PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
duduk diayunan dengan sang ayah, keduanya terlihat bahagia bermain bersama
layaknya keluarga yang sangat harmonis. Nyonya Sim baru saja pulang, Tuan Mok
melihat istrinya baru belanja langsung memebawakan karena pasti berat.
“Ayo
Berikan kepadaku... Sudah kubilang ajak aku bersamamu... Ayo pulang dan memasak
sesuatu yang enak.” Ucap Tuan Mok.
Bibi Sim
datang ke rumah kakaknya, Nyonya Sim duduk di bangku sambil membaca. Bibi Sim
melihat kaki kakaknya yang membiru dan tahu itu pasti bekas dipukul oleh
suaminya.
Hye Won
berlari dengan wajah bahagia membawa balon, memanggil sang ayah. Tuan Mok pun
mengendong anaknya. Saat itu Nyonya Sim membuat balon dari permen karet seperti
ledakan amarah suaminya pun datang.
Ayah Hye
Won memukul habis-habisan ibu Hye Won karena tak bisa terima karena berani
melakukan itu padanya. Saat itu Bibi Sim melihat sang kakak yang dipukul
habis-habisan, Ibu Hye Won meminta suaminya agar berhenti dan mematung karena
sang adik melihatnya.
Akhirnya
Bibi Sim mencoba membela kakaknya, dengan membalas memukul ayah Hye Won. Tapi
ayah Hye Won lebih kuat bisa mendorong bibi Sim. Ibu Hye Won pun mencoba
melindungi adiknya dan akhirnya Ayah Hye Won pun turun.
“Bercerailah... Bercerailah!.. Bercerailah... Kamu
tidak pantas hidup dengan bedebah seperti itu! Kakak, bercerailah. Kamu tidak
pantas...”terika Bibi Sim histeris.
Saat itu
Ayah Hye Won kembali naik ke lantai atas, memukul Bibi Sim dan mendorong
istrinya yang menghalanginya. Ia tak terima dengan ucapan bibi Sim dan akan memukulnya
dengan sterikaan, Ibu Hye Won mencoba menyelamatkan adiknya dengan mendorong
suaminya.
Tuan Mok
pun tak sengaja terjatuh dari lantai dua, bibi Sim panik melihatnya. Keduanya
pun bergegas keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri dengan membawa mobil.
Nyonya
Sim membaca kunci tapi terjatuh dan akhirnya Bibi Sim yang mengambilnya.
Keduanya pun bergegas masuk ke dalam mobil Tapi saat itu Tuan Mok keluar
membawa stick golf.
Amarahnya
makin memuncak, Ia memukuli jendela dengan stick golf sampai akhirnya mobil pun
melaju dengan kencang didepan garasi. Bibi Sim akhirnya tersadar duduk
dibelakang stir sudah membunuh ayah Hye Won.
Nyonya
Sim kelua dari rumah membawa sepatu sambil menelp Ambulanc memberitahu kalau
ada kecelakaan dan terjadi baru saja. Bibi Sim masih diam di dalam mobil
terlihat masih sangat shock. Nyonya Sim menarik melihat suaminya didepan mobil
seperti tak percaya.
“Dengar
baik-baik... Ju Hong sudah mati.” Ucap Nyonya Sim menarik adiknya keluar. Bibi
Sim tak percaya mendengarnya.
“Dia
sudah mati dan sudah kuperiksa.” Ucap Nyonya Sim. Bibi Sim tak percaya kalau
sudah membunuhnya.
“Tidak!..
Kakak yang membunuhnya.” Kata Nyonya Sim. Bibi Sim bingung.
“Myeong
Yeo... Apa Kau punya uang?” tanya Nyonya Sim. Bibi Sim mengaku tidak tapi mungkin
ada beberapa.
“Kalau
begitu, pergi dari sini dan naik bus. Kita di pinggir kota, jadi, tidak ada
kamera pengawas. Tapi kakak yakin ada beberapa di daerahmu. Lingkungan rumahmu
dekat dengan jalan utama. Jadi kau Pulanglah dan pastikan tidak tertangkap
kamera. Mengerti?” ucap Nyonya Sim.
Bibi Sim
terlihat masih shock. Nyonya Sim meminta agar adiknya sadar. Bibi Sim masih
saja merasa bersalah. Nyonya Sim akhirnya menganti sepatu adiknya. Bibi Sim
enggan memakainya. Nyonya Sim berteriak pada adiknya agar memakai sepatunya.
“Tidak
apa-apa, Myeong Yeo... Saat kamu pulang, mandilah... Tidak ada yang terjadi... Tidak
apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Kau baik-baik saja.” Ucap Nyonya Sim
menyuruh adiknya pergi.
“Kakak,
dia...” kata Bibi Sim yang akan keluar rumah melihat badan Tuan Mok yang ada
didalam mobil.
Nyonya
Sim pun langsung mendorong Bibi Sim untuk segera pergi saja dan pulang.
Sesampai
dirumah, Bibi Sim hanya bisa menangis dibawah pancuan air sambil memegang
kakinya seperti merasa bersalah. Ia mengingat pesan kakknya agar “Mandilah dan
tidur siang. Saat kau bangun, kau akan ditelepon.”
“Halo.. Ini
Penyidik Gu Hyeon Tae dari Kepolisian Paju. Apa ini Bu Sim Myeong Yeo?” tanya
seorang polisi. Bibi Sim membenarkan.
“Begitu
rupanya. Aku menelepon karena Bu Shim Myeong Ju adalah kakakmu, kan? Suaminya,
Pak Mok Ju Hong, meninggal.” Ucap Polisi. Bibi Sim hanya bisa menahan tangisnya
seolah baru petama kali mengetahuinya.
“Polisi
akan menghubungimu dan mengatakan Ju Hong tewas dan mereka akan menyelidikiku
sebagai tersangka. Masalahnya, kakakmu...”
Di ruang
sidang, Hakim memberitahu “Terdakwa Shim Myeong Ju dijatuhi hukuman tujuh tahun
penjara.” Nyonya Sim pun berjalan dibawa petugs, sementara yang lainya mengeluh
karena Hanya tujuh tahun padahal sudah membunuh suaminya.
Bibi Sim
melihat kakaknya yang harus menanggung hukumannya, Nyonya Sim melihat ke arah
adiknya yang menunggu di depan pintu.
Flash Back
Nyonya
Sim bergegas mengambil sarung tangan menghapus semua sidik jari adiknya lalu
sengaja menempelkan jari-jarinya agar polisi tahu kalau ia yang memegang
kemudi. Ia pun bisa bernafas lega saat
suara sirine makin mendekat dan bisa menghilangkan bukti.
“Jika aku ditangkap, aku akan
bilang hendak kabur dari suamiku yang kasar, agar aku bisa segera dibebaskan.
Tapi dalam kasusmu, itu akan berbeda. Kau akan menghabiskan sisa hidupmu di penjara. Jadi, kau harus
pergi. Jaga Hae Won, yang akan ditinggalkan sendirian.”
"Episode 12, Pengakuan"
Eun Seob
menatap Hye Won mengaku dalam masalah. Hye Won bingung kenapa berpikir seperti
itu. Eun Seob pikir Pemandangan yang ada
didepanya tidak bisa melupakannya seumur hidupnya. Keduanya hanya saling
menatap penuh cinta.
“Aku
mengantuk.. Tapi aku ingin terus menatapmu.” Ucap Eun Seob akhirnya mulai menutup
matanya.
“Hei, Eun
Seop.” Kata Hye Won mengeluh wajah pacarnya. Eun Seob mengaku mengantuk.
“Kalau
begitu, tidurlah.” Ucap Hye Won. Eun Seob ingin tahu Apa yang akan dikatakan.
Hye Won mengaku Bukan apa-apa.
“Ayolah.
Apa?” tanya Eun Seob dengan mata tertutup. Hye Won mengaku bukan apa-apa dan
akan memberitahu lain kali lalu memeluk erat Eun Seob. Eun Seob pun membiarkan
Hye Won tertidur dalam dekapanya.
Di rumah
duka
Anak dari
Sun Yeong baru pulang sekolah langsung menangis histeris memanggil ibunya.
Semua pelayan melihat dengan wajah yan kasihan termasuk Bibi Sim dan Bibi Choi.
“Kenapa
kau baru datang? Ibumu terus menunggumu.”keluh sang nenek.
“Aku
paling kasihan kepada putrinya.” Ucap Bibi Choi sambil menuangkan soju.Bibi Sim
hanya bisa terdiam seperti pikiranya menerawang.
Flash Back
Bibi Sim
menatap Hye Won yang duduk dengan wajah tertunduk seperti sangat terpukul karena
ibunya membunuh sang ayah. Akhirnya Bibi Sim pergi ke rumah orang tuanya.
Nenek Hye
Won sedang mengambil bahan makanan dalam guci, bertanya apa yang dikatakan
anaknya tadi. BibiSim mengatakan akan tinggal di sini mulai sekarang dan
menjaga Hae Won. Ibunya hanya bisa menatap dingin pada sang anak.
“Ibu
tahu,Aku menulis novel sangat payah... Aku tidak berbakat seperti dugaanku.”
Ucap Bibi Sim
“Apa Kau
tidak berbakat?” tanya Ibu Bibi Sim. Bibi Sim membenarkan.
“Aku sama
sekali tidak berbakat. Jadi, kurasa aku akan menghabiskan sisa hidupku di sini
bersama Ibu dan Hae Won...” ucap Bibi Sim.
Nenek Hye
Won tiba-tiba mengambil kayu dan langsung memecahkan guci yang berisi kecap.
Bibi Sim kaget melihatnya. Sang ibu langsung menatap sinis lalu masuk ke dalam
rumah.
Bibi Sim
menemui kakaknya sambil menangis. Nyonya Sim meminta adiknya agar bertahan
karena sudah bilang itu bukan salahnya. Bibi Sim masih saja merasa bersalah.
Nyonya Sim pikir Jika bukan karena dirinya semua ini tidak akan terjadi.
“Jangan
menangis... Pulanglah sekarang... Mulailah menulis novel lagi... Pergilah
berkencan juga. Selain itu... Hae Won. Habiskanlah banyak waktu dengan Hae Won.
Dia pasti kesepian.” Ucap Nyonya Sim.
Bibi Sim masih saja terus menangis.
Bibi Sim membaca surat dari kakaknya dengan
penuh semangat, tapi hanya satu kalimat yan ditulis "Aku baik-baik
saja" wajahnya terlihat sangat kecewa. Saat di rumah duka, Bibi Sim yang mengingat kakaknya langsung menangis histeris. Semua orang melihatnya, Bibi Choi pun bingung berpikr bibi Sim menangis kehilangan teman mereka.
Eun Seob
terbangun melihat wajah Hye Won yang masih tertidur. Dengan senyuman bahagia ia
keluar kamar dan membuka laptopnya. Ia lalu menuliskan judul blognya "Surat cinta pertamaku untukmu"
Hye Won
berjalan keluar dari "Toko Buku Good Night" wajahnya panik karena
takut ada yang melihatnya. Tiba-tiba bibinya sudah duduk di atas tumpukan pohon
bertanya Kenapa keluar dari sana. Hye Won terlonjak kaget melihat bibinya.
“Sepagi
ini?” ucap Bibi Sim. Hye Won kebingungan menjelaskanya. Tapi Bibi Sim hanya
berkomentar kalau Hye Won yang sudah dewasa,
“Jadi,
itu bukan urusan Bibi.” Ucap Bibi Sim bisa mengerti. Hye Won pun bertanya Bibi
dari mana.
“Teman
bibi meninggal.” Kata Bibi Sim. Hye Won mengerti. Bibi Sim mengaku sangat lelah.
“Bisakah
kita lewatkan sarapan hari ini?” ucap Bibi Sim. Hye Won mengangguk setuju.
“Aku juga
bisa membuatkan Bibi sesuatu.” Kata Hye Won. Bibi Sim pikir Jangan repot-repot.
“Hei,
bibi dengar mereka menyukai penampilan selomu.” Kata bibi Sim. Hye Won kaget
bertanya Siapa yang bilang?
“Su
Jeong... Dia bilang itu fenomenal.” Ucap Bibi Sim. Hye Won pikir Dia
melebih-lebihkan.
“Aku
penasaran siapa yang mengambil semua duri landak kita.” Kata Bibi Sim. Hye Won
bingung apa maksudnya landak.
“Itu
ungkapan puitis... Kau Masuklah.” Ucap Bibi Sim. Hye Won pikir kalau ini Dingin
jadi meminta bibinya agar Jangan terlalu lama.
Bo Yeong
duduk sambil melihat buku "Bepergian Setelah Putus Cinta" yang dipinjamkan
dari Eun Seob.
Flash Back
Bo Yeong
memanggil Hye Won yang ada dikelas, Hye Won sedang melihat bangku Eun Seob
akhirnya langsung berjalan mengampiri temanya. Saat itu Eun Seob masuk kelas
dan berpapasan dengan Hye Won. Mata Bo Yeong langsung mengarah pada Eun Seob.
Jang Woo
duduk dibangku taman tertawa melihat foto di tanganya, saat itu seorang anak
duduk menatap foto ditangan dan ikut tertawa. Keduanya sama-sama tertawa sampai
akhirnya langsung menatapnya bingung. Jang Woo pun bertanya Kenapa senang
sekali.
“Apa itu?
Rumput laut kering?” tanya Jang Woo bingung karena terlihat hanya gambar hitam
saja.
“Itu foto
bintang.” ucap anak remaja. Jang Woo bingung karena mengunakan bahasa inggris.
Akhirnya si anak langsung mengeja.
“Aku tahu
itu. Kau tahu siapa aku?” kata Jang Woo kesal. Si anak mengaku sebagai PA. Jang
Woo bingung.
“Apa Kau
tidak tahu? Itu artinya "penggila astronomi". Aku suka astronomi.”
Kata si anak. Jang Woo mengerti.
“Bintang-bintang
membuatku sangat bersemangat. Ini luar biasa.” Kata Si anak penuh semangat.
Jang Woo pikir sianak itu sudah gila.
“Bagaimana
denganmu? Kenapa kau senang sekali?” tanya si anak PA. Jang Woo memperlihatkan
foto ditanganya.
“Itu
sangat berarti bagiku.” Ucap Jang Woo menunjuk fotonya. Si anak PA berkomentar
kalau dia sangat berarti baginya. Jang Woo terlihat bingung.
“Dia
cantik.” Ucap si anak menunjuk ke arah Hye Won. Jang Woo mengeluh bukan wanita
itu yang dimaksud.
“Bukan
dia yang kumaksud... Coba Lihatlah lagi... Kau harus lihat baik-baik.” Ucap
Jang Woo menujuk ke arah Eun Sil dari samping. Si anak pun mengaku kalau Eun
Sil memang cantik.
“Benar,
kan? Tapi masalahnya dia terlihat lebih cantik saat makan.” Ucap Jang Woo
bahagia.
“Aku suka
poninya.” Kata si anak. Jang Woo membenarkan lalu memberitahu kalau Eun Sil punya
selera yang bagus.
“Omong-omong,
apa serunya dengan bintang? Aa Kamu juga tahu nama-namanya?” tanya Jang Woo. Si
anak PA membenarkan.
“Apa Kau
melihat ini seharian?” tanya Jang Woo tak percaya. Si anak PA membenarkan.
Tuan Cha
mencoba menelp dengan wajah panik. Anak buahnya datang membawakan berkas. Tuan
Cha yang sedang kalut meminta agar menush dimeja saja dan mencoba terus menelp
sambil menatap jendela dengan kertas Fax ditanganya "Hei. Menurutmu siapa
yang membunuh kakak iparku?"
Di rumah
Bibi Sim sedang tertidur pulas tak mendengar ponselnya, terlihat nama "Cengeng"
di layar ponselnya ada"19 panggilan tidak terjawab dari Cengeng"
Hwi
menuntun sepedanya melihat Young Soo yang sedang menunggunya, wajahnya terlihat
bahagia. Akhirnya Ia menghampiri Young Soo. Young Soo melihat tatapan Hwi
bertanya apa maksudnya. Hwi mengaku Bukan
apa-apa. Young Soo pun tak mempermasalahkanya.
“Omong-omong,
kau tampak cukup tampan dengan pakaian biasa.” Komentar Hwi sambil menuntun
sepedanya.
“Aku
selalu memakai ini.” Ucap Young Soo. Hwi tetap merasa kalau Young Sooo tampak tampan.
“Apa
karena bahu lebarmu?” kata Hwi seperti berusaha memuji. Young Soo bingung
karena belum pernah mendengarnya.
“Ya,
bahumu lebar seperti Samudra Pasifik.” Goda Hwi. Young Soo mengeluh
mendengarnya.
“Bukankah
kau bilang tidak menyukaiku?” kata Young Soo. Hwi mengaku membenarkan dan Itu
semua sudah berlalu.
“Tapi Apa
kau bilang aku terlihat tampan?” keluh Young Soo merasa seperti Hwi yang
mencoba mengodanya.
“Young
Soo... Hanya karena aku tidak suka mawar, apa itu mengubah fakta bahwa mawar
itu indah? Tidak. Mawar akan selalu indah. Entah aku suka atau tidak. Ini sama
saja” jelas Hwi
“Kau
punya bahu lebar dan terlihat tampan dengan pakaian biasa. Apa yang bisa
kulakukan jika kau begitu memesona? Meski dahulu aku menyukaimu, kamu tetap
terlihat tampan saat ini. Jadi Mau bagaimana lagi?” ucap Hwi santai lalu
mengayuh sepedanya.
“Apa Toko
buku itu jauh dari sini?” tanya Young Soo. Hwi membenarkan dan meminta Young
Soo agar mengikutinya.
Jang Woo
pikir Pertemuan klub buku sore, Rasanya tidak biasa. Semuanya pun merasakan hal
yang sama. Hye Won melihat bibi Choi berpikir sedang sakit karena Wajahnya
tampak pucat. Bibi Choi mengkau baik-baik saja. Jang Woo pikir kalau semua
sudah di sini jadi mereka bisa memulainya.
“Teman-teman,
aku juga anggota.” Jerit Hwi akhirnya datang.
Jang Woo mengejek kalau lupa
tentang Hwi.
“Astaga.
Hwi, ini luar biasa.... Apa Kau membawanya? Memburunya?” ucap Hyun Ji kaget
melihat Young Soo yang datang
“Apa
maksudmu? Kau anggap aku apa?”keluh Hwi dan langsung memanggil Young Soo untuk
masuk.
“Kau
datang ke sini dengan sukarela, bukan?” ucap Hwi memastikan. Jang Woo ingin
tahu siapa pria itu.
“Dia
anggota baru klub buku kita. Tepuk tangan!” ucap Hwi. Young Soo terlihat
malu-malu. Eun Seob langsung menatap sinis melihat Young Soo.
“Sapalah
Pak Jeong di belakangmu.” Ucap Hwi yang sedang memanggang. Hye Won pun menatap
Eun Seob yang terlihat dingin.
“Apa Ada
kursi yang bisa dia pakai?” kata Hwi. Hye Won meminta bantuan Eun Seob tapi seperti
enggan membantu.
Akhirnya
ia sendiri yang mengambilkan bangku untuk Young Soo. Hwi pun menunjuk teman
agar Young Soo bisa menaruh tasnya. Jang Woo melihat Eun Seob lalu berkomentar
kalau marah. Eun Seob mengelak kalau tidak marah.
Eun Seob
dan Hye Won berjalan dengan salju disekitar mereka. Jang Woo pun membacakan
bukunya. Keduanya seperti sangat bahagia berjalan layaknya pasangan yang saling
mencinta.
"Saat
kita duduk berhadapan tersenyum dan berbicara di depan pohon itu, napas kita,
tawa kita, dan kisah kita terserap di pohon itu. Semuanya terserap begitu
dalam.”
“Bahkan
setelah kita lupa bahwa kita telah tersenyum dan berbicara di bawah pohon itu,
tiap tahun pada musim semi, pohon itu akan mengingat tawa kita, napas kita, dan
suara kita untuk menghasilkan daun hijau baru."
"Saat
Kita Duduk Berhadapan"
Jang Woo
akhirnya membaca buku "Saat Kita Duduk Berhadapan." Lalu Tuan Bae
mengaku Puisi itu sungguh membuat jantungnya berdebar. Seung Hoo yang masih
kecil pun merasa kalau Jantungnya juga seperti itu, semua tak percaya
mendengarnya.
“Apa Aku
tidak bisa merasa begitu juga? “ keluh Seung Ho. Akhirnya Hye Won memberikan
makanan pada Seung Ho.
“Apa yang
membawamu kemari, Young Soo?” tanya Jang Woo penasaran. Young Soo ingin bicara
tapi Hyun Ji yang lebih dulu bicara.
“Kudengar
dia suka membaca buku. Dia murid terbaik di sekolah kami dan unikorn sekolah
kami yang punya pacar. Dia mungkin datang ke sini karena suka membaca.” Kata
Hyun Ji. Jang Woo mengerti ungkapan Unikorn.
“Selain
itu, Hwi menyukai dia... Tapi dia tidak tertarik.” Kata Hyun Ji. Hwi mengeluh
mendengarnya.
“Bisakah
kamu bicara dengan kalimat lampau? Itu semua sudah berlalu bagiku.” Keluh Hwi.
Eun Seob makin menatap sinis. Semua pun menyapa Young Soo yang terlihat gugup.
“Aku
Unikorn Lee Jang Woo, lulusan angkatan 42, SMA Hyecheon. Kamu benar-benar
terlihat pintar sepertiku. Apa karena itu Hwi menyukaimu?” ejek Jang Woo.
“Tidak,
tunggu. Kubilang semua itu sudah berlalu. Apa Kau tidak tahu apa artinya?”
keluh Hwi.
“Tapi apa
menurutmu Hwi benar-benar menyukai Young Soo karena penampilannya?” bisik Bibi
Choi Tuan Bae pikir seperti itu menurutnya mereka hidup di dunia yang tampak
masuk hitungan.
Hye Won
melihat tatapan Eun Seob terihat sangat marah. Hwi mencoba menjelaskan pada
semua anggota kalau semua sudah berlalu dan itu Masa lalu da merasa mereka itu
tidak tahu arti "masa lalu"
“Baik,
jika Hwi bersikeras itu sudah berlalu...” kata Hye Won mencoba menyakinkan.
“Sepertinya
Hwi masih menyukainya saat ini.” Komentar Jang Woo. Hwi menegaskan kalau itu
sudah berlalu dan kalimat lampau.
-“Apa
Maksudmu, kau menyukainya sekarang?”goda Jang Woo. Hwi menegaskan tidak.
“Atau
kamu pernah menyukainya? Jadi, kamu menyukainya sekarang? Apa dia tipe idealmu?”
ucap Jang Woo terus bertanya.
Hwi
terlihat kesal mendengarnya menjawab tidak. Hye Won melihat tatapan Eun Seob
yang sinis akhirnya mengalihkan dengan ingin meminjam buku yang ada diatas
meja. Eun Seob pun menganguk.
“Kakak,
ada apa dengan wajah Kakak?” tanya Hwi. Jang Woo pun pikir temanya sedang ada
masalah karean terus menatap sinis pada Young Soo. Young Soo pun hanya diam
saja. Hye Won pikir Eun Seop demam bahkan
berkeringat. –
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... ExGirlFriend
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar