PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 22 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 15 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Didalam kamar, Bibi Sim membaca buku  "'Semua Hal Pertamaku' oleh Cha Yun Taek"
"'Kamu tahu apa itu kehangatan?' Dia bertanya kepadaku, dan aku menjawab. Saat tangan dinginku menyentuh tangan dinginmu dan kita berdua menjadi hangat. Saat kesepian bertemu kesepian dan menjadi kenyamanan.”
“Saat kesedihan bertemu kesedihan dan menjadi kebahagiaan. Saat angin sejuk bertiup melawan angin sejuk lainnya dan menjadi salju yang lembut. Itulah arti kehangatan."
Hye Won membuka pintu kamar dan melihat bibinya dirumah dengan tatapan dingin dan mengajak untuk bicara.

Keduanya duduk di meja makan, Hye Won bertanya apakah ibunya  sudah pergi. Bibi Sim membenarkan kalau Ibu Hye Won sudah pergi.  Hye Won pun meminta agar bibinya bisa menjelaskan bagaimana semua ini bisa terjadi.
“Bibi membunuh ayahmu.” Ucap Bibi Sim. Hye Won seperti tak menyangka
“Kau pasti membacanya di tulisan bibi. Maafkan bibi. Bibi sungguh minta maaf, Hye Won.” Ucap bibi Sim
“Kenapa Bibi menyembunyikannya dariku? Kenapa hanya aku? Itu akan sangat menyakitimu.” Ucap Hye Won
“Tidak apa-apa jika yang tahu hanya aku dan orang tuamu. Tapi jika kau tahu, itu akan sangat menyakitimu. Kami tidak sanggup melakukannya.” Jelas Bibi Sim
“Tapi kenapa sekarang? Kenapa baru bilang sekarang?” ucap Hye Won marah
“Karena bibi akan menyerahkan diri.” Ucap Bibi Sim. Hye Won kaget mendengarnya.
“Bibi pantas dihukum atas perbuatan bibi. Bibi sungguh tidak ingin menulis novel. Tapi sulit sekali mencari nafkah. Bukan bagi bibi, tapi bagimu. Setidaknya bibi harus menghasilkan uang agar kau bisa hidup dengan nyaman. “ ucap Bibi Sim
“Itu sebabnya bibi putuskan menulis novel terakhir, dan saat itulah Cha Yun Taek menyuruh bibi menulis sesuatu tentang hidup bibi.Jadi, bibi pikir ini kesempatan bibi.” Jelas Bibi Sim
“Aku pikir "Ya. Aku akan mengungkap semuanya dan melarikan diri. Syukurlah. Tidak ada kisah lain yang semengejutkan kisahku. Itu akan menjadi buku terlaris." Setelah menghasilkan banyak uang dan dihujat oleh publik, bibi ingin menyerahkan diri.” Ucap Bibi Sim
“Bibi sungguh akan menyerahkan diri?” tanya Hye Won. Bibi Sim memberitahu kalau Ibu Hye Won  sangat menentangnya selama ini,
“Tapi bibi menang kali ini. Dia mempersilakan bibi melakukannya jika bibi mau. Hanya itu yang ingin bibi katakan. Sekarang, tidurlah.” Kata Bibi Sim. 



Hye Won duduk sendirian direstoran meminum soju, lalu teringat dengan ucapan Bibi Sim saat bertanya alasan kenapa sekarang baru memberitahukanya. Bibi Sim menjawab Karena akan menyerahkan diri dan pantas dihukum atas perbuatannya.
Hye Won mengingat saat bibinya jatuh pingsan dan melihat matanya ternyata terkena glukoma. Hye Won menangis mengingat semua ucapan bibinya lalu mengingat saat berbicara dengan ibunya.
“Apa aku pernah menanyakan sesuatu kepada Ibu? Di mana Ibu tinggal sekarang? Dengan siapa Ibu tinggal? Apakah Ibu tinggal sendirian? Kenapa tidak tinggal denganku?” ucap Hye Won
“Kenapa... Kenapa Ibu selalu menolak menemuiku saat aku berkunjung dan tidak pernah membalas suratku? Aku tidak pernah bertanya, bukan? Itu sebabnya melihat Ibu datang tiba-tiba seperti ini membuatku merasa tidak nyaman dan canggung. Jadi, kembalilah besok.” Kata Hye Won
“Hye Won, masalahnya...” ucap Nyonya Sim. Hye Won berteriak meminta agar bisa menjawab sekarang.
Nyonya Sim menahan Hye Won, tapi Hye Won marah meminta ibunya agar melepaskan tanganya.Hye Won kembali terdiam. 


Flash Back
Hye Won yang ingin bunuh diri kaget melihat bibinya yang datang jauh-jauh. Mereka pun pulang dengan menaiki kereta. Bibi Sim bertanya Kenapa Hye Won ingin bunuh diri. Hye Won hanya diam saja. Bibi Sim meminta Hye Won agar jangan mati.
“Jika kamu mati, bibi juga akan mati.... Ibumu juga... Nenekmu juga... Begitulah adanya... Kau mungkin mengira kami tidak peduli, tapi kami peduli. Kita semua akan mati.” Ucap Bibi Sim.  Hye Won pun hanya diam saja. 

Di toko buku, Eun Seob merapihkan buku lalu melihat judul  "Andai Aku Punya Puisi Indah Lagi" lalu tiba-tiba terdiam. Sementara Hye Won terbangun dari tidurnya dan bingung karena di dalam kamar. Bo Yeong membuka pintu melihat Hye Won yang sudah bangun.
“Kau Makanlah. Perutmu pasti sakit karena pengar.” Ucap Bo Yeong memberikan sup. Hye Won hanya duduk diam.
“Aku pergi ke kedai mi bersama rekan-rekanku karena kami makan malam tim dan melihatmu pingsan. Jadi, aku membawamu ke rumahku. Kenapa kamu minum banyak sekali? Apa kamu dan Eun Seop bertengkar?” tanya Bo Yeong duduk disofa.
“Bo Yeong... Aku juga menyukaimu... Benar... Itu sebabnya aku terluka atas perbuatanmu... Karena aku percaya kepadamu dan menyukaimu sebagai teman. Namun, semua yang harus kuhadapi saat itu disebabkan olehmu, jadi, tidak mudah bagiku untuk memaafkanmu.” Ungkap Hye Won.
“Aku masih merasa kita tidak bisa memulihkan hubungan kita seperti dahulu.” Jelas Hye Won
“Apa Tidak bisa meskipun ada satu retakan? Meski meja punya satu retakan, kau masih bisa menggunakannya.”kata Bo Yeong seperti masih berharap.
“Sudah sewajarnya sesuatu menjadi usang seiring waktu. Tidak ada hubungan yang sempurna.” Ucap Hye Won
“Apa salahnya sedikit retakan? Apa salahnya saling menyakiti perasaan? Tidak ada yang sempurna. Karena itu kita melakukan hal yang mengharuskan kita minta maaf, menyesalinya, dan memperbaiki keadaan. Begitulah hidup.” Jelas Bo Yeong
“Aku tahu, aku telah sangat menyakitimu, tapi aku sungguh menginginkan kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Aku akan menunggu jika kau belum siap. Entahlah. Mungkin saat lebih lama waktu berlalu, itu akan sedikit lebih mudah bagimu.” Kata Bo Yeong lalu melihat  Hujannya terus turun.



Hye Won berdiri sendirian di halte bus dengan payung ditanganya lalu menaiki bus dan melihat seorang ibu menghangatkan wajah anaknya agar tak kedinginan. Hye Won seperti iri dengan kehangatan keluarga itu.
Flash Back
Hye Won yang masih kecil dengan bibi Sim mengepang rambut neneknya. Sang nenek menceritakan Saat masih sekolah, selalu mengepang rambut nenek menjadi dua ikat panjang jadi merasa seperti anak sekolah lagi. Bibi Sim menyuruh ibunya agar mulai bercermin, Nyonya Sim pun bisa memberikan senyuman tak seperti sekarang.
“Astaga, apa-apaan ini? Kekacauan apa ini? Memangnya aku alien? Laki-laki tidak akan menyukai model rambut ini.” Ucap Nenek Sim melihat rambutnya yang berbeda dengan tawanya.
Bibi Sim dan Hye Won akhirnya mengejar Nyonya Sim untuk dikepang juga, tapi Nyonya Sim menolak dan berlari kabur. 

Hye Won berjalan pulang dan melihat ada mobil polisi didepan rumah, lalu teringat dengan ucapan bibinya “Karena bibi akan menyerahkan diri.” Lalu panik dan berlari berpikir bibinya akan dibawa oleh polisi. Ia pun meminta izin untuk bicara. Polisi bertanya tentang masalah apa.
“Itu tidak benar, mengerti? Biar kujelaskan. Itu... Maksudku... Kau salah, jadi, mari kita...” ucap Hye Won panik
Saat itu beberapa polisi keluar dari belakang rumah  menyuruh agar memasukan mereka ke mobil.  Hye Won bingung ternyata bukan bibinya tapi orang lain.Polisi pun mengeluh Ke mana mereka pergi dengan telanjang bulat.
“Kopral Kim... Apa yang terjadi di sini?” tanya Bibi Sim akhirnya pulang. Hye Won kaget melihat bibinya datang.
“Ada laporan pesta telanjang di penginapan belakang. Para berandalan itu berlari ke arah sana... Lalu Nona... Permisi, apa yang kamu katakan tadi?” ucap Petugas Kim. Hye Won malu mengaku Bukan apa-apa dan bergegas masuk ke dalam rumah.
“Kau bilang Di penginapan? Pantas saja berisik. Apa Sudah bicara dengan pemiliknya? Pastikan itu tidak terjadi lagi.” Ucap Bibi Sim. Petugas Kim mengerti. Bibi Sim pun mengucapkan Terima kasih. 


Bibi Sim mengeluarkan barang belanjanya, Hye Won mengambil minum. Bibi Sim merasa Hye Won pasti berpikir ia telah menyerahkan diri dan menjadi panik. Hye Won heran Kenapa Bibi menyimpan foto itu di sana karena Itu tidak ada saat tinggal di sini.
“Itu jelas tidak ada saat Nenek masih hidup.” Ucap Hye Won dingin
“Kau belum pernah kembali ke sini sejak nenekmu meninggal... Ah.. Bibi merindukannya.” Ucap Bibi Sim.
“Bibi... Aku agak membenci Bibi.” Akui Hye Won. Bibi Sim mengaku mengerti.
“Bibi tidak mau aku menderita. Kukira mendengar Bibi mengatakan itu akan membuatku memahami Bibi, tapi ternyata tidak. Aku masih tidak bisa memahami Bibi.” Ucap Hye Won.
“Kenapa tidak?” kata Bibi Sim. Hye Won yakin keluarga harus saling berbagi penderitaan.
“Mari berbagi penderitaan kita. Jangan menyerahkan diri. Jika Bibi telah bertahan selama 10 tahun terakhir demi Ibu, bertahanlah selama 10 tahun ke depan untukku.” Ucap Hye Won. Bibi Sim tak percaya mendengarnya.
“Bibi pernah bilang jika aku mati, Bibi, Ibu, dan Nenek juga mati. Saat itu, aku juga hidup dalam mimpi buruk. Meski insiden itu tidak melibatkanku secara langsung, itu juga tetap mimpi buruk bagiku.” Jelas Hye Won
“Jika Bibi menyerahkan diri sekarang, aku akan hidup dalam mimpi buruk lagi. Jadi, teruslah hidup seperti yang Bibi jalani. Tapi kurasa aku tidak bisa menatap Bibi dengan cara yang sama lagi. Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku. Aku akan pergi.” kata Hye Won.
Bibi Sim kaget . Hye Won menegaskan kalau akan pergi. Bibi Sim pun tak bisa berkata-kata. 


Eun Seob membuat kopi lalu terdiam saat mendengar pintu terbuka. Hye Won ingin menatap Eun Seob meminta izin agar bisa bicara sebentar. Eun Seob menatap Hye Won seperti sudah mengerti, mempersilahkan duduk dan menawarkan kopi serta menanyakan keadaanya.
“Bibi ingin menyerahkan diri, dan aku melarangnya.” Jelas Hye Won. Eun Seob mengerti.
“Masalahnya, aku tidak bisa menatap mata Bibi lagi. Jadi, kurasa aku harus pergi. Musim semi telah tiba. Semoga toko bukumu sukses. Kuharap kau akan selalu menjadi orang yang hangat. Selain itu, tidak pernah sekali pun hatiku tidak tulus. Kau tahu itu, bukan? Jadi, jagalah dirimu, Eun Seop.” Kata Hye Won. Eun Seob pun hanya diam saja. 


Hye Won akhirnya pulang dan tak ada sahutan suara dari bibinya. Akhirnya Hye Won duduk di dalam kamar sendirian mengingat kembali kenangan dengan Eun Seob.
“Katakan kepadaku, Eun Seop. Tentang kita. Apakah ini cinta?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan kalau Ini cinta. Hye Won mengaku kalau  merasakan hal yang sama.
Hye Won seperti tersadar akhirnya berlari ke toko buku dan melihat lampu mati semua. Ia pun melihat di papan tulis "Toko buku akan tutup untuk beberapa hari." Wajahnya makin pank kemana Eun Soeb pergi dimalam hari.
Ia mengingat yang dikatakan Hwi “Hye Won, pikirkanlah. Jika Eun Seop hilang sekarang, menurutmu di mana dia?” 

Hye Won berlari ke hutan tanpa peduli dengan gelapnya malam, Eun Seo sedang menyalakan kayu bakar agar ruangan dingin. Saat itu Hye Won datang dan langsung memeluk Eun Seob lalu menangis dengan keras. Eun Seob bingung.
“Hye Won.. Aku mengerti.. kau akan meninggalkan tempat ini suatu hari nanti.”
“Maafkan aku, Eun Seop.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnya memeluk Hye Won dengan erat.
“Aku sudah siap menghadapi apa pun yang bisa terjadi. Namun, saat kamu meninggalkan tempat ini, kuharap kamu tidak pergi dengan berat hati. Kuharap kamu bisa pergi sambil tersenyum bahagia. Kuharap... Kuharap kamu tidak terluka sama sekali. Kuharap begitu..”
Hye Won terus memeluk Eun Seob sambil menangis meminta maaf.

Eun Seob tertidur dengan pulas di kamarnya lalu saat membuka mata melihat Hye Won sudah tak ada disampingnya. Ia pun melihat sepatu yang ditinggalkan Hye Won didepan rumah, dan matanya pun hanya bisa menatap ke arah langit.
“Eun Seop... Aku akan pergi sekarang...Kau kecewa aku terus berbuat semauku?” gumam Hye Won
“Tidak... Aku masih mencintaimu. Selamat tinggal, Hae Won.” Balas Eun Seob.
Hye Won pergi mengali tanah lalu menemukan sebuah ponsel yang dikuburnya lalu melangkah pergi meninggalkan pohon tempat ayahnya. Seperti ia sengaja mengibur ponselnya saat kembali ke desa. 

"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night"
"Saat aku terus mengunggah buku harianku, Tiap harinya beban ini makin terasa berat. Meskipun hari-hari terasa berat, Aku tidak dikaruniai sesuatu yang berbeda"
"Tapi saat dia datang kepadaku musim dingin ini dan kami berbagi cinta. Hari-hari tidak terasa berat seperti sebelumnya. Berat hari ini berbeda daripada sebelumnya"
"Musim dingin berikutnya mungkin akan lebih berbeda. Beban musim dingin mendatang yang belum bisa kumengerti. Aku memasang tanda toko buku akan tutup beberapa hari. Rasanya seperti tali yang ditarik dengan erat"
"Aku memutuskan untuk melupakan semuanya dan beristirahat sejenak"
Bersambung ke episode 16

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar