PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 Februari 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Eun Seob mengayuh sepedanya, lalu berhenti tatapan mengarah pada sesuatu. Ternyata Hye Won sedang memperbaiki sepedanya, Saat itu Jang Woo melihat Eun Seob bertanya apakah akan pulang sekarang. Eun Seob panik memilih untukpergi.
“Hei, tunggu aku! Hei! Apa yang salah dengannya?” teriak Jang Woo mengejar Eun Seob. Hye Won memperbaiki sepedanya sendiri. 

Hye Won sedang melihat tulisan Eon Seob diatas meja saat itu. Bo Young memanggilnya agar mendekat, saat itu keduanya berpapasan dan Eon Seob terlihat seperti tak peduli tapi sempat melihat Hye Won keluar.
Pelajaran musik, semua mulai menyanyi Guru akan menyudahi lalu meminta agar menghafalkan semua lirik untuk pertemuan selanjutnya. Semua anak murid pun mengeluh.  Guru meminta agar merkea tentang karena masih ada waktu sekitar lima menit lagi.
“Aku dengar siswa pindahan baru dari Kelas 3 adalah pemain cello yang luar biasa. Apa kau bisa mencoba dengarkan?” kata sang guru.
“Aku tak bawa cello-ku hari ini.” Ucap Hye Won. Guru pun bertanya apakah ada yang hal lain yang bisa dilakukan.
Hye Won akhirnya duduk di depan piano dan mulai memainkanya, Eon Seob langsung terdiam mendengar alunan musik Hye Won. Semua anak tak percaya melihat Hye Won. Eon Seob seperti mengingat semua kenangan dengan Hye Won saat masih sekolah akhirnya memilih untuk tidur dengan nyenyak. 

Pagi hari
Anjing Bibi Sim makan dengan lahap, Hye Won dan bibinya juga makan di bersama. Hye Won bertanya apakah bibinya sakit kepala karena datang ke apotek di kota dan apoteker mengatakan padanya bahwa Bibi Sim mengalami sakit kepala parah.
“Siapa yang tak sakit kepala? Dari di atas itu selalu menuntut , asal kau tahu, aku seorang penulis.” Kata bibi Sim
“Kau tak menulis apa pun sekarang.” Komentar Hye Won. Bibi Sim mengeluh kalau menulis begitu banyak jadi kepalanya masih sakit.
“Kau harus pergi ke rumah sakit.” Ucap Hye Won. Bibi Sim mengaku sudah. Hye Won ingin tahu Apa kata mereka. Bibi Sim menjawab tak ada masalah.
“Omong-omong, apa kau akan terus bawel seperti ini?” keluh Bibi Sim. Hye Won mengaku tak akan.

“Benarkah? Syukurlah., Kau Kembali ke Seoul minggu depan.” Ucap Bibi Sim,
“Tidak, aku berniat tinggal di sini dan bekerja paruh waktu. Aku yakin dapat menemukan seseorang yang ingin mengambil pelajaran musik.” Kata Hye Won.
Bibi Sim kaget dan menurutnya itu Tak ada karena sudah tinggal di sini selama 20 tahun, dan belum pernah melihat orang yang ingin mengambil pelajaran musik bahkaan sama sekali. Hye Won terdiam mendengarnya. Bibi Sim pikir Entah kalau piano tapi tak ada yang memainkan cello.
“Aku pandai memainkan piano juga dan menari.” Ucap Hye Won percaya diri. Bibi Sim seolah tak peduli mendengarnya. 



Hye Won pergi keluar rumah melihat papan pengumuman [MENCARI PEKERJA PARUH WAKTU, JAM KERJA BISA NEGO] Sementara di toko buku Eon Seob terlihat bahagia menyeduh kopinya lalu keluar rumah. Hye Won tiba-tiba datang membawa selembaran.
Eun Seob bingung, Hye Won menunjuk dirinya kalau ingin berkerja. Eon Seob tak percaya kalau Hye Won ingin berkerja. Akhirnya Mereka pun pergi ke “ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI dan juaga da TEMPAT PARKIR ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI
“Jadi, kau mencari seseorang yang handal berseluncur.” Kata Hye Won bingung melihat banyak orang yang berseluncur diatas sawah yang membeku.
“Apa kau andal berseluncur?” tanya Eon Seob. Hye Won mengelengkan kepala dan terlihat sedih.
“Apa mungkin, kau butuh seseorang yang bisa bermain piano?” tanya Hye Won. Eon Seob menjawab Tidak. Hye Won pun akhirnya akan pamit pergi.
“Tunggu... Lalu, Apa kau mau bekerja di toko buku? Dan aku akan bekerja di sini.” Ucap Eon Seob. Hye Won bingung dan ingin tahu alasanya.
“Karena... Karena aku andal berseluncur. Bagaimana?” kata Eon Seob seperti tak ingin berpisah dengan Hye Won. 


Di toko buku, Hye Won melihat buku dalam rak. Eon Seob memberitahu kalau Tak banyak pekerjaan, karena hampir tak ada tamu. Hye Won pun ingin tahu bagaimana Eon Seob mencari nafkah. Eon Seob memberitahu kalau menjual buku secara online juga.
“Aku harus mengirimkan buku-buku ini hari ini. Meski begitu, terkadang datang beberapa tamu.” Kata Eun Seob mengeluarkan buku yang siap di kirim.
“Jadi, Apa aku hanya harus menjaga tempat ini?” tanya Hye Won. Eon Seob menganguk.
“Lalu, aku akan pergi ke arena seluncur. Beritahu aku jika ada pertanyaan.” Kata Eon Seob lalu bergegas pergi. 

Hye Won membaca buku tapi terlihat jenuh akhirnya membuka jendela, lalu melihat Eon Seob sedang di tempat selunjur dipanggil oleh ibunya. Sang ibu memakai syal menyuruh anaknya pulang dan ambilkan sesuatu serta meninggalkan serpihan cabai merah di rumah.
Hwi melihat kakaknya naik sepeda meminta untuk ikut,  Ibu Eon Seob mengelu kalau Hwi akan membuat kakaknya lelah, Hwi yakin kakaknya akan segera kembali. Saat itu Tuan Im datang menyuapi Eon Seob kacang kastanye mentah.
Ia juga menyuapi istrinya,  Hwi tak mau kalah mengambil semua kacang dari tangan sang ayah lalu berlari kabur. Hye Won melihat kebahagian keluarga hanya bisa tersenyum, seperti sangat senang bisa berada didesa. 

Eon Seob masuk ke dalam toko, Hye Won berkomentar kalau Eon Seob adalah tamu pertama hari ini. Eon Seob tersenyum mengau terkadang, ada hari-hari saat tak ada yang datang. Hye Won mengejek dengan kata "Kadang"
“Sebenarnya hampir setiap hari.... Kerja bagus. Kau boleh pulang.” Kata Eon Seob. Hye Won pun akan pamit pulang.
“Hei, mau kemana? Jangan pergi.. Kita baru saja mulai. Aku membawa ini.” Ucap Jang Woo datang membawa bir tapi menjatuhkan semuanya.
“Astaga, aku merasa hal seperti ini hanya terjadi padaku.” Keluh Jang Woo. Hye Won dan Eon Seob akhirnya membantu mengambilnya. 

Jang Woo mulai menarik nafas panjang dan membuangnya, seperti ingin merelaxkan tubuhnya. Ia lalu mengaku Perutnya mual setiap kali membicarakan hal in dan ibunya menjadi gila. Ia menceritakan ibunya karena ingin cucu secepatnya, maka menekannya  untuk menikah padahal harus berkencan dulu.
“Maksudku, siapa yang akan menikah pada usia 30 jaman sekarang? Dan aku masih berusia 20-an. Aku baru berusia 27 tahun.” Ucap Jang Woo
“Ji Yeon memberitahuku bahwa orang-orang di sini cenderung menikah muda.” Kata Hye Won
“Ya, benar. Dan itu masalahnya. Aku ingin tahu siapa yang memulai tren laknat itu. Siapa? Ibumu? Apa ibumu?” keluh Jang Woo pada Eon Seob.
“Bukan, ibuku ingin aku menikah selambat mungkin.” Kata Eon Seob bangga.
“Baik. Ibu Eun Seop sangat mencintainya. Dia selalu memanggilnya, "Anakku sayang." Astaga, pecundang sekali. Apa kau akan mengisap cumi itu sepanjang malam? Ini kaleng keempatku.” Keluh Jang Woo.
“Baik, aku akan meminumnya.” Kata Eon Seob mulai minum sebelum dicekoki temanya. Jang Woo pun memujinya.
“Hye Won.. Siapa yang paling membuatmu gelisah di sekolah? Sedangkan aku, orang ini. Bagaimana aku harus mengatakannya? Dia selalu tampak menyendiri dan acuh. Orang-orang seperti itu paling membuatku jengkel, dan memang begitulah dia.” Keluh Jang Woo 
“Kau Tahu sendiri, aku harus belajar dan bekerja sangat keras untuk membuat orang tuaku bahagia. Kalian mungkin berpikir bahwa nilai bagusku dan semua pencapaianku dicapai dengan mudah, tapi aku belajar sepanjang malam dan melakukan segala upaya untuk menyenangkan semua orang di sekolah.” Kata Jang Woo
“Dan semua kerja keras itu menjadikanmu 1 dari 3 teratas.” Kata Hye Won.
Jang Woo membenarkanya kalau semua kerja kerasnya terbayar. Eon Seob hanya bisa tertawa mendengarnya. Jang Woo kesal kalau Eon Seob yang berani menertawainya lalu memitingnya. Eon Seob lalu mengaku menyesal dan mengaku salah.
“Oh Ya. Bukankah aku sudah bicara denganmu soal Kim Bo Yeong tempo hari? Dia ingin berbicara denganmu. Dia bilang ada kesalahpahaman di antara kalian berdua. Dia ingin melepas kesalahpahaman.” Kata Jang Woo
“Aku sangat benci kata itu, "kesalahpahaman.". Apa artinya? Jika kau melakukan sesuatu yang salah, akui saja bahwa kau membuat kesalahan, dan minta maaf. Tampaknya itu hanya alasan.” Kata Hye Won dingin
“Alasan untuk apa?” tanya Jang Woo dengan wajah serius. Hye Won mulai menjelaskan. 

“Menyiratkan bahwa kau tak melakukan kesalahan. Artinya, "Aku tak melakukan kesalahan. Kau salah paham. Karena kemampuan komunikasimu yang tak cukup peka, kau salah mengerti sikapku." Artinya mereka akan terus menyalahkanmu. Alasan yang konyol.” Kata Hye Won marah
“Astaga. Benar, kurasa itu alasan konyol... Dia sangat jujur.” Bisik Jang Woo yang merubah suasana jadi tegang.
“Aku tak tahu apa yang dia maksud dengan kesalahpahaman. Aku tak salah mengerti apa pun. Yang kutahu adalah dia salah dan tak pernah meminta maaf.” Ucap Hye Won terlihat masih sangat marah.
Jang Woo mengerti dengan wajah gugup lalu terdengar suara klakson, Ia langsung berdiri memberitahu kalau Taksinya sudah tiba untuk menyelamatkanku dari situasi canggung ini. Ia merasa  Waktu yang tepat jadi  sangat berterima kasih kepada supir taksi ini.
“Hae Won, kau benar-benar menakutkan saat kau marah... Aku pergi.” ucap Jang Woo bergegas pergi. Hye Won dan Eon Seob bingung.
“Bo Yeong meminta nomormu, aku memberi nomor Hodu House. Jadi,... Dia mungkin menelpmu... Sampai jumpa.” Teriak Jang Woo sebelum keluar dari toko. Eon Seob hanya bisa berteriak memanggilnya.
“Apa ada lagi yang ingin kau katakan?” tanya Eon Seob gugup hanya ditinggal berdua saja. 


Flash Back
Hye Won sedang  duduk sendirian, seoran wanita mendekatinya lalu menyapa dan memberitahu namanya Kim Bo Yeong. Hye Won pun membalas memberitahu namanya. Bo Yeong pun membahas Hye Won yang pandai bermain cello. Hye Won membenarkan.
“Ini sangat keren.. Aku tak tahu apa-apa soal musik. Bisakah kau tunjukkan padaku kapan-kapan? Aku belum pernah melihat orang bermain cello.” Kata Bo Yeon. Hye Won menganguk.
“Di mana kau tinggal? Aku tinggal di dekat kantor pos di Bukhyeon-ri.”tanya Bo Yeong.
“Aku tinggal di Rumah Hodu.” Kata Hye Won . Bo Yeong mengaku tahu tempat itu.
“Tempat itu sangat terkenal. Bukankah ini sanggarloka yang sangat bagus? Dan aku mendengar bahwa putri pemilik adalah seorang novelis Yang sangat terkenal. Apa dia kakakmu?” tanya Bo Yeong.
“Bukan, dia bibiku.” Ucap Hye Won. Bo Yeong melihat kalau Hye Won  sangat keren.
“Bibimu seorang novelis, dan kau pandai memainkan cello. Kau dan aku sangat berbeda.” Komentar Bo Yeong. Hye Won ingin tahu apanya yang berbeda?
“Kita sangat berbeda. Keluargaku menjalankan pabrik. Kami membuat kue beras.” Kata Bo Yeong
“Apa sebuah pabrik dan sebuah sanggarloka berbeda?” tanya Hye Won bingung. Tapi Bo Yeong malah melihat Hye Won itu sangat manis.


Pelajaran olahraga, Guru menyuruh mereka berpasngan melakukan pemanasan. Hye Won hanya bisa terdiam terlihat kebingungan. Bo Yeong akhirnya mendekat bertanya apakah ingin berpasangan denganya. Hye Won membuang sampah melihat hujan turun sangat deras.
“Hujan sangat deras, 'kan? Kau bisa pakai ini. Aku dekat, jadi bisa berlari pulang.” Ucap Bo Yeong memberikan payung dan berlari dengan menutupi mengunakan tas.
“Sampai jumpa besok, Hae Won!” teriak Bo Yeong. Hye Won bingung memanggil Hye Won.
Setelah itu mereka pun terlihat selalu menghabiskan waktu bersama disekolah dan terlihat sangat dekat. Hye Won membersihkan lab, lalu tak sengaja menjatuhkan sesuatu. Ketika sedang berjongkok, tiga orang temanya masuk karena berpikir tak ada orang. Mereka membahas Mok Hye Won yang Orang yang pandai bermain cello.
“Kau tahu, kenapa dia tinggal bersama bibinya? Aku dengar bahwa dia tinggal bersama nenek dan bibinya.” Ucap Si anak pertama.
“Di Rumah Hodu, 'kan?” kata anak kedua. Anak pertama pikir mereka tadi melihat Hye Won duduk
“Bukankah aneh kalau dia tak tinggal bersama ibunya?” kata Anak pertama. Anak kedua yakin ada alasannya.Anak pertama tiba-tiba kebingungan mencari ponselnya.
“Apa kau tak ingin tahu alasannya?” ucap anak pertama. Keduanya pikir temanya tahu sesuatu dan ingin tahu.
“Mok Hae Won... Ibunya adalah seorang pembunuh.” Ucap teman yang pertama. Hye Won yan mendengarnya hanya bisa terdiam.
“Lebih buruk lagi, dia membunuh suaminya sendiri.” Kata teman pertama. Semua atak percaya kalau itu ayah Hae Won.
“Ya. Itu sebabnya dia ada di sini. Ibunya ada di penjara.” Ucap Teman yang pertama. Semu
“Tidak mungkin. Itu sangat menyeramkan. Apa kau mengada-ada? Siapa yang memberitahumu itu?” kata temanya tak percaya.
“Kau pikir siapa lagi? Kim Bo Yeong.” Kata Anak pertama. Keduanya kaget. Hye Won hanya bisa terdiam terlihat sangat shock.
“Pantas saja. Selalu ada kegelapan di sekitar Hae Won. Sekarang semuanya masuk akal.” Komentar Teman yang kedua
“Bukankah Bo Yeong dan Hae Won dekat? Benar, yang artinya itu pasti benar.”kata temanya.
Hye Won mencoba berdiri tapi tanganya lemah malah menyentuh tabung di bekukan, dan tak sengaja menjatuhanya. Ketiganya ketakutan akhirnya bergegas keluar ruangan karena berpikir hantu. Hye Won keluar dari sekolah kebingungan akhirnya pergi ke kolam renang yang kosong dan hanya bisa menangis. 

“Itulah kenapa kesalahpahaman... hanyalah omong kosong. Aku... Eun Seop, apa kau tidur?” ucap Hye Won tersadar melihat Eon Seob hanya menopang dagu.
“Kau mabuk sesudah dua kaleng bir. Kau benar-benar tak pandai minum alkohol... Aku pergi.” ucap HyeWon
“Tunggu, aku tak mabuk.”kata Eon Seob terbangun tapi Hye Won  memastikan dan tahu kalau Eon Seob jelas mabuk.
“Aku benar-benar tak bisa minum banyak.”akui Eun Seob. Hye Won mengejek kalau Eon Seob bahkan lebih buruk darinya.
Ia lalu melihat hujan yang cukup deras, lalu pamit pergi akan pulang sekarang. Eon Seob yang mabuk tiba-tiba memanggil Irene. Hye Won terlihat bingung.  Eob Seob mengaku pada Irene sangat senang ada di sini. Hye Won terdiam mendengarnya. 


Ditelp rumah Hye Won terus berdering tapi tak ada yang datang. Pagi hari Hye Won terbangun dan wajahnya terlihat bahagia dibalik selimut dengan hujan yang masih turun. Akhirnya Hye Won menuruni tangga lalu memastikan wajahnya dicermin.
Tapi Hye Won berlari ke lantai atas, Bibi Sim melihat keponakanya bingung. Hye Won mulai berdandan mengunakan bedak dan lipstik, lalu berlari menuruni tangga bertanya pada bibinya apakah punya pensil alis. Bibi Sim heran kemana mau pagi-pagi sekali.  Hye Won mengaku Bekerja paruh waktu.

Di toko buku, Eon Seob membuat kopi dengan sangat santai, lalu keluar dari toko untuk meminumnya. Hye Won datang  menyapa Eon Seob Selamat pagi dengan senyuman bahagia. Eon Seob melihat Hye Won datang lebih awal. Hye Won mengaku bangun pagi-pagi.
“Apa kau mau kopi?” tanya Eon Seob. Hye Won menganguk.  Eon Seob pun memberikan cangkir kopinya. Hye Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau benar-benar tak bisa minum, ya?” komentar Hye Won. Eon Seob membenarkan.
“Kau langsung tertidur sesudah beberapa teguk.” Komentar Hye Won. Eon Seob mengaku  ingat semua sebelum tertidur, tapi tak bisa mengingat setelahnya.
“Kau kedinginan... Bukankah katamu kau mengidap insomnia?” ejek Hye Won. Hye Won pikir harus terus minum.
“Omong-omong, kau bilang sesuatu yang lain. "Aku sangat senang kau ada di sini, Irene." Kata Hye Won. Eon Seob kaget mendengarnya.
Kau bilang, "Aku sangat senang kau ada di sini." Kata Hye Won mengulanginya. Eon Seob tak percaya kalau mengatakan hal itu.
“Ya, benar... Kau memanggil namanya dengan penuh kasih sayang.” Ucap Hye Won terlihat sangat senang, tapi tiba-tiba suasana berubah.
“Bagaimana kabarmu, Hae Won? Senang melihatmu... Aku Bo Yeong... Sudah lama sekali.” sapan Bo Yeong datang.
Hye Won terdiam seperti masih sangat marah, Eon Seob hanya bisa diam saja ditengah-tengah keduanya.
TOKO BUKU GOOD NIGHT, BLOG PRIBADI
[Irene meminjam buku "Angin yang Menghembus Pohon Willow"" Aku harap dia menikmati buku itu, tapi jika tidak, biarlah. Versi favoritku dari buku itu memiliki ilustrasi Patrick Benson.]
[Tapi aku tak seharusnya mengatakan ini dengan keras di sekitar buku. Karena buku dan ilustrasi memiliki telinga juga. Malam semakin pekat, dan aku sudah berbicara terlalu banyak. Karena malam hari adalah waktu yang tepat untuk berbicara.]
Bersambung ke episode 3

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar