PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Song Hwa
baru saja turun dari mobil, Ik Jun berlari memanggil “Hei, Ratu Parkir!” Song
Hwa langsung menengok. Ik Jun mendekat meminta agar memarkirkan sepedanya. Song
Hwa bingung tiba-tiba di panggil "Ratu Parkir"
“Lantas
kenapa kau balik badan? Tolong cepat!.. Dan Belikan aku kopi! ucap Ik Jun
seperti menahan sesuatu dan bergegas pergi.
“Aku
tunggu di lobi!” kata Song Hwa lalu mencium sesuatu dari jok sepeda temanya.
Song Hwa
melihat dua juniornya juga duduk dikedia sambil tertidur. Dokter Heo terbangun langsung
meminta maaf. Song Hwa pikri Kenapa
minta maaf, karena ia yang minta maaf
telah membuat Dokter Heo terbangun.
“Masih
ada waktu sebelum mulai... Kau bisa tidur lagi.” Ucap Song Hwa. Dokter Heo
pikir tak perlu dan langsung menghabiskan espressonya.
“Asyik!
Halo, Semua! Apa Ini punyaku?” ucap Ik Jun datang dengan wajah bahagia.
“Kapan
kau ganti baju?”tanya Song Hwa. Ik Jun mengaku
tidak mungkin masuk lobi dengan pakaian itu.
“Aku
hendak menengok pasien. Jadi, sekalian buang air dan ganti baju secepat kilat.”
Kata Ik Jun. Song Hwa memberikan tatapan mengejek mendengarnya.
“Tidak
seperti dugaanmu... Sfingter anusku masih kuat. Jangan berpikir yang aneh!”
ucap Ik Jun lalu melihat Dokter Yong yang tertidur.
“Kenapa
dia? Tidurnya nyenyak sekali. Bangun pagi memang sulit. Aku juga begitu... Astaga.”
Ucap Ik Jun. Saat itu Dokter Yong terbangun dengan wajah kebingungan.
“Sekarang
kau harus ikut ke akhirat. Tinggalkan semua yang kau miliki di dunia nyata dan
ikutlah denganku.” Ucap ik Jun memegang tanganya seperti seorang malaikat.
“Sekarang?
Tapi Masih banyak yang harus kulakukan.” Kata Dokter Yong bingung.
“Hei, bangun! Dokter, kau
masih hidup... Ayo Hentikan!” ucap Song Hwa menyadarkan keduanya. Dokter Yong
seperti tak percaya mendengarnya.
“Dokter
Yong tampak lelah sekali! Kau sudah ambil cuti? Pasti lebih baik setelah
rehat.” Ucap Ik Jun
“Masih
belum, tetapi aku akan pergi bulan depan.” Kata Dokter Yong. Ik Jun menganguk
mengerti
“Dokter
Chae bilang setidaknya kami harus libur musim panas selama sepekan. Jadi, para
dokter residen ambil cuti bergantian.” Kata Dokter Yong
“Aku juga
ingin cuti sepekan saja.” Ucap Song Hwa. Dokter Heo bertanya apa yang akan di lakukan bila cuti setahun
dan tidak bekerja
“Dia
pasti ingin belajar.” Sela Ik Jun. Song Hwa mengaku bukan. Tapi mau tinggal di
Gangneung, Sokcho, atau Tongyeong.
“Aku mau
ke tempat seperti itu hanya untuk setahun. Aku ingin hidup setahun saja di
tempat yang tak terlalu besar atau terlalu kecil, sebagai dokter di sana.” Ucap
Song Hwa
“Pertanyaannya,
"Mau apa jika tak bekerja?" kata Ik Jun mengejek Song Hwa pikir Main
setiap hari lebih bosan.”
“Sama
sekali tidak! Hal menyenangkan di dunia ini begitu banyak.” Ucap Ik Jun. Song
Hwa pun menyuruh Ik Jun saja yang main.
“Aku
ingin bekerja di rumah sakit kecil daripada besar. Aku ingin berdedikasi kepada
tiap pasien.”ucap Song Hwa berandai-andai
“Dahulu
ada program dokumenter bernama Success Tale di MBC.” Ejek Ik Jun. Song Hwa
meminta agar menghentikannya.
“Kalau
acara itu masih ada, aku yakin kisahnya bisa jadi tiga episode.” Ucap Ik Jun
menahan tawa.
“Aku akan
pergi ke gunung dan pantai di waktu luang.” Ucap Song Hwa dengan senyuman
bahagia.
“Klinik
di desa lebih sibuk. "Waktu luang"? Jangan mimpi!” kata Ik Jun.
Dokter Heo pun ingin tahu apa yang akan dilakukan Ik Jun.
“Aku...
Aku tak pernah pikirkan itu... Kuasumsikan punya anak?” ucap Ik Jun. Dokter
Yong mengatakan Seratus persen lajang.
“Kelab!
Aku harus pergi ke kelab. Aku akan pergi ke kelab malam dan menari sepanjang
malam. Telapak kakiku tidak akan menyentuh tanah lebih dari satu detik.” Ucap
Ik Jun memperagakan tariannya.
“Lalu
siang harinya?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab
Belanja aran sangat suka kota dan sangat suka Seoul.
“Dibanding
cahaya bintang dan bulan di desa, aku lebih suka...” ucap Ik Junm menyanyi
dengan wajah bahagia.
“Bukankah
kau memotret bunga belakangan ini?” ucap Song Hwa mengejak. Ik Jun menegaskan Ada
bunga di mal.
“Bunga
yang bermekaran di area apartemen. Kufoto bunga yang tersusun rapi di toko
bunga samping pujasera dan lantai satu basemen mal.” Kata Ik Jun
“Ayo!
Saatnya menengok pasien.” Kata Song Hwa tak ingin membahasnya lagi.
“Aku juga
harus menengok pasien. Memang kau saja?” balas Ik Jun lalu bergegas. Song Hwa
mengeluh kalau itu Berisik.
Di dalam
ruangan
Jun Wan
membaca pesan Ik Sun dengan senyuman bahagia “Akan kujawab dalam 72 jam.” Jun
Wan membalas “Kau sedang menyusun strategi perang? Santai saja.” Ik Sun pun membalas “Kalau begitu, aku minta
waktu sepekan.”
“Baiklah.
Jangan lupa makan.” Tulis Jun Wan dengan wajah bahagia. Ik Jun pun mengaku selalu
makan dua piring nasi.
Jung Won
berbicara di telp dengan ibunya saat masuk ruangan, meminta maaf karena Kondisi
bayinya mendadak memburuk jadi harus cepat ke Unit Perawatan Intensif Pediatri.
“Bukankah
pemeriksaan kesehatan boleh datang sendiri? Bu, gastroskopi pasti terakhir. Sepertinya
bisa kutemani Ibu saat itu.” Ucap Jung Won
“Tentu bisa
sendiri. Memang ibu bocah? Namun, endoskopi sedasi di rumah sakit ini harus
didampingi wali. Astaga, merepotkan sekali! Berarti orang tanpa suami, anak, teman,
pacar, dilarang endoskopi sedasi?” kata Nyonya Jung marah
“Ibu juga
tahu. Makanya ibu naik taksi agar tidak menyetir. Lagi pula...” ucap Nyonya
Jung lalu melihat seorang dokter ada didepanya
“Permisi...
Pusat pemeriksaan kesehatan di mana?” tanya Nyonya Jung.
“Di
gedung sebelah, basemen satu. Kau bisa keluar dahulu dan ke gedung itu, atau ke
basemen satu yang langsung dari sini.” Kata Dokter. Nyonya Jung pun memuji
dokter itu ramah sekali.
“Lupakan!
Ibu tidak membutuhkanmu. Biar ibu urus sendiri endoskopi ini. Kau bekerja saja!
Sudah!” ucap Nyonya Jung marah lalu menutup telp anaknya.
Di
ruangan
Jung Won
melihat Jun Wan bertanya apakah punya pacar. Jun Wan hanya bisa menatap tak
percaya. Jung Won pikir itu benar dan bisa bicara nanti. Jun Wan tak percaya
kalau Jung Won itu peramal karena bisa menebaknya.
Ik Jun
memeriksa pasienya, Perawat memberitahu Pasien agak demam 37,8 derajat dini
hari dan diberi obat demam. Tapi Sekarang sudah membaik.Ik Jun mengaku sudah
lihat hasil rontgen tadi pagi jadi merasa pasienya demam karena paru-parunya belum
terbuka.
“Meski
sulit, kau harus rajin meniup spirometer.” Jelas Ik Jun.
“Aku
tidak bertenaga karena hanya makan bubur setiap hari.” Keluh pasien Ik Jun memberitahu kalau Mulai besok akan
menyiapkan nasi.
“Mulai
besok beri menu biasa untuknya.” Perintah Ik Jun pada perawat. Perawat
menganguk mengerti.
“Apa
Boleh makan daging? Aku sangat ingin makan bulgogi. Sekarang pun... aku seperti
mencium aroma bulgogi.” Ucap si pasien.
“Bulgogi
Seoul. Ya, 'kan? Yang bumbunya manis dan diberi banyak daun bawang. Ditambah
dua sendok makan bawang putih cincang, sedikit sirop pati, serta banyak jamur
enoki dan shitake. Ya, 'kan?” ucap Ik Jun lalu merasa kalau sangat Tercium...
“Nenek!
Tidak boleh. Dia harus puasa... Tidak. Astaga... Besok kau operasi, Kek... Kau
tak boleh makan ini.” Ucap Perawat saat Ik Jun membuka tirai melihat bangsal
yang ada disampingnya.
“Dokter...
Dia akan operasi besar. Perutnya dirobek panjang. Dia tak boleh dioperasi dalam
keadaan lapar. Agar operasi lancar, setidaknya dia harus makan besar sekali
saja. Bukan begitu, Dokter?” ucap sang nenek tak tega melihat suaminya.
“Tidak
begitu, Nek... Kakek, kau bisa makan berat sebanyak mungkin nanti setelah
operasi. Jika kini makan, kau tak bisa operasi dan harus puasa lagi. Kalau
bertahan sekarang, aku akan buat kau bisa makan enak sampai umurmu 100 tahun.
Ya?” ucap Ik Jun menutup kembali kotak makan.
Si kakek
mengerti, Ik Jun pun akan menyimpan di kulkas. Ketiganya pun keluar bersama.
Perawat merasa beruntung karena Ik Jun bisa mengetahuinya karena kalau tidak
akan berbahaya padahal operasinya besok.
“Dokter,
tunggu! Dokter!.. Minum ini... Cucuku yang membelinya. Rasanya manis dan lezat.
Enak sekali.” ucap sang nenek memberikan pada Ik Jun.
“Maaf,
Nek. Kami tidak boleh menerima hal semacam ini. Bahaya jika kami menerimanya.”
Ucap perawat.
“Astaga. Sekaleng
kopi juga tidak boleh?Ini Bukan apa-apa. Aku merasa bersalah karena membuat keributan
hari ini.” Kata ucap Nenek
“Kau baik
sekali. Kami terima ketulusanmu.” Ucap sang perawat. Ik Jun terus menatap si
nenek.
“Berikan
padaku... Terima kasih. Tampaknya memang enak. Kali ini kuterima, Nek. Namun, jangan
berikan lagi lain kali.” Ucap Ik Jun
“Baik.
Tidak akan ada lain kali... Nikmati kopinya.” Kata Nenek. Ik Jun pun
mengucapkan Terima kasih.
“Perawat
Song Su-bin! Kita ke Bangsal VIP. Aku dan Pak Song akan ke kamar Pak Go
Yeong-min di Bangsal VIP.” Ucap Ik Jun. Juniornya menahan Ik Jun.
Ik Jun
menatapnya dan tahu apa artinya akhirnya memperbolehkan juniornya untuk ikut
denganya. Perawat menceritakan tentang anaknya. Ik Jun tak percaya anak perawat
Song yang ingin berhenti sekolah. Si perawat menceritakan anaknya yang bilang
tak sanggup terus sekolah.
“Kita tak
bisa mencegah kalau dia bilang tak sanggup. Apa boleh buat?” ucap Perawat Song
“Kelas
dua SMP, ‘kan?” ucap Ik Jun. Perawat Song membenarkan. Ik Jun menceritakn saat
bilang "Setidaknya kau harus lulus SMP."
“Dia mau
ikut Ujian Kesetaraan. Dia akan kerja paruh waktu untuk beli kamera dan
komputer, dan minta aku tak ikut campur. Dia alien, bukan anakku.” Ucap Perawat
Song lalu mengetuk pintu ruangan VIP.
Go Ah Ra
langsung menyapa Dokter yang baru datang, Perawat kaget melihat Ah Ra ada di
ruangan dan berpikir datang begitu selesai syuting. Ah Ra mengaku syuting
semalaman dan sudah cukup lama di sini. Dan hanya belum menghapus riasan.
“Ayahmu
sedang tidur?” tanya Ik Jun. Ah Ra mengaku baru saja tertidur. Si Junior sangat
terkesima dengan sosok Ah Ra.
“Meski
operasi sederhana, hari berikutnya selalu paling sulit. Dia pasti merasa lebih
baik besok. Tolong beri tahu untuk tahan sehari ini saja.” Ucap Ik Jun
“Tadi dia
menonton TV denganku sampai tertidur. Dia bilang baik-baik saja, tidak ada yang
sakit. Aku harus mentraktirmu kapan-kapan.” Kata AH Ra
“Boleh...
Bagaimana kalau siang ini?” ucap Ik Jun. Ah Ra pun langsung menyetujuinya.
Jung Won
memeriksa pasien yang masih bayi lalu bertanya Berapa total bilirubin dan level
LFT. Perawat memberitahu Total bilirubin 26, LFT 700/400, dan cenderung naik
terus. Jung Won bertanya Belum ada kabar dari KONOS. Perawat menjawab Belum.
“Kurasa
dia takkan bertahan lebih dari sepekan.” Kata perawat. Jung Won hanya bisa
terdiam mendernganya.
“Ibu Ji-a ada di luar, 'kan?” kata Jung Won.
Perawat membenarkan kalau sang ibu sangat frustrasi.
“Aku
sudah sering menjelaskan dengan baik. Tidak blak blakan seperti sebelumnya.”
Jelas Dokter Jang
“Terima
kasih. Biar aku yang jelaskan kepada ibu Ji-a. Bahwa Ji-a mungkin sulit
bertahan.” Kata Jung Won
Akhirnya
Jung Won keluar dari ruangan UNIT PERAWATAN INTENSIF PEDIATRI, Seorang ibu
duduk sambil menangis sendirian. Jung Won menatap dari kejauhan dan terlihat
ikut merasakan sedih.
Ah Ra
makan jajangmyun dengan suapan yang sangat besar. Ik Jun yang melihatnya
berkomentar kalau Ah Ra banyak makan sekarang. Ah Ra tahu sebelumnya hanya makan dua hari sekali dan menurutnya Ik
Jun pasti kesal. Ik Jun membenarka dengan jujur lalu meminta maaf.
“Lantas kau
minta putus karena itu?” kata Ah Ra. Ik Jun pikir tak pernah minta putus.
“Kalau
begitu, aku?” kata Ah Ra. Ik Jun
membenarkan kalau Ah Rabilang, "Aku lelah, bosan, dan ingin
istirahat," lalu menghilang.
“Setelah
menghilang aku menghubungimu lagi, tetapi kau mengabaikanku. Sepertinya aku
menelepon 30 kali.” Kata Ah Ra
“Tidak,
29 kali.” Ucap Ik Jun. Ah Ra tersenyum mengaku Senang sekali Ik Jun bisa ingat
hal-hal kecil. Ik Jun tertawa mengaku hanya asal bicara.
Saat itu
dua orang junior melihat Ah Ra menyapa dan mengaku penggemarnya. Ah Ra pun
tersenyum menyapa fansnya. Ik Jun pikri Ah Ra tak nyaman jadi lebih baik makan
di restoran luar. Ah Ra pikir kalau mau mentraktir makan enak.
“Apa Kau
tak tahu Hukum Anti Korupsi dan Penyuapan?” ucap Ik Jun.
Saat itu
Dokter Yong dan Dokter Heo datang menyapa Ah Ra seperti tak menyangka. Ik Jun
kesal memberitahu keduanya kalau Ah Ra sedang makan sekarang jadi memintanya
Enyah. Ah Ra pun dengan senyuman mengucapkan Selamat makan.
“Mau
pesan yang lain lagi? Kongguksu ini juga enak.” Ucap Ik Jun. Tiba-tiba ada
orang yang datang lagi.
“Astaga!
Siapa ini? Aku penggemarmu.” Kata seorang pria. Ik Jun kesal mengumpat marah.
“Bisa
biarkan dia makan...” ucap Ik Jun mengangkat kepalanya ternyata Tuan Ju yang
datang langsung berdiri menyapanya.
“Dia
direktur rumah sakit kami.” Ucap Ik Jun. Tuan Ju pikir Ik Jun Tidak perlu berdiri.
“Wajahmu
jauh lebih cantik aslinya. Kita beruntung sekali! Apa Kau boneka?” puji Nyonya
Jung. Ah ra mengaku bukan dengan tawanya.
“Ada apa
kau kemari? Apa Kau sakit?” tanya Ik Jun. Ibu Jung Won menjawab hanya Periksa
kesehatan.
“Dia
pasienmu?” tanya Nyonya Jung. Ik Jun membenarkan kalau Kemarin mengoperasi
ayahnya.
“Boleh
aku minta berfoto?” ucap Tuan Ju. Ah Ra memperbolehkan Tuan Ju pikir mengajak Swafoto.
Ah Ra pikir akan memotret.
Tuan Ju
menolak ingin memegang handphonenya, Mereka bertiga pun bersiap. Tuan Ju
tersadar kalau menekan video, Ik Jun pikir bisa membantunya. Tuan Ju menolak
mengaku bisa melakukan sendiri. Tapi seperti salah mengunakan camera belakang.
Akhirnya
Nyonya Jung yang kesel melempar ponsel ke arah Ik Jun agar bisa mengambil foto
mereka. Ketiganya pun foto dengan bantuan Ik Jun.
**
PUSAT
MEDIS YULJE
Nyonya
Jung mengeluh Tuan Ju yang keras kepala karena sudah mempermalukan diri di
tempat umum. Tuan Ju mengaku sulit melihat jadi tak ada yang bisa dilakukan dan
meminta Nyonya Jung memberikan kunci mobilnya karena antar sampai rumah.
“Semakin
tua, kau makin keras kepala. Pantas anak muda tak suka kau.”ucap Nyonya Jung
mengeluarkan kunci mobilnya.
“Ayolah...
Meski begini, hatiku masih muda. Apa pentingnya umur? Tubuh yang harus muda. Hati
tidak penting sama sekali.” kata Tuan Ju menekan kunci untuk mencari mobil
Nyonya Jung tapi ada yang yang menyala.
Nyonya
Jung kesal akhirnya mengambil kuncinya agar bisa mencarinya. Tuan Ju pikir
Jangan-jangan kuncinya habis baterai dan memastkan kalau parkir di lantai ini.
Nyonya Jung mengaku selalu parkir di lantai ini... lalu tiba-tiba tertawa.
“Benar,
'kan? Hati tidak penting sama sekali.” kata Tuan Ju. Nyonya Jung masih terus
tertawa sambil berjongkok.
“Jong-su,
ayo kita ke panti wreda!” kata Nyonya Jung. Tuan Ju bertanya apda Ada tempat bagus
“Sejujurnya
aku tak keberatan. Sekarang kita cari mobilnya dahulu. Sini!” kata Tuan Ju
“Hari ini
aku kemari naik taksi... Aku naik taksi! Sulit dipercaya.” Kata Nyonya Jung
terus saja tertawa
“Apa Kau
bisa tertawa di situasi ini?” kata Tuan Ju heran. Nyonya Jun pikir pasti
tertawa karena semakin tua jadi pelupa.
“Serumit
apa pun pikiranmu, ini tetap sulit dipercaya.. Aku naik taksi.”kata Nyonya Jung
masih saja tertawa
Suk Hyung
duduk di taman dengan wajah gugup, lalu mencoba menelp ibunya. Sang ibu
bertanya apakah anaknya sudah makan siang. Suk Hyung mengaku belum dan baru mau
makan lalu mendengar suara ibunya yang berbeda dan berpikir terkena flu.
“Konon
anjing pun tidak kena flu saat musim panas, tetapi ibu malah terkena flu. Ibu
baik-baik saja. Sudah minum obat. Kenapa kau menelepon?” ucap Ibu Suk Hyung
“Ya.
Tidak... Aku akan ke rumah Bibi sepulang kerja. Sekarang aku akan pergi
makan... Sampai jumpa nanti.” ucap Suk Hyung lalu menutup telpnya.
Suk Hyung
seperti sangat gelisah menghembuskan nafas dan dikagetkan dengan Jung Won sudah
duduk disampinganya dan bertanya kapan datangnya. Jung Won hanya bisa menatap
sedih dan kebingungan. Suk Hyung menebak kalau Kondisi pasiennya buruk.
“Seorang
bayi enam bulan operasi Kasai tiga bulan lalu karena atresia biliari. Awalnya
dia membaik, tetapi sekarang sirosis hatinya parah. Tidak ada jalan lain selain
transplantasi lever, tetapi golongan darah ibunya tak cocok, dan ayahnya menderita
hepatitis B.” Jelas Jung Won.
“Kau
sudah mendaftarkannya? Meski sulit mencari donor karena dia bayi.” Kata Suk
Hyung
“Tentu sudah.
Namun, belum ada kabar. Donor mati otak harus di bawah 40 tahun karena dia
masih bayi. Ukuran pun tak boleh terlalu besar. Situasinya sulit sekali. Orang
tua bayi tampak amat lelah. Mereka nyaris menyerah. Namun, aku tak bisa
menyerah.” Ucap Jung Won mencoba tetap tegar.
“Kita
tetap harus berusaha maksimal... Ayo! Kita makan.” Ucap Suk Hyung. Jung Won
mengaku tidak selera.
Jun Wan
berbicara di mengeluh pada ibunya yang Bak mandi kayu hinoki dan ternyata
karena ibunya tahu Seong-bom di rumah sebelah membuatkan untuk orang tuanya. Ia
tak percaya kalau butuh Tiga puluh juta won
“Ibu, aku
bukan orang kaya. Aku hanya karyawan biasa... Yang benar saja!” ucap Ik Jun
kesal
***
Song Hwa
juga berbicara di telp mengaku sudah
bicara dengan teman dokter THT-KL jadi bisa Datanglah pekan depan lalu
menemaninya. Ia mengaku Alat bantu dengar harus yang pas dan
bagusjadi sudah pilih yang murah.
“Jeong-yeon
ganti apa? Ganti nama? Jadi apa? Ibu... Kalau
masih menjadi figuran selama 15 tahun di teater, berarti dia tidak berbakat. Suruh
dia berhenti dan belajar keterampilan atau ikut tes. Biar kutelepon dia.” Kata Jun
Wan kesal lalu menutup telp
“Jeong-yeon
ganti nama?” tanya Song Hwa. Jun Wan memberitahu namanya Menjadi Yeon-jeong.
Song Hwa pikir bagus.
“Bagus
apanya? Konyol sekali. Seperti restoran Tiongkok... Astaga! Dasar bocah!” ucap
Jung Wan kesal
“Kalian
pesan telur, 'kan? Ini Telur datang. Telur segar dan besar. Sudah kuduga kalian
tidak makan yang benar. Ini dari koki kantin. Makanlah.” Kata Ik Jun datang.
“Telur
rebus, 'kan?” kata Jun Wan. Ik Jun membenarkan. Saat itu Dokter Ahn datang
memberikan Usb.
“Adik.
Halo!” sapa Ik Jun. Dokter Ahn bingung. Song Hwa memberitahu Suami adik
perempuan itu adik ipar.
“Adik
ipar, silakan duduk di sini... Apa Kau sibuk? Duduklah sebentar.” Ucap Ik Jun.
Dokter Ahn mengaku ada pekerjaan.
“Song-hwa!
Apa Dia sibuk? Kau otoriter sekali!” keluh Ik Jun. Song Hwa akhirnya menyuruh
Dokter Ahn untuk Duduk dan makanlah.
“Benar.
Duduk sebentar... Ada yang ingin kubicarakan... Kau tahu kau yang pertama,
'kan?” ucap Ik Jun. Dokter Ahn tak mengerti maksudnya.
“Ik-sun...
Dia sebenarnya cukup populer. Saat bertemu langsung, dia jauh lebih humoris
daripada dugaan.” Kata Ik Jun
“Benar.
Ik-sun sangat humoris... Aku tahu itu... Terutama burung merpati...”kata Dokter
Ahn.
“Benar.
Burung merpati. Kau sering lihat? Aku yang mengajarinya. Aku... Burung merpati
buatanku... bisa terbang begini. Lalu kembali lagi.” Ucap Ik Jun membuat tanganya jadi burung
“Aku
lihat itu selama 20 tahun... Aku muak!” kata Song Hwa. Jun wan mengaku sudah
lihat punya mereka berdua.
“Banyak
pria menyatakan cinta kepada Ik-sun berkat itu. Para pria yang mengejar dan
menyukai Ik-sun banyak sekali. Ada di mana-mana.” Ucap Ik Jun membanggakan
dirinya
“Ya,
Ik-sun juga populer di markas..” kata Dokter Ahn. Ik Jun mengaku baru lihat dia yang biasa dikejar pria menyukai
seseorang dengan terang-terangan.
“Aku? Bukan
aku. Hubungan kami tidak begitu. Kami hanya sahabat dekat.” Kata Dokter Ahn.
“Awalnya
memang begitu. Tak lama lagi, kalian saling memanggil "sayang" atau
"manis".” Kata Ik Jun penuh semangat.
“Dokter,
hubungan kami sungguh tidak begitu.” Ucap Dokter Ahn. Jun Wan yang disampingnya
mencoba untuk tetap tenang
“Adikku hanya
menerima cinta sepanjang hidupnya. Dia Tak pernah suka lebih dahulu. Meski
suka, dia selalu memendamnya. Namun, aku rasa... adikku menyukaimu... Dokter
Ahn Chi-hong. Bersediakah... kau menerima cinta adikku?” ucap Ik Jun.
Saat itu
tangan Jun Wan langsung memukul kepala Ik Jun dengan telor. Song Hwa hanya bisa
melonggo dan yakin kalau pasti sakit. Ik
Ju marah karena Jun Wan yang memukulnya dan langsung menarik rambutnya. Jn Wan
juga tak mau kalah menarik rambut Ik Jun. keduanya pun saling menarik rambut.
Dokter
Ahn bingung mencoba merelai, Song Hwa meminta keduanya agar bisa berhenti. Ik
Sun tak terima karena Jun Wan yang memecahkan telur yang dibawa.
Jun Wan
memecahkan telur diatas meja dan makanya rambutnya usdah sangat berantakan.
Song Hwa pikir keduanya itu bocah tujuh
tahun dan ingin tahu alasan Jun Wan yang memecahkan telur di kepalanya. Jun Wan
beralasan kalau Ik-jun mengomong kosong!
“Omong
kosong apa?” ucap Song Hwa. Jung Wan mengaku Baru kali ini kulihat kakak yang
tahu banyak tentang adiknya.
“Itu
bukan cerita adiknya, melainkan dia. Seumur hidup dia begitu, 'kan? Apa Kau
pernah lihat Ik-jun suka lebih dahulu? Menikah pun setelah Hye-jeong
mengejarnya berbulan-bulan. Mereka berdua membuatku gila. Aku pergi saja.” Ucap
Jun Wan.
“Tidak
mau minum kopi?” kata Song Hwa. Jun Wan
mengakuharus menemui Tuan Insting.
“Aku akan
memberi hadiah kepadanya... Aku pergi.”kata Jun Wan. Song Hwa hanya bisa
tersenyum melihat tingkah keduanya.
KANTOR MEDIS 3 - BEDAH SARAF
Jun Wan
masuk ke ruangan bertanya pada Dokter Heo dan Dokter Yong apakah melihat Tuan
Insting. Dokter Heo bingung, tapi Dokter Yong bisa tahu dan memberitahu kalau
Dokter Do Jae-hak pergi beli kopi sebentar dan berpikir untuk memanggilnya.
“Tidak
perlu... Dia selalu tak ada saat aku mau berbaik hati.” Kata Jung Wan. Dokter
Yong pun ingin tahu ada apa.
“Aku
hendak beri dia operasi cacat septum atrial pekan depan.” Kata Jung Wan. Dokter
Yong pikir akan menelpnya
“Aku
saja... Aku ingin beri kejutan dengan bicara langsung. Aku kemari sebab konon
dia sering ada di sini. Apa boleh buat? Dia memang tak beruntung... Selamat
bekerja.” Ucap Jun Wan.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar