PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di dalam
mobil, Hye Won menceritakan saat
Harinaik kereta Mugunghwa. Ia mengaku sangat ingin mati pada hari itu. Eun Seob
hanya menatapnya, Hye Won mengaku itu yag rasakan saat itu.
Flash Back
Hye Won
melihat tempat duduknya yang tertulis "Putri
seorang pembunuh duduk di sini" akhirnya ia pun menaiki kereta api
sendirian.
“Bangun
pada pagi hari dan pergi ke sekolah merasa sangat menderita saat itu. Aku
memikirkan bagaimana aku harus mati Lalu aku memutuskan untuk pergi ke stasiun
dekat sungai. Aku akan ke sana dan mati.”
Hye Won
melihat sungai didepanya dan akan masuk ke dalam sungai, tapi banyak batu yang
membuatnya terhenti.
“Tapi rasanya
aku tidak akan mati jika masuk begitu saja. Aku berpikir apakah aku harus
meletakkan batu di dalam sakuku.”
Hye Won
memasukan batu dan tiba-tiba perutnya berbunyi karena sangat lapar.
“Tapi tiba-tiba
aku merasa sangat lapar. Baiklah. Haruskah aku makan sekali lagi sebelum mati?”
Akhirnya
Hye Won memesan makana dengan porsi yang cukup banyak dan lengkap, bahkan
mejanya penuh dengan makanan. Hye Won pun makan dengan lahap karena ini
terakhir kalinya hidup. Makanan pun hampir habis masuk ke dalam perutnya.
“Tapi
setelah selesai makan, aku mengantuk. Apa sebaiknya aku tidur dulu sebentar? Sepanjang
hari berlalu seperti itu dan terpikir sesuatu.”
Hye Won
pun berbaring memandang langit dan bisa sedikit tersenyum lalu mengingat
sesuatu.
“Benar,
aku tidak akan pernah mati jika begini.. Tidak... Aku harus mati... Aku harus
mati. Aku akan mati dan membuat semua orang yang merisakku menyesalinya.”
Hye Won akhirnya membayar semua makanan dan
meninggalkan dompetnya. Ia pun pergi ke sungai lalu melepaskan tanya lalu
berjalan ke tengah untuk menenggelamkan diri. Tiba-tiba sesampai
ditengah-tengah terdengar teriakan “Hei, Mok Hye Won! Kembali!”
Seorang wanita
berlari dan terjatuh memanggil Hye Won. Hye Won kaget melihat yang datang
adalah bibinya.
“Itukah
alasanmu memutuskan untuk tidak mati?” tanya Eun Seob. Hye Won membenarkan.
Flash Back
Keduanya
akhirnya duduk di tepi sungai, Bibi Sim mengacam Jika Hye Won ingin mati,maka ia akan mati bersamanya. Hye
Won mengeluh dengan ucapan bibinya. Bibi Sim mengajak untuk mati bersama saja
karena ibunya juga sudah mati. Hye Won menarik bibinya untuk duduk. Bibi Sim
pikir Hye Won pasti takut. Hye Won hanya terdiam menatap bibinya.
“Pemikiran
ingin mati tiba-tiba menghilang. Rasanya seperti bibiku akan terus mengomeliku
bahkan saat aku mati” ucap Hye Won
“Aku
senang kau hidup... Terima kasih karena tidak mati, Hye Won.” Ucap Eun Seob
“Katakan...Katakan
kepadaku, Eun Seop.” Kata Hye Won. Eun Seob bertanya Tentang apa
“Tentang
kita... Apakah ini cinta? Aku ingin mendengar jawabanmu. Apa ini cinta?” tanya
Hye Won.
Eun Seob
menatap Hye Won lalu membenarkannya kalau ini cinta. Hye Won pun mengaku merasakan
hal yang sama. Keduanya pun tersenyum
Sebuah
mobil melaju kencang ke "Rumah
Hodu" Tuan Cha turun dan ingin mengetuk pintu tapi Bibi Sim lebih dulu
keluar rumah dan mengagetkannya. Bibi Sim langsung bertanya ada apa Tuan Cha
datang. Tuan Cha ingin tahu Berapa lembar novel yang sudah ditulis sejauh ini.
Bibi Sim bingung
“Sudah
berapa banyak yang kamu tulis sejauh ini?” tanya Tuan Cha penuh semangat.
“Dengar,
Pak... Ini bahkan belum tiga hari.. Hei, kepala redaktur gila macam apa yang
muncul di rumah penulis dan mengganggunya beberapa hari setelah meneken kontrak
dengannya? Apa Kau sudah gila?” ucap Bibi Sim marah
“Kau
pasti tahu kalimat pembukaannya.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim bingung Tuan Cha
membahas Kalimat pembukaannya
“Kau
memilikinya, bukan?” kata Tuan Cha. Bibi Sim mengaku Kalimat pembukaannya sudah menulis sesuatu.
“Jangan
bilang kamu jauh-jauh kemari untuk membicarakan itu denganku.” Kata Bibi Sim
“Tentu
saja. Aku datang jauh-jauh untuk membicarakannya denganmu.” Kata Tuan Cha
“Kau
pasti punya banyak waktu luang, Cengeng.” Sindir Bibi Sim. Tuan Cha mengaku
Editornya yang mengerjakan semuanyajadi
hanya perlu tanda tangan
“pekerjaanku
tidak banyak. Apa Kau tahu?” ucap Tuan Cha bangga. Bibi Sim pikir itu bagus.
Tuan Cha bingung apa maksudnya.
“Kau
mengenal Sun Yeong, bukan?” kata Bibi Sim. Tuan Cha memastikan. Choi Sun Yeong
“Benar,
dia sekarat.” Kata Bibi Sim. Tuan Cha kaget mendengarnya. Bibi Sim memberitahu kalau Sun Yeong mengidap
kanker payudara metastasis.
“Sudah
menyebar, bahkan tidak bisa menjalani kemoterapi. Hidupnya kurang dari sebulan
lagi.” Kata Bibi Sim
“Hei, kau
bicara seolah-olah dia orang asing bagimu.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim pikir Bukan
ia yang mengalaminya.
“Dia
tinggal di Seoul, tapi dia ingin mati di sini, jadi, dia ada di rumah sakit
universitas sekarang. Aku harus menemuinya. Antar aku ke rumah sakit. Ayolah.
Buka pintunya.” Kata Bibi Sim berjalan ke mobil
“Hei... Aku
lelah karena sudah jauh-jauh kemari... Apa Kau tidak bisa menyetir?” ucap Tuan
Cha. Bibi Sim mengaku tidak menyetir.
“Kenapa
tidak? Dahulu kamu pandai menyetir.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim mengeluh mengajak
pergi saja.
Sun Yeong
melihat gambar diponsel Bibi Choi karena baru tahu ini yang terjadi saat tidak
ada. Keduanya pun tertawa melihat teman mereka seperti mulai botak dan hampir
tidak mengenalinya. Pintu diketuk, Bibi Sim pun memberitahu siapa yang datang.
“ Cha Yun
Taek!” jerit Sun Yeong senang. Tuan Cha pun menyapa temanya sambil membawakan
buah.
“Hei, dia
suka persik.” Ucap Bibi Choi. Tuan Cha seperti baru mengetahuinya.
“Kalian
berdua tampak serasi.” Ejek Sun Yeong. Bibi Sim mengeluh mendengarnya.
Di
sekolah, Young Soo berjalan disamping Hwi. Hwi denga santai bertanya ada apa.
Young Soo mengaku mendengar keluarga Hwi yang punya toko buku. Hwi membenarkan
lalu membahas kalau punya sadel baru untuk sepedak nya jadi sangat cepat
sekarang.
“Jika melihatku
mengendarai sepedaku, kau akan sangat terkejut.” Ucap Hwi dengan bangga lalu
berjongkok.
“Aku
ingin pergi ke sana... Sebenarnya aku tahu tempatnya, tapi aku tidak mau pergi
sendiri. Dan yang lebih penting...” ucap Young Soo berbicara sambil menatap ke
arah jendela.
“Apa Kau
dengar yang kukatakan?” keluh Young Soo melihat Hwi yang sibuk mengeluarkan
sadel sepeda dalam tasnya.
“Aku ingin
melihat toko buku keluargamu. Sebenarnya aku...” ucap Young Soo.
Hwi lalu
teringat saat Hyun Ji ingin memberikan informasi. Hyun Ji lalu memberitahu
kalau Young Soo suka buku. Hwi pun bisa tersenyum karena ucapan Hyun Ji benar.
Young Soo kembali membahas kalau ada klub buku di toko buku itu. Hwi hanya bisa
tertawa mendenagrnya.
“Ada apa
denganmu?” ucap Young Soo bingung. Hwi langsun menolak kalau Young Soo tidak
boleh datang.
“Jangan
datang. Jika datang, habislah kau.. tapi Sebenarnya, kau bisa datang.” Ucap
Hwi. Young Soo menatap bingung.
“Selama
kau mempertahankan penawaranmu.” Kata Hwi. Young Soo masih terlihat bingung.
Hye Won
dan Eun Seob akhirnya kembali ke rumah, Hye Won pikir kalau Eun Seob pasti
lelah. Eun Seob mengaku sedikit. Hye Won
pun menyuruh Eun Seob Naik dan beristirahatlah dan ia akan tetap di toko. Eun
Seob pikir Tidak apa-apa.
“Ayo. Kau
pasti lelah karena menyetir... Tidurlah.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnya
menurut tapi hanya menaiki beberapa tangga lalu kembali Hye Won mengeluh
melihatnya. Eun Seob menaiki tangga dan kembali turun.
“Aku
harus melakukan sesuatu. Ada banyak buku di sini. Aku harus merapikan ini.” Ucap
Eun Seob. Hye Won hanya bisa tersenyum menatap laptop
“Hei, Eun
Seop... Aku ingin tidur denganmu.” Ucap Hye Won. Eun Seo kaget langsung
menjatuhkan semua bukunya.
“Apa
katamu?” tanya Eun Seob mengambil kembali bukunya. Hye Won menjawab kalau
bilang ingin tidur dengannya. Eun Seo kembali menjatuhkan bukunya. Hye Won
hanya bisa tersenyum melihat tingkah Eun Seob.
Diruangan
atas, Hye Won dan Eun Seob saling duduk berhadapan, keduanya terlihat gugup.
Eun Seo akhirnya membuka bajunya lebih dulu
tapi terlihat kebingunga memastika pada Hye Won Apa ini yang harus
dilakukan. Hye Won membenarkan.
Suasana
terasa sangat canggung, Eun Seob seperti baru pertama kalinya menatap Hye Won
yang ada didepanya. Akhirnya Hye Won pun mencium Eun Seob lebih dulu, Keduanya
pun saling berciuman dan menatap penuh cinta.
“Jika ini cinta, kuharap kau bisa
memberitahuku. Jangan biarkan aku pergi. Minta aku tetap di sisimu selamanya seperti
salju abadi yang tidak pernah meleleh.”
Sun Yeong
keluar dari ruangan lalu memuji Tuan Cha yang
sangat tampan sekarang. Tuan Cah mengeluh kalau menurut temanya
dahulu sepayah itu Sun Yeong
membenarkan. Bibi Sim mengeluh Untuk apa lagi bertanya dan mengejeknya.
Cengeng. Keduanya pun menyetujui panggilan Tuan Cah itu "Cengeng".
“Sampai
jumpa... Kami tidak akan mengantarmu keluar.” Ucap Bibi Choi. Tuan Cha pun
pamit pada Sun Yeong.
“Omong-omong..
Itu menggangguku. Kenapa wajahmu memar?” tanya Hye Won. Sun Yeong terlihat
bingung.
“Apa
wajahmu juga disuntik? Kenapa wajahmu memar?” tanya Bibi Sim. Sun Yeong mengaku
menabrak dinding dan memastikan pada Bibi Choi.
“Ya,
benar...Aku mendorong kursi rodanya beberapa hari lalu, dan... Benar?Itu
kecelakaan.” Ucap Bibi Choi gugup.
“Aku
hanya sedikit terbentur, tapi memarnya seperti ini... Ini Sungguh.” Ucap Sun
Yeong memastikan.
“Choi Sun
Yeong.. Apa suaminya masih memukulnya?
Dia sekarat. Kenapa dia tidak menceraikan bedebah itu? Apa yang
menahannya? Aku sungguh tidak mengerti.” kata Bibi Sim kesal saat masuk mobil
“Mungkinkah
ini apa yang dia pikirkan? Karena suaminya tidak selalu memukulnya, maka dia
bertahan dengannya.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim hanya bisa melonggo.
Flash Back
Ayah Hye
Won membawakan kue untuk istrinya, sikapnya terlihat sangat romantis. Nyonya
Sim pun melihat kalau kue yang dibawa suaminya memang sangat cantik. Bibi Sim
yang duduk disana pun bisa melihat sikap kakak iparnya yang baik hat.
“Saat dia tidak memukulnya.. Semua
akan baik-baik saja.”
Ayah Hye
Won pun menanyakan keberadaan anaknya. Ibu Hye Won menjawab akan segera datang.
Tuan Cha mengakumenyiapkan bulgogi untuk Hae Won dan nasi kepal untuk istrinya
jadi pasti cukup untuk mereka makan bersama.
“Dia
mungkin orang paling manis dan hangat di sana.”
Ayah Hye
Won terlihat marah besar saat masuk ke dalam rumah, ibu Hye Won pun mengeluh
suaminya yang marah. Ayah Hye Won pikir istrinya itu tidak ingat ucapannya
tadi. Ibu Hye Won pun menegaskan kalau ini itu bukan untuk suaminya lalu
berjalan masuk.
Tapi sat
itu ayah Hye Won langsung menarik rambut istrinya dan menyeretnya masuk ke
dalam rumah
"Ya. Tapi dia kehilangan
kendali untuk sesaat."
Esok
harinya, Ayah Hye Wo langsung berlutut didean rumah meminta maaf dan merasa
sudah gila karena berani melaukanya. Ia seperti sangat menyesal.
“Sayang,
maafkan aku sekali ini saja..Itu tidak akan terjadi lagi. Maafkan aku, Myeong
Ju.”
“ Pada akhirnya,
dia melanggar janjinya. Dia mengingkari janjinya dan memukulnya lagi. Apa Dia
sempat kehilangan kesabaran? Siapa pun bisa marah, tapi mereka menahan diri. Jika
tidak bisa menahan emosi, kenapa dia harus tahan dengannya?” ucap Bibi Sim
marah. Tuan Cha membenarkan.
“Meski hanya memukul sesekali, dia tetap
memukulnya. Apa Dia orang yang hangat? Apa itu masuk akal?” kata Bibi Sim. Tuan
Cha pikir itu memang tidak masuk akal.
“Bagaimana
bisa dia... Apa yang dia lihat darinya?” ucap Bibi Sim kesal.
Flash Back
Ibu Hye Won
mengaku kasihan kepadanya. Bibi Sim bertanya Kakaknya menikahi ayah Hye
Won karena kasihan kepadanya. Ibu Hye
Won mengaku tidak alasanya menikahinya karena ayah Hye Won bersikap baik
kepadanya Lebih baik dari siapa pun.
“Tapi dia
memukulmu.” Ucap Bibi Sim kesal. Ibu Hye Won tahu Tapi merasa kasihan kepadanya
sekarang.
“Hei..
Sadarlah... Hye Won akan segera menyadari apa yang terjadi. Sebelum itu, kau
harus...” ucap bibi Sim.
“Aku
kasihan kepadanya.” Ucap Ibu Hye Won melihat pungung suaminya yang berjalan
dengan anaknya.
Hye Won
memanggil ibunya agar lebih cepat, Ayah Hye Won pun memanggil istirnya agar
lebih cepat.
Bibi Sim
yang kesal mengeluh kakak dan temanya itu bodoh, dengan penuh amrah akhirnya
meminat Tuan Cha agar bisa menepi. Tuan
Cha bingung apakan disini. Bibi Sim menganguk dan akhirnya turun sambil
mengucapkan terimakasih lal berjalan sendiri seperti ingin menenangkan diri.
“Aku kasihan kepadanya... Aku tidak
bisa meninggalkannya. Tapi dia memukulku saat marah. Aku tidak akan pernah bisa
meninggalkannya. Jika aku meninggalkannya, siapa yang ingin bersamanya?”
Bibi Sim
mengingat yang dikatakan oleh ibu Hye Won.
Jang Woo
memeriksa berkas dimeja saat seniornya semua pulang tentang "Strategi
untuk Meningkatkan Kepuasan Penduduk" Seoran wanita memanggil Jang Woo
lalu mengaku mendengar Jang Woo melakukan kencan buta saat istirahat makan
siang.
“Bagaimana
kamu tahu?” ucap Jang Woo kaget dan panik. Seniornya pikir Jang Woo tidak tahu
bagaimana orang-orang di sini
“Aku
cukup yakin manajer kami sudah tahu yang kumakan untuk makan siang hari ini.”
Ucap Si wanita. Jang Woo panik yang harus dilakukanya.
“Aku
tidak yakin... Tapi Apa Kau menyukainya? Bagaimana? Apa berjalan lancar?” tanya
senior yang lainya.
“Dia memang
tampak seperti orang baik.”ungkap Jang Woo.
Flash back
Young Mi
pikir Jang Woo pasti terkejut jika tidak tahu soal ini. Jang Woo mengaku Sejujurnya,
ini bukan kali pertama lalu menyuruh Young Mi agar makan kuenya. Young Mi
menolaknya karena sedang diet belakangan ini. Jang Woo pun baru tahu kalau
Young Mi sedang diet.
“Jika
kamu PNS, apa hobimu?” tanya Young Mi. Jang Woo terlihat bingung.
“Semua
PNS yang kukenal sepertinya memiliki hobi. Pasti merepotkan duduk di kantor
seharian. Apa Kau menyukai pekerjaanmu? Bukankah itu membosankan? Pasti cukup
membosankan. Apa itu Tidak?” tanya Young Mi
“Aku tidak
tahu cara menjelaskannya, tapi sepertinya aku tidak tertarik kepada wanita yang
kutemui saat kencan buta.” Akui Jang Woo .
“Aku
mengerti maksudmu.” Kata si senior satu. Senior yang lainnya merasa itu
memalukan karena mendengar dia cantik.
“Bagaimana
kau tahu? Apa ada yang memotret?” tanya Jang Woo makin panik.
“Kami
punya cara sendiri. Jadi, gadis seperti apa yang kamu suka, Jang Woo?” tanya Si
senior. Jang Woo terlihat bingung.
“Apa Kau
tertarik dengan seseorang?” tanya si senior. Jang Woo mencoba mengingatnya.
Jang Woo
mengingat saat Eun Sil makan didepanya, Ia makan daging dengan sangat lahap
tanpa peduli kalau sedang diet.
“Kurasa
aku suka wanita yang senyumnya cantik dan suka makan.” Ucap Jang Woo malu- malu
“Gadis
yang suka makan dan tersenyum manis? Itu terlalu sulit.” Komentar seniornya.
Jang Woo seperti tak yakin, akhirnya seniornya menyruh Jang Woo untuk kembali
berkerja saja.
Bibi Choi
datang dengan terburu-buru ke rumah Bibi Sim mengedor pintu. Keduanya langsung
bergegas meninggalkan rumah
“Kau
tahu, apa sebutan serpihan cahaya saat sinar matahari memantul di permukaan
danau?” "Kilauan matahari".
Bibi Sim
pun akhirnya sampai ke rumah duka, terdengar jeritan keluarga. Foto temanya sudah ditaruh
disamping bunga-bunga, sang suami berteriak histeris merasa kalau ia yang
seharusnya mati saja.
“Aku juga ingin bersinar seperti
itu Bahkan setelah kematian.”
Sang ibu
mencoba menenangkan anaknya karena ia sebagai kepala pelayat.
Flash Back
Ayah Hye
Won memukul habis-habisan ibu Hye Won karena tak bisa terima karena berani
melakukan itu padanya. Saat itu Bibi Sim melihat sang kakak yang dipukul
habis-habisan, Ibu Hye Won meminta suaminya agar berhenti dan mematung karena
sang adik melihatnya.
Akhirnya
Bibi Sim mencoba membela kakaknya, dengan membalas memukul ayah Hye Won. Tapi
ayah Hye Won lebih kuat bisa mendorong bibi Sim. Ibu Hye Won pun mencoba
melindungi adiknya dan akhirnya Ayah Hye WO pun turun.
“Kakakku sering dipukuli... Oleh
suaminya, yang sangat ramah dan hangat.”
“Bercerailah...
Bercerailah!.. Bercerailah... Kamu tidak pantas hidup dengan bedebah seperti
itu! Kakak, bercerailah. Kamu tidak pantas...”terika Bibi Sim histeris.
Saat itu
Ayah Hye Won kembali naik ke lantai atas, memukul Bibi Sim dan mendorong
istrinya yang menghalanginya. Ia tak terima dengan ucapan bibi Sim dan akan
memukulnya dengan sterikaan, Ibu Hye Won mencoba menyelamatkan adiknya dengan
mendorong suaminya.
Tuan Mok
pun tak sengaja terjatuh dari lantai dua, bibi Sim panik melihatnya. Keduanya
pun bergegas keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri dengan membawa mobil.
Tapi saat itu Tuan Mok keluar membawa stick golf.
Amarahnya
makin memuncak, Ia memukuli jendela dengan stick golf sampai akhirnya mobil pun
melaju dengan kencang didepan garasi. Bibi Sim akhirnya tersadar duduk
dibelakang stir sudah membunuh ayah Hye Won.
“Ceritaku
dimulai dari sini... Ini kalimat pertama dari novelku.”
Hye Won
dan Eun Seob saling menatap penuh cinta. Hye Won ingin membahas sesuatu tapi
diurungkan niatnya. Eun Seob ingin tahu Apa yang hendak dikatakan. Hye Won
mengaku bukan apa-apa dan lain kali saja lalu memeluknya dengan erat.
Di kantor
"Kepala Redaktur Cha Yun Taek" ada sebuah buku diatas meja
"Kabut dan Hutan" dan berita "Penulis novel terlaris Shim Myeong
Yeo, 'Lahan Kosong'" Ia pun menuliskan dikalender "Tanda tangan
kontrak dan bertemu dengan Sim Myeong Yeo"
Telp berdering
di ruangan, saat itu sebuah fax masuk “Hei. Menurutmu siapa yang membunuh kakak
iparku?”
"Unggahan Toko Buku Good Night"
"Aku putra gelandangan yang tinggal di
gunung. Suatu hari, aku ditelantarkan. Aku dibesarkan oleh orang tua angkatku. Meskipun
aku tidak menganggap itu sebagai kelemahan"
"Beberapa orang berharap aku terluka
karena itu. Kenapa kamu tidak menderita? Bukankah kamu anak yang tinggal di
pondok di gunung? Bukankah ayahmu gelandangan?"
"Apa aku harus hidup menderita dan sedih
seperti yang mereka inginkan? Aku sudah lama memikirkannya, dan jawabannya
tidak Aku menyadari tidak ada alasan untuk menderita. Saat aku merasa bersyukur
kepada banyak orangBagaimanapun, semua itu sudah berlalu"
Bersambung ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar