PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[TAHUN 2006, GANG-HWA DAN YU-RI,
USIA 24]
Di sebuah
gedung, Jo Kang Hwa berteriak mengejar seorang menegaskan kalau takkan pergi
sambil mengumpat kesal. Kye Geun Sang sudah dengan kostumnya sengaja mengambil
tas Kang Hwa, Kang Hwa mengeluh temanya menonton bola padahal Besok ujian
dimulai.
“Kau
sudah gila... Kau terlihat seperti lalat sekarang.” Ejek Kang Hwa melihat kaca
mata temanya yang sangat lebar.
“Hei! Hyun-jung
akan membawa kenalannya, dia benar-benar cantik! Kang-hwa, kita mati-matian
masuk universitas.Aap Kau akan belajar saja? Tidak berpacaran?” ucap Geun Sang
kesal
“Tidak
butuh.. Aku masuk kuliah bukan untuk pacaran. Anak kedokteran tak boleh malas. Coba
pikirkan orang tuamu.” Ucap Kang Hwa mengambil tasnya.
“Hei! Aku
sudah bilang jangan mengungkit orang tuaku!” ucap Geun Sang marah dan berlari
membawa tas Kang Hwa. Kang Hwa mengejarnya sambil mengumpat.
Di sebuah
cafe, sudah banyak orang dengan atribut menonton. Cha Yu Ri kaget temanya akan
membawa Mahasiswa kedokteran lalu mengeluh Hyun Jung tak bilang dan memilih
untuk pergi. Hyun Jung menahaanya dan menegaskan hanya menonton bola bersama,
bukan berpacaran.
“Aku
tidak nyaman menonton bersama laki-laki.” Kata Yu Ri. Hyun Jung mengerti dan
menyuruh duduk saja.
Saat itu
Geun Sang pun menarik temanya masuk cafe yang sudah ramai. Kang Hwa menegaskan
kalau akan duduk 30 menit saja. Geun Sang mengeluh kalau tak menyuruhnya
pacaran tapi Hanya menonton bola bersama!
“Terserah,
cepatlah” ucap Kang Hwa. Geun Sang mengeluh pada Kang Hwa yang membuat mereka
terlambat.
“Hanya
sepak bola saja yang kau pikirkan! Astaga!” keluh Kang Hwa dan saat itu Geun
Sang melihat Hyun Jung.
Keduanya
pun saling berpelukan karena berkencan. Di layar akan terjadi gol dan Kim
Dong-jin. Geun Sang memberitahu kalau membawa teman. Saat itu Kang Hwa sedikit
menjauh karena tak begitu tertarik. Yu Ri berdiri dengan bando terlihat sangat
cantik.
“Kita
saling mengenal dan jatuh cinta dalam tiga detik. Saat keadaan tak dapat diprediksi, cinta
datang menghampiri kita.” Gumam Kang Hwa yang terus bertatapan dengan Yu Ri
penuh cinta.
-HARI PERTAMA PACARAN-
Kang Hwa
keluar dari gedung dengan berteriak bahagia memanggil Yu Ri. Keduanya bertemu
dan langsung memberikan ciuman, Yu Ri bertanya apakah kelas Kang Hwa sudah
selesai. Kang Hwa menganguk dan keduanya mulai berkencan.
Mereka
makan bersama lalu waktu pun berlalu mereka memikirkan perayaan 100 hari jadi
mereka.
[BAGAIMANA MERAYAKAN PACARAN YANG KE-100
HARI?]
Mereka
pergi ke taman bermain, Kang Hwa seperti merasa ketakutan tapi Yu Ri
menyadarkan agar bisa bertahan. Tapi setelah naik ke permainan extrem, Kang Hwa
langsung muntah.
“GANG-HWA! AKU MEMBERI TAHU ORANG TUAKU. BAHWA
AKU AKAN MENGINAP DI RUMAH HYUN-JUNG!”
Keduanya
setelah makan bersama pergi ke tempat penginapan, Kang Hwa terlihat gugup. Yu
Ri ingin masuk lebih dulu tapi terlihat malu. Akhirnya Yu Ri pun menarik Kang
Hwa masuk ke dalam motel.
[HARI JADI DUA TAHUN PACARAN DIAKHIRI DENGAN
KONFLIK]
Kang Hwa
datang ke rumah Yu Ri membawa buket bunga sambil berlutut meminta maaf. Yu Ri
mengeluh ingin tahu Kenapa minta maaf. Kang Hwa kebingungan. Yu Ri kesal
langsung memukulnya dengan buket bunga.
[TIDAK TERASA SUDAH TIGA TAHUN PACARAN]
Mereka
bermain ke pantai bersama, keduanya seperti sangat bahagia dengan hubungan mereka
selama 3 tahun. Kucing yang melihat
mereka seperti kesepian karena keduanya memang pasangan yang sangat mesra.
“Waktu bertahun-tahun yang kita
lewati terasa seperti sekejap. Setelah bersama selama itu, kami yakin takdir
tak akan berubah.”
[TAHUN 2010 KANG-HWA DAN YU-RI, USIA 28]
Cafe
sudah banyak pengunjung untuk menonton Piala Dunia 2010 yang diadakan di Afrika
Selatan. Kang Hwa berlari masuk cafe dengan nafas terengah-engah meminta maaf
padhal sudah mau berangkat, tapi pasiennya...
“Astaga,
kenapa IGD seperti itu? Kenapa selalu begitu saat shiftku akan berakhir? Aneh
sekali, ya? Biar kutuangkan...” ucap Kang Hwa tapi Yu Ri yang kesal menuangkan
soju sendiri.
“Baiklah,
aku bisa menuangnya sendiri. Sudah. Mari bersulang...” kata Kang Hwa tapi Yu Ri
sudah minum lebih dulu. Akhirnya Kang
Woo pun akan meminum sendiri.
“Aku tak
tahan lagi.” Kata Yu Ri kesal melihat baju lengan tangan Kang Hwa yang kotor.
“Tidak,
Yu-ri. Aku bersalah. Ini salahku... Yu-ri, ayolah. Aku...” ucap Kang Woo panik
tak ingin putus.
“Kita.. menikah
saja.” Teriak Yu Ri tapi suara tak terdengar karena Park Ji Sung membuat gol
dan terdengar keriuhan di dalam cafe.
“Apa? Apa
katamu?” tanya Kang Hwa bingung. Yu Ri berteriak “Aku mau hidup denganmu!”
“Nikahi
aku, Jo Kang-hwa!” teriak Yu Ri. Semua berteriak mengelu-elukan nama Park Ji-sung. Sementara Kang Hwa dan Yu
Ri saling tersenyum bahagia.
PIALA
DUNIA AFRIKA SELATAN KOREA SELATAN MELAWAN YUNANI, sebagai saksi kalau mereka
akhirnya memutuskan menikah.
Mereka
pun foto dengan gaun pengantin ditaruh didepan pintu. Kang Hwa dengan setelan
jas pengantin menyanyi dengan lirik “Aku juga sangat mencintai dia, Melebihi
cinta dia kepadaku, Selamanya. Aku akan membuatmu bahagia.
“Jika
kita berdua, Hidup bersama” ucap Kang Hwa menyanyi dengan merdu lalu memberikan
pada Yu Ri supaya ikut bernyanyi. Yu Ri menolak tapi akhirnya ikut juga
menyanyi.
“Aku
mencintai dia, Melebihi cinta dia kepadaku, Selamanya. Aku akan membuatmu
bahagia. Jika kita berdua Hidup bersama Aku mencintai dia Melebihi cinta dia
kepadaku” ucap Yu Ri menyanyi dengan senyuman bahagia.
Keduanya
pun berjalan di altar menyapa semua tamu dengan wajah bahagia. Yu Ri terlihat
sangat senang berjalan dismping Kang Hwa.
“Kami percaya kebersamaan kami selama
13 tahun bagaikan gelas yang tak mudah pecah.”
[SAAT
INI, TAHUN 2019 GANG-HWA DAN YU-RI, USIA 37]
Foto
seorang anak perempuan terlihat di dinding, Seorang anak duduk sedang bermain
lalu melihat air tumpah dengan colokan yang ada didekatnya.
“Seo-woo,
ayo makan... Ibu sudah selesai membuat sarapan.” Ucap seorang wanita. Tapi Jo
Seo Woo berjalan menuju colokan, suara Yu Ri terdengar meminta agar anaknya tak
mendekat karena bisa tersetrum.
“Seo-woo,
jangan sentuh itu! Ibu akan marah! Bahaya! Seo-woo, jangan! Jo Seo-woo!” teriak
Yu Ri panik akan menyelamatkan anaknya tapi seseorang datang menyelamatkanya.
“Dilarang
menyentuh ini. Berbahaya... Ibu marah!
Ayo Kemari.” Kata Oh Min Jung mengambil colokan. Yu Ri pun hanya bisa
jatuh lemas karena tak bisa menyentuh anaknya.
“Namun,
hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan, dan tak ada yang bisa
memprediksi perpisahaan kita.” Gumam Yu Ri dengan foto di ruang tengah bukan
dirinya tapi Min Jung dengan anak dan suaminya.
[EPISODE 1 - HIDUP PENUH KEJUTAN YANG TAK
DISANGKA]
Min Jung
dan Seo Woo akhirnya keluar rumah, sementara Yu Ri berjalan mengikuti dari
belakang mengeluh Kenapa ada air di sana, karena Bahaya dan Jika terlambat
sedetik saja...
“Anak-anak
selalu bermasalah saat lepas dari pengawasan... Hei! Apa Kau mendengarkanku?”teriak
Yu Ri saat itu Min Jung berhenti tepat didepan Yu Ri. Min Jung mengibaskan
sesuatu didepanya lalu berjalan pergi.
“Dia tak
bisa melihatku, 'kan? Tapi Kenapa sikapnya sebaliknya?” kata Yu Ri heran.
Saat itu
seseorang disampingnya berjalan seperti bisa menatapnya, seperti sesama hantu
yang bisa melihatnya. Yu Ri pun berlari mengejar Seo Woo yang terlihat bahagia hari ini lalu memujinya anak
yang baik.
“Aku
adalah arwah... Arwah yang tak terlihat oleh manusiaAda sesuatu yang tak diketahui
manusia saat mereka masih hidup.”
“Salah satunya, bukan hanya manusia
yang hidup di dunia ini. Walau tak terlihat, sebenarnya dunia ini tempat bagi
banyak kehidupan. Termasuk para arwah.”
Seseorang
berjalan dengan cepat lalu membuang botol sembarangan dan saat itu beberapa
semut mulai mendekat karena mencium bau manis. Kang Hwa datang langsung
mengambil botol yang tergeletak ditanah lalu melihat Geun Sang.
“Geun-sang..
Bukankah kau sembelit? Minum ini” teriak Kang Hwa melempar botol. Geun Sang pun
mengucapkan terima kasih.
“Kenapa
tega dengan temanmu? Dasar berandal.” Keluh Geun Sang kesal lalu membuang botol
ke tempat sampa.
Semua
ibu-ibu berkumpul di tempat penjemputan para anak-anak TK. Yu Ri pun berjongkok
didepan anaknya, masih merasa khawatir karena hampir saja celaka hari ini. Ia
pun memuji Seo Woo yang cantik sekali. Seo Wo seperti tak bisa melihat ibunya.
“Ayo, cium
ibu.” Ucap Yu Ri tapi Seo Woo tak mendekat. Saat itu tatapan Seo Woo hanya ke
arah matahari. Yu Ri pun menutupi dengan tanganya tapi tak bisa menutupi
silaunya matahari.
Akhirnya
jemputan pun datang, Seo Woo dkk masuk ke dalam mobil. Saat itu Hyun Jung
sempat melihat Seo Woo dengan Min Jung tapi tak mengubrisnya. Tiga orang ibu
pun akan berangkat sekarang lalu memanggil Min Jung.
“Apakah
kau sibuk? Ikutlah minum kopi hari ini.” Ucap ibu pertama. Ibu kedua pun
meminta agar jangan tolak dan
bergabunglah serta bisa mengobrol bersama.
“Aku tak
suka pergi dengan banyak orang.” Kata Min Jung lalu berjalan pergi.
“Tak tahu
sopan santun... Dasar Oh Man Jung” ucap si ibu pertama kesal. M Keduanya
bingung kalau namanya bukan itu. Yu Ri pun mengikuti tiga ibu-ibu itu.
“Itu
julukan... Karena anaknya tidak menyukai dia, makanya disebut Oh Man-Jung. Anaknya
baru berusia lima tahun, tapi sudah les seni, Inggris, balet. Seharian sibuk
dengan banyak les.” Kata Si ibu pertama
“Apa Itu
sebabnya Oh Man Jung?” ungkap Si ibu pertama. Ibu Ketiga membenarkan.
“Dia
begitu karena bukan anak kandungnya. Ayahnya Seo-woo menikah lagi karena istri
pertamanya wafat. Dia kesulitan merawat anak, makanya diberikan banyak les.”
Kata Ibu pertama
“Jadi,
ibu kandungnya sudah wafat... Pantas saja, anak itu...” kata Si ibu kedua.
“Sangat
murung? Apa Kalian juga merasa? Jika diperhatikan, anak itu sangat murung dan
aneh.” Kata si ibu kedua ikut membahasnya.
Hyun Jung
langsung menyapa ibu-ibu dengan wajah sinis. Ketiga ibu-ibu kaget melihat Hyun
Jung yang menghadang mereka. Hyun Jung memperingatkan kalau wajar merasa
penasaran dengan anak orang lain tapi ia meminta tolong agar menjaga
omongannya. Ketiganya ingin membela diri.
“Kita
juga akan mati pada waktunya... Kudengar kau akan pergi ke Bali. Bukankah
gunung berapi belum meletus di Bali?”ucap Hyun Jung marah.
Ketiga
ibu pun heran dengan sikap Hyun Jung yang tiba-tiba marah
Di sebuah
restoran MISAENG, Yu Ri duduk didepan
Hyun Jung bercerita kalau anaknya bukan pemurung. Ia mengeluh kalau para wanita
itu hanya melihat apa yang ingin mereka percaya. Ia pikir mana ada anak kecil
yang murung.
“Mereka
harus mati agar sadar. Jika mereka punya banyak waktu, lihat saja wajah anakku
lagi. Apa Mereka pikir bisa hidup selamanya? Jangan-jangan mereka menggosipkan
toko kita juga?” ucap Yu Ri.
“Jika
mereka mau, silakan! Aku tidak peduli.” Teriak
Hyun Jung. Yu Ri kaget berpikir temanya bisa mendengar ucapanya.
“Mereka
pikir aku takut kelaparan? Hina saja sesuka kalian. Dasar Sialan! Aku ingin
menghancurkan mereka! Aku akan mengupas semuanya dengan tanganku! Kuhancurkan
berkeping-keping!” ucap Hyun Jung kesal mengumpas bawang dengan tanganya.
Di dalam
restoran banyak foto yang ditempel, foto mereka berempat seperti double date.
Lalu foto Kang Hwa dan juga Yu Ri bertuliskan “JO KANG-HWA BODOH!”
Papan
nama diatas meja “ DOKTER BEDAH TORAKS, JO KANG-HWA” Kan Hwa duduk setelah
memeriksa pasien memberitahu Hasil EKG sudah keluar dan pasienya itu mengidap aritmia jantung. Ia memberitahu
kalau Operasinya sangat sederhana jadi tidak perlu khawatir.
“Apakah
kau yang akan membedahku?” tanya si pasien. Kang Hwa menjawab bukan dirinya.
“Kau akan
ditangani dokter yang lebih hebat dariku. Jangan khawatir.” Kata Kang Hwa.
Pasien pun menganguk mengerti lalu keluar ruangan.
“Pasien
yang baru saja keluar akan ditangani oleh Dokter Jang.”ucap Kang Hwa menelp perawat.
Di luar
ruangan terjadi keributan, seorang pasien mengaku sakit dan minta diobati. Para
perawat meminta pasien agar datang Kembali setelah sadar karena pasien sedang
mabuk. Pasien tetap bersikukuh kalau sedang sakit. Kang Hwa pun diam-diam keluar dari ruangan
menghindarinya.
“Hei..
Kau Pergi ke sana.”panggil Kang Hwa pada seorang petugas. Si pria mengaku harus
ke ruang komputer.
“Kau
Lewat sana saja. Berandal.. Cepat.”kata Kang Hwa. Si petugas akhirnya berjalan
pergi dan langsung membantu perawat untuk menyingkirkan si perawat. Kang Hwa pun bisa tersenyum.
“Dokter Jo,
Dokter Jang mencarimu.” Ucap seorang perawat
memanggil Kang Hwa dilorong
“Bagaimana
cara bicaranya? Apakah dia bilang, "Di mana Dokter Cho?" Atau berteriak,
"Di mana Cho Gang-hwa?" Apakah cara bicaranya sambil memaki?” tanya
Kang Hwa.
“Sepertinya
yang kedua.” Ucap Perawat. Kang Hwa mengerti lalu mengucapkan terima kasih.
Di
ruangan terlihat papan nama ”NEUROPSIKIATRI, GYE GEUN-SANG” Seorang pasien
datang berkonsultasi. Geun Sang memberitahu hasilnya adalah Gangguan bipolar normal, dengan tingkat
depresi rendah lalu bertanya Di mana membeli jam tangan itu. Si pria bingung.
“Kau tak
mengidap OCD atau bulimia.. Tapi Bolehkah aku memegangnya?”kata Geun Sang. Si
pria heran dokternya yang terkesima dengan jam tanganya.
Si pasien
pun keluar dengan gagah dan kacamata hitamnya, semua pasien yang menunggu
sampai melonggo melihatnya. Geun Sang
pun berkata “Silakan datang lagi.” Dengan senyuman bahagia. Kang Hwa yang mendengarnya
mengeluh Geun Sang meminta datang lagi.
“Jangan
konyol. Itu tak pantas kau katakan di rumah sakit.” Keluh Kang Hwa memarahinya.
“Apa Kau
lihat?” tanya Geun Sang. Kang Hwa bingung ada apa dengan pria itu. Geun Sang
pikir kalau Kang Hwa yang tidak pernah lihat atlet
“Dia
lebih mirip pesohor, bukan atlet bisbol.” Ucap Kang Hwa. Geun Sang mengeluh
dengan temanya.
“Bukan!
Jam tangannya! Apa Kau lihat jam tangannya? Jam tangan edisi terbatas.Aku menunggu
setahun untuk membelinya, tapi gagal! Kenapa dia bisa mendapatkan jam itu? Apa Mungkin
karena dia pesohor?”ucap Geun Sang kesal
“Kau juga
pesohor di rumah sakit ini... Kau terkenal... Ayo. Masuk.” Ejek Kang Hwa. Geun
Sang mengeluh dengan sikap Kang Hwa.
“Ya,
memang benar. Coba Lihat gayanya dengan busana itu? Menjadi pesohor bukan
sekadar wajah yang rupawan. Wajah dan proporsi tubuh juga penting. Aku terkenal
karena itu.” Kata Geun Sang bangga.
“Maksudku,
bukan seperti itu... Kau terkenal karena kegilaanmu.” Ucap Kang Hwa sibuk
dengan berdiri didepan komputer. Geun
Sang tak percaya dianggao "Gila"
“Ya,
gila... Cukup. Bantu aku membuat surat rujukan... Dokter Jang mencariku.” Kata
Kang Hwa.
“Astaga.
Dasar gila... Mau sampai kapan kau begini? Jujur sajadan lakukan pengobatan
untuk itu.” Kata Geun Sang saat itu pintu ruangan terbuka.
Geun Sang
menyapa Dokter Jang yang terlihat marah bertanya Apa kabar. Dokter Jang
menjawab kabarnya buruk. Dokter Jang
melihat Kang Hwa memberitahu alau sudah tiga hari mencarinya tapi Kenapa tidak
menemuinya.
“Bukan
begitu... Aku harus mengurus banyak pasien, jadi... Sebagai dokter, aku tak
bisa abaikan pasien. Pasien yang utama...” ucap Kang Hwa memberikan alasan.
“Omong
kosong! Jika mengutamakan pasien, kenapa hanya menerima pasien rawat jalan? Dokter
lainnya bekerja siang dan malam di kamar operasi! Apakah kau tak merasa
kasihan?” ucap Dokter Jang marah
“Kau tak
akan lolos. Bulan depan, kau harus mulai operasi. Jika tidak mau melakukan
operasi, kenapa masuk ke rumah sakit ini? Buka praktik sendiri!” tegas Dokter
Jang marah
“Aku tak
mungkin buka praktik sendiri. Ini Pasti gagal. Tak masuk akal. Kenapa
menyarankan itu?” ucap Kang Hwa. Dokter Jang tak percaya dengan perkataan Kang
Hwa
“Lagi
pula, bukan karena tak mau. Aku selalu memberi surat rujukan. Tolong mengerti.
Bagaimana jika tanganku gemetar saat operasi? Itu bahaya. Bisa terjadi masalah.
Kita semua bisa dipecat.” Ucap Kang Hwa membela diri
“Benar,
Dokter Jang. Kami tadi sedang membahasnya.” Ucap Geun Sang. Dokter Jang
menyuruh semua diam dan memberikan lembaran kertas padanya.
“Bawa
kemari... Berikan hasilnya.” Ucap Dokter Jang. Akhirnya Geun Sang mengeprint
hasilnya dari kompter.
"Kesulitan
berkonsentrasi karena hidup tidak teratur dan insomnia. Gejala tremor tangan
dan gangguan bipolar. Tampak lesu dan tertekan di pagi hari, tapi suasana
hatinya membaik setelah pukul 18.00." ucap Dokter Jang membaca hasil
laporan.
“Aku juga
lesu dan depresi ketika berangkat kerja, dan senang saat pulang kerja.” Ucap
Dokter Jang kesal. Geun Sang mengaku begitu juga.
"Saat
minum merasakan kebahagiaan ekstrem, keesokan harinya merasakan sakit
kepala." Sakit kenapa?” tanya Dokter Jang. Geun Sang menjawab Pengar.
“Apa Kau
sebut ini hasil pemeriksaan? Ini hasil pemeriksaan teman! Dasar...” teriak
Dokter Jang marah. Kang Hwa pun mengumpat marah
“Aku tak salah. Jangan menghinaku. Ini
salahmu.” Balas Geun Hwa. Kang Hwa mengeluh otak temanya pun tumpul.
Kang Hwa
akhirnya pulang menyapa perawat dan melihat lorong “KAMAR OPERASI, UNIT RAWAT
INTENSIF” seperti ia masih trauma dan enggan masuk ke ruangan itu.
Di dalam
mobil, Kang Hwa menyanyai dengan lirik “Aku bahagia.. Aku sangat bahagia, Hari
yang kunantikan telah tiba, Sungguh hari yang menyenangkan, Luruskan pundakmu
ke belakang, Dan busungkan dadamu, Kenakan busana santai, Temui teman baikmu”
Hyun Jung
menyebrang jalan melihat Kang Hwa menyanyi dalam mobil, lalu berkomentar dari
depan kalau Kang Hwa sudah gila. Kang Hwa tak peduli langsung mengemudikan
mobilnya.
Di rumah
Seo Woo sedang menonton TV sendiri, Kang Hwa pulang ke rumah Yu Ri pun ikut
menyambutnya. Min Jung memanggil Seo-woo kalau ayahnya sudah pulang lalu
berkomentar kalau Kang Hwa itu pulang lebih awaha.
“Seo-woo,
Apa senang hari ini?” tanya Kang Hwa. Yu Ri menjawab Tidak sama sekali.
“Dia sibuk
sekolah, les seni, les balet. Dia Tak bisa bersenang-senang.” Ucap Yu Ri
“Apa Tidak
ada masalah?” tanya Kang Hwa. Min Jung menjawab tak ada. Yu Ri tak percaya
kalau Min Jung menjawab "Tidak ada"
“Seo-woo
hampir saja terluka! Seo-woo hampir tersengat listrik dan menyusulku!” ucap Yu
Ri kesal
Keduanya
seperti tak mengubrisnya. Yu Ri pun menghampiri anaknya mengajak Seo-woo untuk
menari juga.
Min Jung
menaruk makanan diatas meja, Kang Hwa pun mulai makan malam dengan sang anak.
Seo Woo makan dengan lahap di kursi makanya, Yu Ri menatap keduanya seperti
terlihat bahagia walaupun berbeda dimensi.
Flash Back
Kang Hwa
makan sambil membaca buku, dengan menu yang sangat sederhana. Yu Ri terus
menatap Kang Hwa seperti sangat terkesima dengan sang suami. Kang Hwa tersadar
meihat Yu Ri yang terus menatapnya.
“Apa
suamimu sangat tampan hingga kau tak bisa berpaling? Apa Terlalu sempurna
seperti patung?” ucap Kang Hwa mengejek.
“Jangan
konyol. Aku memandangmu karena takkan melihatmu lagi.” Kata Yu Ri
“Kau mau ke
mana meninggalkanku?” tanya Kang Hwa. Yu Ri menegaskan Jika anak mereka lahir,
maka takkan sempat melihat Kang Hwa.
“Aku
sibuk memandang dia, Kau juga harus memandangnya, Pasti sulit melihatku nanti.”
Ucap Yu Ri.
“Mari
pandangi wajahmu.” Kata Kang Hwa langsung memegang wajah Yu Ri.
“Berhenti!
Jangan begitu.” Jerit Yu Ri dengan wajah yang dipegang oleh Kang Hwa. Suasana
mereka terlihat bahagia saat Yu Ri sedang hamil.
Tapi Kang
Hwa terlihat berbeda, melihat sang anak llalu berkomentar kalau tak suka jika menumpahkan
makanan. Seo Woo hanya diam saja. Yu Ri
hanya diam saja. Min Jung membela Seo Woo agar suaminya tak bersikap seperti itu karena
Seo Woo masih kecil.
“Jika
tumpah, pungut dan makan. Seo-woo, kau sudah lima tahun Harus bisa makan
sendiri.” Ucap Kang Hwa memarahinya.
“Astaga.
Dia baru lima tahun! Bagaimana bisa makan sendiri? Kang-hwa masih menggunakan
popok saat usia lima tahun. Omong kosong.. Aku akan memberi tahu Seo-woo saat
dia sudah besar.” Ucap Yu Ri kesal berjalan keluar rumah.
Yu Ri
tiba-tiba terdiam melihat ibu dan anak yang sudah remaja memabhas makan siang
disekolah. Sang anak menjawab Babi goreng tepung. Ibunya pun akan membuatkan
sup daging untuk makan malam. Sang anak pun terlihat bahagia.
Yu Ri
hanya menatapnya seperti iri karena tak mungkin bisa seperti itu. Ia lalu
bergegas melihat sebuah bus lalu menaiki dan duduk dibangku bus tepat disamping
pintu keluar.
GEDUNG
JASA PEMAKAMAN DAHEUIN
Beberapa orang
membawa foto dan juga tempat abu bertuliskan MENDIANG KANG SANG-BONG. Petugas
menyalakan TV dan berita pun disiarankan.
“Pemakaman
mendiang atlet bisbol, Kang Bin, yang ditemukan wafat di rumahnya beberapa hari
lalu, dimulai hari ini. Dari hasil penyelidikan polisi, mendiang mengakhiri
hidupnya karena rumor kecurangan skor dan skandal homoseksual. Tim yang
merekrut Kang Bin...”
Di bagian
tempat abu ada Jung Gwi Sun, lalu disampingnya tempat Cha Yu Ri. Saat itu
terdengar suara tangisan, Kang Bin terlihat menangis menyesalinya, lalu kaget
melihat beberapa orang sudah berkumpul didepanya, lalu bertanya siapa mereka.
“Kenapa
dia kaget? Apa karena kita hantu?” tanya Nyonya Jung heran. Kang Bin masih
bingung siapa para orang-orang yang ada didepanya.
“Malaikat
pencabut nyawa! Jika masih baru, kau seharusnya memberi kami kesan yang baik. Kenapa
malah menangis! Berisik sekali!” ucap Nyonya Jung mengejar Kang Bin yang
ketakutan.
“Ini kali
pertama dia mati. Bisa dianggap masih bayi.” Kata Nyonya Sung Mi Ja.
“Mana ada
arwah yang mati dua kali?” keluh Nyonya Jung. Kang Bin akan pergi tapi anak
remaja menghadangnya.
“Bukankah
kau Kang Bin?” ucap Jang Young Sim, Seo Bong Yeon baru sadar kalau memang itu
Atlet bisbol Kang Bin.
“Astaga!
Benar! Memang dia! Kudengar kau baru wafat. Ternyata di sini.” Ucap Nyonya Seo
bahagia. Nyonya Jung tak mengenal Kang Bin bertanya apakah mereka mengenalnya.
“Masa tak
tahu? Dia atlet! Kau hebat mencuri base! Aku punya permintaan.” Ucap Tuan Jang
Dae Chun. Kang Bin berlari kabur.
“Semua,
keluar! Dia pemain bisbol terbaik!” teriak Tuan Jang. Akhirnya semua hantu pun
keluar mengerubungi Kang Bin.
“Dia
pesohor, Dia sama persis di TV, Dia tampan.” Komentar para hantu melihat Kang Bin.
Kang Bin
berusaha kabur, semua pun mengejarnya akhirnya Kang Bin terjatuh. Tuan Jang pun
mencoba membantu membangunkanya. Nyonya Sung mengaku baru kali ini melihat
atlet secara langsung. Jadi senang bisa melihatnya dan semua hantu pun menyapa
Kang Bin.
“Penyakitnya
terlalu berat untuk seorang atlet.” Kata Young Sim. Nenek Jung ingin tahu Penyakit
apa?
“Terlalu
percaya diri.” Kata Young Sim lalu melihat nama di dalam tempat abu “Kang Sang
Bong.
“Apa Kang
Bin bukan nama asli? Nama aslinya Kang Sang-Bong.” Kata Young Sim
“Kang Bin
itu nama palsu... Kau bukan Won Bin, Hyun Bin, atau Kim Woo-bin. Coba Lihat
dia. Ada pesohor di lingkungan kita.” Ucap Nenek Jung
“Kenapa kau
bisa wafat? Kau masih muda.” Tanya Nyonya Seo. Tuan Kwang Man Seok menjawab itu
Bunuh diri dan mendengarnya di berita.
“Apa Kau
bunuh diri? Enyahlah! Bermain saja dengannya.” Kata Tuan Sim Geum Jae marah
pada mendorong Kang Bin pada Park Hye Jin.
“Halo,
aku juga bunuh diri.” Sapa Hye Jin. Kang Bin terlihat masih ketakutan.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar