong oleskan ke wajah U-ju.” Pesan Ik Ju
lalu pamit pada anaknya. U Ju menatap sang ayah dengan senyuman.
Ik Jun
memarkir mobilnya, saat itu Mobil Song Hwa datang hanya dengan satu kali mundur
bisa langsung pakir. Ik Jun keluar mobil memuji Song Hwa itu memang ratu
parkir. Song hwa mengejek akan jadi sopir kalau berhenti jadi dokter.
“Hei.. Tolong
parkirkan di mana saja!” ucap Jung Won tiba-tiba datang dan langsung memarkir
didepan mobil keduanya. Ik Jun dan Song Hwa hanya bisa melonggo melihat Jung
Wan yang berlari cepat.
[KANTOR MEDIS 4 OBSTETRI/GINEKOLOGI]
Dokter
Chu melihat seoran dokter didalam ruangan dan langsung menyapanya dan bertanya
apakah kembali sepenuhnya. Sang Dokter
hanya bisa tersenyum, lalu dokter Tae In memberitahu sudah mulai kerja lagi
hari ini Bahkan sudah menangani satu pasien.
“Apa Kalian
tahu siapa dia?” ucap Dokter Chu. Mereka tahu kalau Dokter itu Sang Dewi
Persalinan.
“Tentu! Pengalamannya
sebagai perawat persalinan saja 15 tahun. Dia memang baru kembali setelah
melahirkan, tetapi selama ada dia, kita tidak diperlukan. Kita bisa pulang.”
Ucap Dokter Chu.
“Chu
Min-ha, kau masih sama. Tidak berubah sama sekali.” komentar si dokter.
“Manusia
tidak boleh berubah. Selama kau cuti, banyak dokter spesialis baru, 'kan?” ucap
Dokter Chu
“Hanya
satu orang. Dokter muda yang tampak pendiam.” Kata Dokter senior yang mengaku baru melihatnya. Dokter
Tae In menjawab itu Dokter Yang Suk-hyung.
“Ya,
kurasa hanya dia yang baru. Dokter lain masih sama. Aku lihat hari ini ada
persalinan anensefali. Siapa yang bertugas?” ucap Dokter Senior.
“Aku. Aku
asistennya.” Kata Dokter Eun-won. Dokter Senior meminta agar Dokter Tae In harus cekatan.
“Anensefali
itu apa?” bisik temanya. Dokter Eun-won menjawab Bayi tanpa otak.
“Bayi
diduga mengalami anensefali di usia kehamilan 13 pekan. Aborsi induksi memang
dilarang, dan pasien ingin melahirkan secara normal. Kini pekan ke-32. Air
ketuban sudah pecah dan sudah merasakan kontraksi. Diperkirakan bayi akan lahir
sekitar siang ini, tetapi dia hanya bisa bertahan beberapa jam. Paling lama
beberapa hari.” Ucap Dokter Eun-won
“Cukup.
Biar itu jadi rahasia kita. Kita bersiap saja. Dokter Yang Suk-hyung yang
menangani pasien itu? Tadi dia memang
ingin bertemu denganku.” Kata Dokter senior.
“Siapa
petugas kasus anensefali-ku hari ini?” tanya Suk Hyung masuk ruangan. Dokter Eun-won
mengangkat tanganya.
“Chu
Min-ha. Bisa bicara sebentar?” kata Suk Hyung. Dokter Chu bingung tapi akhirnya
ikut keluar ruangan.
“Apa?? Kau
ingin aku menutup mulutnya?”kata Dokter Chu kaget. Suk Hyung meminta agar Jangan
tutup hidungnya.
“Tutup
saja mulutnya agar kita tak dengar tangisannya. Eun-won tidak bisa karena jadi
asisten. Kau masuklah dan tutup mulut bayi. Segera begitu lahir... Paham?” ucap
Suk Hyung. Dokter Chu kaget dan bingung.
Dokter
Jang melihat kalau Hasil rontgen juga baik. Demam pun tid jadi Seharusnya tak
menelepon Dokter Bae bahkan Kemarin
malam juga menelepon. Dokter Bae pikir pasienya gelisah karena
belum lama operasi jadi tak ada yang bisa dilakukan.
“Jin-yong
kenapa? Ada apa?” tanya Jung Won datang dengan nafas terengah-engah.
“Sekarang
dia baik-baik saja, Dokter. Maaf. Dia masuk IGD karena memuntahkan semua
makanan sejak dini hari, tetapi sudah membaik.” Jela Dokter Jang.
“Apa
Sekarang tidak ada masalah? Apa Tidak ada demam dan distensi abdomen?” tanya
Jung Won.
“Demam sudah
turun setelah diberi obat. Dia membaik setelah muntah sekali.” Kata Dokter
Jang.
Jin-yong
sudah membaik, dan sudah kami jelaskan, tetapi ibunya tetap ingin menemuimu.”
Ucap Dokter Bae lalu meminta maaf.
Jung Won
mengaku tak masalah, saat itu perawat memanggil Dokter Bae kalau ada pasien
fraktur jadi harus segera kemari.
Jung Won
pun memeriksa pasienya lalu memberitahu ibu Jin Yong agar
tidak perlu khawatir karena bukan masalah usus lalu bertanya apakah bisa
makan sesuatu karena jadi lebih kurus. Sementara Dokter Bae memeriksa pasien
yang baru datang, seorang anak yang
merintih kesakitan.
“Apa yang
terjadi?” tanya Dokter Bae. Ayahnya mengaku sang anak jatuh dari meja makan saat bermain.
“Setelah
itu lengannya tidak bisa digerakkan. Dia jatuh keras ke arah kanan. Aku rasa
tangannya patah. Aku mohon segera lakukan sesuatu.” Ucap sang ayah panik
“Bagaimana
kalau kutekan di sini dan sini? Apa Rasanya sama? Apa Bisa kau tarik napas
dalam? Apa Saat bernapas pun sakit?” ucap Dokter Bae sang anak terus merasa
sakit.
“Menurutku
dadanya harus pindai dirontgen. Apa lengannya jatuh lebih dahulu saat jatuh?
Apa Dadanya tidak menabrak sesuatu?”tanya Dokter Bae. Sang ayah mengaku tak
tahu
Saat itu
Jung Won akhirnya ikut bergabung dengan Dokter Bae. Sang ayah mengakuSaat jatuh dari meja makan
hanay terdengar suara sangat keras lalu anaknya jatuh ke kanan. Dokter Bae
pikir Menurut pengamatan, lengannya patah.
“Dadanya
juga tampak bermasalah, sehingga harus tes rontgen.” Kata Dokter Bae.
“Aku
dengar anak tidak dianjurkan tes rontgen. Apa itu perlu?” ucap sang ayah
khawatir.
“Hanya
radiasi jumlah kecil. Tak apa.” Ucap Dokter Bae. Sang ayah bisa mengertii lalu
meminta agar dokter segera hilangkan rasa sakitnya.
Dokter
Bae meminta agar jangan khawatir lalu meminta perawat wagar Pindai dengan
rontgen dan beri obat pereda rasa sakit.
Saat itu
perawat datang memberitahu Jung Won kalau
operasi Kasai sudah siap jadi harus ke sana. Jung Won mengerti.
Ik Jun
memeriksa presdir Sim bertanya apakah Belum enema, Istrinya menjawab Akan
dilakukan nanti malam dan memastikan kalau Itu persiapan terakhir sebelum
operasi, Ik Jun menganguk. Sang istri pun mengeluh Persiapannya banyak sekali.
“Belum
operasi saja sudah melelahkan.” Kata Sang istri. Ik Jun memberitahu Persiapan
penerima donor memang sangat banyak dan Durasi operasi pun lebih lama.
“Kau
bilang sekitar sepuluh jam, 'kan?” ucap istri Tuan Sim. Ik Jun pikir baru bisa tahu setelah operasinya mulai.
“Tetapi
biasanya sekitar sembilan sampai sepuluh jam.
Sebagai gantinya, waktu operasi putramu, lebih pendek sekitar empat jam
setelah dikurangi waktu anestesi dan penutupan.” Jelas Ik Jun
“Tidak
akan ada efek samping setelah operasi, bukan? Suamiku menjalani transplantasi
agar bisa lebih sehat.” Ucap sang istri.
“Itu...
Bukan agar lebih sehat, tetapi dia tak bisa hidup jika tidak melakukan
transplantasi hati. Ini keputusan sulit bagi putramu, dan tentu saja tidak
semua anak atau keluarga mampu melakukannya. Sebuah hal wajar dan dapat
dimengerti jika mereka menolak.” Jelas Ik Jun.
Sang
istri menganguk mengerti. Ik Jun melihat Presdir Sim agak batuk. Jadi akan melakukan rontgen. Dan
bertanya Bagaimana hasilnya. Perawat memberitahu Tidak ada masalah. Ik Jun
pikir Semuanya bagus jadi Sampai bertemu besok.
“Baik.
Kau juga istirahat, Dokter... Jangan minum-minum dan pulanglah ke rumah.” Ucap
sang istri. Ik Jung tersenyum lalu pamit pergi.
Dokter
Chu masuk ruangan mengeluh karena Suk Hyung minta segera tutup mulut bayinya
menurutnta itu pasti karean Suk Hyung tidak ingin mendengar suara tangis bayi
lalu mengumpat Suk Hyung benar-benar gila dan Psikopat!
“Apa Dia
benar bilang begitu? Dokter Yang bilang begitu?” kata Dokter Senior dan Eun Woo
kaget.
“Sungguh!
Tadi dia bilang begitu padaku.” Ucap Dokter Chu. Eun Woo pikir Tak menyangka dia begitu dan sungguh di luar
dugaan.
“Apa yang
di luar dugaan? Ini Sesuai dengan rupanya! Dia tidak punya perhatian dan
perasaan terhadap pasien. Dia hanya penyendiri sederhana yang bodoh dan egois!
Sesuai seperti kelihatannya.” Kata Doktar Chu kesal
“Dokter
Min-ha... Sudah berapa tahun jadi residen?” tanya Dokter Senior. Dokter Chu
menjawab Dua tahun jadi meminta agar mendengarkan baik-baik.
Perawat
menelp Suk Hyun kalau Jo Mi-hyeon, pasien gastroschisis masuk IGD karena sudah
kontraksi jadi meminta agar segera datang.
Suk Hyung pun berlari suami Nyonya Jo gelisah menunggu didepan ruangan
bersalin. Dokter lain memberitahu ini
terlalu cepat.
“Jarak
kontraksi amat pendek... Dokter Eun-won, Dokter Yang datang.” Ucap Dokter. Eun
Woo pun melihat Suk Hyung datang
“Jo Mi-hyeon,
wanita hamil 37 pekan. Kita berencana lakukan persalinan induksi pekan depan, tetapi
kini sakit kontraksi. Suaminya sangat terkejut.” Jelas Eun Woo.
Suk Hyung
datang menemui suaminya lebih dulu meminta agar tidak perlu khawatir. Eun Woo
memberitahu Bukaan sudah sekitar tiga cm, dan sesaat lalu diberi epidural.
Ik Jun
melihat KAMAR VIP 2 [TIRAH BARING! PENGUNJUNG TERBATAS. Perawat berkomentar
kalau sangat khawatir menurutnay anak Tuan Sim itu Mentalnya tak stabil bahkan menolak
dikunjungi. Ik Jun bertanya apakah Dia sudah dites darah dan dirontgen
“Tentu
saja... Aku melihatnya satu kali saat itu saja. Setelah itu dia tidak keluar
kamar. Padahal saat konsultasi, dia baik-baik saja.” Kata Perawat.
“Dia
tidak mungkin kabur, 'kan?” ucap Ik Jun memastikan. Perawat merasa itu Tidak
mungkin.
Suk Kyung
keluar ruangan memberitahu Bukaannya masih tiga cm. Masih ada waktu lalu
bertanya apakah sudah hubungi Pediatri. Eun Woo mengaku sudah. Suk Hyung ingin
tahu apakah sudah menelp. dokter bedah anak.
“Kau
belum menghubungi Jung-won, 'kan? Masih ada waktu.” Kata Suk Kyung. Eun Woo
menagku belum kuhubungi.
“Aku
sudah bicara dengan Kepala Residen. Menurut dia, Dokter Ahn baru selesai
operasi sejak dini hari, dan mungkin sedang makan karena belum makan seharian.”
Ucap Eun Woo.
“Bagus.
Aku akan menunggu di ruangan.” Kata Suk Hyung lalu berjalan pergi.
Eun Woo
akhirnya kembali ke ruangan, Dokter Senior membahasnya kaalu sudah mendengar
masih tiga cm. Eun Woo membenarkan. Dokter pikir itu berarti masih lama dan
yakin kalau belum menghubungi dokter bedah anak,
“Tentu belum.
Aku sudah dua tahun kerja... Aku paham soal itu.” Kata Eun Woo yakin.
Saat itu
telp berbunyi, Eun Woo kaget dan langsung keluar berlari dengan cepat.
Dokternya ingin tahu kenapa. Eun Woo menjawab sudah Bukaan lengkap!
Suk Hyung
datang langsung memakain baju operasinya melihat Eun Woo datang meminta tak
masalah jadi masuk santai saja. Eun Woo kebingungan karena Dokter bedah anak
sedang makan. Perawt memberitahu kalau Eun Woo tidak perlu menelepon. Eun Woo
terlihat bingung.
“Dia
sudah datang... Dokter Ahn sudah di Ruang Persalinan sejak sepuluh menit lalu.”
Ucap perawat.
“Apa Dia
sudah selesai makan?” kata Eun Woo kaget. Perawat mengulang ucapan Jung
won. "Apa Makan penting? Bayinya
segera lahir."
“Dia bilang
harus siap sedia lebih awal karena temannya yang menangani.” Ucap Perawat.
Dalam
ruang operasi suasana terlihat tegang, Jung Won mengunggu. Saat itu Jung Wan
keluar membawa bayi tanpa otak. Suk
Hyung memanggil Jung Won seperti ingin memberikan semangat. Jung Won pun
tersenyum.
Suk Hyung
sedang didalam ruangan, Ass memberitahu kalau sudah siap.
Di
ruangan Song Hwa, Jun Wan bertanya dimana Jung Won. Ik Jun memberitahu Ada
operasi sejak pagi. Jun Wan bertanya apakah Suk
Hyung juga. Song Hwa membenarkan kalau ada persalinan mendadak, lalu ada
kasus anensefali.
“Dia tak
bisa makan.” Kata Jun Wan dan mulai makan. Ik Jun membahas Bayi tanpa otak.
Song Hwa membenarkan.
***
Flash
Back
Diruangan
bersalin Suk Kyun meminta agar pasien mulai mengedan untuk mengeluarkan
bayinya. Sang ibu berusaha sekuat tenaga mengeluarkan bayinya sampai menangis.
Sampai
akhirnya Suk Hyung memberikan kode pada perawat untuk bersiap, saat bayi
dilkeluar Dokter Cha membawanya sama seperti yang diminta oleh Suk Hyung. Suara lagu dengan speaker pun terdengar
dengan keras dalam ruangan bersalin.
“Kau
sudah bekerja keras.” Puji Suk Hyung. Sang ibu memanggil Suk Hyun mengaku
merasa bersalah pada anaknya sambil terus menangis.
“Bu...
Kau sudah memperjuangkan anakmu sampai akhir. Itu saja sudah hebat... Kau sudah
melakukan yang terbaik, Bu. Kau sudah sangat bekerja keras.” Ucap Suk Hyung
memastikan.
Flash Back
Dokter
Senior bertanya pada Dokter Chu bertanya sudah berapa tahun jadi residen.
Dokter Chu menjawab Dua tahun. Dokter Senior meminta agar dengar baik-baik dan
mengaku Tadi menengok pasien itu karena khawatir.
“Aku
bertanya, apa dia ingin melihat bayinya saat lahir. Kami bisa memperlihatkannya
bila mau. Dia berpikir cukup lama lalu dia bilang tidak perlu. Dia takut merasa
amat terpukul bila melihat bayinya.” Cerita Dokter Senior.
“Sebenarnya
dia sudah hebat dengan tidak menggugurkan kandungannya. Namun, saat aku keluar
kamar, Dokter Yang Suk-hyung sedang berdiri di luar. Dia bilang ingin meminta
bantuanku. Dia bilang, "Saat bayinya lahir nanti, dan bila dia menangis, bisakah
kau menaikkan volume musiknya?” cerita Dokter Senior.
“Aku
sudah minta kepada orang lain, tetapi aku juga minta tolong kepadamu untuk
jaga-jaga." Ungkap Dokter Senior. Dokter Cha tak percaya mendengarnya.
Suk Hyung
terlihat bergegas jalan di lorong rumah sakit meminta agar segera ke dalam.
Dokter Senior menceritakan kalau langsung paham apa maksudnya bahkan kaget
orang pendiam seperti Suk Hyung bisa begitu Jadi pura-pura bertanya "Kenapa
harus menyalakan musik?"
“Dia bilang,
"Seorang ibu pasti tahu segalanya dan sudah menyiapkan hati. Meski begitu,
jika dia dengar tangisan bayinya saat lahir, trauma itu akan membekas
selamanya." Jelas Dokter senior. Dokter Chu hanya diam saja.
***
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar