PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Barang-barang
Dan dibawa keluar dari rumah, ia lalu masuk ke dalam kamar melihat kotak diatas
tempat tidur.
Flash Back
Dan
melihat Seung Jung hanya menatapnya dari balkon bukanya turun. Seung Jung
tersadar dari lamunannya kalau akan ke sanada meminta waktu sepuluh menit lalu
mengubahnya jadi lima menit saja. Dan langsung menegaskan kalau waktu Seung
Jung itu hanya tiga menit.
“Aku
harus pakai apa?” ucap Seung Jung
bingung memilih jas yang akan dipakai lalu mengemudikan mobilnya.
“Tiga
menit terlalu singkat... Apa Kau suka pakaianku? Aku berusaha tampak rapi.”
Ucap Seung Jung memakai jas warna biru.
Dan hanya menatap dingin seolah tak peduli
“Maksudku,
ini kencan pertama kita.” Kata Seung Jung. Dan menegaskan Ini bukan kencan.
“Cuacanya
cerah.” Ucap Seung Jung. Dan membalas kalau Tak sebagus itu.
“Tapi aku
suka. .. Tempat ini akan seperti apa saat bunga bermekaran?” ucap Seung Jung
terus tersenyum. Dan membalas kalau tak tahu.
“Kurasa
lumayan.” Kata Seung Jung. Dan pun tak peduli Seung Jung pikir harus kembali bersama Dan saat bunga mekar.
“Aku tak
bilang aku mau.” Kata Dan. Seung Jung pikir
akan senang jika Dan mau lalu
mulai menyanyi. “Saat angin musim semi berembus. Menyebarkan
kelopak bunga sakura. Pertama, kau cantik.”
Dan bisa tersenyum mendengar suara Seung Jung yang menyanyai. Ia
akhirnya hanya bisa memeluk baju Seung Jung lalu menangis karena mengingatnya.
Nyonya Go melihat anaknya didepan pintu pun ikut menangis.
Dan
berjalan sendirian di jembatan, mengingat kembali dengan yang dikatakan Seung
Jung saat memujinya.
Flash Back
“Dan kau membuatku ingin menjadi pria yang
lebih baik. Kau sungguh luar biasa, sampai membuatku merasa begitu. Kau wanita
yang hebat.” Ucap Seung Jung.
Dan
akhirnya memberikan ciuman untuk Seung Jung, Seung Jung pun membalas ciuman Dan
karena perasanya yang sudah tak bisa ditahan. Keduanya pun berciuman untuk
pertama dan terakhir kalinya.
Dan
menangis histeris mengingat semua kenangan dengan Seung Jung, walaupun hanya
sebentar tapi hanya dia yang membuatnya menerima pujian, cinta dan perhatian.
Nyonya Go
bertemu dengan Ibu Jung Hyuk dirumah, suasana terlihat tegang lalu berkomenta
kalau Menurutnya mereka harus lebih sering bertemu. Ibu Jung Hyuk mengucapkan Terima
kasih sudah datang jauh-jauh.
“Aku
bingung harus berkata apa.” Kata Ibu Jung Hyuk. Nyonya Go pikir Tak apa-apa.
“Aku
harus datang karena aku ingin mengatakan sesuatu.” Ucap Nyonya Go lalu berdiri
dan membungkuk. Ibu Jung Hyuk bingung kenapa Nyonya Go melakukan itu.
“Aku akan
mengatakan sesuatu yang tak mengenakkanmu. Jadi, aku minta maaf lebih dahulu.”
Ucap Nyonya Go lalu kembali duduk
“Sayangnya
putriku tak berjodoh dengan putramu.” Kata Nyonya Go. Ibu Jung Hyuk pikr itu
karena mendengar tentang cerita keluarga mereka.
“Kita tak
perlu alasan lain lagi. Dan bilang, dia tak mau menikahi Jung Hyuk. Aku merasa
bersalah selama sepuluh tahun terakhir, tapi..” Ucap Nyonya Go
“Aku
sungguh minta maaf atas itu.” Kata Ibu Jung Hyuk. Nyonya Go pikir Ibu Jung Hyuk
tak perlu meminta maaf.
“Akulah
yang harus minta maaf. Jung Hyuk dipindahkan tanpa memberi tahu tunangannya. Orang
tuanya juga tak bilang apa-apa selain pernikahannya ditunda. Aku kesal saat
itu. Aku ingin kau meminta maaf kepadaku.” akui Nyonya Go
“Tapi,
segalanya berbeda sekarang. Aku akan menyudahi pertunangan ini karena putriku
tak lagi menginginkannya. Aku harus minta maaf. Kami memang tidak pengertian.”
Ucap Ibu Jung Hyuk
“ Kala
itu situasinya rumit, tapi kami tak sempat menjelaskannya.” Ucap Nyonya Go
merasa bersalah.
“Akan kujelaskan
mengenai situasi kami... Dan sudah mencintai seseorang. Pria itu mencintai Dan,
bahkan lebih dari nyawanya sendiri. Jadi, aku tak punya pilihan. Hidup kita
hanya sekali. Mereka saling mencintai melebihi nyawa mereka. Aku tak bisa
apa-apa soal itu.” Kata Nyonya Go sambil menangis.
“Kau
benar... Aku setuju.” Ucap Ibu Jung Hyuk. Nyonya Go tak percaya mendengarnya.
“Ya... Bu
Go... Aku sungguh minta maaf Dan terima kasih.” Kata Ibu Jung Hyuk yang juga
mengingat tentang anaknya.
Jung Hyuk
sedang membereskan barang-barangnya,lalu melihat seseorang yang datang. Dan
datang lalu mereka duduk bersama. Jung Hyuk pikir sudah bilang akan mampir di
akhir pekan ini. Dan mengaku sudah tahu Tapi, sengaja mau datang kemari lagi.
“Aku
pernah ke rumah ini saat kau pergi.” akui Dan. Jung Hyuk kaget Dan datang ke
rumahnya. Dan menatap tempat saat Seung Jung memberikan cincin
“Aku tahu
pria sepertiku tak pantas melakukan ini kepada wanita sepertimu, Dan. Tetap
saja, aku mau berikan kepadamu” ucap Seung Jung lalu memberikan cincin padanya.
“Aku
datang dengan Seung Jung” akui Dan. Jung Hyuk pun bisa mengerti.
“Dia
banyak membantuku. Jadi Di mana dia sekarang? Aku tak bisa menghubunginya.”
Kata Jung Hyuk yang tak tahu tentang kabar Seung Jung.
“Dia pergi
jauh. Dia tak akan pernah kembali.” kata Dan. Jung Hyuk bingung, Jung Hyuk yang
tak bisa kemari lagi.
“Entahlah.
Aku tak tahu alasannya. Banyak hal yang terjadi dalam hidup. Dan kita tak bisa
menjelaskan kenapa bisa terjadi. Saat aku pergi ke Swiss untuk menemuimu, aku
pun tak mengerti saat itu.” Kata Dan
“Alasanmu
terus mengambil foto pemandangan saat aku jauh-jauh menemuimu.” Ucap Dan.
Flash Back
Keduanya
jalan bersama, Dan menawarkan kopi tapi
Jung Hyuk sibuk mengambil gambar dengan kameranya. Keduanya pun naik ke kereta,
Seorang wanita datang memberitahu kalau tempat duduknya di duduki Dan. Akhirnya
Dan bergeser dengan saling berhadapan dengan Jung Hyuk.
Jung Hyuk
terlihat gugup begitu juga Dan, Tapi Jung Hyuk mengalihkan dengan mengambil
pemandangan diluar jendela. Saat menaiki bukit, Dan sudah mulai kelelahan tapi
Jung Hyuk tetap sibuk mengambil gambar tanpa bisa melihat Dan yang kelelahan,
seolah tak peduli.
“Tapi,
pada malam aku datang ke rumah ini, akhirnya aku mengerti.” Ucap Dan lalu
memberikan kamera diatas meja. Jung Hyuk kaget kameranya ada pada Dan.
“Aku sedang
mencari lilin malam itu, dan tak sengaja menemukan ini. Aku benci melihat
kamera itu di Swiss. Jadi Aku langsung mengenalinya. Aku bawa agar bisa
membuangnya. Lagi pula, aku tunanganmu selama sepuluh tahun terakhir.”kata Dan.
“Kukira
aku berhak melakukannya. Kamera ini sudah lama, pasti sudah rusak. Jadi Aku memperbaikinya dan Aku akhirnya
menemukannya.” Ucap Dan.
“Menemukan
apa?” tanya Jung Hyuk heran. Dan menjawab
Alasannya tak mau melihat Dan saat ada di Swiss.
“Kurasa, ini
memang sudah takdir.” Ucap Dan lalu keluar dar rumah.
Jung Hyuk
akhirnya melihat foto-foto yang diambil dari kameranya. Saat di swiss, Jung
Hyuk terus mengambil gambar pemandangan. Mereka turun dari kereta dan tak sadar
kalau Se Ri duduk dibelakang Jung Hyuk terlihat kebingungan lalu bergegas
turun.
Saat naik
lift, Jung Hyuk bersama Dan keluar lift sementara Se Ri akan masuk lift. Saat
di jembatan Jung Hyuk tak sengaja mengambil foto Se Ri yang sedang membuat rekaman suara untuk terakhir kalinya.
Se Ri
seperti hidup dengan wajah bahagia membaca pesan dari Jung Hyuk setiap hari “Hari ini musim
Mangzhong. Waktunya kami menanam bibit.” Se Ri bingung apa itu “Mangzhong”
“Memangnya
dia petani di kehidupan sebelumnya?” ucap Se Ri heran dengan Jung Hyuk
“Kau sebaiknya membeli pot bunga.” Se Ri pun menerima pot bunga dari seorang kurir dirumahnya
“Kau akan tahu setelah
memeliharanya Tanaman itu mungkin sensitif dan rewel, tapi jika kau lakukan
sesuai caraku, tanaman itu akan tumbuh dalam dua pekan. Kau harus menyiramnya.
Karena sensitif, jangan terlalu sering diberi air. Berikan dalam jumlah yang
wajar.”
Se Ri
yang sedang sarapan melihat tanaman yang ada disampingnya, lalu mulai menyiram
dan bertanya-tanya seberapa banyak "jumlah yang wajar"
“Ia butuh sinar matahari juga.
Tapi, jangan terlalu lama. Letakkan di bawah sinar matahari sewajarnya.” Se Ri pun menaruh pot ditempat yang terkena sinar matahari.
“Dan
terakhir, ini yang terpenting dalam merawat bunga. Kau pasti tahu. Ucapkan
sepuluh pujian untuknya tiap hari.”
Se Ri
menatap pot tananam sambil mengeluh Ini sungguh merepotkan. Akhirnya ia
menyebut kata-ata yang bahagia “Bu Laris, batas atas harga, opsi saham,
penjualan besar, merek ternama, keuntungan besar, menjual saham di KOSDAQ, terbaik
di bidangnya, edisi terbatas, dan Ri Jung Hyuk.”
Tuan Park
keluar dari cafe memberikan kopi pada Sek Hong lalu bertanya Bagaimana kabar Bu
Yoon. Sek Hong merasa Se Ri agak aneh tapi berbeda kali ini. Tuan Park pun
ingin tahu ada apa lagi dengan Se Ri.
“Dia
agak.. bersemangat.” Ucap Sek Hong. Sementara Se Ri merengkak otot-ototnya
seperti menari berputar-putar.
Ia
mengingat pesan dari Jung Hyuk “Saat bekerja, jangan lupa merenggangkan otot
dan olahraga.”
Saat
rapat, Se Ri mulai membahas setelah perjalanan bisnis pekan depan dan merkea
akan berkolaborasi dengan perusahaan dagang elektronik dari Tiongkok untuk
produk mendatang. Sek Hong mengatakan sudah menggunakan pola desain baru lalu
memberikan sampel pertama
“Kami
akan modifikasi menurut pendapat kalian, jadi, silakan beri pendapat.” Ucap Se
Ri. Semua menganguk mengerti.
Saat itu
suara bunyi ponsel terdengar, semua tegang dan Se Ri menatap dingin.
“Biasanya
dia kesal terhadap suara sekecil apa pun saat rapat. Dia orang yang paling
sensitif. Meskipun begitu...”
Si
pegawai panik langsung meminta maaf dan mematilan ponselnya. Se Ri dengan
senyuman tahu kalau itu lagu karya Chopin dan mengaku juga suka musiknya bahkan
memberitahu kalau "Nocturne" adalah favoritnya. Semua melonggo
melihat sikap Se Ri tak seperti biasanya.
“kau
Angkatlah... Berkat dia, kita bisa istirahat juga.” Ucap Se Ri lalu semua pun
keluar dari ruangan.
Se Ri
dudk membaca pesan dari Jung Hyuk “Aku suka Chopin. Aku paling suka
"Nocturne".”
“Musim sudah berubah, tapi pesannya
masih berdatangan.”
Se Ri
terbangun mendengar pesan Jung Hyuk “Hari ini awal mula Malbok.” Dengan wajah
bahagia merasa karena Jung Hyuk bisa jadi ahli kalender candra.
“Hargailah
bunga-bunga yang mekar di tiap musim. Makanlah hidangan yang harus dimakan di
tiap musimnya” tulis Jung Hyuk
Se Ri makan
ayam bersama dengan karyawan lalu memberitahu karena masa Malbok merka bis makan puas dan pulang
lebih awal. Semua pun berteriak bahagia.
“Semoga
kau bisa melihat kebahagiaan kecil yang bisa kau temukan di keseharianmu.”
Tulis Jung Hyuk
“Kami tak
pernah menyambut musim semiatau berkeringat saat musim panas bersama. Tapi,
berkat pesan darinya yang berdatangan layaknya hadiah tiap beberapa hari, terasa
seperti kami menghabiskan tiap musim bersama.”
“Aku
takut dia ikut sedih jika aku bersedih Aku berusaha untuk tertawa, bersyukur,
dan berbahagia.”
“Sayangnya,
ini akan jadi pesan terakhirku. Tampaknya pesan terjadwal terbatas selama
setahun. Aku harus pergi sekarang. Aku penasaran apakah bunganya sudah mekar.”
Se Ri tak
percaya Jung Hyuk akan pergi lalu menjawab kalau bunganya sudah mekar.
“Itu bunga edelweiss. Mari kita
bertemu di negara tempat bunga ini mekar. Aku tak bisa bilang kapan. Tapi jika
kita melakukan yang terbaik, mungkin takdir akan membantu kita.” Se Ri hanya bisa menangis menatap bunga yang bermekaran.
“Apa ini?
Dia sangat rancu.” Ucap Se Ri heran.
Di korea
utara
Seorang
pejual tahu datang, anak-anak pun berbaris untuk pergi ke sekolah bersama.
Nyonya Ma dkk keluar rumah untuk membeli tahu yang masih hangat.Nyonya Ma lalu
bertanya ada Nyonya Na memastikan akalu apakah hari ini dengan wajah bahagia.
Nyonya Na membenarkan.
“Sulit
kupercaya sudah dua bulan. Aku merasa begini tiap saat, tapi sudah lama.” Ucap
Nyonya Ma bahagi. Nyonya Na pun juga merasa seperti itu.
“Tiap
kali aku merasakan ketiadaan Jung Hyuk di desa ini, aku menjadi punya keinginan
mengirim suamiku, yang sedang menganggur di rumah, ke pos garis perbatasan.”
Kata Nyonya Ma
“Pikiran
kita sama.” Ungkap Nyonya Na. Nyonya Ma pikir mereka akan merebus telurnya.
Semua pun setuju. Nyonya Yang pikir akan mencuci piringnya. Nyonya Yang akan
mengisi tempayannya.
“Bagus.
Mari kita lakukan ini dan bertemu saat siang.” Ucap Nyonya Ma. Semua pun
bersemangat pulang ke rumah.
Nyonya
Hyun sibu memasak di rumah Jung Hyuk, saat itu Nyonya Yang datang dengan gaun
yang tipis lalu bertanya apakah tak kedinginan. Nyonya Yang mengelak dan Nyonya
yang itu tak tahu kalau Tubuhnya memang panas jaditak merasa kedinginan.
“Hei,
Kawan-kawan.”sapa Nyonya Na masuk rumah. Nyonya Yan melonggo melihat dandanya
Nyonya Ma.
“Apakah
bibirmu terbakar?” ucap Nyonya Yang. Nyonya Na mengaku beli dengan harga mahal di pasar dan barang
dari Selatan.
“Nama
produk ini "Bibir yang Memanggil Musim Semi." Kata Nyonya Na bangga
“Ini
pendapatku. Ikan bilis akan berpikir itu chojang, dan menyerangmu.” Kata Nyonya
Na mengejek. Nyonya Ma ingin marah tapi saat itu Nyonya Ma pun datang.
“Apa
katamu tadi? Kenapa kalian tak bekerja, dan malah berkumpul di sini?” kata
Nyonya Ma datang dengan gaun dan mencoba
menahan dingin.
“Astaga,
berputarlah... Kau terlihat cantik.” Komentar Nyonya Na melihat Nyonya Ma
dengan gaun panjang yang elegan.
“Aku
hanya senang karena musim semi telah tiba. Tubuhku pun panas secara alami.”
Akui Nyonya Ma. Semua pun menganguk mengerti.
“Angin
musim semi. Mari kita masuk.” Kata Nyonya Ma. Mereka mulai mengejek kalau
Nyonya Ma pikir sudah panas.
Akhirnya
semua pun berkumpul dimeja makan, Nyonya Ma pikir Menyenangkan bisa berkumpul
di rumah Jung Hyuk. Nyonya Na pikir sebagai kepala desa maka seharusnya
melakukan lebih awal dan janji akan melakukan ini lebih sering.
“Terima
kasih... Aku pun akan senang jika kalian sama ramahnya kepada kapten baru.”
Kata Jung Hyuk.
“Tentu
saja, jangan khawatir... Apa? Kau bilang apa?” kata Nyonya Ma yang tadinya
tersenyum kaget.
“Aku telah
diberhentikan oleh atasanku dan terpilih sebagai pianis Orkestra Simfoni Nasional.”
Kata Jung Hyuk. Nyonya Ma tiba-tiba merasakan tekanan darahnya naik.
“Apa
Tiba-tiba saja? Ini terlalu mendadak. Kami akan sangat merindukanmu.”ucap
Nyonya Na kaget.
“Kapten
baru akan tinggal di sini, jadi, tolong bantu dia.” Kata Jung Hyuk.Nyonya Ma
pun ingin tahu kapten barunya.
“Kalau
begitu, siapa kapten barunya?” ucap Nyonya Ma berpikir kalau Tentara Park.
Ju Meok
memberitahu bukan dia, lalu menunjuk pria yang duduk di ujung meja. Mereka
kaget melihat Tentara Pyo dengan bangga sebagai kapten baru.
“Namaku
Pyo Chi Su. Kudengar warga desa ini begitu baik hati sampai tempayannya selalu
terisi dengan daging. Aku tak sabar ingin tinggal di sini.” Ucap Tentara Pyo
bahagia.
“Sebenarnya
itu kabar angin. Dan desa kami tak sebaik itu. Sejujurnya, kami cukup pelit.”
Akui Nyonya Na. Nyonya Yang pun membenarkan
“Kami
bukan orang yang sangat akrab dengan yang lain.” Ungkap Nyonya Ma. Semua pun
menyetujuinya.
“Jika kau
pergi seperti ini, kapan kita bisa bertemu lagi?” tanya Nyonya Ma sedih
“Kita
pasti bertemu lagi. Jika aku bisa tampil sekali lagi, akan kuundang kalian ke
Pyongyang. Jadi Mari kita makan.” Ucap Jung Hyuk. Semua pun mulai makan dengan
acara perpisahan untuk Jung Hyuk.
Jung Hyuk
melihat semua orang yang ada disekelilingnya selama ini, semua terlihat bahagia
walaupun hanya makan dengan sederhana. Jung Hyuk pun akhirnya pergi
meninggalkan Desa.
Se Joon
masuk rumah menyapa ibu dan istri sedang minum teh bersama. Se Ri pun menyapa
kakaknya. Se Joon mengeluh kelelahan
karean main golf seharian. Nyonya Do menegaskan tak hanya main golf tapi itu
bagian dari bisnisnya dan memuji sang suami.
“Itu pilihan
terbaik yang pernah Kakak ambil.” Ucap Se Ri. Se Joon bingung kalau maksudnya
Bermain golf
“Bukan.
Sepakat menyerahkan bisnis ke tangan manajer profesional.Lihat betapa suksesnya
perusahaan sekarang.” Kata Se Ri
“Apa Kau
menyindirku?” keluh Se Joon. Se Ri mengaku bukan seperti itu. “Ibu, tolong
nasihati dia, walau perusahaan kita sudah diurus, aku masih sibuk. Aku masih
harus memeriksa semuanya. Memberi perintah, dan mengonfirmasi. Tanpaku,
perusahaan ini akan runtuh.” Ucap Se Joon.
Se Ri mengejek seperti tak percaya.
“Ya, asal
kau tahu saja.” Ucap Se Joon kesal. Se Ri piki bisa memberikan saran
“Itu
bisnis yang paling ideal jika ingin merombak perusahaan kita.” Ucap Se Ri. Se
Joon pikir adiknya bisa mengatakan dan akan mendengarnya lebih dulu.
“Lupakan.
Kakak juga tak punya wewenang.” Kata Se Ri. Se Joon kesal dengan sikap adiknya
seperti merendahkanya
“Ibu,
katakan sesuatu... Sepertinya Ibu enggan. Lihat jumlah saham kami. Kami punya
banyak. Terlebih, aku adalah anak sulung. Kenapa tak punya wewenang? Coba
katakan.” Ucap Se Joon.
“Ini soal
membangun yayasan beasiswa. Yayasan yang mendukung anak-anak dari keluarga
miskin, baik di Korea atau luar negeri, dan mengajarkan musik klasik jika
mereka berbakat. Banyak perusahaan melakukan itu. “ ucap Se Ri
“Kurasa
kita bisa kirim mereka ke sekolah musik terkenal di Swiss, tempat para musikus
genius berkumpul... Ahh.. Lupakan.. Tak semua orang bisa melakukan ini.” Kata
Se Ri
“Apa
maksudmu? Kami bisa.” Kata Se Joon. Nyonya Do pun memberikan semangat kalalu Se
Joon bisa melakuanya.
“Kau bisa
mendidik para musikus genius. Itu hebat sekali, 'kan?” kata Nyonya Do. Se Joon
seperti masih belum yakin tapi sang istri menyakinkan.
“Apa kakak
yakin bisa?” ucap Se Ri. Se Joon kesal adiknya merendahkanya.
“Kau
pikir aku tak bisa? Itu mudah. Aku akan memperkenalkanmu dengan salah satu
staf, bersiaplah.” Ucap Se Joon.
Se Ri
mengerti lau mengajak ibunya untuk pergi ke mall bersama. Nyonya Han pun
menyetujuinya. Se Ri pun pamit dan memina sang kakak untuk terus mengabarinya.
“Kau akan
menyokong musikus genius dari seluruh dunia. Sayang, kau luar biasa. Kau
sungguh hebat.” Puji Nyonya Do
“Dan pria
hebat ini suamimu.” Kata Se Joon bangga. Nyonya Do pun bahagia lalu mereka
saling berpelukan.
Bersambung
ke part 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar