PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di sebuah
desa yang terlihat sangat senang, ada sebuah rumah yang cukup besar, terlihat
tanda pengenal bernama [TOKO BUKU GOOD NIGHT] Seorang pria, Im Eun Seob didalam
toko membuat kopi terlihat sangat tenang, saat itu seseorang menarik koper ke
didesa.
EPISODE 1: ANGIN YANG MENGHEMBUS POHON WILLOW
Seorang
wanita menarik kopernya, Mok Hye Won berjalan dalam cuaca dingin di pedasaan.
Ia melihat nama KEPALA SEKOLAH di ponselnya, tapi tak mengangkatnya. Padanganya
mengarah pada seseuatu didepanya, TOKO
BUKU GOOD NIGHT lalu melihatnya ke jendela, terlihat kosong.
Eun Seob
berjalan dengan spanduk bertuliskan ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI lalu
terdiam. Seorang anak kecil memanggil Eun Seob yang hanya diam saja. Eun Seob
pun tersadar melihat anak kecil yang sudah selesai sekolahnya.
“Kau
lihat? Lihat apa? Hantu?”tanya si anak kecil. Eun Seob menjawab bukan lalu
menatap sosok Hye Won yang menarik kopernya menjauh.
Didepan
rumah tertulis papan nama [RUMAH HODU] Hye Won masuk rumah memangil bibinya
kalau baru saja datang. Tapi sang bibi tak menyambutnya, Hye Won mencari bibinya tak terlihat di ruang
makan, lalu naik ke lantai atas.
Ia melhat
kamar yang tak ada penghuninya, lalu mencoba duduk diatas tempat tidur. Ia seperti
merasakan kembali suasana rumah yang ada didesa, lalu membuka jendela kamarnya
seperti ingin menikmati udara desa.
Di lantai
bawah, seekor anjing masuk bersama dengan Bibi Sim Myung Joo, Hye Won pun
buru-buru menuruni tangga. Bibi Sim dengan sinis bertanya Ada perlu apa, karena
Hye Won datang bahkan tanpa menghubungi. Hye Won balik bertanya apakah ia tak
boleh datang.
“Penasaran
saja karena kau tak punya alasan. Apa kau mau makan pai?” tanya Bibi Sim
mengeluarkan Pai.
“Dari
mana ini?” tanya Hye Won. Bibi Sim menjawab Su Jung memberinya lalu mencoba
memotongnya.
“Ini
dingin, panaskan di microwave.” Ucap Hye Won. Bibi Sim menyuruh Hye Won sendiri
saja yang memanaskan.
Hye Won
pun seperti biasa dengan sikap bibi Sim yang dingin, Bibi Sim pin ingin tahu
alasan Hye Won datang dan berpikir sedang ambil cuti. Hye Won melihat sebuah
foto diatas meja dan tahu kalau itu dirinya.
Bibi Sim seperti tak peduli
“Apa Kau
tak tahu aku ada di foto ini?” tanya Hye Won. Bibi Sim pikir seperti itu
“Padahal
bisa dilihat setiap kali cuci piring.” Kata Hye Won. Bibi Sim pikir kalau Hye
Won memang sedang cuti.
“Sampai
kapan? Kapan kau kembali ke Seoul?” tanya Bibi Sim. Hye Won mengaku tak tahu.
“Aku tak
berniat untuk segera kembali.” kata Hye Won. Bibi Sim tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau
sungguh tak berniat segera kembali ke Seoul? Bagaimana ibumu?” tanya Bibi Sim
sambil membakar kentang di perapian.
“Bibi... Kulihat
dua sanggarloka baru dalam perjalanan. Apa itu sebabnya tak ada yang datang ke
sini lagi?” ucap Hye Won
“Jadi,
apa kau sungguh akan tinggal di sini? Ini Becanda, 'kan?” ucap Bibi Sim. Hye Won
menegaskan kalau ini Tidak becanda.
“Untuk
saat ini, aku sungguh akan tinggal di sini.” Kata Hye Won. Bibi Sim pun ingin
tahu Bagaimana Hye Won akan tinggal di sini
“Seperti
kau. Ya, tanpa rencana.” Kata Hye Won. Bibi Sim ingin tahu denga sekolah Hye Won.
“Aku
hanya... Tampaknya aku tak pantas mengajar siapa pun.” Kata Hye Won seperti
hilang semangat.
“Tak ada
hal seperti itu. Tak ada yang melakukan sesuatu karena mereka sebenarnya
pantas. Semua orang hanya melakukannya. Hanya seperti itu. Untuk mendapatkan
uang.” Kata Bibi Sim
“Maka aku
sungguh tak bisa melakukannya.” Ucap Hye Won. Bibi Sim seolah tak peduli dan
langsung bertanya apakah Hye Won sudah selesai makan
Hye Won
yang masih makan mengaku belum. Bibi Sim pun meyuruh Hye Won segera tidur lalu
berkomentar tak seharusnya berhenti bekerja begitu saja dan memperngatkan
Jangan bicara seolah ia menyia-nyiakan hidupnya didesa. Hye Won hanya diam
saja.
Flash Back
“Bu,
sudah bicara apa kau padaku? Bicara apa kau?” ucap seorang anak marah
“Kenapa
kau menghentikan string cello Si Hyeon? Apa yang kau takutkan?” ucap Hye Won
“Karena
dia bilang, aku bermain bagus karena cello-ku.” Ucap si anak. Hye Won pikir itu
benar. Si anak terlihat marah dan akan
memukul Hye Won.
Seorang
ibu berteriak marah merasa Hye Won yang berani sekali menurutnya ini masuk
akal. Hye Won hanya bisa tertunduk. San ibu merasa tak percaya kalau seorang
guru melakukan itu, Hye Won tetap diam dengan tatapan dinginya.
“Jaman
sekarang guru tak boleh memukul siswa. Apa Kau pikir kau lebih berwenang? Kami
yang berwenang!” ucap Si ibu. Pemilik sekolah tahu akan hal itu mencoba
menenangkanya.
“Beraninya
dia memukul putriku? Apa karena dia hanya guru cello? Aku ingin pengembalian
dana penuh. Na Gyeong, katakan padaku persis bagaimana dan di mana dia
memukulmu.” Ucap sang ibu
“Dia
menampar wajahku.” Ucap Na Kyung, Hye Won menatap dingin karena seperti
difitnah tapi tak bisa membela diri.
Saat itu
sang ibu mencoba membalas untuk menampar Hye Won, Hye Won hanya diam saja. Guru
dan pemilik mencoba menahan tangan si ibu agar tak membuat kekerasan.
“Akan kututup
tempat ini, bersiaplah... Astaga. Minta maaf padanya segera.” Teriak Sang ibu. Hye
Won tetap diam saja.
Tulisan
di kayu pahatan bertuliskan didalam rumah [BANGUN DARI TIDUR PULAS UNTUK
MEMBUAT TEH PANAS. JIKA MEMBUAT TEH, KESEDIHAN DI MALAM KEMARIN, AKAN MELELEH.]
Hye Won
yang merasa penah seperti memili keluar rumah untuk mencari udara segar desa.
Beberapa kali ia menarik nafas panjang menghirup udara desa di malam hari lalu berdiri
menatap kearah ladang yang kosong.
***
Saat itu
Eun Yeob datang dengan sepedanya, bertemu dengan Hye Won yang sedang berdiri
sendirian. Hye Won pun menyapa lebih dulu,
Eun Yeob pun membalasnya, keduanya terlihat canggung. Hye Won menunjuk ke arah
depanya.
“Sesuatu
yang tampak seperti marshmallow. Mereka dipanggil apa? Apa kau tahu?” ucap Hye Won
menunjuk bentuk kotak besar berwarna putih.
“Gonpho
dan Juga disebut silase.” Ucap Eun Yeon. Hye Won pun mengerti itulah namanya.
Pagi hari
didesa, terlihat sangat ceria dengan bunyi suara ayam, sapi dan kambing, serta
bunyi traktor yang siap membajak sawah. Para nenek mendorong tas trolly membawa
susu. Eun Seob berjalan sendirian lalu
terdengar suara. “Test, test... Ganti, Lim Eun Seop... Lim Eun Seop, ganti.”
“Ayah,
bicaralah tanpa itu. Aku bisa mendengarmu.” Keluh Eun Seob melihat ayahnya yang
mengunakan walkie talkie.
“Tapi aku
tak bisa mendengarmu.” Kata Tuan Lim. Eun Seob mengaku bisa mendengarmu dengan
jelas bahkan tanpa...
“Gunakan
radiomu, ganti.” Balas Tuan Lim. Eun Seob memanggil ayahnya dengan radio.
“Test.
Lim Eun Seop, datanglah ke arena seluncur, ganti. Temui aku di sana, ganti.” Ucap
ayahnya.
“Baiklah.”
Kata Eun Seob terkesima melihat seseorang yang keluar rumah. Tuan Lim meminta
Eun Seob agar mengatakan "ganti", ganti.
Hye Won
keluar rumah dengan membawa labu yang besar, lalu bertanya Kenapa datang di
sini. Eun Seob mengaku harus meminjam benda itu lalu menarik selang yang ada di
halaman lalu mencoba tak peduli dengan Hye Won.
“Apa itu
yang kau butuhkan?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan tanpa menatap Hye Won.
“Kali ini,
berapa lama kau akan tinggal?” tanya Eun Seob. Hye Won pikir Tampaknya sampai
musim semi.
“Musim
semi?” ucap Eun Seob seperti tak percaya. Hye Won pikir Mungkin saja. Eun Seob pun pamit pergi.
“Katakan
padaku jika butuh sesuatu.” Kata Eun
Seob, Hye Wom memikirkan kalau memang Butuh sesuatu?
“Mobil,
misalnya... Karena Nuna Myeong Yeo tak punya mobil.” Ucap Eun Seob. Hye Won mengerti.
“Bisakah
aku meminjamnya sekarang?” kata Hye Won. Eun Seob terlihat binggung.
“Mobil.
Bisakah aku meminjamnya sekarang? Apa boleh?” tanya Hye Won. Eun Seob tak
menjawab hanya melempar kunci mobil lalu pamit pergi. Hye Won pun menatap Eun
Seob pergi dengan selangnya.
Hye Won
mengemudikan mobilnya melihat gantungan didepan mobil “Goodnight Irene”,
membahas Pria di sebelah... Bibi Sim ingin tahu siapa yang dimaksud. Hye Won menjawab
Lim Eun Seop. Bibi Sim pun ingin tahu ada apa dengan dia.
“Tampaknya
dia berubah.” Kata Hye Won. Bibi Sim tak mengerti maksudnya.
“Maksudku...Dia
seperti orang yang berbeda.” Ucap Hye Won mengingat sikap dingin Eun Seob
setelah meminjamkan mobil lalu pamit pergi.
“Apa maksudnya,
Seperti orang yang berbeda?” tanya Bibi Sim heran. Hye Won pikir seperti itu.
“Seolah-olah
dia hilang sebentar dan kembali.” kata Hye Won. Bibi Sim tak mengerti dengan
ucapan Hye Won.
“Memangnya
Kenapa? Bisa saja begitu.. Tunggu... Baru ingat, aku tak melihatnya selama
bertahun-tahun... Tapi secara teknis, dia tak hilang.” Kata Bibi Sim. Hye Won
pun mengerti.
“Bibi...”
kata Hye Won. Bibi Sim mengeluh apa lagi yang akan dibicarakan Hye Won.
“Kenapa
Eun Seop memanggilmu "kakak"? Kau berusia lebih dari 40 tahun. Juga,
ada apa dengan kacamata hitammu? Apa kau melakukan operasi plastik?” ejek Hye
Won. Bibi Sim hanya diam saja.
Di toko
buku, Eun Seob sibuk membuat kopi dengan mesinya terlihat sangat bahagia.
Seorang anak remaja duduk membaca buku ditanganya dengan senyuman bahagia "Hari
itu, Irene bertanya padaku." Eun Seob berteriak marah memanggil Hwi dan
langsun mengambil bukunya.
“Bukankah
sudah kubilang jangan sentuh barang-barangku?” kata Eun Seob marah
"Benda
itu tampak seperti marshmallow. Disebut apa mereka?" Kak, siapa Irene ini?”
kata Hwi penasaran.
Eun Seob
marah meminta adiknya agar tak mendekat, Hwi penasaran siapa sebenarnyar Irene.
Eun Seob memperingatkan Berhenti mengikutinya. Hwi tetap mengikuti Eun Seob
karena penasaran.
Di dalam
mobil, Hye Won melihat gantungan di mobil Eun Seob dengan tulisan "Selamat
malam, Irene." Lalu bertanya-tanya Apa dia mengukir ini sendiri. Saat itu
Bibi Sim mengetuk jendela mobil menyuruh Hye Won keluar.
Di dalam
toko, seorang pria sibuk menonton TV dengan bintang tamu idol wanita. Bibi Sim
memanggilnya, tapi Si paman tetap tak mendengarnya. Akhirnya bibi Sim berteriak
“Kau butuh apa lagi?” akhirnya Si paman tersadar melihat Bibi Sim yang datang.
“Konektor
keran yang fleksibel, gagang pintu, bor listrik, sekrup silikon gun, dan sekop
salju.” Ucap Hye Won sudah melihat barang-barang pada rak.
“Kau bisa
Berilah itu.” Kata Bibi Sim. Si paman dengan wajah ketakutan bertanya Apa jenis
sekop yang dibutuhkan. Hye Won menjawab Plastik.
“Ohh Yahh..
, apa ada cat mint-green?” tanya Hye Won terlihat sangat bersemangat.
Hye Won
terlihat penuh semangat memperbaiki semua perkakas yang ada dirumah. Mulai dari
gagang pintu, keran kamar mandi, bahakan dikagetkan dengan tekanan air di
shower yang tak karuan.
Ia juga
memperbaiki lantai tangga yang terlepas, tapi saat akan bangung gagang tangga
malah terlepas. Ia memperbaiki semua yang ada dirumah yang sudah rusak.
Bibi Sim
sibuk meminum kopi di dapur. Saat membalikan badan dikagetkan dengan kasur yang
berjalan di tangga. Ternyata Hye Won mengangkat kasur ke lantai bawah.
Bibi Sim
keluar rumah melihat Hye Won yang bahkan mengecat rumah. Hy Wo yakin kalau Ini
akan sangat cantik. Bibi Sim mengejek kalau itu Tidak sama sekali. Hye Won
mengeluh kalau Bibinya cenderung sedikit pesimis Bibi Sim pikir Hye Won yang
terlalu optimis.
“Bukankah
warna hijau mint indah?” kata Hye Won. Bibi Sim menjawabTidak.
“Kita
harus melakukan ini untuk menarik lebih banyak tamu.” Kata Hye Won yakin
“Aku
khawatir cat akan retak saat suhu turun.” Komentar Bibi Sim. Hye Won yakin Suhunya
tak turun karena sudah memeriksa.
“Suhu tak
turun di musim dingin? Apa kau percaya itu? Betapa polosnya kau.” Ucap Bibi Sim
mengejek
“Itulah
yang dikatakan ramalan cuaca. Haruskah aku bertanya pada anjing yang lewat?”
komenta Hye Won.
“Ya, aku
lebih suka memercayai kata-kata anjing yang lewat.” Komentar Bibi Sim
“Lihat
saja. Tak akan ada hujan atau salju selama beberapa waktu.” Kata Hye Won yakin.
Malam
hari di RUMAH HODU, Hye Won menatap ke arah jendela dengan wajah sedih karena
turun hujan yang sangat deras. Bibi Sim menyindir yang dikatakan Hye Won
"Tak akan ada hujan atau salju selama beberapa waktu."
“Aku
khawatir seluruh rumahku akan meleleh dan banjir genangan mint-green. Astaga,
buruk sekali.” ucap Bibi Sim lalu masuk kamar. Hye Won pun tak bisa membela
diri karena memang ucapanya salah.
Hye Won
akhirnya keluar rumah melihat cat didepan rumah terlihat luntur dengan cat yang
mengeneng. Ia pun akan masuk ke dalam rumah, tapi ternyata gagang pintunya
terlepas. Ia panik mencoba memperbaiki tapi tak bisa terbuka.
Ia pun
mengedor pintu memanggil bibinya, tapi karena hujan deras tak terdengar. Hye
Won akhrinya pergi ke jendela kamar bibinya, Bibi Sim tertidur dengan menutup
kepalanya dengan selimut sambil menyalakan TV. Hye Won mencoba terus mengedor
jendela tapi sang bibi tak terbangun.
Hye Won
mulai merasa kedinginan. Eun Seob menikmati minuman panas dan siap mengetik,
tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lalu bertanya Siapa. Hye Won berdiri
didepan toko buku Good Night. Eun Seob kaget Hye Won yang datang ke tempatnya
dengan basah kuyup.
Eun Seob
memberikan handuk pada Hye Won dan membuatkan minuman panas. Hye Won berkomentar kalau tak tahu Eun Seob punya toko buku bahkan juga
tak tahu ini toko buku sungguhan. Eun Seob mengaku sudah sekitar tiga tahun.
“Ohh Begitu
rupanya... Apa Jual buku bekas juga?” tanya Hye Won melihat rak buku. Eun Seob
menjawab tidak.
“Lalu,
apa ini?” tanya Hye Won melihat ada pembatas buku. Eun Seob menjawab hanya
menjaga mereka. Hye Won bingung apa maksudnya "Menjaga?"
“Nah, beberapa
orang yang datang ke sini membaca sedikit demi sedikit dan meninggalkan penanda
di antara buku-buku itu. Seperti wiski atau wine. Aku melakukannya agar lebih
banyak orang dapat mengunjungi toko buku-ku dengan nyaman. Kau dapat
melakukannya juga, jika ada buku yang kau sukai. “ jelas Eun Seob.
Kenapa
kau menamai tempat ini "Toko Buku Good Night"? Aku penasaran ketika
melihat tanda itu.” Ungkap Hye Won
“Makan
dan tidur nyenyak lebih sulit dari yang kita pikirkan. Hal yang mendasar, tapi
orang masih mengalami kesulitan dengan itu. Jadi, aku menamai tempat ini dengan
harapan orang-orang dapat makan dan tidur dengan baik.” Jelas Eun Seob.
“Makan
dan tidur dengan baik ? Apa hidup hanya itu?” ucap Hye Won seperti tak merasa
sepert itu
“Lalu,
apa ada hal lain?” tanya Eun Seob. Hye Won tak menjawabnya melihat hujan
berhenti lalu mengucapkan Terima kasih untuk tehnya.
Eun Seob
memberikan Hye Won jaket agar bisa memakainya, Hye Won terdiam mendengarnya.
Eun Seob pun kembali duduk di meja sambil membaca buku seperti tak mempedulikan
Hye Won.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar