PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Didalam
kamar, Bibi Sim membaca buku "'Semua
Hal Pertamaku' oleh Cha Yun Taek"
"'Kamu tahu apa itu
kehangatan?' Dia bertanya kepadaku, dan aku menjawab. Saat tangan dinginku
menyentuh tangan dinginmu dan kita berdua menjadi hangat. Saat kesepian bertemu
kesepian dan menjadi kenyamanan.”
“Saat kesedihan bertemu kesedihan
dan menjadi kebahagiaan. Saat angin sejuk bertiup melawan angin sejuk lainnya dan
menjadi salju yang lembut. Itulah arti kehangatan."
Hye Won
membuka pintu kamar dan melihat bibinya dirumah dengan tatapan dingin dan
mengajak untuk bicara.
Keduanya
duduk di meja makan, Hye Won bertanya apakah ibunya sudah pergi. Bibi Sim membenarkan kalau Ibu
Hye Won sudah pergi. Hye Won pun meminta
agar bibinya bisa menjelaskan bagaimana semua ini bisa terjadi.
“Bibi
membunuh ayahmu.” Ucap Bibi Sim. Hye Won seperti tak menyangka
“Kau pasti
membacanya di tulisan bibi. Maafkan bibi. Bibi sungguh minta maaf, Hye Won.”
Ucap bibi Sim
“Kenapa
Bibi menyembunyikannya dariku? Kenapa hanya aku? Itu akan sangat menyakitimu.”
Ucap Hye Won
“Tidak
apa-apa jika yang tahu hanya aku dan orang tuamu. Tapi jika kau tahu, itu akan sangat
menyakitimu. Kami tidak sanggup melakukannya.” Jelas Bibi Sim
“Tapi
kenapa sekarang? Kenapa baru bilang sekarang?” ucap Hye Won marah
“Karena
bibi akan menyerahkan diri.” Ucap Bibi Sim. Hye Won kaget mendengarnya.
“Bibi
pantas dihukum atas perbuatan bibi. Bibi sungguh tidak ingin menulis novel. Tapi
sulit sekali mencari nafkah. Bukan bagi bibi, tapi bagimu. Setidaknya bibi
harus menghasilkan uang agar kau bisa hidup dengan nyaman. “ ucap Bibi Sim
“Itu
sebabnya bibi putuskan menulis novel terakhir, dan saat itulah Cha Yun Taek
menyuruh bibi menulis sesuatu tentang hidup bibi.Jadi, bibi pikir ini kesempatan
bibi.” Jelas Bibi Sim
“Aku
pikir "Ya. Aku akan mengungkap semuanya dan melarikan diri. Syukurlah.
Tidak ada kisah lain yang semengejutkan kisahku. Itu akan menjadi buku
terlaris." Setelah menghasilkan banyak uang dan dihujat oleh publik, bibi
ingin menyerahkan diri.” Ucap Bibi Sim
“Bibi
sungguh akan menyerahkan diri?” tanya Hye Won. Bibi Sim memberitahu kalau Ibu
Hye Won sangat menentangnya selama ini,
“Tapi
bibi menang kali ini. Dia mempersilakan bibi melakukannya jika bibi mau. Hanya
itu yang ingin bibi katakan. Sekarang, tidurlah.” Kata Bibi Sim.
Hye Won
duduk sendirian direstoran meminum soju, lalu teringat dengan ucapan Bibi Sim
saat bertanya alasan kenapa sekarang baru memberitahukanya. Bibi Sim menjawab Karena
akan menyerahkan diri dan pantas dihukum atas perbuatannya.
Hye Won
mengingat saat bibinya jatuh pingsan dan melihat matanya ternyata terkena
glukoma. Hye Won menangis mengingat semua ucapan bibinya lalu mengingat saat
berbicara dengan ibunya.
“Apa aku
pernah menanyakan sesuatu kepada Ibu? Di mana Ibu tinggal sekarang? Dengan
siapa Ibu tinggal? Apakah Ibu tinggal sendirian? Kenapa tidak tinggal
denganku?” ucap Hye Won
“Kenapa...
Kenapa Ibu selalu menolak menemuiku saat aku berkunjung dan tidak pernah
membalas suratku? Aku tidak pernah bertanya, bukan? Itu sebabnya melihat Ibu
datang tiba-tiba seperti ini membuatku merasa tidak nyaman dan canggung. Jadi,
kembalilah besok.” Kata Hye Won
“Hye Won,
masalahnya...” ucap Nyonya Sim. Hye Won berteriak meminta agar bisa menjawab
sekarang.
Nyonya
Sim menahan Hye Won, tapi Hye Won marah meminta ibunya agar melepaskan
tanganya.Hye Won kembali terdiam.
Flash Back
Hye Won
yang ingin bunuh diri kaget melihat bibinya yang datang jauh-jauh. Mereka pun
pulang dengan menaiki kereta. Bibi Sim bertanya Kenapa Hye Won ingin bunuh
diri. Hye Won hanya diam saja. Bibi Sim meminta Hye Won agar jangan mati.
“Jika kamu
mati, bibi juga akan mati.... Ibumu juga... Nenekmu juga... Begitulah adanya...
Kau mungkin mengira kami tidak peduli, tapi kami peduli. Kita semua akan mati.”
Ucap Bibi Sim. Hye Won pun hanya diam
saja.
Di toko
buku, Eun Seob merapihkan buku lalu melihat judul "Andai Aku Punya Puisi Indah Lagi"
lalu tiba-tiba terdiam. Sementara Hye Won terbangun dari tidurnya dan bingung
karena di dalam kamar. Bo Yeong membuka pintu melihat Hye Won yang sudah
bangun.
“Kau Makanlah.
Perutmu pasti sakit karena pengar.” Ucap Bo Yeong memberikan sup. Hye Won hanya
duduk diam.
“Aku
pergi ke kedai mi bersama rekan-rekanku karena kami makan malam tim dan
melihatmu pingsan. Jadi, aku membawamu ke rumahku. Kenapa kamu minum banyak
sekali? Apa kamu dan Eun Seop bertengkar?” tanya Bo Yeong duduk disofa.
“Bo
Yeong... Aku juga menyukaimu... Benar... Itu sebabnya aku terluka atas
perbuatanmu... Karena aku percaya kepadamu dan menyukaimu sebagai teman. Namun,
semua yang harus kuhadapi saat itu disebabkan olehmu, jadi, tidak mudah bagiku
untuk memaafkanmu.” Ungkap Hye Won.
“Aku
masih merasa kita tidak bisa memulihkan hubungan kita seperti dahulu.” Jelas
Hye Won
“Apa Tidak
bisa meskipun ada satu retakan? Meski meja punya satu retakan, kau masih bisa
menggunakannya.”kata Bo Yeong seperti masih berharap.
“Sudah
sewajarnya sesuatu menjadi usang seiring waktu. Tidak ada hubungan yang
sempurna.” Ucap Hye Won
“Apa
salahnya sedikit retakan? Apa salahnya saling menyakiti perasaan? Tidak ada
yang sempurna. Karena itu kita melakukan hal yang mengharuskan kita minta maaf,
menyesalinya, dan memperbaiki keadaan. Begitulah hidup.” Jelas Bo Yeong
“Aku
tahu, aku telah sangat menyakitimu, tapi aku sungguh menginginkan kesempatan
untuk memperbaiki keadaan. Aku akan menunggu jika kau belum siap. Entahlah.
Mungkin saat lebih lama waktu berlalu, itu akan sedikit lebih mudah bagimu.”
Kata Bo Yeong lalu melihat Hujannya
terus turun.
Hye Won
berdiri sendirian di halte bus dengan payung ditanganya lalu menaiki bus dan
melihat seorang ibu menghangatkan wajah anaknya agar tak kedinginan. Hye Won
seperti iri dengan kehangatan keluarga itu.
Flash Back
Hye Won
yang masih kecil dengan bibi Sim mengepang rambut neneknya. Sang nenek
menceritakan Saat masih sekolah, selalu mengepang rambut nenek menjadi dua ikat
panjang jadi merasa seperti anak sekolah lagi. Bibi Sim menyuruh ibunya agar
mulai bercermin, Nyonya Sim pun bisa memberikan senyuman tak seperti sekarang.
“Astaga,
apa-apaan ini? Kekacauan apa ini? Memangnya aku alien? Laki-laki tidak akan
menyukai model rambut ini.” Ucap Nenek Sim melihat rambutnya yang berbeda
dengan tawanya.
Bibi Sim
dan Hye Won akhirnya mengejar Nyonya Sim untuk dikepang juga, tapi Nyonya Sim
menolak dan berlari kabur.
Hye Won
berjalan pulang dan melihat ada mobil polisi didepan rumah, lalu teringat
dengan ucapan bibinya “Karena bibi akan menyerahkan diri.” Lalu panik dan
berlari berpikir bibinya akan dibawa oleh polisi. Ia pun meminta izin untuk
bicara. Polisi bertanya tentang masalah apa.
“Itu
tidak benar, mengerti? Biar kujelaskan. Itu... Maksudku... Kau salah, jadi,
mari kita...” ucap Hye Won panik
Saat itu
beberapa polisi keluar dari belakang rumah
menyuruh agar memasukan mereka ke mobil.
Hye Won bingung ternyata bukan bibinya tapi orang lain.Polisi pun
mengeluh Ke mana mereka pergi dengan telanjang bulat.
“Kopral
Kim... Apa yang terjadi di sini?” tanya Bibi Sim akhirnya pulang. Hye Won kaget
melihat bibinya datang.
“Ada
laporan pesta telanjang di penginapan belakang. Para berandalan itu berlari ke
arah sana... Lalu Nona... Permisi, apa yang kamu katakan tadi?” ucap Petugas
Kim. Hye Won malu mengaku Bukan apa-apa dan bergegas masuk ke dalam rumah.
“Kau
bilang Di penginapan? Pantas saja berisik. Apa Sudah bicara dengan pemiliknya? Pastikan
itu tidak terjadi lagi.” Ucap Bibi Sim. Petugas Kim mengerti. Bibi Sim pun
mengucapkan Terima kasih.
Bibi Sim
mengeluarkan barang belanjanya, Hye Won mengambil minum. Bibi Sim merasa Hye
Won pasti berpikir ia telah menyerahkan diri dan menjadi panik. Hye Won heran Kenapa
Bibi menyimpan foto itu di sana karena Itu tidak ada saat tinggal di sini.
“Itu
jelas tidak ada saat Nenek masih hidup.” Ucap Hye Won dingin
“Kau belum
pernah kembali ke sini sejak nenekmu meninggal... Ah.. Bibi merindukannya.”
Ucap Bibi Sim.
“Bibi... Aku
agak membenci Bibi.” Akui Hye Won. Bibi Sim mengaku mengerti.
“Bibi
tidak mau aku menderita. Kukira mendengar Bibi mengatakan itu akan membuatku
memahami Bibi, tapi ternyata tidak. Aku masih tidak bisa memahami Bibi.” Ucap
Hye Won.
“Kenapa
tidak?” kata Bibi Sim. Hye Won yakin keluarga harus saling berbagi penderitaan.
“Mari
berbagi penderitaan kita. Jangan menyerahkan diri. Jika Bibi telah bertahan
selama 10 tahun terakhir demi Ibu, bertahanlah selama 10 tahun ke depan
untukku.” Ucap Hye Won. Bibi Sim tak percaya mendengarnya.
“Bibi
pernah bilang jika aku mati, Bibi, Ibu, dan Nenek juga mati. Saat itu, aku juga
hidup dalam mimpi buruk. Meski insiden itu tidak melibatkanku secara langsung, itu
juga tetap mimpi buruk bagiku.” Jelas Hye Won
“Jika Bibi
menyerahkan diri sekarang, aku akan hidup dalam mimpi buruk lagi. Jadi,
teruslah hidup seperti yang Bibi jalani. Tapi kurasa aku tidak bisa menatap Bibi
dengan cara yang sama lagi. Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku. Aku akan
pergi.” kata Hye Won.
Bibi Sim
kaget . Hye Won menegaskan kalau akan pergi. Bibi Sim pun tak bisa
berkata-kata.
Eun Seob
membuat kopi lalu terdiam saat mendengar pintu terbuka. Hye Won ingin menatap
Eun Seob meminta izin agar bisa bicara sebentar. Eun Seob menatap Hye Won
seperti sudah mengerti, mempersilahkan duduk dan menawarkan kopi serta
menanyakan keadaanya.
“Bibi
ingin menyerahkan diri, dan aku melarangnya.” Jelas Hye Won. Eun Seob mengerti.
“Masalahnya,
aku tidak bisa menatap mata Bibi lagi. Jadi, kurasa aku harus pergi. Musim semi
telah tiba. Semoga toko bukumu sukses. Kuharap kau akan selalu menjadi orang
yang hangat. Selain itu, tidak pernah sekali pun hatiku tidak tulus. Kau tahu
itu, bukan? Jadi, jagalah dirimu, Eun Seop.” Kata Hye Won. Eun Seob pun hanya
diam saja.
Hye Won
akhirnya pulang dan tak ada sahutan suara dari bibinya. Akhirnya Hye Won duduk
di dalam kamar sendirian mengingat kembali kenangan dengan Eun Seob.
“Katakan
kepadaku, Eun Seop. Tentang kita. Apakah ini cinta?” tanya Hye Won. Eun Seob
membenarkan kalau Ini cinta. Hye Won mengaku kalau merasakan hal yang sama.
Hye Won
seperti tersadar akhirnya berlari ke toko buku dan melihat lampu mati semua. Ia
pun melihat di papan tulis "Toko buku akan tutup untuk beberapa
hari." Wajahnya makin pank kemana Eun Soeb pergi dimalam hari.
Ia
mengingat yang dikatakan Hwi “Hye Won, pikirkanlah. Jika Eun Seop hilang sekarang,
menurutmu di mana dia?”
Hye Won
berlari ke hutan tanpa peduli dengan gelapnya malam, Eun Seo sedang menyalakan
kayu bakar agar ruangan dingin. Saat itu Hye Won datang dan langsung memeluk
Eun Seob lalu menangis dengan keras. Eun Seob bingung.
“Hye
Won.. Aku mengerti.. kau akan meninggalkan tempat ini suatu hari nanti.”
“Maafkan
aku, Eun Seop.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnya memeluk Hye Won dengan erat.
“Aku
sudah siap menghadapi apa pun yang bisa terjadi. Namun, saat kamu meninggalkan
tempat ini, kuharap kamu tidak pergi dengan berat hati. Kuharap kamu bisa pergi
sambil tersenyum bahagia. Kuharap... Kuharap kamu tidak terluka sama sekali.
Kuharap begitu..”
Hye Won
terus memeluk Eun Seob sambil menangis meminta maaf.
Eun Seob
tertidur dengan pulas di kamarnya lalu saat membuka mata melihat Hye Won sudah
tak ada disampingnya. Ia pun melihat sepatu yang ditinggalkan Hye Won didepan
rumah, dan matanya pun hanya bisa menatap ke arah langit.
“Eun
Seop... Aku akan pergi sekarang...Kau kecewa aku terus berbuat semauku?” gumam
Hye Won
“Tidak...
Aku masih mencintaimu. Selamat tinggal, Hae Won.” Balas Eun Seob.
Hye Won
pergi mengali tanah lalu menemukan sebuah ponsel yang dikuburnya lalu melangkah
pergi meninggalkan pohon tempat ayahnya. Seperti ia sengaja mengibur ponselnya
saat kembali ke desa.
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good
Night"
"Saat aku terus mengunggah buku
harianku, Tiap harinya beban ini makin terasa berat. Meskipun hari-hari terasa
berat, Aku tidak dikaruniai sesuatu yang berbeda"
"Tapi saat dia datang kepadaku musim
dingin ini dan kami berbagi cinta. Hari-hari tidak terasa berat seperti
sebelumnya. Berat hari ini berbeda daripada sebelumnya"
"Musim dingin berikutnya mungkin akan
lebih berbeda. Beban musim dingin mendatang yang belum bisa kumengerti. Aku
memasang tanda toko buku akan tutup beberapa hari. Rasanya seperti tali yang
ditarik dengan erat"
"Aku memutuskan untuk melupakan semuanya
dan beristirahat sejenak"
Bersambung
ke episode 16
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar