PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 23 Februari 2020

Sinopsis Hi Bye Mama Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Saat itu seseorang masuk ke dalam ruangan, seperti seorang artis yang elegan. Tapi saat mendekat pada para hantu langsung jatuh terjungkal, semua bertanya-tanya apakah Dia tak apa-apa. Si wanita dengan tubuh tambun terlihat marah mengeluh karena ada yang membuat lantai ini bersih hingga licin
“Manusia tak tinggal di sini. Mereka juga jarang kemari.” Komentar Nenek Jung lau berkomentar kalau sepertinya lantainya pecah!
“Astaga, kau seharusnya hati-hati. Kenapa ceroboh sekali?” ejek Nyonya Jung. Semua orang pun hanya tertawa mengejek.
“Semuanya sudah berkumpul.Apa Dia orangnya? Karena bunuh diri, dia takkan membusuk.” Ucap Peramal.
“Apa Kau pikir kita akan membusuk? Apakah Pak Choe sudah memberikan salam terakhir dan pergi ke atas?” tanya Nyonya Seo
“Omong kosong.. Cepat Keluar!” kata Peramal kesal. Semua bingung melihat Tuan Cheo keluar dari persembunyian dengan wajah sedih.
“Katamu mau pergi setelah pamit dengan keluargamu!” kata Tuan Jang heran. 



Flash Back
Acara peringatan kematian Tuan Cheo, tertulis “RITUAL LELUHUR UNTUK CHOE SEMOGA BERISTIRAHAT TENANG.”  Semua keluarga berkumpul dan makan setelah melakukan perhormatan.
“Dia sudah menampakkan diri dan Dia sudah berpamitan.” Cerita peramal, Tuan Cheo pun berubah jadi kupu-kupu dan masuk ke dalam rumah.
“Anak-anak, ini aku ayah kalian. Ayah akan pergi sekarang. Hiduplah dengan baik. Hidupku bahagia karena adanya kalian. Terima kasih. Menantuku tersayang, aku akan merindukan masakanmu Berandal. Bersikap baiklah dengan istrimu.”
“Menantu keduaku, terima kasih juga atas kerja kerasmu. Aku menyaya...”
Tapi saat itu sang anak langsung mematikan kupu kupu dan meminta agar segera mengambil tisu basah sambil mengeluh kalau serangga ini bisa masuk. 

Nenek Jung tak percaya kalau berandal itu membunuh ayahnya dua kali. Tuan Cheo yang sedang memilih untuk masuk ke tempat abunya. Peramal itu mengeluh Tuan Cheo yang menangis padahal ia sudah membuat laporan bahwa Tuan Cheo akan pergi ke atas!
“Aku yang seharusnya menangis! Kalian juga sama! Walaupun kalian arwah, maka kalian harus menepati janji! Hanya areaku saja yang performanya nol persen!” teriak Peramal kesal. Saat itu Yu Ri baru pulang mencoba mengendap-ngendap masuk ke tempat abu.
“Kenapa nol persen? Tak masuk akal! Hei... Mau kabur ke mana kau?” ucap Peramal langsung menangkap Yu Ri.
“Aku tak kabur. Aku baru pulang... Apakah ada mata di belakang kepalanya?” kata Yu Ri heran. Peramal makin marah ingin makin mengeratkan tanganya. 

“Baiklah, aku tidak akan kabur. Lepaskan aku lebih dahulu. Kita bicara usai kau lepaskan... Lepaskan aku!” ucap Yu Ri. Si peramal melepaskannya tapi Yu Ri malah kabur ke dalam tempat abunya.
“Apa kau mau main-main rupanya?” kata si peramal mengeluarkan kemerincinganya.
Semua meminta agar tak melakukanya dan tetap tenang, Peramal menyuruh mereka agar tak berisik dan langsung memunyikan kemerincinganya. Yu Ri akhirnya keluar sambil mengumpat kesal.
“Performamu nol persen bukan salah kami! Ini semua karena aturan siklus reinkarnasi. Ini semua karena kebijakan aneh yang kalian buat! Kau tak tahu kehidupan di zaman kami.” Ucap Yu Ri membela diri.
“Ya! Yu-ri benar! Zaman sekarang sudah berubah!” kata Nyonya Seo setuju. Semua pu menyetujuinya.
“Karena kalian tidak mau reinkarnasi, populasi dunia semakin berkurang! Sedangkan populasi arwah terus meningkat! Ini penuh sesak! Apa Kalian masih bilang kebijakannya aneh?” kata Peramal
“Seharusnya dari pertama jangan beri kita pilihan! Seperti zaman dahulu, kirim malaikat pencabut nyawa saja! Katamu arwah juga punya hak! Katamu kita bisa memilih mau reinkarnasi atau tidak. Sekarang, saat tidak ada yang mau pergi, Apa kau memaksa kami pergi?” ucap Yu Ri kesal
“Dewa sama saja dengan manusia. Saat atasan diganti, aturan juga berubah. Kebijakan selalu berubah.” Ucap Nenek Jung. Semua pun setuju.
“Kalian akan menerima hukuman! Jangan sembarangan berbicara! Semua ada maksudnya. Para atasan...” kata peramal
“Omong kosong. Jujur saja, tak ada yang ingin pergi ke atas. Dia menangis setiap hari karena anaknya bangkrut.” Ucap Yu Ri menujuk pada Nyonya Sung 

“Dia sangat khawatir karena anaknya kembali mengidap kanker. Kita tidak bisa pergi sekarang. Kau tahu itu!” kata Yu Ri pada Nenek Jung.
Semua terlihat sedih akhirnya Nenek Jung pun menyuruh mereka bubar dan masuk ketempat abu masing-masing. Yu Ri pun mengeluh kalau si peramal itu selalu membuat mereka sedih.
“Lantas kenapa kau tak pergi? Suamimu sudah menikah lagi, apa yang perlu dikhawatirkan? Kau ingin terus disamping anakmu, 'kan?” kata si peramal
“Memangnya tidak boleh? Dia anakku! Kenapa tidak boleh?”  ” ucap Yu Ri marah masuk ke dalam tempat abu
“Wanita sialan... Hanya bisa besar mulut!Aku sudah bilang berapa kali, kau tak boleh terus di samping anakmu. Kau harus naik dengan tenang!” teriak Si wanita tapi saat itu terdengar suara dengkuran dari dalam.
“Baiklah. Aku mengerti, bagaimana bisa meninggalkan anak sendiri? Kasihan sekali mereka.” Ucap si peramal akhirnya meninggalkan tempat Cha Yu Ri. 



Di rumah, Seo Woo duduk sendirian sambil menonton acara kartun. Yu Ri keluar dari tempat abunya menyapa semua hantu “Selamat pagi, semuanya” dengan wajah bahagia. Nenek Jung yakin Yu Ri pasti senang karena hari ini peringatan kematiannya.
“Kau akan menyantap makanan enak.” Kata Nyonya Sung. Yu Ri membenarkan dan berharap perutnya nanti tak sakit.
“Apa itu hari ini? Aku iri sekali. Aku masih harus menunggu enam bulan!” ucap Young Sim.
“Tidak semuanya akan menyenangkan.” Kata Nenek Jung melihat Yu Ri pergi. 


Di rumah, Kang Hwa sudah memakai bajunya akan bersiap-siap kerja lalu melihat kalendernya “HARI ULANG TAHUN SEO-WOO” wajahnya terlihat tak peduli dan langsung berjalan pergi. Di sebuah mobil, Keluara Yu Ri berangkat dengan wajah dingin.
Di dalam kuil, Biksu mulai berdoa dan semua keluarga Yu Ri berdiri memberikan hormat. Sementara Yu Ri sibu makan dengan semua persembahan yang diberikanya padanya.
“Ini Sangat pas jika minum alkohol sekarang... Tolong tuangkan alkohol.” Ucap Yu Ri. Peramal yang melihatnya mengeluh dengan tingkah Yu Ri.
Nyonya Jeon hanya menatap diam melihat papan nama “RITUAL LELUHUR UNTUK CHA SEMOGA BERISTIRAHAT TENANG” Setelah makan banyak Yu Ri pun bergulingan dilantai karena kelelahan. Nyonya Jeon dan anaknya mulai membereskan meja.
“Kenapa kau pergi dengan terburu-buru? Kasihan sekali anakku.” Ungkap Tuan Cha menatap foto anaknya.
“Ayah jangan berbicara seperti itu.” Ungkap adik Yu Ri, Cha Yeon Ji.
“Kasihan apanya? Masih banyak yang harus ditangisi. Dia wafat sebelum orang tuanya. Kita lebih menderita.Berhenti menangis. Ayo, pulang.” Kata Nyonya Jeon dingin lalu pergi. 
Yu Ri melihat sikap ibunya langsung mengikuti ibunya, lalu berkomentar suah mengetahui lalu meminta maaf. Ia pun memohon pada ibunya agar jangan galak kepada Ayah... Tapi saat itu Nyonya Jeon yang terlihat tegar ternyata menangis sendiri dalam toilet. 

Nyonya Jeon akhirnya keluar dari toilet setelah menangis dan mencuci muka. Yeon Ji melihat ibunya baru saja mencuci muka. Nyonya Jeon mengaku kalau sangat mengantuk dan tidak boleh tertidur, harus menemani ayah Yu Ri akan  menyetir.
“Apakah dia senang melihat suaminya menikah lagi?” kata Yeon Ji
“ Yu-ri wanita yang hebat. Dia tak akan sedih. Justru ikut bahagia.” Ucap Tuan Cha
“Benar juga... Ibu seharusnya lebih ramah kepada Kang-hwa.” Kata Yeon Ji
“Berisik! Dia bukan keluarga kita lagi. Hidupnya sudah bahagia. Untuk apa kemari?” kata Nyonya Jeon sinis. Yeon Ji hanya diam saja. Tuan Cha mengajak mereka segera pergi. 

Di kantor, Kang Hwa tetap menangani pasien memberitahu Penyebab sulit bernapas bisa karena debu jadi harus menggunakan masker. Tapi Selebihnya, semua baik-baik saja. Saat makan siang, Kang Hwa tertawa bahagia dengan teman-temanya.
“Keduanya sudah dibius, tapi istrinya sadar lebih dahulu. Tanpa sadar, suaminya menyebut nama selingkuhannya... "Mi-jin." Lalu Apa kata istrinya usai mendengar itu? "Pisau bedah." Kata Kang Hwa seperti terlihat bahagia. 

Min Jung menunggu mobil jemputan yang membawa Seo Woo. Seo Woo pun pulang dengan ibunya. Yu Ri melihat anaknya langsung berlari akan menghampirinya, tapi tiba-tiba tubuhnya seperti ditarik dan langsung tergantung di pohon dengan hantu lainya.
“Apa? Ada apa lagi?” ucap Yu Ri heran. Si peramal membebaskan dua hantu lain dan tak membiarkan Seo Woo pergi.
“Katanya kau kasihan denganku! Kenapa begini?” keluh Yu Ri. Si peramal mengeluh Yu Ri yang tak mendengarkannya.
“Sudah kubilang, jangan berada dekat anak kecil!” tegas si peramal. Yu Ri menegaskan kalau  Bukan sembarang anak, tapi Dia anaknya.
“Anakmu atau bukan, kau tak boleh di dekatnya!” tegas Si peramal. Yu Ri mengeluh kalau peramal yang akan terus begini
“Lepas. Cepat lepaskan aku!” teriak Yu Ri kesal. Si peramal heran Yu Ri yang marah
“Apa? Apa ucapanku yang salah? Kau merasa kuat dengan lonceng itu? Kau tidak berarti tanpa lonceng itu.” Ucap Yu Ri marah. Peramal menyuruh Yu Ri diam.
“Tidak! Itu tidak benar! Astaga! Kau tidak pernah mendengarkanku! Ini Sungguh menjengkelkan!” kata Peramal marah lalu tersadar banyak orang yang melihatnya.
Mereka berpikir peramal itu sudah gila karena berbicara sendiri. Yu Ri pun terjatuh karena loncengnya mengarah kebawah. 


“Astaga. Malang sekali... Ada arwah jahat yang terus menempel di keluarga kalian.” Kata peramal pada Min Jung dan anaknya.  Yu Ri panik berpikir si peramal sudah gila.
“Jimat ini bisa menangkal arwah jahat... Hanya 200.000 won, bisa kredit.” Kata peramal.
“Apa Kau memanfaatkanku untuk mendapatkan uang? Awas saja kau berikan!” ucap Yu Ri marah
“Halo. Kau Seo...” ucap peramal menatap Seo Woo lalu terdiam. Min Jung mengatakan tidak perlu itu lalu berjalan pergi.  Yu Ri pun mengikuti anaknya dengan wajah penuh amarah. 

Di ruang istirahat, Kang Hwa masuk ruangan melihat juniornya heran karena ada disana padahal sudah meminta jaga malam ini. Juniornya pikir Kang Hwa belum melihat jadwal karena sudah diganti menjadi dirinya. Kang Woo seperti tak melihatnya.
“Kau bisa pergi.” ucap Kang Hwa. Si Juniornya seperti tak enak hati. Kang Hwa menyuruhnya agar pergi saja.
“Cepat pergi sebelum aku berubah pikiran. Sebelum aku menendangmu dari sini.” Ucap Kang Hwa. Si Juniornya pun pamit pergi. 

Kang Hwa berbaring di tempat tidur dengan buku yang menutup wajahnya. Geun Sang masuk dengan wajah kesal menyuruh Kang Hwa Pulanglah karena Anaknya menunggu. Tapi saat itu ada peringatan dari pengera suara kalau Ada pasien kejang di kamar ICU.Kang Hwa pun langsung bergegas pergi. 

Di depan rumah tenda sudah ada kue ulang tahun,  Min Jung mendekati anaknya memberitahu kalau Ayah Seo Woo tidak bisa pulang jadi mereka makan kuenya lebih dulu. Seo Woo mengelengkan kepalanya, lengkap dengan topi di kepalanya.
“Kalau begitu, kita tunggu Ayah?” ucap Mi Jung. Seo Woo menganguk. Yu Ri pun menatap wajah sang anak dengan wajah sedih. 

Seo Woo akhirnya tertidur, saat itu Yu Ri menatap sang anak dan Kang Hwa pun pulang lalu duduk disamping sang anak dan hanya diam saja, lalu keluar dari kamar. Yu Ri menatap sedih sang anak dengan sikap dingin anaknya
 “Ayah bilang selamat ulang-tahun. Selamat ulang tahun, Seo-woo tersayang.” Ucap Yu Ri yang tak bisa menyentuh anaknya. 

Pagi hari, Yu Ri tertidur di lantai lalu merasakan ada seseorang yang lewat. Ia langsung mengumpat orang itu lagi, lalu keluar dari ruangan. Seo Woo terbangun seperti merasakan sesuatu. Yu Ri akhirnya menyuruh hantu itu cepat keluar sekarang Atau akan menghajarnya.
“Aku akan memukulmu dua kali. Apa Kau tidak akan keluar? Keluar! Cepat keluar!” teriak Yu Ri marah menyuruh agar keluar.Hantu pria pun keluar.
“Aku tahu akan begini... Kau sembunyi saat melihatku. Aku sudah bilang, jangan kemari lagi!” ucap Yu Ri marah
“Bukan begitu... Kenapa kau tega mengusir arwah setempat dari rumahnya? Lalu Aku harus ke mana?” kata Si Hantu pria.
“Ini bukan rumahmu, tapi rumah anakku! Pergilah ke tempat abumu!” ucap Yu Ri
“Tapi... aku tak tahu ada di mana. Aku kehilangan tempat abuku.”kata si pria. Yu Ri kaget merasa kasihan dan tak percaya.
“Tetap saja tak bisa. Itu masalahmu. Energi anak kecil sangat lemah. Kau bisa mengisap energinya.” Kata Yu Ri
“Kalau begitu, kau juga tak boleh di sini. Kau bukan manusia! Menurutku, kau lebih bermasalah dariku. Sebentar lagi, kau bisa merasukinya. Dia bisa melihat kita.” Kata si hantu pria
“Dasar gila! Aku membiarkanmu karena kasihan! Kau tak berhak bicara begitu!” teriak Yu Ri kesal mengusir si hantu.
“Omong kosong macam apa yang dia katakan?” keluh Yu Ri lalu menyap Seo Woo yang  baru bangun.
Seo Woo berjalan ke arahnya, tapi saat berhadapan dengan Yu Ri langsung berjalan menjauh agar tak menghalanginya dan berjalan ke ruang TV. Yu Ri kaget kalau Seo Woo bisa mengetahui keberadanya. Kang Hwa terbangun melihat Seo Woo baru bangun dan mengajak untuk minum lebih dulu. 



Yu Ri langsung pergi ke tempat peramal menceritakan kalauSeo-woo bisa melihatnya dan Ini pasti karena dirinya.Peramal memberitahu kalau Energi anak kecil sangat lemah. Yu Ri menceritakan kalau terus mengikutinya sejak Seo Woo lahir.
“Ini semua karena aku. Tapi Kenapa kau tak memberitahuku?”ucap Yu Ri marah.
“Aku juga baru tahu. Aku sudah mengingatkanmu jangan dekat anak kecil.” Kata Si peramal
“Aku penyebab semua ini.. Karena aku arwah. Semuanya salahku.” Ucap Yu Ri merasa bersalah
“Kau selalu mengikutinya karena kau ibunya.” Ucap peramal. Yu Ri pun kebingungan dengan yang akan dilakukan. 

“Jika sudah merasakan dan melihatmu, arwah-arwah akan mendekatinya. Karena masih kecil, dia belum bisa membedakan arwah dan manusia. Itu mungkin berbahaya baginya.”
Saat itu Seo Woo bermain sendirian lalu melihat seorang anak memanggilnya, si hantu anak kecil mengajak bermain. Seo Woo yang masih kecil pun mengejarnya. Yu Ri datang dengan wajah kebingungan.
Sementara didalam sekolah, terjadi kegaduhan karena tak melhat Seo Woo. Pemilik sekolah pun tak menemukan di ruangan atas. Semua guru terus mencari Seo Woo, Yu Ri pun ikut mencari anaknya ke ruangan lainya.
“Dia tadi sedang asyik main sendiri. Aneh sekali.” ucap sang guru. Pemilik pikir mereka mencari lagi dan setelah itu baru menelp polisi.
Yu Ri mencari anaknya dan melihat hantu anak kecil yang berlari , saat itu ia bisa menembus ke dalam kulkas dan melihat Seo Woo sudah ada didalam. Seo Woo sudah tak sadarkan diri. Yu Ri memanggil guru tapi tak ada yang mendengarnya.
Yu Ri mengingat ucapan si Peramal “Karena masih kecil, dia belum bisa membedakan arwah dan manusia. Itu mungkin berbahaya baginya.” Lalu terus memanggil Seo-woo, saat itu Seo Woo seperti mendengar dengan kakinya mendorong pintu kulkas.
Seorang guru sedang lewat melihatnya dan langsung bergegas masuk dapur, lalu berteriak memanggil guru kalau bisa menemukan Seo Woo. Seo Woo langsung dibawa ke ambulance dengan kondisi tak sadarkan diri. 


Di rumah sakit
Kang Hwa dan Min Jung datang dengan wajah panik. Seo Woo terbaring di ranjang. Yu Ri masih di dalam ruangan, Seo-woo pingsan dengan wajah panik memberitau suaminya. Kang Hwa memeriksa keadanan Seo Woo yang masih membiru.
“Kenapa Seo-woo bisa masuk kulkas sendirian?” tanya Kang Hwa marah Yu Ri terlihat ingin memberitahu.
“Anak-anak bahkan tak tahu dapur di mana, aku tak tahu bagaimana dia bisa masuk ke sana.” Kata Perawat
“Maafkan aku. Ini karena aku... Maafkan Ibu.” Ucap Yu Ri merasa bersalah lalu menangis. 

Peramal mulai berdoa dan teringat dengan yang dikatakan Yu Ri kalau akan pergi ke atas.
Flash Back
Yu Ri pikir akan pergi bahkan enyah entah kemana dan akan menghilang, lalu memastikan Apakah Seo-woo akan baik-baik saja dan apakah Takkan melihat arwah lagi. Peramal mengaku tidak tahu.
“Aku akan pergi ke atas dan memohon. Aku tak perlu reinkarnasi. Aku bersedia musnah. Aku hanya... Awalnya aku ingin pergi usai melihatnya berjalan. Aku ingin melihatnya berjalan.” Cerita Yu Ri menangis. 

Bayi terlihat dengan nama “ORANG TUA: CHA YU-RI, CHO GANG-HWA” dalam sebuah box. Yu Ri menatap dengan wajah bahagia. Ia menemani Seo Woo yang main sendiri dengan Kang Hwa yang terlihat kelelahan mengurus anak. Yu Ri akhirnya melihat sang anak yang mulai berjalan
“Melihat dia, berbicara, berlari, dan makan. Aku tahu aku harus pergi. Tapi, aku ingin melihatnya lebih lama. Sedikit lebih lama lagi.” 

Yu Ri berjalan dalam kerumunan lalu melihat pasangan ibu dan akan yang saling merangkul dengan wajah bahagia. Sementara Yu Ri yang sudah menjadi arwah tak bisa melakukan hal yang sama, bahkan salju pun menembus tanganya.
“Kenapa? Kenapa tidak bisa? Kenapa aku saja yang tidak bisa? Kenapa tidak bisa? Aku hanya ingin melihat saja. Kenapa tak boleh? Memangnya kau siapa? Kenapa melarangku?” teriak Yu Ri marah sambil menangis.
Saat itu terjadi petir yang sangat besar, tempat abu Yu Ri pun berembun. Tiba-tiba salju berjatuhan seperti rintikan es ke bumi. Peramal yang sedan berdoa pun bingung, lalu alat berdoanya terlihat lepas begitu saja.
Di dalam mobil Kang Hwa mengemudikan mobil bingung karena banyak es yang jatuh. Nyonya Jeon pun membuka tirai jendela kamarnya, Hyun Jung di rumah pun bingung melihat suasana langit yang mengerikan dengan hujan es.
“Katamu aku boleh menetap! Katamu boleh di sini! Kenapa? Kenapa tak boleh? Apakah karena kau adalah Dewa, jadi, bisa seenaknya? Bagaimana bisa kau Dewa! Sialan!” teriak Yu Ri marah 


Pagi hari
Tuan Cha keluar dari toko sambil mengelu kalau bisa cukup makan sujebi di akhir pekan. Nyonya Jeon pun membalas kalau membuat sujebi  itu tak mudah karena Di rumah tidak ada kentang, sudah waktunya berbelanja.
Saat itu Seo Woo dan Min Jung berjalan berpapasan, Nyonya Jeon tak mengubrisnya. Tuan Cha menatap cucunya yang tak bisa didekatinya. Nyony Jeon memanggil suaminya agar cepat jalan. Tuan Jeon mengaku jalan di belakangnya. 

Yeon Ji keluar kamar mengeluh lapar lalu melihat ayahnya hanya duduk diam dengan wajah sedih dan bertanya pada ibunya ada apa dengan ayahnya. Nyonya Jeon hanya menjawab kalau Tuan Cha sedih, Hatinya sangat sedih.
“Benar, aku tidak bisa... Aku tidak tahu  kenapa kau tak sedih, tapi aku tidak bisa! Aku ingin bertemu anak dan cucuku. Aku tak bisa mengendalikan hatiku!” teriak Tuan Cha marah
“Apa Ayah melihat Seo-woo?” kata Yeon Ji lalu menyuruh mereka  lebih baik pindah karena setidaknya takkan berpapasan.
“Kau juga masuk kamar. Berisik sekali.” ucap Nyonya  Jeon kesal. Yeon Ji pun akhirnya masuk kamar.
Saat itu salju mulai turun kembali, Yu Ri berdiri menatap suami dan istri nya seperti keluarga bahagia mengandeng tangan Seo Woo. Mereka menikmati hujan salju. Yu Ri seperti tak sadar kalau salju sudah menembus tubuhnya.
Kang Hwa melihat Yu Ri berdiri didepanya, terlihat kaget dan mengingat kenangan buruknya. Yu Ri yang sedang hamil tertabrak lalu dibawa ke rumah sakit, tapi hanya anak mereka yang bisa selamat. Kang Hwa pun menangis histeris memanggil Yu Ri.
Yu Ri hanya bisa menatap Kang Hwa dan Kang Hwa hanya bisa terdiam melihat Yu Ri yang ada didepanya dan sangat mirip dengan ibunya Seo Woo yang sudah meninggal.
Bersambung ke episode 2


Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar