PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Saat itu
seseorang masuk ke dalam ruangan, seperti seorang artis yang elegan. Tapi saat
mendekat pada para hantu langsung jatuh terjungkal, semua bertanya-tanya apakah
Dia tak apa-apa. Si wanita dengan tubuh tambun terlihat marah mengeluh karena
ada yang membuat lantai ini bersih hingga licin
“Manusia
tak tinggal di sini. Mereka juga jarang kemari.” Komentar Nenek Jung lau
berkomentar kalau sepertinya lantainya pecah!
“Astaga,
kau seharusnya hati-hati. Kenapa ceroboh sekali?” ejek Nyonya Jung. Semua orang
pun hanya tertawa mengejek.
“Semuanya
sudah berkumpul.Apa Dia orangnya? Karena bunuh diri, dia takkan membusuk.” Ucap
Peramal.
“Apa Kau
pikir kita akan membusuk? Apakah Pak Choe sudah memberikan salam terakhir dan
pergi ke atas?” tanya Nyonya Seo
“Omong
kosong.. Cepat Keluar!” kata Peramal kesal. Semua bingung melihat Tuan Cheo
keluar dari persembunyian dengan wajah sedih.
“Katamu
mau pergi setelah pamit dengan keluargamu!” kata Tuan Jang heran.
Flash Back
Acara
peringatan kematian Tuan Cheo, tertulis “RITUAL LELUHUR UNTUK CHOE SEMOGA
BERISTIRAHAT TENANG.” Semua keluarga
berkumpul dan makan setelah melakukan perhormatan.
“Dia
sudah menampakkan diri dan Dia sudah berpamitan.” Cerita peramal, Tuan Cheo pun
berubah jadi kupu-kupu dan masuk ke dalam rumah.
“Anak-anak,
ini aku ayah kalian. Ayah akan pergi sekarang. Hiduplah dengan baik. Hidupku bahagia
karena adanya kalian. Terima kasih. Menantuku tersayang, aku akan merindukan
masakanmu Berandal. Bersikap baiklah dengan istrimu.”
“Menantu
keduaku, terima kasih juga atas kerja kerasmu. Aku menyaya...”
Tapi saat
itu sang anak langsung mematikan kupu kupu dan meminta agar segera mengambil
tisu basah sambil mengeluh kalau serangga ini bisa masuk.
Nenek
Jung tak percaya kalau berandal itu membunuh ayahnya dua kali. Tuan Cheo yang
sedang memilih untuk masuk ke tempat abunya. Peramal itu mengeluh Tuan Cheo
yang menangis padahal ia sudah membuat laporan bahwa Tuan Cheo akan pergi ke
atas!
“Aku yang
seharusnya menangis! Kalian juga sama! Walaupun kalian arwah, maka kalian harus
menepati janji! Hanya areaku saja yang performanya nol persen!” teriak Peramal
kesal. Saat itu Yu Ri baru pulang mencoba mengendap-ngendap masuk ke tempat
abu.
“Kenapa
nol persen? Tak masuk akal! Hei... Mau kabur ke mana kau?” ucap Peramal
langsung menangkap Yu Ri.
“Aku tak
kabur. Aku baru pulang... Apakah ada mata di belakang kepalanya?” kata Yu Ri
heran. Peramal makin marah ingin makin mengeratkan tanganya.
“Baiklah,
aku tidak akan kabur. Lepaskan aku lebih dahulu. Kita bicara usai kau
lepaskan... Lepaskan aku!” ucap Yu Ri. Si peramal melepaskannya tapi Yu Ri
malah kabur ke dalam tempat abunya.
“Apa kau
mau main-main rupanya?” kata si peramal mengeluarkan kemerincinganya.
Semua
meminta agar tak melakukanya dan tetap tenang, Peramal menyuruh mereka agar tak
berisik dan langsung memunyikan kemerincinganya. Yu Ri akhirnya keluar sambil
mengumpat kesal.
“Performamu
nol persen bukan salah kami! Ini semua karena aturan siklus reinkarnasi. Ini
semua karena kebijakan aneh yang kalian buat! Kau tak tahu kehidupan di zaman
kami.” Ucap Yu Ri membela diri.
“Ya!
Yu-ri benar! Zaman sekarang sudah berubah!” kata Nyonya Seo setuju. Semua pu
menyetujuinya.
“Karena
kalian tidak mau reinkarnasi, populasi dunia semakin berkurang! Sedangkan populasi
arwah terus meningkat! Ini penuh sesak! Apa Kalian masih bilang kebijakannya
aneh?” kata Peramal
“Seharusnya
dari pertama jangan beri kita pilihan! Seperti zaman dahulu, kirim malaikat
pencabut nyawa saja! Katamu arwah juga punya hak! Katamu kita bisa memilih mau
reinkarnasi atau tidak. Sekarang, saat tidak ada yang mau pergi, Apa kau memaksa
kami pergi?” ucap Yu Ri kesal
“Dewa
sama saja dengan manusia. Saat atasan diganti, aturan juga berubah. Kebijakan
selalu berubah.” Ucap Nenek Jung. Semua pun setuju.
“Kalian
akan menerima hukuman! Jangan sembarangan berbicara! Semua ada maksudnya. Para
atasan...” kata peramal
“Omong
kosong. Jujur saja, tak ada yang ingin pergi ke atas. Dia menangis setiap hari karena
anaknya bangkrut.” Ucap Yu Ri menujuk pada Nyonya Sung
“Dia
sangat khawatir karena anaknya kembali mengidap kanker. Kita tidak bisa pergi
sekarang. Kau tahu itu!” kata Yu Ri pada Nenek Jung.
Semua
terlihat sedih akhirnya Nenek Jung pun menyuruh mereka bubar dan masuk ketempat
abu masing-masing. Yu Ri pun mengeluh kalau si peramal itu selalu membuat
mereka sedih.
“Lantas
kenapa kau tak pergi? Suamimu sudah menikah lagi, apa yang perlu dikhawatirkan?
Kau ingin terus disamping anakmu, 'kan?” kata si peramal
“Memangnya
tidak boleh? Dia anakku! Kenapa tidak boleh?”
” ucap Yu Ri marah masuk ke dalam tempat abu
“Wanita
sialan... Hanya bisa besar mulut!Aku sudah bilang berapa kali, kau tak boleh
terus di samping anakmu. Kau harus naik dengan tenang!” teriak Si wanita tapi
saat itu terdengar suara dengkuran dari dalam.
“Baiklah.
Aku mengerti, bagaimana bisa meninggalkan anak sendiri? Kasihan sekali mereka.”
Ucap si peramal akhirnya meninggalkan tempat Cha Yu Ri.
Di rumah,
Seo Woo duduk sendirian sambil menonton acara kartun. Yu Ri keluar dari tempat
abunya menyapa semua hantu “Selamat pagi, semuanya” dengan wajah bahagia. Nenek
Jung yakin Yu Ri pasti senang karena hari ini peringatan kematiannya.
“Kau akan
menyantap makanan enak.” Kata Nyonya Sung. Yu Ri membenarkan dan berharap
perutnya nanti tak sakit.
“Apa itu
hari ini? Aku iri sekali. Aku masih harus menunggu enam bulan!” ucap Young Sim.
“Tidak
semuanya akan menyenangkan.” Kata Nenek Jung melihat Yu Ri pergi.
Di rumah,
Kang Hwa sudah memakai bajunya akan bersiap-siap kerja lalu melihat kalendernya
“HARI ULANG TAHUN SEO-WOO” wajahnya terlihat tak peduli dan langsung berjalan
pergi. Di sebuah mobil, Keluara Yu Ri berangkat dengan wajah dingin.
Di dalam
kuil, Biksu mulai berdoa dan semua keluarga Yu Ri berdiri memberikan hormat.
Sementara Yu Ri sibu makan dengan semua persembahan yang diberikanya padanya.
“Ini Sangat
pas jika minum alkohol sekarang... Tolong tuangkan alkohol.” Ucap Yu Ri.
Peramal yang melihatnya mengeluh dengan tingkah Yu Ri.
Nyonya
Jeon hanya menatap diam melihat papan nama “RITUAL LELUHUR UNTUK CHA SEMOGA
BERISTIRAHAT TENANG” Setelah makan banyak Yu Ri pun bergulingan dilantai karena
kelelahan. Nyonya Jeon dan anaknya mulai membereskan meja.
“Kenapa
kau pergi dengan terburu-buru? Kasihan sekali anakku.” Ungkap Tuan Cha menatap
foto anaknya.
“Ayah
jangan berbicara seperti itu.” Ungkap adik Yu Ri, Cha Yeon Ji.
“Kasihan
apanya? Masih banyak yang harus ditangisi. Dia wafat sebelum orang tuanya. Kita
lebih menderita.Berhenti menangis. Ayo, pulang.” Kata Nyonya Jeon dingin lalu
pergi.
Yu Ri
melihat sikap ibunya langsung mengikuti ibunya, lalu berkomentar suah mengetahui
lalu meminta maaf. Ia pun memohon pada ibunya agar jangan galak kepada Ayah...
Tapi saat itu Nyonya Jeon yang terlihat tegar ternyata menangis sendiri dalam
toilet.
Nyonya
Jeon akhirnya keluar dari toilet setelah menangis dan mencuci muka. Yeon Ji
melihat ibunya baru saja mencuci muka. Nyonya Jeon mengaku kalau sangat
mengantuk dan tidak boleh tertidur, harus menemani ayah Yu Ri akan menyetir.
“Apakah
dia senang melihat suaminya menikah lagi?” kata Yeon Ji
“ Yu-ri
wanita yang hebat. Dia tak akan sedih. Justru ikut bahagia.” Ucap Tuan Cha
“Benar
juga... Ibu seharusnya lebih ramah kepada Kang-hwa.” Kata Yeon Ji
“Berisik!
Dia bukan keluarga kita lagi. Hidupnya sudah bahagia. Untuk apa kemari?” kata
Nyonya Jeon sinis. Yeon Ji hanya diam saja. Tuan Cha mengajak mereka segera
pergi.
Di
kantor, Kang Hwa tetap menangani pasien memberitahu Penyebab sulit bernapas
bisa karena debu jadi harus menggunakan masker. Tapi Selebihnya, semua
baik-baik saja. Saat makan siang, Kang Hwa tertawa bahagia dengan
teman-temanya.
“Keduanya
sudah dibius, tapi istrinya sadar lebih dahulu. Tanpa sadar, suaminya menyebut nama
selingkuhannya... "Mi-jin." Lalu Apa kata istrinya usai mendengar
itu? "Pisau bedah." Kata Kang Hwa seperti terlihat bahagia.
Min Jung
menunggu mobil jemputan yang membawa Seo Woo. Seo Woo pun pulang dengan ibunya.
Yu Ri melihat anaknya langsung berlari akan menghampirinya, tapi tiba-tiba
tubuhnya seperti ditarik dan langsung tergantung di pohon dengan hantu lainya.
“Apa? Ada
apa lagi?” ucap Yu Ri heran. Si peramal membebaskan dua hantu lain dan tak
membiarkan Seo Woo pergi.
“Katanya
kau kasihan denganku! Kenapa begini?” keluh Yu Ri. Si peramal mengeluh Yu Ri
yang tak mendengarkannya.
“Sudah kubilang,
jangan berada dekat anak kecil!” tegas si peramal. Yu Ri menegaskan kalau Bukan sembarang anak, tapi Dia anaknya.
“Anakmu
atau bukan, kau tak boleh di dekatnya!” tegas Si peramal. Yu Ri mengeluh kalau
peramal yang akan terus begini
“Lepas.
Cepat lepaskan aku!” teriak Yu Ri kesal. Si peramal heran Yu Ri yang marah
“Apa? Apa
ucapanku yang salah? Kau merasa kuat dengan lonceng itu? Kau tidak berarti
tanpa lonceng itu.” Ucap Yu Ri marah. Peramal menyuruh Yu Ri diam.
“Tidak!
Itu tidak benar! Astaga! Kau tidak pernah mendengarkanku! Ini Sungguh
menjengkelkan!” kata Peramal marah lalu tersadar banyak orang yang melihatnya.
Mereka
berpikir peramal itu sudah gila karena berbicara sendiri. Yu Ri pun terjatuh
karena loncengnya mengarah kebawah.
“Astaga.
Malang sekali... Ada arwah jahat yang terus menempel di keluarga kalian.” Kata
peramal pada Min Jung dan anaknya. Yu Ri
panik berpikir si peramal sudah gila.
“Jimat ini
bisa menangkal arwah jahat... Hanya 200.000 won, bisa kredit.” Kata peramal.
“Apa Kau
memanfaatkanku untuk mendapatkan uang? Awas saja kau berikan!” ucap Yu Ri marah
“Halo.
Kau Seo...” ucap peramal menatap Seo Woo lalu terdiam. Min Jung mengatakan
tidak perlu itu lalu berjalan pergi. Yu
Ri pun mengikuti anaknya dengan wajah penuh amarah.
Di ruang
istirahat, Kang Hwa masuk ruangan melihat juniornya heran karena ada disana
padahal sudah meminta jaga malam ini. Juniornya pikir Kang Hwa belum melihat
jadwal karena sudah diganti menjadi dirinya. Kang Woo seperti tak melihatnya.
“Kau bisa
pergi.” ucap Kang Hwa. Si Juniornya seperti tak enak hati. Kang Hwa menyuruhnya
agar pergi saja.
“Cepat
pergi sebelum aku berubah pikiran. Sebelum aku menendangmu dari sini.” Ucap
Kang Hwa. Si Juniornya pun pamit pergi.
Kang Hwa
berbaring di tempat tidur dengan buku yang menutup wajahnya. Geun Sang masuk
dengan wajah kesal menyuruh Kang Hwa Pulanglah karena Anaknya menunggu. Tapi
saat itu ada peringatan dari pengera suara kalau Ada pasien kejang di kamar
ICU.Kang Hwa pun langsung bergegas pergi.
Di depan
rumah tenda sudah ada kue ulang tahun,
Min Jung mendekati anaknya memberitahu kalau Ayah Seo Woo tidak bisa
pulang jadi mereka makan kuenya lebih dulu. Seo Woo mengelengkan kepalanya,
lengkap dengan topi di kepalanya.
“Kalau
begitu, kita tunggu Ayah?” ucap Mi Jung. Seo Woo menganguk. Yu Ri pun menatap
wajah sang anak dengan wajah sedih.
Seo Woo
akhirnya tertidur, saat itu Yu Ri menatap sang anak dan Kang Hwa pun pulang
lalu duduk disamping sang anak dan hanya diam saja, lalu keluar dari kamar. Yu
Ri menatap sedih sang anak dengan sikap dingin anaknya
“Ayah bilang selamat ulang-tahun. Selamat ulang
tahun, Seo-woo tersayang.” Ucap Yu Ri yang tak bisa menyentuh anaknya.
Pagi
hari, Yu Ri tertidur di lantai lalu merasakan ada seseorang yang lewat. Ia
langsung mengumpat orang itu lagi, lalu keluar dari ruangan. Seo Woo terbangun
seperti merasakan sesuatu. Yu Ri akhirnya menyuruh hantu itu cepat keluar
sekarang Atau akan menghajarnya.
“Aku akan
memukulmu dua kali. Apa Kau tidak akan keluar? Keluar! Cepat keluar!” teriak Yu
Ri marah menyuruh agar keluar.Hantu pria pun keluar.
“Aku tahu
akan begini... Kau sembunyi saat melihatku. Aku sudah bilang, jangan kemari
lagi!” ucap Yu Ri marah
“Bukan
begitu... Kenapa kau tega mengusir arwah setempat dari rumahnya? Lalu Aku harus
ke mana?” kata Si Hantu pria.
“Ini bukan
rumahmu, tapi rumah anakku! Pergilah ke tempat abumu!” ucap Yu Ri
“Tapi...
aku tak tahu ada di mana. Aku kehilangan tempat abuku.”kata si pria. Yu Ri
kaget merasa kasihan dan tak percaya.
“Tetap
saja tak bisa. Itu masalahmu. Energi anak kecil sangat lemah. Kau bisa mengisap
energinya.” Kata Yu Ri
“Kalau
begitu, kau juga tak boleh di sini. Kau bukan manusia! Menurutku, kau lebih
bermasalah dariku. Sebentar lagi, kau bisa merasukinya. Dia bisa melihat kita.”
Kata si hantu pria
“Dasar
gila! Aku membiarkanmu karena kasihan! Kau tak berhak bicara begitu!” teriak Yu
Ri kesal mengusir si hantu.
“Omong
kosong macam apa yang dia katakan?” keluh Yu Ri lalu menyap Seo Woo yang baru bangun.
Seo Woo
berjalan ke arahnya, tapi saat berhadapan dengan Yu Ri langsung berjalan
menjauh agar tak menghalanginya dan berjalan ke ruang TV. Yu Ri kaget kalau Seo
Woo bisa mengetahui keberadanya. Kang Hwa terbangun melihat Seo Woo baru bangun
dan mengajak untuk minum lebih dulu.
Yu Ri langsung
pergi ke tempat peramal menceritakan kalauSeo-woo bisa melihatnya dan Ini pasti
karena dirinya.Peramal memberitahu kalau Energi anak kecil sangat lemah. Yu Ri
menceritakan kalau terus mengikutinya sejak Seo Woo lahir.
“Ini
semua karena aku. Tapi Kenapa kau tak memberitahuku?”ucap Yu Ri marah.
“Aku juga
baru tahu. Aku sudah mengingatkanmu jangan dekat anak kecil.” Kata Si peramal
“Aku
penyebab semua ini.. Karena aku arwah. Semuanya salahku.” Ucap Yu Ri merasa
bersalah
“Kau
selalu mengikutinya karena kau ibunya.” Ucap peramal. Yu Ri pun kebingungan
dengan yang akan dilakukan.
“Jika sudah merasakan dan
melihatmu, arwah-arwah akan mendekatinya. Karena masih kecil, dia belum bisa
membedakan arwah dan manusia. Itu mungkin berbahaya baginya.”
Saat itu
Seo Woo bermain sendirian lalu melihat seorang anak memanggilnya, si hantu anak
kecil mengajak bermain. Seo Woo yang masih kecil pun mengejarnya. Yu Ri datang
dengan wajah kebingungan.
Sementara
didalam sekolah, terjadi kegaduhan karena tak melhat Seo Woo. Pemilik sekolah
pun tak menemukan di ruangan atas. Semua guru terus mencari Seo Woo, Yu Ri pun
ikut mencari anaknya ke ruangan lainya.
“Dia tadi
sedang asyik main sendiri. Aneh sekali.” ucap sang guru. Pemilik pikir mereka
mencari lagi dan setelah itu baru menelp polisi.
Yu Ri
mencari anaknya dan melihat hantu anak kecil yang berlari , saat itu ia bisa
menembus ke dalam kulkas dan melihat Seo Woo sudah ada didalam. Seo Woo sudah
tak sadarkan diri. Yu Ri memanggil guru tapi tak ada yang mendengarnya.
Yu Ri
mengingat ucapan si Peramal “Karena masih kecil, dia belum bisa membedakan
arwah dan manusia. Itu mungkin berbahaya baginya.” Lalu terus memanggil Seo-woo,
saat itu Seo Woo seperti mendengar dengan kakinya mendorong pintu kulkas.
Seorang
guru sedang lewat melihatnya dan langsung bergegas masuk dapur, lalu berteriak
memanggil guru kalau bisa menemukan Seo Woo. Seo Woo langsung dibawa ke
ambulance dengan kondisi tak sadarkan diri.
Di rumah
sakit
Kang Hwa
dan Min Jung datang dengan wajah panik. Seo Woo terbaring di ranjang. Yu Ri
masih di dalam ruangan, Seo-woo pingsan dengan wajah panik memberitau suaminya.
Kang Hwa memeriksa keadanan Seo Woo yang masih membiru.
“Kenapa
Seo-woo bisa masuk kulkas sendirian?” tanya Kang Hwa marah Yu Ri terlihat ingin
memberitahu.
“Anak-anak
bahkan tak tahu dapur di mana, aku tak tahu bagaimana dia bisa masuk ke sana.” Kata
Perawat
“Maafkan
aku. Ini karena aku... Maafkan Ibu.” Ucap Yu Ri merasa bersalah lalu menangis.
Peramal
mulai berdoa dan teringat dengan yang dikatakan Yu Ri kalau akan pergi ke atas.
Flash Back
Yu Ri
pikir akan pergi bahkan enyah entah kemana dan akan menghilang, lalu memastikan
Apakah Seo-woo akan baik-baik saja dan apakah Takkan melihat arwah lagi.
Peramal mengaku tidak tahu.
“Aku akan
pergi ke atas dan memohon. Aku tak perlu reinkarnasi. Aku bersedia musnah. Aku
hanya... Awalnya aku ingin pergi usai melihatnya berjalan. Aku ingin melihatnya
berjalan.” Cerita Yu Ri menangis.
Bayi terlihat
dengan nama “ORANG TUA: CHA YU-RI, CHO GANG-HWA” dalam sebuah box. Yu Ri
menatap dengan wajah bahagia. Ia menemani Seo Woo yang main sendiri dengan Kang
Hwa yang terlihat kelelahan mengurus anak. Yu Ri akhirnya melihat sang anak
yang mulai berjalan
“Melihat
dia, berbicara, berlari, dan makan. Aku tahu aku harus pergi. Tapi, aku ingin melihatnya
lebih lama. Sedikit lebih lama lagi.”
Yu Ri
berjalan dalam kerumunan lalu melihat pasangan ibu dan akan yang saling
merangkul dengan wajah bahagia. Sementara Yu Ri yang sudah menjadi arwah tak
bisa melakukan hal yang sama, bahkan salju pun menembus tanganya.
“Kenapa?
Kenapa tidak bisa? Kenapa aku saja yang tidak bisa? Kenapa tidak bisa? Aku
hanya ingin melihat saja. Kenapa tak boleh? Memangnya kau siapa? Kenapa
melarangku?” teriak Yu Ri marah sambil menangis.
Saat itu
terjadi petir yang sangat besar, tempat abu Yu Ri pun berembun. Tiba-tiba salju
berjatuhan seperti rintikan es ke bumi. Peramal yang sedan berdoa pun bingung,
lalu alat berdoanya terlihat lepas begitu saja.
Di dalam
mobil Kang Hwa mengemudikan mobil bingung karena banyak es yang jatuh. Nyonya
Jeon pun membuka tirai jendela kamarnya, Hyun Jung di rumah pun bingung melihat
suasana langit yang mengerikan dengan hujan es.
“Katamu
aku boleh menetap! Katamu boleh di sini! Kenapa? Kenapa tak boleh? Apakah
karena kau adalah Dewa, jadi, bisa seenaknya? Bagaimana bisa kau Dewa! Sialan!”
teriak Yu Ri marah
Pagi hari
Tuan Cha
keluar dari toko sambil mengelu kalau bisa cukup makan sujebi di akhir pekan.
Nyonya Jeon pun membalas kalau membuat sujebi itu tak mudah karena Di rumah tidak ada
kentang, sudah waktunya berbelanja.
Saat itu
Seo Woo dan Min Jung berjalan berpapasan, Nyonya Jeon tak mengubrisnya. Tuan
Cha menatap cucunya yang tak bisa didekatinya. Nyony Jeon memanggil suaminya
agar cepat jalan. Tuan Jeon mengaku jalan di belakangnya.
Yeon Ji
keluar kamar mengeluh lapar lalu melihat ayahnya hanya duduk diam dengan wajah
sedih dan bertanya pada ibunya ada apa dengan ayahnya. Nyonya Jeon hanya
menjawab kalau Tuan Cha sedih, Hatinya sangat sedih.
“Benar,
aku tidak bisa... Aku tidak tahu kenapa
kau tak sedih, tapi aku tidak bisa! Aku ingin bertemu anak dan cucuku. Aku tak
bisa mengendalikan hatiku!” teriak Tuan Cha marah
“Apa Ayah
melihat Seo-woo?” kata Yeon Ji lalu menyuruh mereka lebih baik pindah karena setidaknya takkan
berpapasan.
“Kau juga
masuk kamar. Berisik sekali.” ucap Nyonya
Jeon kesal. Yeon Ji pun akhirnya masuk kamar.
Saat itu
salju mulai turun kembali, Yu Ri berdiri menatap suami dan istri nya seperti
keluarga bahagia mengandeng tangan Seo Woo. Mereka menikmati hujan salju. Yu Ri
seperti tak sadar kalau salju sudah menembus tubuhnya.
Kang Hwa
melihat Yu Ri berdiri didepanya, terlihat kaget dan mengingat kenangan
buruknya. Yu Ri yang sedang hamil tertabrak lalu dibawa ke rumah sakit, tapi
hanya anak mereka yang bisa selamat. Kang Hwa pun menangis histeris memanggil
Yu Ri.
Yu Ri
hanya bisa menatap Kang Hwa dan Kang Hwa hanya bisa terdiam melihat Yu Ri yang
ada didepanya dan sangat mirip dengan ibunya Seo Woo yang sudah meninggal.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar