PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Bo Yeong
pergi ke hutan lalu menatap dalam kegelapan. Di rumah Hye Won mengejar Eun Seob
agar mau melakukannya. Eun Seob
menghindarinya menolak untuk melakukanya. Hye Won memohon agar sekali saja. Eun
Seob terserus menghindar.
“Apa Kau
sungguh tidak mau melakukannya bersamaku?” keluh Hye Won. Eun Seob ingat Hye
Won yang mengatakan harus menyetrika kulitnya.
“Tidak,
aku berbohong. Apa Kau percaya itu?” keluh Hye Won. Eun Seob tetap menolaknya.
“Ayo,
kita lakukan... Aku akan menggambar sesuatu yang manis untukmu” kata Hye Won.
Eun Seob tetap menolak.
“Aku
benar-benar akan marah.” Kata Hye Won mulai merajuk. Akhirnya Eun Seob pun
setuju
“Kau mau
di mana?Sesuatu yang manis?” ucap Hye Won bahagia. Eun Seob mencoba menghindar.
“ Bagaimana
kalau minum kopi dahulu? Aku mau kopi.” Kata Eun Seob. Hye Won heran Eun Seob
yang tiba-tiba ingin kopi
“Aku
selalu minum kopi.” Kata Eun Seob. Hye Won meminta Eun Seob agar minum setelah melakukan ini.
Bo Yeong
terus menaiki gunung dan melihat ke lereng yang cukup curam didepanya.
Pikirannya melayang ke masa lalunya.
Flash
Back
Bo Yeong
mengeluh pada ibunya kalau Bo Guk bisa
menyiapkan makanan sendiri dan ada kegiatan dengan Joo Hee hari ini. Jo Hee
datang memanggil Bo Yeong mengajak ke pusat kota hari ini. Bo Yeong menolak karena Tidak bisa.
“Ayo,
kita pergi... Kau harus ikut.” Ucap Jo Hee. Bo Yeong tetap tak bisa.
Saat Bo
Yeong berjalan dilorong sekolah, Hujan turun dengan deras lalu salah satu
jendela dibagian atas belum tertutup. Bo Yeong mencoba menutupnya tapi tak
sampai, akhirnya salah seorang membantu menutupnya. Ia langsung menatap Eun
Seob yang ternyata membantunya.
Hujan
turun dengan deras, Bo Yeong mengunakan tas untuk menutupi kepalanya. Saat itu
Eun Seob datang langsung memberikan payung. Bo Yeong bingung. Eun Seob menyuruh
agar Bo Yeong mengunakan payungnya dan langsung bergegas pergi. Bo Yeong hanya
bisa melonggo bingung melihat Eun Seob yang menolongnya.
Bo Yeong
terus beusaha menelp Eun Seob tapi tak juga diangkat. Ponsel Eun Seob ada dikamar,
sementara Eun Seob membiarkan tanganya untuk digambar oleh Hye Won. Eun Seob
melihat gambar Hye Won lalu memastikan kalau Apakah ini benar-benar Gunbam. Hye
Won membenarkan
“Apa
Gunbam selalu punya kaki sepanjang ini?” ucap Eun Seob menyindir. Hye Won
langsung mengatap sinis.
“Wajahnya
mirip Gunbam.” Kata Eun Seob meredakan tatapan pacarnya. Hye Won pun berjanji
akan mengambar dengan bagus.
“Ini
Mirip Gunbam.” Kata Eun Seob akhirnya melihat gambar anjing ditanganya. Ponsel
Eun Seob masih saja terus bergetar dan tak ada yang mengangkatnya.
Bo Yeong
masih terus berusaha menelp Eun Seob, Hye Won akhirnya selesai mengambar
ditangan pacarnya. Eun Seob pikir cuaca makin dingin lalu menawarkan cokelat
panas. Hye Won pikir itu Ide bagus lalu mengeluarkan suara anjing.
“Hei,
kurasa Gunbam di sini.” Goda Hye Won. Eun Seob hanya bisa tersenyum.
Bo Yeong
mencari nama di kontaknya, lalu menemukan
nomor "Toko Buku Good Night" Eun Seob mendengar deringan telp
akhirnya mengangkatnya. Bo Yeong pun memastikan kalau Eun Seob yang mengangkat
telpnya.
“Begini...
Kurasa aku tergelincir di gunung. Maafkan aku, bisakah kamu menyelamatkanku?
Datanglah dan selamatkan aku. Aku akan menunggu sampai kau datang. Aku akan
menunggu di sini.” Ucap Bo Yeong. Eun Seob menatap Hye Won yang ada didepanya.
"Episode 13, Resep Teh Tetes Air
Mata"
Hye Won
ingin tahu apa yang dikatakan Bo Yeong.
Eun Seob memberitahu kalau Bo Yeong berada dekat dengan pintu masuk
gunung dan ingin agar ia datang menjemputnya. Ia pun mengambil jaket dan akan
segera kembali. Hye Won langsung melarangnya.
“Tidak,
aku saja... Jika dia di sana, aku yang sebaiknya pergi.” ucap Hye Won
“Bagaimana
kau bisa pergi ke sana...” kata Eun Seob. Hye Won menegaskan akan pergi.
“Kurasa
dia dan aku perlu bicara.. Aku akan kembali.” ucap Hye Wo lalu mengambil jaket
dan keluar dari toko. Eun Seob pun hanya bisa diam saja.
Bo Yeong
menunggu Eun Seob seperti sangat berharap. Hye Won berjalan ke hutan dengan
membawa senter dan melihat Bo Yeong sudah menunggu wajah Bo Yeong kaget dan
kecewa ternyata Hye Won yang datang. Hye Won dengan sinis menyindirnya.
“Kenapa?Apa
kau kecewa karena aku datang, bukan Eun Seop? Sepertinya kau tidak terjatuh.
Kau bisa saja turun sendiri, seperti aku yang bisa ke sini sendiri dengan
mudah.” Ucap Hye Won sinis
“Kau benar... Aku kecewa Eun Seop tidak
datang.” Akui Bo Yeong.
Flash Back
Bo Yeong
duduk di dalam ruangan guru melihat nama "Lim Eun Seop" diponselnya.
Akhirya Ia keluar dari gedung "Pendidikan
Tinggi Chowon" wajahnya langsung tersenyum melihat Eun Seob yang duduk
sendirian di cafe seberang jalan.
“Kukira ini kesempatan terakhirku.”
Bo Yeong
memeriksa penampilanya dulu saat bertemu dengan Eun Seob, berdalih mencari
buku. Eun Seob pikir Jika mengirimkan alamatnya maka akan mengirimkan... Bo Yeong menolak karena ingin
datang dan melihatnya sebelum membelinya.
Bo Yeong
bahagia akan datang ke tempat Eun Seob memilih sebuah bunga yang cantik sekali
lalu bertanya Apa arti simbolis dari tulip. Si pemilk menjawab Itu "pengakuan
cinta". Lalu bertanya apakah mau membelinya
“Satu kesempatan terakhirku. Kau
tidak tahu sekeras apa usahaku untuk berkencan.”
Bo Yeong
pun dengan wajah bahagia membawa bunga menaiki taksi pergi ke tempat Eun Seob
yang tinggal didesa.
Sesampai
disana Bo Yeong mencoba bertanya tentang buku yang dicarinya. Eun Seob pun
menjelaskan Pasangan pergi berwisata
setelah mereka putus. Saat masih bersama, mereka menabung untuk berwisata suatu
hari NANTI.
“Lalu apa
Mereka berwisata setelah putus? Bersama?” tanya Bo Yeong penuh semangat.
“Tidak,
secara terpisah.” Ucap Eun Seob. Bo Yeong pun makin penasaran ingin tahu Lalu?
Apa yang terjadi.
“Aku
sudah melakukan yang terbaik.” Akui Bo Yeong. Hye Won pun ingin tahu alasan
kenapa sekarang
“Kau
tidak pernah melakukannya, lalu kenapa sekarang dan cara ini?” tanya Hye Won
“Karena
aku tidak pernah bisa memenangkan hatinya. Aku tidak bisa mewujudkannya. Apa
yang harus kulakukan?” kata Bo Yeong.
Flash Back
Bo Yeong
mengaku kalau sebenarnya menyukai Eun Seob
Sudah lama sekali. Eun Seob kaget dan mengaku tidak tahu. Bo Yeong pun
bertanya Bagaimana jika Eun Seob mengetahuinya. Eun Seob menjawab Tidak ada yang akan berubah.
Bo Yeong
membawa buket bunga yang besar melihat Eun Seob hanya duduk sendirian. Beberapa
orang menerima buket bunga diatas meja. Eun Seob melihat ke arah meja Hye Won
yang ada buket bunga diatasnay. Bo Yeong ingin mendekati Eun Seob tapi saat itu
Jang Woo datang.
“Hei, Eun
Seop... Ini untukmu. Aku dapat banyak. Ayo, akan kubelikan jajangmyeon... Ayolah.
Teman-teman menunggu. Cepat.” Ucap Jang Woo. Eun Seob pun pergi dan Bo Yeong
hanya bisa menatap sedih.
“Tentu, aku punya banyak
kesempatan, lantas apa? Waktunya selalu tidak pas. Seolah-olah aku tidak boleh
ada dalam hidupnya.”
Bo Yeong
sedang berjalan di tepi jalan dan melihat bus yang berhenti, senyuman terlihat
bahagia saat meihat sosok pria yang turun dengan pakaian tertara. Eun Seob
seperti baru saja menyelesaikan tugas militernya. Ia ingin mndekat tapi Hwi
lebih dulu datang.
“Lim Eun
Seop! Kau bilang akan membelikanku konsol gim dengan tabunganmu. Apa Kau
membawanya?” tanya Hwi
“ Ya, ada
di ranselku.” Kata Eun Seob. Hwi pun mengambilnya lalu memperkenalkan pada
teman-temanya kalau Eun Seob adalah kakaknya.
“Dia akan
mentraktir jjajangmyeon.” Ucap Hwi lalu menarik kakaknya pergi. Eun Seo pun
pamit pada temanya. Dan Bo Yeong hanya bisa menatap sedih karena kesempatanya
hilang lagi.
Bo Yeong
duduk didalam truk melihat papan nama "Toko Buku Good Night" Adiknya
memberitahu kalau mendengar gelandangan
itu mengelola toko buku ini sekarang. Bo Yeong bingung siapa yang dimaksud "Gelandangan" Sang adik pikir Bo
Yeong tahu Pria itu.
“Orang
yang dahulu tinggal di gunung.” Kata sang adik. Bo Yeong akan turun dari mobil
tapi ayahnya datang mengajak mereka segera pergi.
“Nak,
kamu mau makan apa? Sesuatu dengan daging?”tanya sang ayah. Bo Yeong terus
menatap ke arah toko buku dan Eun Seob
seperti baru saja keluar dari toko.
“Itu
sebabnya aku tidak bisa melakukan apa pun. Aku tidak bisa bicara dengannya atau
bahkan meneleponnya sekali. Tapi tiba-tiba aku menjadi berani setelah kau
datang.” Akui Bo Yeong. Hye Won kaget
“Setelah
kau datang ke sini, aku tiba-tiba menjadi gelisah dan bertekad. Aku ingin
menghalangimu dan bersikap kejam kepadamu.” Ucap Bo Yeong. Hye Won tak percaya
mendengarnya.
“Jujurlah...
Terkadang kau sengaja menghalangiku.” Kata Bo Yeong.
Flash Back
Bo Yeong
melihat Hye Won yang duduk disamping Eun Seob saat ada pelajaran yang
membuatnya tak bisa berdekatan dengan
Eun Seob. Bahkan mereka digossipkan sebagai pasangan disekolah.
Joo Hee
datang menemui Bo Yeong, Bo Yeong hanya menangis. Jo Hee bingung bertanya
kenapa temanya menangis Apa terjadi sesuatu. Bo Yeong hanya diam saja. Jo Hee
pikir itu Karena kejadian di ruang AV tadi, Mok Hae Won mendekati Lim Eun Seop.
“Astaga,
aku tidak pernah menyukai gadis itu... Gadis licik itu... Astaga, beraninya
dia.” Ucap Jo Hee marah. Bo Yeong hanya bisa menangis menelukupkan kepalanya.
“Tidak
pernah... Aku tidak pernah menghalangimu... Bahakn Tidak sekali pun.” Ucap Hye
Won. Bo Yeong kaget mendengarnya.
“Apa Kau
tidak pernah sengaja mendekati dia, meski tahu aku menyukainya?” ucap Bo Yeong
“Tidak
pernah. Aku menduga kau menyukainya, tapi aku tidak tahu Eun Seop pujaan
hatimu.” Akui Hye Won.
Bo Yeong
mengayuh sepedanya mengaku menyukai seseorang bahkan sangat menyukainya!
“Tidak
pernah sama sekali... Itu sebabnya aku tidak bisa memahamimu. Kenapa kau menjadi
sangat kejam karena aku? Bo Yeong... Apa yang membuatmu begitu gila?” ucap Hye
Won marah.
Saat itu
Eun Seob menelp, Bo Yeong menatapnya seperti tak percaya. Hye Won mengaku sudah
menemukannya dan meminta agar jangan khawatir. Karena akan turun bersamanya. Bo
Yeong tak percaya kalau Eun Seob menelp Hye Won didepan matanya.
“Ikuti
aku, dan jangan tertinggal.” Ucap Hye Won lalu berjalan turun lebih dulu. Bo
Yeong pun mengikutinya.
Pagi hari
Hwi sudah
bersiap-siap dengan sepedanya lalu meminta agar semua orang memberikan jalan.
Saat itu Young Soo berjalan ke sekolah, Hwi langsung berjalan disampingnya
dengan menuntun sepeda. Young Soo mengeluh melihat Hwi berjalan disampingnya.
“Apa Kau
butuh sesuatu? Katakan saja kesepakatannya.” Ucap Young Soo kesal
“Benar
juga. Seharusnya aku memberitahumu.” Kata Hwi lalu membisikan sesuatu. Young
Soo melonggo kaget
“Apa? Kau
tidak menyukainya?” ucap Hwi. Young Soo mengaku tak suka.
“Kalau
begitu, tidak perlu datang. Siapa yang peduli soal klub buku?” ucap Hwi lalu
berjalan pergi.
“Baiklah.”
Ucap Young Soo dengan wajah melas lalu menepuk bahu Hwi. Hwi tersenyum bahagia
sampai menjatuhkan sepedanya.
Penulis
Shim melihat Tuan Cha sudah datang lebih awal. Tuan Cha tak mengubrisnya sibuk
dengan ponselnya. Penulis Shim pun membahas
Tuan Cha yang menemui Shim Myeong Yeo belakangan ini saat pesanan mie
datang. Tuan Cha membenarkannya.
“Apa Dia
bersembunyi di hutan di Provinsi Gangwon?
Aku mau kamu fokus padaku, baik sebagai penulis atau sebagai wanita.”
Ucap Penulisi Shim. Tuan Cha tak mendengarnya mencoba bertanya.
“Aku mau
kamu berhenti menemuinya. Aku tidak melarangmu menerbitkan bukunya. Bukunya
akan diterbitkan, baik kau menemuinya atau tidak. Jadi, terbitkan saja bukunya
tanpa menemuinya.” Jelas Penulis Shim
“Apa
Mengerti? Bisakah kau melakukan itu?” pinta penulis Shim. Tuan Cha menatap
ponselnya ada pesan yang masuk.
Tuan Cha
melihat pesan dari Bibi Sim “Semua itu benar, Yun Taek.” Penulis Sim merasa tak
didenga akhirnya meminta air pada bibi. Tuan Cha pun membalas pesan Bibi Sim “Apa
maksudmu?”
“Apa Mereka
bilang aku Shim Myeong Yeo berikutnya? Ini Sulit dipercaya. Apa lebihnya dia
dariku? Apa tulisanku tidak sebagus tulisannya? Apa aku Tidak secantik dia? Baik,
dia lahir lebih awal, akan kuakui itu.” Keluh Penulis Sim
“Apa Kau
sudah dengar rumornya? Apa kau Belum mendengarnya? Di puncak kariernya, dia
tiba-tiba berhenti menulis dan kembali ke kampung halamannya. Lalu Apa kata
orang?” ucap Penulis Sim trus mengoceh.
Tuan Cha
membaca pesan dari bibi Sim “Semua yang orang katakan tentang aku itu benar Itu
yang sebenarnya. Percayalah apa kata mereka..”
“Ah..
Benar juga... Mereka bilang dia berselingkuh dengan kakak iparnya. Itu sebabnya
kakaknya membunuh suaminya... Jadi, Apa kau tidak tahu? Lalu kenapa kalian
putus?” ucap Penulis Sim yang mulai haus lalu mengeluh airnya itu panas.
Tuan Cha
hanya diam setelah membaca pesan dari bibi Sim dan akhirnya berjalan pergi.
Penulis Sim bingung melihatnya dan memanggilCha Yun Taek.
Flash Back
Tuan Cha
mengejar bibi Sim meminta agar menjawabnya. Bibi Sim mengeluh Tuan Cha itu
sangat gigih. Tuan Cha meminta agar mengatakan saja alasannya dan menurutnya
itu tak sulit. Bibi Sim akhirnya menatap Tuan Cha.
“Yun
Taek... Nikmati hidupmu... Hiduplah yang nyaman. Menikahlah seperti
cita-citamu, punya anak seperti cita-citamu, dan hidup bahagia selamanya.” Ucap
Bibi Sim. Tuan Cha mengeluh dengan ucapa bibi Sim
“Berbahagialah.
Lupakan orang bodoh sepertiku, ya?” kata Bibi Sim. Tuan Cha menahan bibi Sim
pergi tapi bibi Sim meminta agar Tuan Cha melepaskanya.
“Aku akan
melakukan semuanya bersamamu... Aku akan melakukan semuanya bersamamu... Seperti
ini.” Ucap Tuan Cha tiba-tiba memasukan cincin ke jari manis Bibi Sim.
“Aku...
tidak...” kata Bibi Sim lalu melepaskan cincin dan berjalan pergi. Tuan Cha
hanya bisa menangis.
Bibi Sim
menbaca pesanya pada Tuan Cha dikamar “Semua yang orang katakan tentang aku itu
benar. Itu yang sebenarnya. Percayalah ucapan mereka.” Lalu memakai kacamata
hitamnya.
Hye Won
mencoba mengoda Eun Seob yang sedang tertidur pulas disofa. Ia mencoba
menciumnya tapi mata Eun Seob lebih dulu terbuka, Eun Seob pun melihat Hye Won
yang sudah ada didepanya. Hye Won pun memastikan Eun Seob yang sudah bangun
“Apa Kamu
baik-baik saja? Apa Kamu tidak pilek?” ucap Eun Seob. Hye Won mengaku tidak.
“Bagaimana
keadaanmu?” tanya Eun Seob. Hye Won mengaku baik-baik saja.
“Kau
sudah bicara... Apakah...” kata Eun Seob. Hye Won mengaku Berjalan lancar. Eun Seob pikir itu bagus
lalu kembali tertidur.
“Apa?
Jangan bilang kau mengantuk lagi.” Keluh Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Kukira
kamu mengidap insomnia. Apakah itu bohong?” ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Kau
mengidap mitomania?” ejek Hye Won. Eun Seo menyangkal kalau ia mengidap
insomnia.
“Kamu
tidak boleh tertidur sekarang. Bangun.” Keluh Hye Won. Eun Seob meminta izin
agar bisa tidur sebentar.
“Tidur
sebentar apanya? Kamu tidur dari tadi. Bangunlah... Aku bosan. Ayolah.” Ucap
Hye Won akhirnya memainkan mata Eun Seob agar terbuka. Lalu menarik selimutnya.
Eun Seob akhirnya menyerah bangun jua.
Jang Woo
bergegas saat melihat bus yang berhenti dan langsung menyapa Eun Sil memberikan
alat penghangat. Eun Sil mengejek kalau itu Cara datang yang sangat santai. Jang
Woo pun dengan senang hati memabwa koper Eun Sil.
“Astaga,
waktu kita akhirnya tepat.” Ucap Eun Sil lalu berhenti doepan toko bunga dan
melihat bunga mawar.
“Hei.
Bukankah ini yang kau berikan kepadaku dahulu?” kata Eun Sil. Jang Woo terihat
gugup.
Flash Back
Jang Woo
membawa buket bunga yang besar ditanganya. Eun Sil bingung memastikan kalau
Jang Woo mengajaknya berkencan seperti ini. Jang Woo membenarkan lalu
memperkenalkan dirinya sebagai ketua
OSIS. Eun Seil mengaku tahu kalau ia Lee Jang Woo.
“Apa Kau
mengenalku?” ucap Jang Woo kaget. Eun Sil melihat Mawar itu putih.
“Kau
pasti sangat baik dan lugu, bukan?” ucap Eun Sil. Jang Woo membenarkan.
“Tapi
sayang sekali. Baek Gyeong mengajak kencan saat makan siang tadi. Aku
menerimanya.” Kata Eun Sil. Jang Woo kaget mendengarnya.
“Maaf...
Kurasa waktu kita tidak pas.” Ucap Eun Sil. Jang Woo seperti tak percaya denga
waktu yang tak pas.
Eun Sil
melihat sesuatu dibuket bunga, Jang Woo mengaku iatu Bukan apa-apa. Tapi Eun
Sil sudah lebih dulu mengambil kartunya dan meminta izin agar bisa membacanya. Jang Woo melarang meminta
agar Jangan mengambilnya dan Letakkan itu kembali.
“Terima
kasih.” Ucap Eun Sil yang mengambil kartu saja.
Jang Woo mencoba menyangkal kalau itu bukan untuk Eun Sil jadi meminta
agar meletakanya.
“Tapi aku
harus menolak... Kubilang tidak...Teman-teman, aku bilang tidak, ya?” ucap Eun
Sil. Saat itu semua teman-temanya keluar dari persembunyian.
“Eun Sil,
surat itu... Berikan suratnya. Eun Sil!” pinta Jang Woo. Sementara semua
anak-anak tahu kalau Jang Woo ditolak
“Kapan
kalian datang? Ini Memalukan sekali.” ucap Jang Woo lalu memilih untuk kabur.
“Kalau
begitu, jika kau tidak berkencan dengan Baek Gyeong saat itu...” ucap Jang Woo
“Tentu
saja, aku akan menolak.” Ucap Eun Sil santai. Jang Woo tak percaya kalau Eun
Sil tak menyukainya.
“Ya. Kamu
bukan tipeku saat itu. Sama sekali tidak. Aku tertarik kepada pria nakal saat
itu” akui Eun Sil. Jang Woo tak percaya Eun Sil suka dengan Pria nakal
“Kurasa
Baek Gyeong agak buruk.” Ucap Jang Woo. Eun Sil lalu membahas Jang Woo akan
pergi ke tempat bagus nanti.
“Ya, aku
akan mengikutimu. Ini Pasti menyenangkan.” Ucap Eun Sil penuh semangat.
“Ikut aku
ke mana?” tanya Jang Woo bingung. Eun Sil mengingatkan kalau sudah berjanji,
mengerti. Jang Woo pun mengejar Eun Sil yang sudah lebih dulu berjalan.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar