PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Bayi yang
masih mungil dan tak berdosa tergeletak di lantai, Kang Hwa berlutut didepan
orang tua Yu Ri. Ibu Yu Ri terlihat kesal meminta Kang Hwa agar jangan bicara
omong kosong, lalu berkomentar kalau tak ada alasan harus mengasuh anak Kang Hwa.
“Kang-hwa
harus bekerja, dan orang tuanya di Amerika, tak mungkin mereka mengasuhnya.”
Ucap Tuan Cha
“Jangan
membelanya. Tak ada rotan, akar pun jadi. Ada tempat penitipan anak, dan pengasuh. Berhenti mengeluh, rawat anakmu sendiri.” Ucap ibu Yu Ri dan
berjalan pergi. Kang Hwa hanya bisa menangis.
“Kenapa?
Setelah menitipkan kepada kami, Apa kau mau menyusul anak kami?!!” kata Ibu Yu
Ri marah
“Satu
hari pun, aku tidak dapat hidup. Di sini, aku tidak dapat bernapas.” Ungkap
Kang Hwa terus menangis.
“Jangan
sempat bernapas sekali pun. Teruslah bekerja, dan rawat anakmu. Hidup sesibuk
mungkin hanya demi hari ini. Saat esok tiba, hidup hanya demi hari esok. Kau
akan bertahan, jika terus seperti ini. Bertahanlah.” Tegas Ibu Yu Ri terdengar
sinis.
“Ibu
mertuamu benar. Dia khawatir kau akan mencoba bunuh diri lagi. Itu sebab kau
butuh Seo-woo. Dengan begitu, kau dapat hidup.” Kata Tuan Cha. Kang Hwa pun
hanya bisa diam sambil menangis.
Akhirnya
Kang Hwa merawat anaknya sendiri, memberikan susu botol menganti popok, mencuci
wajahnya bahkan menenangkanya saat menangis. Ia pun mempersiapkan kebutuhan Seo
Woo saat akan pergi ke penitupan anak sebelum pergi ke kantor.
Kang Hwan
melewati jalan yang sama saat pergi dan pulang kantor setelah mengantar dan
menjemput anak. Ia lalu tertunduk jatuh dan langsung menangis sendirian karena
harus bertahan demi sang anak saat kehilangan belahan jiwanya.
“Siapa
pun pasti pernah melewati masa kelam dalam hidupnya. Seolah-olah cahaya tak
pernah terlihat dalam terowongan panjang.”
Kang Hwa
berjalan di jalan yang sama dengan berganti musim, dari Seo Woo hanya bisa
digendong, lalu mendorong dengan trolly. Ia pun berjalan dengan Seo Woo yang
masih kecil dan bisa berjalan. Seo Woo seperti anak yang sangat ceria berjalan
dengan sang ayah.
“Seperti
terowongan yang selalu ada pintu keluar, di dunia ini, tidak ada cinta dan luka
yang abadi.”
[EPISODE
2- MUSIM YANG TERLUPAKAN]
Seo Woo
berjalan dengan ayah dan ibunya. Kang Hwa terlihat bahagia berjalan dengan anak
dan istri barunya. Yu Ri melihat dari kejauhan sang suami terlihat sudah punya
kehidupan baru dengan istri baru dan anaknya.
Saat itu
Kang Hwa melihat Yu Ri disampingnya hanya bisa melonggo, Yu Ri pun hanya diam
saja dengan Kang Hwa yang menatapnya karena masih berpikir kalau dirinya hantu
tanpa sadar kalau salju bisa jatuh menyentuh tubuhya.
Kang Hwa
masih terkesima melihat Yu Ri terus menenggok kebelakanga. Min Jung pun
bertanya ada apa. Kang Hwa kebingungan. Yu Ri ingn tahu Apa yang dilihat
suaminya. Kang Hwa terlihat bingung dan mengaku bukan apa-apa lalu berjalan
pergi.
Sementara
Yu Ri sudah kabur berteduh didepan restoran sambil bertanya-tanya apa yang
terjadi pada dirinya. Ia pun mulai
merasa kedinginan lalu memegang salju kembali dan mulai merasakan Dingin sekali,
bahkan melelah di tubuhnya.
“Ada apa
dengan dia?” tanya seorang pelajar melihat Yu Ri seperti baru melihat salju.
“Kurasa
dia sudah gila. Tapi Apa yang dia lakukan?” komentar si pelajar melihat Yu Ri
“Apa Kau
bisa melihatku? Diriku?” kata Yu Ri memastikannya. Si pelajar merasa Yu Ri anak
menantangnya, lalu menatap sinis.
“Apa kau
lihat-lihat! Kau mau mati, ya?” kata Si
pelajar. Yu Ri memastikan kalau dirinya memang bisa terlihat lalu berjalan
pergi
“Jangan-jangan
aku berubah menjadi manusia?” kan ata Yu Ri kaget dan akhirnya hujan salju
kembali ke semula.
“Tapi apa
yang terjadi? Kenapa tiba-tiba? Ini pasti ada alasannya!” Tapi, kenapa aku merasa sangat lelah?” ucap
Yu Ri dan duduk di bangku taman.
Flash Back
Yu Ri
yang bahagia menyapa semua orang yang lewat menyapa memastikan kalau bisa
melihatnya. Ia terlihat bahagia kalau
sungguh keren dan terus memastikan kalau semua orang bisa melihat dirinya.
Semua
orang melihat Yu Ri memang aneh dan Yu Ri pun bisa meraskan sangat dingin
karena terkena salju.
“Permisi,
kau mau ke tempat karaoke? Akan aku berikan harga spesial.” Sapa seorang sales.
Yu Ri
mengambil kartu nama dan berlari bahagia karena bisa menyentuh sesuatu. Sales bingung dengan tingkah Yu Ri, Yu Ri
terus berjalan mengambil cermin yang dipegang oleh seorang wanita memastikan
kalau ada bayangan lalu berjalan pergi.
Yu Ri
sudah memastikan kalau memang dirinya berubah jadi manusia dan mulai merasakan
dingin. Ia merasa Saljunya turun banyak sekali, walaupn segar sekali rasa
anginnya dan mulai merasakan lapar.
“Sudah lama
aku tak merasakan keduanya... Ini sangat Dingin, dan aku kelaparan.”keluh Yu Ri
memang perutnya dan mengigil. Tiba-tiba seorang datang memayunginya.
“Kau bisa
terkena flu!” ucap si peramal. Yu Ri tersenyum bahagia lalu memanggil Mi-dong
lalu memeluk erat.
Yu Ri
kaget kalau dirinya itu sudah melawan dan ingin tahu melawan siapa. Mi Dong
pikir siapa lagi lalu menunjuk ke arah atas. Yu Ri menatap kearah atas yang
dimaksud adalah dewa lalu merasa tak seperti itu dan ingin tahu kapan sambil
mengingat-ingat.
Flash Back
“Kenapa
tidak bisa? Kenapa aku saja yang tidak bisa? Memangnya kau siapa? Kenapa
melarangku? Aku masih belum dapat menerima kematianku, apa kini kau membuat
Seo-woo dapat melihat arwah?” teriak Yu Ri marah
“Kenapa?
Jika tahu akan begini, aku akan pergi dari awal. Katamu aku boleh menetap!
Katamu boleh di sini! Kenapa? Kenapa tak boleh? Apakah karena kau adalah Dewa,
jadi, bisa seenaknya? Bagaimana bisa kau Dewa! Sialan!”teriak Yu Ri.
Yu Ri pun
hanya bisa melonggo karena sangat marah, Min Dong mengeluh kalau Yu Ri sudah
mengingatnya lalu ingin tahu sebenarnya apa yang dilakukan sehingga bisa seperti ini. Yu Ri mengaku
bukan mau seperti itu tapi hanya ada sedikit masalah.
“Jadi,
Apa aku berubah menjadi manusia karena semua itu?” tanya Yu Ri senang. Min Dong
terlihat bingung
“Dewa
memang berselera unik. Karena aku wanita pertama yang melawan Dewa,jadi Apa diberikan penghargaan?” ucap Yu Ri
bahagia.
“Bukan
penghargaan. Tapi ini Pengadilan.” Tegas Min Dong. Yu Ri bingung apa
maksudnya "Pengadilan"
“Benar...
Dalam 49 hari, semua orang akan diadili sebelum mereka reinkarnasi, apa kau
tahu itu?” ucap Min Dong
“Tentu
saja. Itu menentukan kita akan terlahir menjadi manusia atau hewan 'kan?” kata
Yu Ri
“Benar!
Tapi kau akan menerima pengadilan itu sekarang, di dunia ini.” Kata Min Dong.
Yu Ri kaget merasa tak percaya dan ingin tahu bagaimana.
“Waktumu
49 hari. Dalam 49 hari, jika kau menemukantempatmu yang seharusnya, maka kau bisa
terus berada di dunia ini. Jika gagal, aku juga tidak tahu kau akan terlahir
menjadi apa.” Jelas Mi Dong
Yu Ri
bingung memikirkan "Tempatku yang seharusnya" Mi Dong pikir Jika Yu
Ri tidak mati, maka itu tempat seharusnya berada yaitu Istri dari suami
dan Ibu dari anaknya.
“Kau
sudah gila? Bagaimana aku bisa menemukannya? Gang-hwa sudah menikah lagi!” kata
Yu Ri heran
“Itu yang
kukhawatirkan. Aku juga tidak mengerti maksud dari semua ini. Aku tidak akan
melakukannya. Aku sudah bilang, aku akan pergi saja!” kata Yu Ri
“Seharusnya
kau tidak melawan jika akan pergi ke atas! Ini Sudah terlambat. Selama 49 hari,
kau tak bisa pergi.” kata Mi Dong
“Apa ini?
Kenapa dia seenaknya? Penghargaan macam apa ini? Aku tidak bisa mengusik
mereka. Itu yang aku ingin katakan.” Ucap Yu Ri kesal.
Di dalam
kamar, Min Jung duduk di dalam kamar lalu mengeluarkan sebuah amplop yang
disimpanya. Ia melihat berkas FIRMA HUKUM JW, PENGADILAN KELUARGA, SURAT
GUGATAN CERAI dan sudah mengisi data dirinya.
Tiba-tiba
terdengar suara terjatuh, Min Jung langsung berlari keluar kamar dengan wajah
panik. Seo Woo terjatuh dari bangku, Min Jung memperingati Seo Woo kalau jangan
melompat dari sofa, Seo Woo tersenyum menatap arwah yang mengajaknya bermain.
Sementara
di kamar mandi, Kang Hwa sedang mandi lalu mengingat sat melihat Yu Ri yang ada
disampingnya, lalu teringat kembali saat Yu Ri meninggal diatas meja operasi.
Ia seperti masih tak percaya dengan yang dilihatnya.
Yu Ri
akan menekan bel rumah, tapi ragu merasa kalau Jantung ibunya sudah sangat lemah
jadi tak mungkin masuk rumah. Saat itu terdengar suara ayahnya, Ia langsung
bersembunyi dibalik mobil agar tak terlihat.
“Apa
sebutan angin yang mengeluarkan suara lucu?” tanya Tuan Cha. Ibu Yu Di dan
adiknya memikirkan jawabanya.
“Bun-Dang!”
ucap Tuan Cha mencoba melucu. Ibu Yu Ri mengeluh kalau Tidak lucu dan meminta
yang lain.
“Kalau
begitu, apakah kau tahu makanan yang dibuat saat biksu marah?” tanya Tuan Cha.
Keduanya memikirkan jawabanya.
“Makanan
Tionghoa.” Jawab Tuan Cha. Keduanya mengeluh dengan lelucon Tuan Cha.
Saat itu
anjing mereka mengongong ke arah tempat Yu Ri bersembunyi. Mereka pun
bertanya-tanya ada apa dengan “Popo” Yu Ri panik mencoba bersembunyi lebih
dalam. Ibu dan adik Yu Ri heran dengan Popo yang terus mengonggong.
“Popo,
kumohon. Jangan mendekat.” Bisik Yu Ri takut kalau keluarganya bisa melihatnya.
Mereka pun heran dengan Popo seperti melihat sesuatu.
“Tidak
ada apa-apa... Pasti hanya kucing. Dingin. Ayo masuk” ajak Tuan Cha.
Akhirnya
Ibu dan adik Yu Ri masuk rumah membawa popo. Yu Ri pun keluar dari
persembunyian hanya bisa menatap sedih karena tak bisa mendekati keluarganya
saat jadi manusia kembali.
“Di dunia
ini, kau sudah tak punya tempat Manusia hidup tanpa memedulikan kita. Hanya kau
yang hidup membawa penyesalan. Kau bukan lagi manusia.” ucap Nenek Jung
“Ucapan
dia benar. Pria itu sudah melupakanmu. Mengikutinya akan membuatmu menderita. Itu
karena dia tidak bisa melihatku.” Kata Nyonya Seo
“Tapi,
aku bisa melihatnya.” Ucap hantu baru menangis. Nyonya Seo menegaskan Walau dia
bisa melihat sang pria tidak akan mengubah apa pun.
“Dia
tidak akan menyambutmu dengan senang. Bukankah dia sudah punya pacar baru?”
ucap Nyonya Seo. Si hantu pun hanya bisa menangis.
“Maaf... Aku
bisa menebak bahwa kau arwah muda. Penyesalanmu terlalu banyak.” Kata Nyonya
Seo
“ Kita
bukan arwah, jika tidak ada penyesalan.” Kata Nenek Jung. Nyonya Seo pikir
kalau ucapan Nenek Jung itu memang benar.
“Tunggu! Kenapa
kau terus memanggilku nenek? Dua hari lagi, usiamu seratus tahun. Usiamu hampir
sama dengan ibuku! Kau sudah berkeriput juga. Kau sudah tidak muda lagi!” ucap
Nenek Jung kesal
“Sudah
cukup sedih aku mati muda, kenapa tak boleh berpura-pura muda?” keluh Nyonya
Seo. Nenek Jung mengeluh kalau ini Konyol sekali.
“Omong-omong,
Yu-ri tak terlihat sejak kemarin.” Kata Nyonya Seo heran.
“Dia pasti sedang melakukan
hal bodoh karena penyesalannya belum berakhir.”
Kata Nenek Jung.
Yu Ri
mengambil kunci dibawah pot bunga dan akhirnya masuk ke dalam restoran. Ia
merasa temanya itu tidak pernah berubah. Ia berpikir kalau perlu pura-pura
menjadi maling agar Hyun Jung lebih berhati-hati lalu melihat foto yang
berjejer dipapan.
“Dia tak
pernah mendengarkanku... Benar! Semua foto ini tidak rapi. Aku selalu ingin
menata posisi foto ini.” Ucap Yu Ri lalu melihat foto kebersamaan dengan Kang
Hwa dan langsung menutupinya.
Ia lalu teringat dengan ucapan Mi Dong. “Waktumu
49 hari. Dalam 49 hari, jika kau menemukan tempatmu yang seharusnya kau bisa
terus berada di dunia ini. Jika kau tidak mati, tempat seharusnya kau berada.”
“Ini
bukan penghargaan tapi hukuman. Aku merindukan Seo-woo.” Ucap Yu Ri lalu
berbaring diatas meja.
Pagi
hari, Hyun Jung masuk ke dalam restoran lalu melihat di papan foto yang terusun
rapi. Ia yakin kalau ada orang yang masuk ke dalam restoran, lalu memeriksa
mesin kasir, hanya dengan jarinya bisa tahu seberapa banyak tumpukan uangnya.
Ia mulai
menghitung uangnya dan merasa yakin ada yang hilang dan Sudah pasti kalau ada
tikus yang mengambil uangnya.
Geun Sang
mengeluh di telp kalau Hyun Jung menyebut suaminya itu tikus dan merasa
istrinya itu benar-benar keterlaluan. Ia menegaskan kalau bukan dirinya dan
menurutnya bukan anak kecil yang yang
iam-diam mengambil uangnya.
“Dokter
Gye, kau baru saja datang?” sapa perawat. Geun Sang mencoba untuk ramah menyapa
dengan perawat dan bicara manis pada istrinya.
“Ya,
Sayang... Sepuluh ribu won? Untuk apa aku mengambil sepuluh ribu won? Beli
seekor ayam pun tak bisa!” ucap Geun Sang kesal.
Yu Ri
memberikan uang 10ribu won pada bibi penjual kaki lima, lalu mengambil odeng
sambil meminta maaf pada Hyun Jung dan berjanji akan mengembalikan nanti. Ia
makan dengan cepat sambil merasa kalau odengnya sangat Enak sekali.
“Pelan-pelan
makannya, hati-hati tersedak. Kau makan seperti dirasuki arwah.” Komentar bibi
“Bu. Walaupun
kelaparan, tak semua arwah merasuki tubuh manusia.” ucap Yu Ri. Si bibi pun tak
peduli.
Saat itu
Kang Hwa datang disisi toko menanyakan Berapa harga kopi, Bibi menjawab seribu
won. Kang Hwa pun akan memberikan uang dan berharap semoga dagangannya laris.
Yu Ri bersembunyi dibalik banner agar tak terlihat saat Kang Hwa berpindah
tempat.
“Kalau
tteokbokki, berapa?” tanya Kang Hwa. Si bibi menjawabTiga ribu won.
“Kalau
tambah Rasa pedas seberapa?” tanya Kang Hwa. Si bibi menjawabSeribu won.
“Kalau
yang biasa?” tanya Kang Hwa. Si bibi menjawab Lima ratus won. Kang Hwa hanya
mengambil kuah odeng.
“Oh.. Begitu.
Semoga daganganmu laris.” Ucap Kang Hwa lalu melangkah pergi. Si bibi kesal
karena Kang Hwa hanya bertanya tanpa membeli.
“Astaga,
hampir saja ketahuan.” Ucap Yu Ri bisa bernafas lega dan melihat kartu Kang Hwa
tertinggal lalu menatap RS UNIVERSITAS DONGSUNG, JO KANG-HWA
“Kau
sudah tua, tapi masih terus merokok. Pantas kesehatanmu memburuk.” Ucap Kang
Hwa memeriksa pasienya dengan gambar paru-paru.
Perawat
menyadarkan Kang Hwa dan orang tua pasien bingung karena yang sakit adalah
anaknya yang masih kecil dianggap sudah tua dan merokok . Kang Hwa pun tersadar
tentang Grafiknya lalu bertanya dakah anggota keluarganya yang merokok
“Ahh...
Sepertinya hasilnya tertukar dengan pasien lain... Tidak. Aku salah.” Ucap Kang
Hwa seperti tak bisa konsetrasi setelah melihat Yu Ri dan mencari file
pasienya.
Di kantin
beberapa orang sedang mengantri makanan,Geun Sang melihat temanya sedang
melamun berkomentar kalau sudah gila. Atau kecanduan karbohidrat. Kang Hwa
tersadar dan melihat banyak nasi yang menutupi piringnya.
“Apa ini?
Kenapa banyak sekali?” ucap Kang Hwa lalu menaruh sebagian nasi.
“Astaga...
Kenapa tak dimakan semuanya? Aku mau tahu perutmu muat atau tidak.” Ejek Geun
Sang. Kang Hwa mengeluh meminta temanya agar diam saja lalu menyuruh Kang Hwa
mengambil sendoknya dan Jangan melamun.
Di meja
kantin, Geun Sang menuliskan caption pada fotonya "Mode untuk pria.Pria
menarik. Itu aku." Perawat berkomentar kalau Dokter Gye tidak pernah lepas dari ponselnya
dan merasa kecanduan media sosial. Perawat yang lain merasa Geun Sang melebihi
kecanduan.
“Pengikutnya
melebihi 100.000 orang. Bahkan melebihi artis.” Komentar Perawat. Semua tak percaya mendengarnya, sementara Kang Hwa tak peduli
mendengar ocehan rekan kerjanya.
“Pengikutku
saja tak sampai seratus orang. Apa kau mengunggah materi bedah saraf?” tanya
Perawat heran
“Ada apa
denganmu? Hei... Sayang... Aku tak mengunggah itu. Sosial media itu tempat
untuk mengunggah sesuatu yang ingin dilihat orang lain.” Jelas Geun Sang
“Lalu,
apa unggahanmu?” tanya perawat. Geun Sang menjawab OOTD. Semua tak tahu apa itu
maksudnya.
“Outfit
Of The Day, Pakaian yang kau kenakan hari ini.” Jelas Geun Sang. Mereka heran Kenapa
orang-orang mau melihatnya
“Karena
aku membuatnya menarik. Pakaian dan sepatu edisi terbatas yang ingin mereka
beli, aku unggah dengan sangat menarik. Ditambah figur badanku.” Ucap Geun Sang
bangga
“Seratus
ribu pengikut! Aku yakin mereka menjadi tidak konsumtif. Sangat membanggakan
negara. Jika semangat itu dipakai untuk belajar, pasti sudah menjadi profesor.”
Komentar perawat dan rekan lainya.
“Diam
kalian.” Keluh Geun Sang lalu perawat
memanggil Kang Hwa yang hanya melamun.
“Dokter
Cho. Dia memanggilmu.” Kata Geun Sang menyadarkanya. Kang Hwa pun tersadar dari
lamunannya dan bertanya Siapa yang memanggilna.
“Apakah
kau ada masalah? Dari pagi, kau terus melakukan kesalahan.” Ucap perawat. Geun
Sang ingin tahu Kesalahan apa
“Kau
tidak perlu tahu.” Ucap Kang Hwa sinis. Perawat memberitahu Kartu akses Kang Hwa hilang.
“Dia
bilang ke pasien anak kecil bahwa dia sudah tua, dan harus berhenti merokok.”
Cerita perawat. Geun Sang langsung tertawa lebar
“Anak
kecil sudah tua? Apa kau sudah gila?” ejek Geun Sang. Kang Hwa membenarkan
kalau sudah gial agar Geun Sang puas mengejeknya.
“Di dunia
ini, pasti ada orang yang terlihat sama seperti kembar, bukan?” kata Kang Hwa
memulai percakapan.
“ Bisa
ada orang yang terlihat mirip. Bukan kembar, tapi jika mirip seperti kembar itu
mustahil.” Kata perawat. Geun Sang membenarkn dan ingin tahu Kenapa Kang Hwa
membahasnya.
“Kenapa
bilang begitu? Mungkin saja terjadi. Kenapa mustahil? Jangan berpikir begitu.
Mereka mungkin mirip... Benarkan?” ucap Kang Hwa.
Semua
hanya menatap heran pada Kang Hwa, akhirnya Kang Hwa meminta maaf dan menyuruh
mereka menghabiskan makanan lalu pamit pergi.
Semua bertanya-tanya ada apa dengan Kang Hwa, perawat pun tak mengerti
dengan sikap Kang Hwa.
“Jika ada
orang yang mirip, apa urusannya denganmu? Ada apa?” tanya Geun Sang. Kang Hwa
akhirnya kembali ke meja.
“Apakah
kalian... Pernahkah kalian melihat doppelgänger?” tanya Kang Woo. Geun Sang
bertanya balik Apakah itu pertanyaan serius
“Benar...
Ini bahkan bukan pertanyaan.” Ucap Kang Hwa akhirnya berjalan pergi.
“Apa itu?
Kenapa dia? Bisakah jelaskan kepadaku apa yang sedang terjadi? Manusia gila...
Bahkan psikiater tidak dapat mengobati kegilaanmu!” teriak Geun Sang Heran
melihat temanya.
Yu Ri
menatap ID Card milik Kang Hwa dengan senyuman bahagia, lalu tanpa sadar kalau
akan menabrak seorang pengemudi sepeda. Si Pria mengeluh dengan Yu Ri karena
hampir saja tertabrak dan sudah menyusahkannya.
“Maafkan
aku.” Ucap Yu Ri seperti baru menyadari kalau sudah menjadi manusia sekarang.
Yu Ri
akan naik bus tapi tak bisa menembus,seperti kembali lupa. Ia pun naik ke dalam
bus dengan membayarnya, saat akan duduk melihat hantu yang duduk disamping
seorang pria. Ia hanya terdiam menatapnya, si hantu pun menatap sinis.
“Jangan
sampai ketahuan arwah lain. Walau kau bisa melihatnya, pura-pura tidak lihat.
Mengerti? Jika mereka tahu kau menjadi manusia, kita berdua akan repot.
Mengerti?” pesan Mi Dong
Yu Ri
akhirnya duduk di dekat jendela menghindari si hantu lalu melihat si hantu yang
ikut menonton video dari ponselnya. Ia akhirnya membuka jendela bus untuk
menikmati udara.
Di
ruangan, Kang Hwa mengambil kotak cincin yang masih disimpanya lalu menatapnya dan tak sengaja terjatuh dari
tanganya. Geun Sang berjalan ke ruangan temanya lalu bertanya apakah sudah
makan bersamanya dengan nada mengoda. Dua perawat hanya menatap heran.
“Apa Tidak
lucu? Kalian sepertinya sedang kesal.” Kata Geun Sang heran.
“Dokter
Jang datang dan memarahi kami.” Ucap Perawat kesal. Geun Sang pikir seharusnya
dia memarahi Kang-hwa, bukan malah memarahi mereka.
“Jika
begini terus, Dokter Cho bisa dipecat. Dia
dokter bedah toraks, tapi hanya melayani pasien rawat jalan.” Ucap Perawat
khawatir.
“Bukankah
Dokter Cho sudah membaik?” komentar perawat yang lainya.
“Tak
seperti yang kita lihat. Dia masih sakit. Dia terluka.” Ucap Geun sang lalu
berteriak menyambut Dokter Jang.
Keduanya
langsung berdiri ingin memberikan hormat, tapi Geun sang mengejeknya kalau tadi
hanya bohong saja. Dua perawat hanya bisa terlihat kesal menurutnya Geun Sang
itu juga sakit dan banyak pria yang juga sakit jiwanya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar