PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
mengambar kembali tanganya dengan tinta hitam, lalu menatap ke arah jendela
toko buku Eun Seob yang masih menyala. Sementara Eun Seob kembali menuliskan
blognya
“Anggota
Klub Good Night, klub tertua di dunia organisasi nokturnal yang tersebar. Apa
kalian sudah tidur?” Lalu tiba-tiba mengumpat kesal mengingat kejadian
sebelumnya dan mendengar suara ketukan pintu.
Hye Won
datang dan membuat Eun Seob kaget sambil bergumam “Aku mau berkata...
“Maaf.
Ada yang mau aku tanyakan.” Kata Hye Won. Eun Seob langsung menjawab tidak. Hye
Won bingung apa maksudnya tidak
“Itu,
yang kukatakan tadi. Aku membicarakan masa lalu.” Kata Eun Seob. Hye Won
memastikan kalau yang dimaksud saat bilang menyukainya.
“Benar,
itu adalah perasaan yang sudah tak ada.” Kata Eun Seob dan langsung menutup
pintu. Hye Won kaget melihatnya.
“Aku mau
katakan... Aku gagal... Benar-benar gagal.” Gumam Eun Seob lalu bergegas masuk
ke dalam rumah .
[EPISODE 2: APA INI MASA LALU YANG SEMPURNA?]
Kereta
jurusan JECHEON-CHEONGNYANGNI berjalan di rel meninggalkan stasiun. Hye Won
berdiri sendirian dengan koper, papan nama terlihat STASIUN HYECHEON. Ia hanya
berdiri sendiri, akhirnya HyeWon diantar oleh bibinya pergi ke SMA HYECHEON
Hye Won
berjalan dengan gurunya, saat dilorong banyak orang yang penasaran dengan murid
pindahan dari Seoul. Akhirnya sang guru masuk ke dalam kelas dan menyuruh semua
anak murid untuk tetap tenang.
“Perhatian.
Ada murid pindahan baru... Namanya Mok Hye Won. Dia dari Seoul.Ada yang mau
dikata'kan?” ucap Guru. Hye Won hanya terdiam seperti merasa tak perlu.
“Dia dari
Seoul.Kalian semua tahu sekolah kita tak memiliki perundung bersikap baiklah
padanya.” Pesan Guru. Semua mengerti dan salah satu anak yang duduk dipaling
depan seperti tertarik dengan Hye Won.
“Silakan
duduk... Kalian tahu ujian simulasi minggu depan, 'kan? Daripada semester
pertama kalian harus lebih tinggi 5 poin, ya? Hye Won, duduk di situ... Dan jika
kau bertugas mingguan, datang ke ruang guru sesudah pelajaran. Mengerti?” ucap
Pak guru. Hye Won pun duduk dibangku yang kosong.
Eun Seob
membuka pintu melihat Hye Won masih ada didepan pintu lalu bertanya apa yang
ingin dikatakan. Akhirnya Hye Won masuk ke dalam toko buku, dan melihat buku "ANGIN
YANG MENGHEMBUS POHON WILLOW"
“Aku
ingin meminjam buku ini.” Kata Hye Won. Eun Seob mengangguk mengerti.
“Maaf
karena mengganggumu.” Ucap Hye Won. Eun Seob mengaku tak masalah dan
mempersilahkan Hye Won untuk meminjamnya.
“Tapi,
mana yang kau suka?” tanya Hye Won. Eun Seob mengaku suka semuanya. Hye Won
mengerti dan akhirnya pamit pergi. Eun
Seob pun seolah tak peduli mempersilahkanya.
Hye Won
berjalan di jalan desa yang cukup gelap, tiba-tiba ada sinar dari belakang. Eun
Seob datang dengan senter besar ditanganya lalu berkomentar kalau jalanya cukup
gelap. Hye Won pun akhirnya berjalana
bersama dengan Eun Seob.
“Kau tak
perlu antar aku pulang.” Kata Hye Won. Eun Seob mengatakan untuk berjaga.
“Bukankah
jaraknya dekat?” ucap Hye Won. Eun Seob pikir tetap sja karena hari mulai
gelap.
“Apa
yang...kukatakan selama reuni... kuharap tak mengganggumu.” Kata Eun Seob gugup
“Tak ada
yang perlu dikhawatirkan.” Kata Hye Won santai. Eun Seob pikir seharusnya mengarang nama saja dalam perjalanan pulang.
“Kau
bilang, itu adalah masa lalu,... apakah bukan?” kata Hye Won. Eun Seob hanya
diam saja lalu berkomentar tampak berbeda. Hye Won. terlihat bingung.
“Gambarnya.”
Ucap Eun Seob melihat tanganya Hye Won,
Hye Won memberitahu kalau itu henna.
“Aku
menggambarnya karena sulit tidur.” Kata Hye Won. Eun Seob meminta izin agar
bisa melihatnya.
Hye Won
menganguk lalu memperlihatkan tanganya, Eun Seob melihat dengan senternya dan
melihat kalau itu gambar daun willow. Hye Won membenarkan. Eun Seob ingin tahu
Berapa lama gambar itu akan bertahan.
“Entahlah.
Kecuali sengaja dihapus, mungkin sekitar satu minggu?” kata Hye Won. Eun Seob
mengerti lalu memuji kalau gambarnya Cantik.
Keduanya
tiba-tiba saling menatap dan mencoba berjalan berjauhan mengurangi rasa
canggung.
“Omong-omong,
bukankah sakit?” kata Eun Seob. Hye Won membenarkan kalau sangat sakit.
“Dibuat
menggunakan besi panas.. Apa Kau tak tahu?” kata Hye Won. Eun Seob melihat
wajah Hye Won tahu kalau sedang Bohon dan sedang mempermainkannya. Keduanya pun
hanya bisa tertawa.
Pagi hari
dipemakaman, Bibi Sim menaruh bunga di samping batu nisan, lalu berbicara pada
ibunya memberitahu kalau Hye Won tak akan kembali ke Seoul dan berhenti kerja.
Hye Won menatap sinis sang bibi.
“Ketika
satu juta orang menganggur... Astaga... Dia sangat manja.” Ejek Bibi Sim
“Nek, si
Bibi merokok.” Kata Hye Won mengandu. Bibi Sim mengeluh dengan yang dikatakan
keponakanya.
“Rumah
itu berantakan, dan dia melaporkan sanggarloka ditutup tanpa berkonsultasi
dengan siapa pun. Juga, dia memakai kacamata hitamnya sepanjang waktu. Aku tak
tahu kenapa dia begitu.” Kata Hye Won
“Ini
mode.” Kata Bibi Sim membela diri. Hye Won ingin mengadu tentang bibinya.
Juga,
Bibi terus...” ucap Hye Won lalu terdiam. Bibi Sim ingin tahu apa yang akan
dikatakan Hye Won.
Flash Back
Hye Won
berbaring dipangkuan neneknya sambil makan jeruk. Neneknya terlihat serius
menonton berita di TV. Hye Won melihat sang nenek lalu menjahili dengan naruh
kulit jerit dihidungnya. Nenek Sim langsung memukul kepala cucunya.
Hye Won
yang kaget langsung menangis kesakita, Nenek Sim pun juga kaget lalu mengusap
kepala cucunya lalu tertawa lalu berkomentar Kenapa masukan sesuatu hidungnya.
“Nek, aku
sangat merindukanmu.” Ucap Hye Won sambil menahan tangisnya dan berjalan pergi.
Bibi Sim pun heran melihat Hye Won.
Hye Won
pergi ke toko obat meminta obat karena Kepalanya sakit sekali. Si pegawai
bertanya Di mana dan berapa lama sakitnya. Hye Won hanya merasa sakit kepala dimulai
pagi tadi. Nyonya Jang Ha Nim memberikan obat pada Hye Won.
“Sudah
lama tak berkunjung.” Sapa Nyonya Jang. Hye Won kaget kalau wanita itu
mengenalnya.
“Tentu
saja... Kau adalah cucu pemilik Sanggarloka Bukhyeon-ri.” Kata Nyonya Jang
“Tapi,
tampaknya ada anak yang suka di sini.” Kata Hye Won. Nyonya Jang mengetahui
anaknya itu.
“Dia Sudah
tak ada lagi.” Kata Nyonya Jang. Hye Won terlihat bingung. “Anak itu sudah lama
hilang, tapi untuk Kwon Hyun Ji, gadis 18 tahun yang penuh semangat, yang selalu
siap bertengkar denganmu dan meledak kemarahannya... Entahlah. Dia mungkin
bermain dengan teman-temannya di suatu tempat di Hyecheon.” Kata Nyonya Jang.
Hye Won
tak banyak komentar hanya mengucapkan Terima kasih. Nyonya Jang tiba-tiba
membahas bertanya apa bibinya sudah pergi ke rumah sakit, karena mengidap sakit
kepala parah. Hye Won tak tahu memastikan kalau itu bibi Sim.
“Ya... Jika
memburuk, dia harus pergi ke rumah sakit. Jika tiba-tiba pingsan, dia bisa
berubah menjadi kondisi kritis.” Ucap Nyonya Jang. Hye Won hanya bisa terdiam
lalu pamit pergi.
Hye Won
mencoba menelp rumah dengan telp umum tapi tak ada yang mengangkat. Saat itu
Jang Woo lewat melihat Hye Won menyapa karena belum pergi. Hye Won hanya bisa
tersenyum. Jang Woo pikir kalau ada waktu mengajaknya untuk minum kopi
Di kantor
BALAI KOTA HYECHEON, Jang Woo mengambil kopi dari mesin lalu dengan bangga memberitahu kalau Kopi dari
mesin penjual otomatis ini adalah yang terbaik di balai kota. Hye Won melihat
sekeliling tempat kerja Jang Woo
“Bagaimana
jika kau belum dapat kerja di sini?” tanya Hye Won. Jang Woo pikir akan
melakukan pekerjaan lain.
“Kapan
kau kembali ke Seoul?” tanya Jang Woo. Hye Won mengaku tak tahu.
“Kau mau
tinggal di sini sebentar?” tanya Jang Woo. Hye Won pikir mungkin sampai musim
semi.
“Oh benar,
kau ingat Kim Bo Yeong, 'kan?” kata Jang Woo. Hye Won terlihat kebingungan
mendegar nama Bo Yeong.
“Kim Bo
Yeong. Di sekolah kalian berdua dekat. Apa aku salah?” ucap Jang Woo mencoba
mengingatkanya. Hye Won mengaku kalau mereka dekat.
“Dia
benar-benar penasaran dengan kabarmu. Hari itu, dia harusnya datang, tapi tak bisa.
Karena merindukanmu, dia sangat sedih.” Cerita Jang Woo. Hye Won seperti tak
percaya dan berusaha untuk tenang.
“Ayo kita
rencanakan berkumpul dalam waktu dekat. Semua teman dari SMA Hyecheon masih
tinggal di sini. Kau mungkin salah satu dari sedikit yang pindah ke Seoul untuk
sekolah.” Ucap Jang Woo bahagia.
“Tapi kau
kuliah di Seoul juga. Bukankah kau kuliah di Universitas Nasional Seoul? ” Kata
Hye Won. Jang Woo
“Tapi aku
kembali, seperti yang kau lihat. Dan aku bangga bekerja untuk Kota Hyecheon. Mari
kita berkumpul lagi. Aku akan panggil semua orang yang tak bisa datang hari
itu.” Kata Jang Woo penuh semangat.
“Semakin
tua engkau, semakin kau sadari bahwa teman lamamu adalah yang terbaik. Mereka
ingat aku di masa jayaku. Dan mereka berbicara soal...” kata Jang Woo lalu
berhenti karena harus membaca pesan yang masuk
“Hae Won...
Apa yang kau lakukan malam ini?” tanya Jang Woo. Hye Won pikir tidak
banyak.
“Kalau
begitu, aku tahu tempat yang menyenangkan. Apa Mau pergi bersama?” tanya Jang
Woo.
Disebuah
rumah, seorang anak berteriak memanggil ibunya bertanya Di mana kaus kaki
neonnya. Seorang ibu yang sibuk berdandan mengaku tak tahu dan bertanya apakah
sudah melihat dilaci. Sang anak menjawab Tak ada, itu sebabnya abertanya.
“Kalau
begitu, ibu juga tak tahu. Kau harus Cari lagi. Sudah ibu bilang ada rencana
penting hari ini.” Ucap Choi Soo Jung.
“Ibu,
bantu aku mencari! Kumohon!” teriak anaknya. Nyonya Choi tak peduli langsung
bergegas pergi.
Seorang
anak mengambil beberapa barang di apotik. Nyonya Jang berteriak memanggil Kwon
Hyun Ji, bertanya apakah tak akan pulang dengannya. Hyun Ji terus mengambil
barang menyembunyikanya lalu berusaha kabur tapi pintu didepan terkunci.
“Hei... Apa
yang ada di tanganmu? Kenapa kau melarikan diri?” teriak Nyonya Jang melihat
alat pemanas tangan. Hyun Ji sudah berlari cepat keluar toko
“Mau
diberikan kepada siapa? Aku penasaran buat siapa vitamin itu.” Ucap Nyonya Jang
heran.
Disamping
apotik ada toko LED, LAMPU, PERLENGKAPAN LISTRIK. Tuan Bae Geun Sang
menjelaskan tentang soal cahaya itu. Jika memasangnya di atap maka tak perlu
mengganti selama sisa hidupnya dan itu lampu semipermanen.
“Ini
Sungguh menakjubkan, silakan hubungi aku jika kau ingin membelinya. Aku sedang
terburu-buru... 010. Tolong telepon aku! Selamat tinggal.” Ucap Tuan Bae
mendorong pelangganya untuk keluar dari
toko.
Seorang
anak kecil memanggil sang kakek yang baru pulang. Kakek memanggil Seung Ho agar
memmatikan lampu. Seung Ho pun masuk ke dalam ruma mematikan lampu. Sang kakek
pun memuji ucunya.
“Kakek,
kita terlambat... Ayo Lekas pergi. Hari ini, kita akan membicarakan musim
dingin... Itulah sebabnya kubaca "Matahari Musim Dingin". Tapi
Apa ini?”tanya Seung Ho.
“Jeruk.”
Jawab kakek Jung. Seung Ho bertanya apakah ini akan dipanggang juga
“Semua
terasa lebih enak saat dipanggang.” Ucap Kakek Jung lalu mereka pun bergegas
pergi.
Di
sekolah, Hwi mengayuh sepeda dengan cepat lalu berteriak menyuruh mereka semua
minggir. Semua pun
berkumpul di TOKO BUKU GOOD NIGHT, Hwi bergegas masuk karena sudah telat. Jang
Woo menyapa semua anggota memebirtahu kalau ada anggota baru yaitu Mok Hye Won.
Hwi langsung berdiri mengulurkan tanganya.
“Aku Lim
Hwi. Aku tak mirip dia, tapi aku adalah adiknya. Ayo berjabat tangan.” Ucap Hwi.
Hye Won pun menjabat tangan adik Eun Seob.
“Aku Lee
Jang Woo, seperti yang sudah kau ketahui. Aku adalah permata tersembunyi balai
kota dan aset yang tak ternilai.” Ucap Jang Woo percaya diri.
“Jangan
konyol... Jang Woo, kenapa kau berusaha keras untuk melucu hari ini? Apa Kau
ingin menjadi pelawak?” ejek Hyun Ji
“Tidak
mudah menjadi pelawak.” Komentar Hwi. Hyun Ji membenarkan. Jang Woo langsung
meminta izin agar bisa memukul mereka.
“Ya,
paling kau yang akan babak belur.” Kata Eun Seob yang sibuk membuat minum. Hwi
sudah siap dengan kepala tanganya melawan Jang Woo.
“Hye Won,
kau tahu aku, 'kan? Aku Bibi Soo Jung... Senang bertemu kau.” Kata Bibi Choi
“Aku Kwon
Hyun Ji, 18 tahun.” Ucap Hyun Ji. Hye Won tahu tahu ia adalah putri apoteker.
“Aku Bae
Geun Sang. Aku memiliki toko lampu. Jika ada lampu rusak atau membutuhkan yang
baru, jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja. 010...” kata Tuan Bae dan
langsung disela oleh bibi Choi.
“Aku
Seung Ho, Jung Seung Ho... Aku berumur sembilan tahun. Dan dia adalah
kakek-ku.” Kata Seung Ho menunjuk kakek yang sibuk di ujung meja.
“Halo. Pinggulmu
baik-baik saja, 'kan? Aku dengar pinggulmu terluka.”sapa Hyun Ji. Tuan Jung
menganguk.
“Omong-omong,
mau apa hari ini?” tanya Hye Won. Jang Woo mengaku mereka akan melakukan sesuatu yang sangat
menyenangkan. Hye Won bingung memikirkanya.
“Kalau
begitu, haruskah kita memulai rapat klub buku pertama kita di tahun yang baru? Tepuk
tangan!” kata Jang Woo.
Eun Seob
akhirnya membagikan minuman hangat pada semua anggota, Hye Won mulai membuka
buku berjudul "ORANG YANG KUCINTAI" dan ada dibagian bab MINUM. Bibi
Choi mulai membaca dan Hye Won mengingat hidupnya di Seoul.
"Hidup tak pernah membelikanku
minuman. Malam musim dingin, di warung camilan gang buntu, kuhabiskan uangku membeli
minuman untuk kehidupan."
Hye Won
duduk sendiri dalam restoran, semua terlihat bercengkrama hanya ia hanya duduk
makan sendiri. Saat pulang kantor pun terlihat sangat lelah dengan pekerja lain
yang mengunakan kereta. Ia seperti melakukan aktifitas yang sama setiap hari.
Pesan
dari kepala sekolah masuk “Mulai besok, cobalah untuk menghibur anak-anak.”
"Tapi
kehidupan tak pernah membelikanku minuman sekalipun."
Hye Won
melihat ada tiga kostum yang bisa dipakai, mengingat saat seorang guru yang muridnya
bilang pelajarannya membosankan jadi sengaja memakai kostum. untuk menghibur mereka.
Hye Won melihat acara TV Knowing Brother seperti berharap bisa melucu dan
menghibur.
"Mau
itu hari bersalju atau hari saat bunga lotus mekar diam-diam, pada hari
berguguran pula." "SEGELAS MINUMAN" oleh Jeong Ho Seung.” Ucap
Bibi Choi dan ingin tahu tanggapan mereka.
“Aku
ingin alkohol.” Ungkap Tuan Bae mengoda. Jang Woo pikir pilihan Bibi Choi luar
biasa.
“Baiklah.
Selanjutnya...” kata Jang Woo. Hwi mengangkat tangan mengaku sudah menyiapkan
juga.
“Puisi
dan novel yang berkaitan dengan musim dingin... Biarkan aku membaca milikku.”
Ucap Hwi.
“Tidak...
Kau dapat melafalkan sesuatu di lain waktu. Aku ingin anggota baru, Hae Won untuk
membaca bagian yang berhubungan dengan musim dingin untuk kita.” Ucap Jang Woo.
Mereka
setuju kalau itu ide bagus. Hye Won bingung tiba-tiba ditunjuk. Jang Woo pikir Hye Won bisa mengatakan Apa
pun yang terlintas dalam pikirannya saat memikirkan musim dingin. Eun Seob
melihat Hye Won yang terlihat gugup.
“Aku tak
berpikir Hae Won punya waktu untuk mempersiapkan sesuatu.” Kata Eun Seob tapi
Hye Won mulai bicara.
"Hujan jatuh di perairan Danau
Hyecheon. Waktu yang mereka habiskan bersama sebagai kekasih tadi malam tampak
seperti kebohongan. Aku memikirkannya, yang dia tinggalkan di rumput."
"Berapa lama lagi aku harus
berjalan di sepanjang tepi rasa sakit untuk membunuh semua kenangan? Jika ingatan
cinta itu hujan es atau manusia salju tersesat di musim yang salah, tak perlu
penyesalan.”
“Aku hanya ingin mereka hilang.
Hanya kekecewaan yang tersisa di rumput yang sepi. Cinta lama melintasi sungai,
menjauh Andai saja, aku juga bisa melintasi medan kegagalan ini."
Semua
terdiam mendengar semua yang dikatakan Hye Won lalu bertanya apa maksud
ucapanya. Hye Won menjawab buku "Medan Rumput Kosong" oleh Shim
Myeong Yeo. Mereka pun memuji kalau Itu Bagus sekali.
“Mungkin
kalian tahu atau tidak, itu adalah novel yang ditulis oleh bibi Hae Won. Shim
Myeong Yeo dulunya salah satu penulis terkenal.” Ucap Jang Woo bangga
“Bagaimana
kau mengerti semua itu dengan hati?” tanya Bibi Choi lalu mengaku belum pernah
tersentuh dalam waktu yang lama. Hye Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Kakek
memanggang jeruk ini.” Kata Seung Hoo memberikan jeruk. Semua pun mengucapkan
Terima kasih. Jang Woo pikir Ini Terlihat luar biasa.
“Tapi
kenapa kau memanggang jeruk?” tanya Hwi. Seung Ho memberitahu kakeknya memanggang
apapun.
“Dia
bilang rasanya lebih enak.” Ucap Seung Ho. Hye Won membenarkan karena Baunya
jauh lebih enak.
“Aku
dengar, serat jeruk ini memiliki nama. Ada namanya?”ucap Hwi. Eun Seob menjawab
disebut empulur.
“Orang itu
memiliki banyak pengetahuan yang tak berguna.” Komentar Hwi
“Benar.
Eun Seop memiliki banyak pengetahuan yang tak berguna.”ejek Jang Woo
“Dan kau
bahkan tak memilikinya.”balas Hwi. Jang Woo mengeluh kalau itu tak benar.
“Aku selalu
peringkat satu di kelasku. Kau tahu aku, 'kan? Eun Seop, tolong beritahu mereka.”
Kata Jang Woo
“Aku tak
yakin... Aku belum pernah mendengarnya.” Ejek Eun Seob. Jang Woo mengeluh
mendengar temanya.
“Aku
selalu berada di posisi tiga... Kau tahu itu.” Kata Jang Woo. Hwi mengejek Ini
adalah sejarah SMA Hyecheon.
Tuan Jung
tersenyum melihat Jang Woo dkk saling mengejek tapi saling menyayangi. Hyun Ji
memberikan alat pemanas tangan pada Tuan Jung, Seung Ho dan Hwi bermain
bersama, semua terlihat sangat dekat dan bahagia. Hye Won tersenyum melihatnya.
Akhirnya
Tuan Bae pulang dengan Hyun Ji dan Hwi, Tuan Bae bertanya pada Hyun Ji, apa
impiannya. Hwi mengeluh kalau akan
mendengar untuk yang ke-101 kalinya. Hyun Ji mengaku ingin menjadi seorang
rapper. Tapi tak akan pernah berada di acara kompetisi.
“Aku akan
menjadi terkenal, tapi aku tak ingin menjadi selebriti. Aku ingin menulis lirik
populer yang dapat dikaitkan dengan publik, tapi aku tak ingin menulis sesuatu
yang umum.” Kata Hyun Ji memberikan alat pemanas
“Terima
kasih. Apa arti semua itu?” tanya Tuan Bae. Hwi menjelaskan Tak ada karena
semuanya omong kosong.
“Apa
kalian sungguh teman?” kata Tuan Bae heran. Hwi ingin tahu pendapat Tuan Bae
“Lalu,
kenapa kau main bersama?” tanya Tuan Bae. Hwi mengaku karena tak punya teman
lain.
“Aku
hanya menemaninya karena aku tak tega melihat seseorang yang sengsara.” Kata
Hyun Ji
“Hei, aku
tak sengsara.” Ucap Hwi. Hyun Ji menyuruh Hwi bisa makan sendiri. Hwi
menegaskan tak bisa melakukan itu.
Tuan Bae
pun menyuruh Hwi agar segera masuk ke dalam. Hwi pun pamit pergi. Tuan Bae pun
akan mengantar Hyun Ji pulang juga lalu membahas tentang apotek ibunya, Apa lampunya bekerja dengan baik dan berpikir
ingin beralih ke lampu LED. Hyun Ji pikir agar bicara dengan ibunya saja.
Hye Won
melihat kembali buku "ORANG YANG KUCINTA" Eun Seob melihatnya
mengatakan kalau Hye Won dapat pinjam juga jika mau. Hye Won mengaku Sebenarnya,
tak membaca buku untuk sementara waktu. Eun Seob ingin tahu alasanya.
“Kau tahu
bahwa buku mempunyai cerita. Aku tak bisa menangani konflik antara aku dan
orang-orang dalam cerita. Hidupku cukup sulit. Aku tak punya energi untuk
peduli dengan masalah orang lain.” Ucap Hye Won
“Itu Masuk
akal.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir karena hari ini jadi sedikit penasaran.
“Apa itu
hal yang baik?” ucap Eun Seob. Hye Won menaku Terutama soal buku puisi ini
menunjuk ke buku "ORANG YANG KUCINTA"
“Aku
masih membaca "Angin yang Menghembus Pohon willow". Aku akan
mengembalikannya sesegera mungkin.” Kata Hye Won duduk didepan Eun Seob.
“Kau
dapat mengembalikannya dengan santai.” Kata Eon Seob. Hye Wo menceritakan Ji
Yeon mengatakaan kalau ini aneh.
“Dia
bilang bahwa kita tak dekat sama sekali meskipun tinggal bersebelahan. Tapi aku
punya beberapa kenangan.” Akui Hye Won. Eon Seob terlihat bingung.
“Kau.”
Ucap Hye Won. Eun Seob terlihat bingung. Hye Won mengaku tahu Bagaimana Eun
Seob yang berangkat sekolah.
Ini
Sangat samar, tapi aku ingat itu. Bagaimana denganmu?” tanya Hye Won.
Eun Seob
masuk ke dalam kamarnya lalu mengingat yang dikatakan Hye Won kalau punya
beberapa kenangan tentang dirinya. Ia membuka agendanya tahun 2010.
Flash Back
Guru
sedang membahas "Puisi Kematian" yaitu Puisi ini tentang keputusasaan
seorang intelektual karena kehilangan negaranya. Sementara Eun Seob sibuk
menuliskan agendanya. Lalu guru masuk memberitahu kalau ada murid pindahan
baru.
Saat itu
tatapan Eun Seob langsung terpana pada Hye Won tapi seolah tak peduli.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar