PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
menatap Eun Seob mengingat perkataan "Makan dan tidur dengan baik. Karena
tidur nyenyak adalah hal yang baik." Ia lalu mengingat yang saat masa SMA.
Flash Back
Hye Won
melihat buku diatas meja “Bangun dengan baik, makan dengan baik, Bekerja dengan
baik, dan istirahat dengan baik. Dan jika kau tidur nyenyak di malam hari, Itulah
yang disebut kehidupan yang sangat baik. Jadi, selamat malam, semuanya."
Hye Won
terdiam lalu temanya berteriak memanggilnya dan mengajaknya pergi. Hye Won pun
melangkah pergi dan saat itu Eun Seob masuk ke dalam ruangan kelas, tapi tak
saling menyapa. Akhirnya Hye Won keluar sambil menatap TOKO BUKU GOOD NIGHT
Pagi hari
di rumah, Hye Won turun dari kamarnya lalu memberitahu bibinya kalau akan membersihkan gudang hari
ini. Si bibi hanya menatap sang keponakan. Hye Won masuk ke gudang yang penuh,
Si bibi pun mendengar suara dari gudang.
Hye Won
mengeluarkan semua barang dari dalam gedung. Bibi Sim keluar dari rumah,
melihat semua barang melayang dan kaget melihat ada sofa juga bisa dikeluarkan
oleh Hye Won.
Di rumah
Keluarga
Im sedang makan bersama, Ibu Eun Seop memberikan makan untuk anaknya. Eun Seob
memberikan lauk juga untuk ayahnya. Ibu Eun Seob menyuruh agar tak memberikanya
tapi dimakan pada anaknya karna Ayahnya sudah cukup.
“Ayah,
makan ini... Rasanya enak.” Kata Hwi memberikan lauk pada sang ayah. Tuan Im
pun mengambilnya.
“Ibu... Dia
punya pacar baru.” Ucap Hwi. Kedua orang tuanya langsung melonggo tak percaya
mendengarnya dan ingin tahu Siapa?
“Aku tak
punya pacar. Jangan hiraukan dia.” Ucap Eun Seob. Hwi langsung memberitahu
Namanya Irene.
“Apa dia
orang asing? Darimana asalnya?” tanya Tuan Hwi penasaran. Eun Seob menegaskan
Tak benar sama sekali dan mengajak makan saja.
“Ayolah.
Aku lihat semuanya... Ibu, lihat dia berbohong tanpa mengedipkan mata.” Ucap
Hwi. Eun Seob menyuapi adiknya agar lekas makan saja.
“Eun Seop
belum genap berusia 30 tahun. Aku belum siap untuk melepaskannya.” Kata Ibu Eun
Seob. Tuan Im mengeluh kalau istrinya itu kuno sekali.
“Omong-omong,
Eun Seop. Apa Siang ini ada waktu? Tampaknya akan bagus menjual tteokbokki di
rumah kaca. Apa kau mau belanja temani ibu?” tanya Ibu Eun Seob.
“Tteokbokki
terdengar bagus. Tteokbokki adalah menu terbaik untuk arena seluncur. Belakangan
ini bisnis makin lambat. Itu akan membantu.” Kata Tuan Im
“Tak ada
yang mendengarkanku... Apa kau kakak asliku?” keluh Hwi seperti tak ada yang
tertarik dengan ucapanya.
“Ibu...Pinjam
mobil Ibu...” kata Eun Seob gugup. Ibu Eun Seob bingung bertanya kenapa.
“Apa
mobilmu rusak?” tanya Ibu Eun Seob. Eun Seob mengaku kalau sedang meminjamkannya
kepada seseorang.
“Mobilmu?
Siapa?” tanya Ibu Eun Seob. Eun Seob terlihat bingung, tapi Ibunya pun tak
ingin membahasnya memperbolehkanya.
“Tunggu...
Tunggu sebentar. Kau meminjamkan mobil ke pacarmu, 'kan? Kau meminjamkannya ke
Irene. Coba Lihat? Sudah kubilang.” Kata Hwi yakin
“Apa dia
tak perlu SIM internasional?” tanya Tuan Im. Eun Seob mengaku bukan seperti
itu. Hwi pikir Mungkin saja punya.
“Tentu
saja... Jadi, dari negara mana dia berasal?” tanya Tuan Im penasaran. Hwi pikirDia
mungkin dari Eropa.
Hye Won
pulang ke rumah terlihat kelelahan, lalu meminum air putih dan teringat kenangan saat di Seoul.
Flash Back
Di tempat
les pemilik meminta Hye Won agar membantunya supaya Pergi ke sekolah terdekat dan berpura-pura
menjadi siswa serta mendaftar selama sebulan. Ia pikir itu tak sulit, karena
Hye Won Hanya berbaur dengan yang lain dan berpura-pura belajar.
“Aku akan
membayar kelasmu juga. Bagaimana?” ucap Pemilik. Hye Won ingin bicara tapi
disela oleh pemilik
“Bu Guru
Mok... Kau tak berpikir ini mata-mata, 'kan? Itu konyol. Tapi Ini hanya
penelitian... Tak tahu apa yang kumaksud?” kata Pemilik menyakinkan. Hye Won
hanya bisa diam saja.
Akhirnya
Hye Won mulai berlatih Cello berpura-pura menjadi murid, terlihat sangat pandai
bermainan. Sang guru pun memuji Hye Won yangsangat pandai tak percaya kalau Hye
Won itu sangat berbakat. Hye Won hanya tersenyum dan gurunya pun memanggil Min
Ji untuk maju.
Di
restoran toppoki, beberapa murid memanggil Hye Won dengan “Bu Guru Mok”membahas
kepala sekolah begitu terobsesi dengan kesehatannya, Murid yang lain pun tahu
kalau kepsek yang selalu minum jus pir segar. Saat itu Hye Won tanpa sadar guru
lesnya menatap sinis mengetahui kalau Hye Won itu guru bukan murid.
Hye Won
akhirnya kembali ke sekolah, Kepsek pun memarahi Hye Won karena ternyata ketahuan.
Ia menyalahkan Hye Won yang menempatkannya dalam situasi yang canggung padahal
Harusnya berhati-hati.
“Kepala
sekolah itu benar-benar meremehkanku... Bu Guru Mok kau menempatkanku dalam
ikatan seperti itu. Bu Guru Mok, aku mengawasimu. Cara mengajarmu juga cukup
membosankan.” Ucap Kepsek. Hye Won terlihat bingung.
“Maksudku,
kau perlu menemukan beberapa hal yang menyenangkan dan menarik sehingga anak-anak
dapat menikmati pelajaranmu. Pelajaranmu terlalu kering dan teoretis. Itu
sebabnya kukatakan untuk pergi ke sekolah lain dan belajar satu atau dua hal.”
Ucap Kepsek
“Berusahalah.
Bukankah seharusnya kau setidaknya menonton acara seperti "Gag
Concert"?” komentar Kepsek.
Hye Won
hanya diam saja lalu keluar dari ruangan dan melihat ruang kelas berisi anak-
anak. Seorang guru memakain kostum seperti orang eropa jaan dulu, menyapa semua
anak muridnya. Semua anak murid terlihat bersemangat, Hye Won pun hanya bisa
menatapnya.
“Kau bilang
pelajarannya membosankan, jadi aku pakai ini hari ini untuk menghibur kalian,
anak-anak.” Ucap sang guru
“Apa yang
Bapak pakai? Aku tak akan duduk di kursiku sampai Bapak melepas ini!” komentar
pada anak.
Hye Won
memilih untuk tidur lalu menuruni tangga bertanya pada bibinya mau makan malam
apa hari ini. Saat itu telp berdering, Hye Won langsung mengangkatnya dan
ternyata ada yang ingin membuat reservasi. Ia langsung mencatat tanggal berapa
mereka akan datang.
“Siapa
bilang kau bisa menerima reservasi?” ucap Bibi Sim keluar kamar menutup
telpnya.
“Kita
harus menerima reservasi untuk menghasilkan uang.” Kata Hye Won. Bibi Sim
menegaskan kalau mereka tak harus menghasilkan uang.
“Kenapa?”
tanya Hye Won. Bibi Sim mengaku sudah melaporkan bisnis ditutup setahun yang
lalu. Hye Won kagetmendengarnya. Bibi Sim pikir Hye Won bisa puas mendengarnya.
“Tapi
kenapa... Siapa bilang kau bisa melakukan itu?” keluh Hye Won. Bibi Sim pikir
bisa melakukan sesuka hatinya.
“Lagipula
ini rumahku” ucap Bibi Sim sinis. Hye Won tahu kalau Bibi Sim memiliki rumah
ini, tapi menurutnya ini juga rumah Nenek.
“Nenek
mengelola sanggarloka di sini sepanjang hidupnya. Kau tak bisa seenaknya
melaporkan bisnis ditutup.” Ucap Hye Won
“Lalu,
apa? Apa kau ingin aku membuka peti mati ibuku dan bertanya padanya?” kata Bibi
Sim sinis.
“Kau
sangat jahat.” Ucap Hye Won kesal. Bibi Sim mengau tak bisa melakukannya lagi karena sudah
semakin tua.
“Bibi,
kau baru 48 tahun.” Kata Hye Won menyakinkan. Bibi Sim menegaskan kalau Umurnya
ini sangat melelahkan.
“Lalu, bagaimana
kau akan mencari nafkah mulai sekarang?” kata
Hye Won penasaran.
“Bukankah
kau seharusnya lebih mengkhawatirkan dirimu daripada aku? Rumah ini bukan lagi
urusanmu. Aku akan mengurusnya mulai sekarang. keluh Bibi Sim
“Bagaimana
mungkin aku tak peduli? Ada banyak hal yang perlu diperbaiki.” Kata Hye Won
“Benar,
uang yang kau habiskan untuk semua perbaikan. Silakan minta pengembalian. Kau
tak punya uang. Aku akan menghitungnya dan membayarmu kembali.” ucap Bibi Sim
sambil membuka kulkas
“Itu tak
perlu...Aku memperbaiki itu karena aku ingin. Bisnis adalah bisnis, tapi aku
juga khawatir kau tinggal di rumah tua.” Jelas Hye Won.
Bibi Sim
mengeluh Hye Won yang mengkhwatirkanya menurutnya Hye Won harus jujur karenatak
pernah mengkhawatirkannya. Hye Won tak mengerti dengan ucapany bibinya. Bibi
Sim pikir Hye Won melakukan itu untuk mengalihkan pikirannya. Hye Won tak
mengerti dengan ucapan bibinya.
“Kau datang
ke sini untuk melarikan diri dari kenyataan dan melepas penat. Kau perlu
membuat dirimu sibuk, jadi itulah yang kau lakukan. Apa aku salah, Mok Hye Won?”
sindir Bibi Sim
“Benar,
kau benar... Tapi haruskah kau beri tahu orang bodoh bahwa dia bodoh?” keluh
Hye Won kesal lalu keluar dari rumah.
Eun Seob
sedang keluar rumah sambil membawa cangkir melihat Hye Won yang berjalan
sendirian. Keduanya saling menatap canggung, sampai akhirnya Hye Won duduk dan
Eun Seob hanya berdiri diam menatap papan didepan toko.
“Hei, Eun
Seop! Siapa Irene? Siapa dia? Aku tanya, siapa dia! Hei, apa kau tak akan
memberitahuku? Apa si Kakak ini?” teriak Hwi tiba-tiba datang.
Hye Won
bingung dan Eon Seob kebingungan melihat sang adik.
Flash Back
Eun Seob
mulai menulis dalam blognya “Anggota Klub Good Night, klub tertua di dunia organisasi
nokturnal yang tersebar. Dia sudah kembali.”
Pagi
hari, Eun Seob sedang memegang kabel melihat Hye Won berjalan sambil menarik
kopernya. Saat itu anak kecil memanggilnya bertanya Apa yang melihat Hantu. Eun
Seob tersadar mengaku bukan.
“Hanya ada satu alasan kenapa aku
suka musim dingin. Daun-daun yang menutupi jendelaku sudah berjatuhan, kini,
aku bisa melihat jendelamu di seberang jalan.”
Hye Won
memainkan lampu di kamarnya, Eun Seob tersenyum melihat dari kejauhan kamar Hye
Won yang menyala.
“Dan
karena Natal dan Hari Tahun Baru, kau kembali ke kota ini kemudian menghabiskan
beberapa hari di sini.”
Eun Seob
bergegas pergi saat melihat Hye Won keluar dari rumah dan mengayuh sepedanya.
Wajahnya bahagia melihat Hye Won didepany dan itu sama seperti saat masih SMA.
Flash Back
Hye Won pun menunjuk didepanya dan
melihat sesuatu yang tampak seperti marshmallow jadi ingin tahu apa
namanya. Eun Seob menjawab Gonpho dan Juga
disebut silase.
“Hari itu, Irene bertanya. "Di
sana.. Sesuatu yang tampak seperti marshmallow. Mereka dipanggil apa?"
Mungkinkah itu insomnia? Lalu, bagaimana kalau aku coba memberitahunya? Soal
organisasi nokturnal tertua yang tersebar di dunia. Haruskah aku mengundangnya
untuk bergabung dengan Klub Good Night?”
Pagi
harinya, Eun Seob diam-diam berjalan ke depan rumah Hye Won tapi suara ayahnya
dari radio menyadarkan memanggil “Lim Eun Seop, ganti.”
Eun Seob
akan berbicara pada ayahnya tapi tatapanya terpana ada Hye Won keluar dari
rumah.
“Tidak...
Aku mungkin tak akan bisa bilang apa pun” gumam Eun Seob akhirnya beralasan
kalau akan mengambil selang.
Saat Hye
Won datang ke toko bukunya, Eun Seob memberikan handuk agar Hye Won bisa
mengeringkan rambutnya.
“Meskipun
dia tepat di depanku, aku tak akan bisa mengatakannya.” Gumam Eun Seob lalu
menawarkan Kopi.
“Aku tak
tahu kau punya toko buku. Aku juga tak tahu ini toko buku sungguhan. Kenapa kau
punya banyak sekali salinan buku yang sama?” kata Hye Won melihat rak buku.
“"Angin
yang Menghembus Pohon Willow"? YKarena buku yang menarik. Aku membeli versi
yang berbeda untuk melihat apa menceritakan kisah yang sama.” Ucap Eun Seob.
“Apa
sama?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan. Hye Won lalu bertanya kenapa menamai tempat ini "Toko Buku Good
Night"
"Kenapa kau menamai tempat ini
'Toko Buku Good Night'"?, dia bertanya.”
Saat
masih SMA, Eun Seob menulis pada bukunya “Karena tidur nyenyak adalah hal yang
baik. Bangun dengan baik, makan dengan baik,< bekerja dengan baik, dan
istirahat dengan baik.”
“Dan jika
kau tidur dengan baik di malam hari, itulah yang disebut kehidupan yang sangat
baik. Jadi, selamat malam, semuanya.”
Saat itu
penghapus melayang ke kepala Eun Seob. Gurunya langsung memarahi Eun Seob agar
bisa fokus. Eun Seob pun hanya bisa mengusap kepalanya, Hye Won pun hanya bisa
menatap diam Eun Seob.
"Good
Night" sudah menjadi sebuah topik penting dalam hidupku. Tapi aku tak akan
pernah bisa bilang itu padanya”
“Karena aku orang bodoh yang tak
tahu bagaimana menghibur seseorang. Aku tak pernah tahu. apa yang harus
dikatakan kepadanya saat dia menangis.”
Eun Seob
hanya bisa diam saja saat Hye Won saat didekatnya. Saat itu Hwi datang dengan
sepedanya berteriak “Hei, Eun Seop! Siapa Irene? Siapa dia? Aku bilang siapa
dia! Hei, kau tak akan memberitahuku? Apa si Kakak ini?”
Hye Won
terlihat bingung, Eun Seob pun bingung lalu mengatakan kalau iyu adiknya. Hwi
pikir kalau itu Irene itu Hye Won. Eun Seob menegaskan kalau yang dimaksud
adalah Hwi dengan wajah panik. Hwi bingung kenapa dirinya.
“Kenapa
aku Irene?” ucap Hwi bingung. Eun Seob mengaku ngaku tak tahu tapi tetap
menegakan kalau yang dimaksud adalah Hwi.
“Kenapa
kau menulis soal aku dan sawah...” kata Hwi. Eun Seob panik menyuruh Hwi pergi
saja. Hwi tetap penasaran mencoba mundur. Eun Seob pun menyuruh Hwi cepat pergi
dan Jangan mendekat!
“Aku pulang.
Tapi kita belum selesai!” jerit Hwi kesal berjalan pergi dengan sepedanya.
“ Jadi,
Irene dari "Good Night, Irene" kata Hye Won. Eun Seob lalu mengaku
kalau itu adalah Hwi, adiknya.
“Kami
berdua mengidap insomnia... Apa Kopi lagi?” tanya Eun Seob gugup. Hye won
langsun menolaknya.
“Ya....
Aku gagal.” Gumam Eun Seob lalu berlari masuk ke dalam karena mendengar suara
telp berdering.
Eun Seob
menerima telp terlihat kaget kalau harus pergi Sekarang dan menatap ke arah
luar. Akhirnya keduanya menaiki bus dengan duduk Eun Seob duduk didepan,
wajahnya terlhat khawatir lalu bertanya apakah sungguh baik-baik saja.
“Hanya
saja... Aku belum pernah ke reuni sekolah. Aku bahkan tak tahu kalau ada.” Ucap
Hye Won
“Sudah
ada setiap tahun selama 10 tahun terakhir, meskipun aku tak mengunjungi mereka
semua. Aku tak yakin apa gagasan bagus membawamu.” Kata Eun Seob.
“Tidak...
Tidak mungkin seburuk itu.” Kata Hye Won yakin.
Saat itu
diluar restoran, seorang pemilik sibuk karena sudah buka selama beberapa hari
sekarang, tapi tandanya masih belum menyala jadi meminta agar memastikan segera
diperbaiki dan mengeluh kalau Inilah sebabnya kenapa tak boleh mempekerjakan
tetangga.
Di dalam restoran,
semua sudah berkumpul membahas Jang yang menyukai Eun Sil. Jang Woo mengluh
kalau itu tak benar sama sekali. Temanya pikir Jang Woo itu tak ingat kalau ia
yang membeli 100 mawar untuk Eun Sil.
Jang Woo tetap saja mengelak kalau itu tak benar.
“Sudah
dikonfirmasi sekarang.” Ucap temanya. Jang Woo tetap mengelak kalau tak pernah
menyukai dia jadi meminta agar berhenti
“Kau
menyukai dia... Banyak drama sekali.” ejek temanya. Jang Woo mengeluh temanya
berbicara seolah-olah tahu apa yang terjadi, tapi ada sesuatu yang belum
dikatakan. Mereka pun ingin tahu.
“Sebenarnya
Eun Sil menyukaiku.” Kata Jang Woo. Semua mengeluh kalau itu Menyedihkan dan
meminta agar Jangan konyol.
“Hei, kau
tahu aku adalah teman terdekat Eun Sil, 'kan? Dia mengada-ada. Eun Sil terus
mengeluh karena dia mengikutinya dan itu membuatnya gila.” Kata Teman Hye Won yang duduk disamping Hye
Won.
“Benar...
Ada yang tahu nomor teleponnya? Ayo cari tahu kebenarannya.” Kata temanya. Jang
Woo terlihat kebingungan
“Aku tak
percaya berandal ini. Kau begini hanya untuk nomor teleponnya. Menyedihkan.” Komentar
temanya yang baru datang dari toilet.
“Jang
Woo, sudah cukup... Oh benar, Hye Won, aku dengar kau mengajar cello di Seoul. Bagaimana?
Apa menyenangkan?” ucap Teman Hye Won.
Hye Won mengaku sedikit.
“Hye Won,
apa kau menikmati hidup sendirian di Seoul? Aku muak dengan pertanian. Aku
ingin tinggal sendiri di Seoul.” Kata Teman Hye Won yang duduk disamping Jang
Woo. Semua pun mengaku ingin hidup sendiri juga.
“Hei, kau
terjebak di pertanianmu selamanya. Hanya seorang gadis cantik seperti Hae Won
yang bisa tinggal di Seoul.” Ejek temannya. Temanya mengeluh ejek temanya.
Ada apa
denganmu? Apa kau pantas mengkritik penampilanku? Pikirkan urusanmu sendiri.”
Keluh Teman yang duduk disamping Jang Woo.
“Teman-teman,
berhenti.. Hei.. Ji Yeon datang.” Ucap
salah satu temanya melihat seorang ibu
yang mendorong kereta. Ji Yeon pun menyapa semua temanya.
“Astaga,
kenapa tiba-tiba cuacanya sangat dingin? Sayang, kau meninggalkanku. Bukankah
aku bilang ingin datang juga?” keluh Ji Yeon melihat suaminya yang datang lebih
dulu.
Semua
teman Ji Yeon langsung menyapa anak Ji Yeon yang tumbuh dengan pesat. Ji Yeon
senang melihat Hye Won lalu meminta bertukar tempat duduk lalu berkomentar tak
percaya karena Hae Won akhirnya datang ke reuni sekolah.
“Aku
sangat senang melihatmu. Apa Kabarmu baik?” tanya Ji Yeon. Hye Won menganguk.
“Kau tak
pernah tahu... Bagaimana kau akhirnya menikah dengannya?” bisik Hye Won
penasaran. Ji Yeon mencoba bercerita
“Itu..
aku akan memberitahumu nanti... Eun Seop, kau ada di sini juga. Bagaimana kabar
toko bukumu?” tanya Ji Yeon. Eun Seob mengaku
Baik-baik saja.
“Ji Yeon,
katakan yang sebenarnya pada orang-orang ini. Mereka pikir aku menyukai Eun
Sil. Kau tahu itu tak benar. Dia...” kata Jang Woo membela diri.
“Benar,
kau menyukainya.” Ucap Ji Yeon. Jang Woo kesal karena tak ada yang
mendukungnya.
“Aku tak
bisa menjadi satu-satunya korban... Bersiaplah, kalian.” Kata Jang Woo, Ji Yeon
dkk tak peduli lalu melihat ditangan Hye Won ada tato
“Oh ini?
Hanya stiker. Bisa dilepas.” Ucap Hye Won memperlihatkan tangan dengan gambar
lumba-lumba.
Teman-temanya
tak percaya kalau ada stiker tato seperti itu lalu ingin tahu apakah ada tato
naga juga. Jang Woo akhirnya mulai berbiacara selain dirinya apa ada di antara
mereka yang menyukai seseorang. Mereka berkomentar kalau harus memanggil Eun
Sil.
“Benarkan?
Itulah satu-satunya cara untuk membuatnya berhenti bicara.” Ejek temanya.
“Hanya
saja aku tahu sesuatu... Eun Seob Apakah apa seseorang yang kau sukai di sini
atau tidak? Ayo Jawab.” Ucap Jang Woo menatang, Semua hanya menatap remeh Jang
Woo.
“Hentikan,
dia mulai kesal.” Kata Jang Woo. Temanya pikir kalau Jang Woo tak akan marah.
“Hentikan...Eun
Seop selalu pergi dengan tenang sesudah minum-minum. Bagaimana jika dia tak
datang lagi?” ungkap temanya. Sementara teman yang lain memilih untuk pergi ke
toilet lagi.
“Aku tak
bisa sendiri seperti ini... Eun Seop... Jika kau tak menjawab, kau perlu minum
ini sebagai hukuman. Jadi Siapa orang yang kau sukai?” kata Jang Woo.
“Ada.”
Ucap Eun Seob. Jang Woo yakin kalau Eun Seob tak bisa mengatakannya dan itu
artinya ada seseorang.
“Aku
bilang ada seseorang. Apa kau ingin aku mengatakannya? Aku akan mengatakannya
kalau begitu.” Ucap Eun Seob. Semua bingung.
Jang Woo
yakin kalau Eun Seob pasti benar-benar bingung dan meminta agar memberitahunya.
Hye Won dengan berani mengatakan wanita itu adalah Mok Hye Won. Semua hanya
bisa melonggo mendengarnya. Hye Won pun sangat kaget.
Saat itu
Ji Yeon tersadar melihat anaknya Jun Yeong tak ada dalam trollynya. Semua pun panik
melihat anak yang hilang. Sang ayah pun panik tak menemukan anaknya lalu
mengomel pada istriya yang tak menjaga anaknya sendiri.
Teman
yang ke toilet melihat Jun Yeon duduk sendirian dalam ruang lesehan, lalu
memberitahu kalau anaknya ada disana. Ji Yeon pun langsun berlari menghampiri
anaknya, sementara Hye Won menatap Eun Seob yang baru mengakui perasaanya.
Hye Won
pun langsung pergi, Eun Seob hanya bisa terdiam saat temanya terus mengoceh
kalau anak Ji Yeon yang hilang seperti pesulap.
Hye Won
pulang ke rumah menyalakan lampu dan hanya mainkan seperti ingin membuat hatinya
tenang. Sementara Eun Seob terlihat juga kebingunan ingin menuliskan blognya
“Anggota
Klub Good Night, klub tertua di dunia organisasi nokturnal yang tersebar. Apa
kalian semua sudah tidur? Aku harus mengatakan...”
Saat itu
terdengar suara ketukan pintu, Eun Seob memang membuka pintu kaget melihat Hye
Won. Hye Won meminta maaf karena ingin bertanya sesuatu. Eun Seob menjawab Tidak.
Hye Won bertanya balik apakah maksudnya tidak.
“Apa yang
kukatakan tadi... Aku membicarakan masa lalu.” Akui Eun Seob.
“Oh...
Maksudmu. saat kau bilang kau menyukaiku?” kata Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Itu adalah
perasaan yang sudah tak ada.” Akui Eun Seob berbohong lalu menutup pintu. Hye
Won kaget, Eun Seob hanya diam saja di dalam kegelapan.
“Aku harus
mengatakan aku gagal... Aku benar-benar gagal”
Saat itu Eun
Seob yang membenturkan kepalanya, saat itu Hye Won kembali kaget. Eun Seob
panik dan langsung melangkah pergi. Hye Won hanya bisa diam saja. Eun Seob
pikir Hye Won sudah pergi lalu membuka pintu, Hye Won ternyata masih ada
didepan pintu.
“Hanya ada satu alasan kenapa aku suka
musim dingin. Daun yang menutupi jendelaku terjatuh, kini, aku bisa melihat
jendelamu di seberang jalan. Dan karena Natal dan Tahun Baru, kau kembali ke
kota ini dan menghabiskan beberapa hari di sini.”
Bersambung ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar