PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Se Ri
akan pulang dan berjalan ke parkiran, saat itu Tuan Jo sengaja mengikutinya
dari belakang. Saat akan mendekat, dua petugas menyapa Se Ri yang mau pulang.
Se Ri pun menyapa petugas mengucapkanTerima kasih atas pekerjaan mereka lalu
menaiki mobilnya.
“Hei... Kau
sedang apa?” tanya seorang petugas melihat Tuan Jo yang akan pergi.
“Sedang
patroli.” Kata Tuan Jo menutupi wajahya. Petugas memberitahu kalau mereka yang menjaga
area ini.
“Kau
pastikan saja lampu kantor dimatikan.”
Perintah petugas. Tuan Jo pun akhirnya pergi.
“Siapa
dia? Aku belum pernah lihat.” Tanya
petugas kedua. Petugas pertama memberitahu Tuan Jo itu orang Korea-Tionghoa yang direkrut sebagai
bantuan.
“Dari
bela diri hingga menembak, dia bisa melakukan” kata petugas Pertama. Petugas
Kedua pun menganguk mengerti.
Se Ri
berjalan keluar rumah dengan salju yang turun tak percaya melihat Jung Hyuk ada
didepanya. Jung Hyuk pun berjalan mendekat, mengaku sudah mencari Se Ri ke mana-mana padahal sebelumnya bilang
tinggal di sekitar Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul.
“Kau tak
beri tahu alamat pastinya.” Ucap Jung Hyuk. Se Ri menatap Jung Hyuk seperti tak
percaya.
“Kau
tahu, aku tak suka bermimpi seperti ini. Saat terbangun, aku akan sangat sedih.
Bahkan caramu menatapku seperti itu, sama sekali tak membuatku senang.” Kata Se
Ri menatap sedih.
“Ini
bukan mimpi.” Kata Jung Hyuk lalu memeluk Se Ri. Se Ri masih tak percaya
mencoba memastikan.
“Apa Kau
yakin?” tanya Se Ri, Jung Hyuk membenarkan. Keduanya pun saling menatap.
“Tapi bagaimana
kau bisa kemari? Wajahmu kenapa? Apa kau terluka?” tanya Se Ri melihat wajah
Jung Hyuk ada bekas luka.
“Aku
baik-baik saja.” Kata Jung Hyuk mengingat perjalanan ke korea selatan.
Flash Back
Jung Hyuk
menerima petunjuk “Ada tambang emas yang dibor saat penjajahan Jepang. Sudah tak digunakan
lagi. Bisa diasumsikan Jo Cheol Gang ke Selatan melalui rute ini. Masalahnya,
tambang itu sudah lawas.”
“Dan karena Jo Cheol Gang menggali
jalan ke Selatan, tambang bisa runtuh kapan pun.”
Jung Hyuk
berjalan melalui terowongan yang sudah dibuat oleh Tuan Jo untuk meloloskan
diri ke Korea selatan. Tapi jalanya sempat tertutup oleh bebatuan yang jatuh,
tapi Jung Hyuk akhirnya bisa melihat ada sesuatu yang terang didepanya.
“Untuk lewati terowongan buatan
sepanjang sepuluh kilometer yang ukurannya hanya untuk satu orang, dibutuhkan
sedikitnya 20 jam tanpa rehat. Jika berhasil lewat dengan selamat, kau akan
melewati gua alami yang mengarah ke laut.”
Akhirnya
Jung Hyuk pun keluar di tepi pantai dan berjalan mencari keberadaan Se Ri.
“Aku bisa
memercayai apa pun, tapi aku tak percaya kau bilang baik-baik saja.” Ucap Se Ri
tak bisa menahan tangisnya.
“Aku
baik-baik saja. Tak ada yang terjadi.” Ucap Jung Hyuk menyakinkan lalu memeluk
erat Se Ri untuk menenangkan hatinya.
Dua orang
kakek dan nenek memindahkan barang dalam gua, sang kakek mengeluh kalau harus
minta dia mengurus ini dan sibuk di tengah malam begini. Si nenek memberitahu
kalau rasanya berubah karena mengulur waktu lalu melihat sesuatu.
“Sayang....
Kemarilah sebentar.”ucap sang nenek melihat sesuatu. Sebuah tanda kalau tentara
Korea utara ditanah.
Akhirnya
Polisi datang menyusuri gua tempat penyimpanan si kakek dan nenek. Lalu salah
satu polisi melihat lubang yang digunakan untuk meloloskan diri dan memanggil
polisi lainya.
Se Ri dan
Jung Hyuk akhirnya bertemu di cafe, Se Ri dengan wajah penasaran ingin tahu Apa
yang terjadi, Sedang apa di sini, bahkan menduga Jung Hyuk itu membelot dari
Utara demi dirinya. Jung Hyuk mengaku bukan itu.
“Lalu
sebagai mata-mata?”tanya Se Ri. Jung Hyuk mengaku bukan juga. Se Ri pun berpikir Jung Hyuk akan
disiniselamanya.
“Tentu
saja tidak... Aku hanya mampir.” Kata Jung Hyuk santai. Se Ri heran menurutnya
ini tak seperti menyeberangi Sungai Han.
“Kau tak
bisa sekadar mampir dari tempatmu ke Selatan. Jika begitu mudah dari sana ke
Selatan, kenapa aku lama terjebak di sana?” ucap Se Ri
“Tak
semudah itu...” kata Jung Hyuk yang langsung disela oleh Se Ri. Se Ri bertanya
apakah Orang Tua Jung Hyuk tahu.
“Jika ayahmu
tahu, dia akan murka. Apa dalihmu nanti?” ucap Se Ri panik.
“Aku mau
menjawab pertanyaanmu, jadi, jangan bertanya lagi.” Tegas Jung Hyuk. Se Ri pun
menganguk mengerti.
“Jo Cheol
Gang... Dia ada di sini.” Ucap Jung Hyuk. Se Ri melonggo kaget mendengarnya.
“Dia
seharusnya menerima hukuman atas perbuatannya, tapi dia menghilang. Dia juga
kemari karena mengincarmu.” Jelas Jung Hyuk.
“Aku?
Jadi, maksudmu, kau kemari karena takut Jo
Cheol Gang akan melukaiku? Walaupun berbahaya, Apa kau kemari demi diriku?”
ucap Se Ri seperti tak percaya mendengarnya.
“Bukan
hanya karena dirimu. Dia tak akan berhenti menyerangmu. Dia akan memanfaatkanmu
demi menindasku, ayahku, dan keluargaku. Aku kemari untuk menghentikannya.
Bukan hanya melindungimu.” Jelas Jung Hyuk
“Jika
hanya sementara di sini, kapan kau harus kembali?” tanya Se Ri
“Begitu
aku menangkapnya, walau harus malam ini.” Ucap Jung Hyuk. Se Ri terlihat kecewa
Jung Hyuk akan langsung pulang setelah itu.
“Baiklah,
aku paham... Tapi jika aku target utamanya, kurasa melindungiku harus jadi misi
utamamu. Untuk melakukan itu, kau harus tetap bersamaku... Di sisiku.” Jelas Se
Ri.
Se Ri
tiba-tiba melilitkan syal tebal dileher Jung Hyuk dan mengajak pergi. Jung Hyuk
mengaku tak kedinginan. Se Ri menegaskan Bukan itu alasannya memakaikan ini
lalu memberitahu kalau Korea Selatan tempat yang mengerikan.
“Banyak
kamera pengawas, kamera dasbor, dan ponsel. Juga koneksi internet tercepat di
dunia. Jika wajahmu terlihat, cukup 30 menit hingga tersebar ke seluruh dunia. Jadi,
kau harus tutupi wajahmu.” Jelas Se Ri terus memastikan wajah Jung Hyuk tak
terlihat.
“Itu tak
akan terjadi, tapi kau tak boleh terlihat. Termasuk semua obrolan kita. Badan
Intelijen Nasional dan kepolisian pasti heboh jika mendengar kita. Itu sangat
berbahaya.” Kata Se Ri
“Tak ada
pilihan lain. Sayangnya, kita harus memastikan hanya aku yang bisa melihatmu,
dan tak ada yang boleh mendengar obrolan kita, jadi, kita harus mencari ruang
tertutup yang hanya diketahui kita berdua, dan menetap di sana.” Ucap Se Ri
lalu mengajak Jung Hyuk segera pergi
“Aku akan
menyembunyikan dirimu.” Kata Se Ri dan Jung Hyuk mengikutinya.
Jung Hyuk
dan Se Ri akhirnya masuk ke dalam rumah. Se Ri memberitahu kalau tinggal di
rumah ini dan menyuruh Jung Hyuk agar menganggap saja rumah sendiri. Jung Hyuk
dengan santai mengaku merasa nyaman. Se Ri pun menganguk mengerti.
“Apa Kau
mau mandi dahulu?” ucap Se Ri. Jung Hyuk terlihat gugup mendengarnya.
“Ada apa?
Kukira kau lelah. Kenapa melihatku begitu? Itu membuatku malu.” Ucap Se Ri.
“Itu.....
Nanti saja. Tak perlu menyuruhku.” Ucap Jung Hyuk mencoba menutupi rasa
gugupnya.
“Apa Kau
tak lapar? Mau makan? Kau makan apa?” ucap Se Ri bergegas membuka pintu
kulkasnya.
Ia
tersadar melihat isi kulkasnya hanya ada air mineral. Jung Hyuk melihat isi
kulkas Se Ri lalu berkomentar kalau Se Ri yang terus menyombongkan uangnya tapi
tak punya makanan di rumah. Se Ri mencoba menjelaskan kalau pernah menceritakan
“Nama
panggilanku Putri Pemilih.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk mengingat saat di Korea
utara, Se Ri makan apapun bahkan jagung bakar, telur.
“Tapi kau
tidak pemilih.” Komentar Jung Hyuk. Se Ri mengaku Apa pun yang dimakan,hanya
makan tiga suap.
“Sejak
aku bertemu denganmu, kau tak pernah makan kurang dari tiga suap.” Komentar
Jung Hyuk.
“Saat itu
situasi genting. Kupikir aku tak akan bisa makan lagi, jadi, aku makan banyak
demi bertahan hidup. Kita bisa pesan. Bilang saja mau makan apa. Piza? Masakan
Tionghoa?Atau ayam goreng?” ucap Se Ri bergegas akan memesan makanan.
Di depan
restoran ayam, empat sekawan terpana melihat ayam goreng didepan mereka.
Tentara Pyo heran Kenapa banyak sekali restoran ayam goreng di Selatan. Eun
Dong tak percaya kalau Banyak orang makan ayam. Eun Meok mengaku ingin tahu
harganya.
“Siapa peduli?
Aku bahkan tak bisa keluarkan dompetku.” Kata Tentara Pyo.
“Ayo.
Kalian sedang apa?”ucap Tuan Jung keluar setelah ke toilet melihat empat
sekawan.
“Hei,
Kamerad!” teriak Tentara Pyo. Tuan Jung panik langsung berlari mendekati
Tentara Pyo.
“Kau panggil
"Kamerad"? Kau melupakan latihan kita? Orang-orang bisa dengar.” Ucap
Tuang Jung memperingati.
“Aku akan
bicara seperti warga lokal... Hyung.. Kakak Man Bok, kami ingin bicara.” Kata
Tentara Pyo. Tuan Jung pun mempersilahkan bicara.
“Menurutku,
kita harus menganggap paha ayam sebagai musuh bebuyutan kita dan memusnahkannya
dengan cara memakannya.” Kata Tentara Pyo.
“Tapi
dana kita terbatas. Pasti menyenangkan jika bisa segera menemukan Kapten Ri. Tapi
jika tidak, kita butuh uang untuk tinggal di sini. Bukankah kita harus
berhemat?” kata Tuan Jung. Mereka pun hanya bisa menatap kurir yang mengantar
makanan.
Sementara
di rumah, Se Ri membuka kotak ayam diatas meja dan menyuruh Jung Hyuk agar bisa
makan. Jung Hyuk memberikan paha ayam pada Se Ri, Se Ri bingung Jung Hyuk malah
memberikan ayam padanya lebi dulu.
“Kudengar
inilah adat di sini... Saat tuan rumah menawarkan makanan, kau harus tawarkan
tuan rumah suapan pertama. Kudengar itu etiketnya.” Uca Jung Hyuk
“Ada apa
ini?” kata Se Ri tersenyum menerimanya. Jung Hyuk pun terlihat senang dan
tersadar Se Ri terus menatapnya.
“Kenapa
menatap begitu?” tanya Jung Hyuk. Se Ri mengaku masih sulit memercayainya.
“Fakta
bahwa kau duduk di sampingku dalam rumahku, dan makan bersamaku.” Ucap S Ri
“Bagaimana
kabarmu dan keluargamu?” tanya Jung Hyuk. Se Ri mengaku Semuanya baik.
“Ternyata
kau mencemaskan itu. Sejujurnya, aku juga cemas saat di sana, tapi kau benar.”ucap
Se Ri. Jung Hyuk bingung apa yang benar.
“Ya, kau
benar. Walau saling membenci, kami tetaplah keluarga. Kami selalu bertengkar
karena saling membenci, tapi saat aku kembali dengan selamat, semuanya senang
melihatku lagi. Semua baik-baik saja.” Kata Se Ri berbohong.
“Syukurlah.”
Ucap Jung Hyuk. Se Ri pun mengaku Segalanya
sangat lancar.
“Aku
sampai berpikir, pasti menyenangkan bisa menceritakan situasiku, tapi aku tak
bisa kirim surel atau meneleponmu. Tapi kau di sini. Aku senang bisa
menceritakannya langsung seperti ini. Jadi, tak perlu mencemaskanku saat kau
pulang.” Kata Se Ri
Saat itu
terdengar suara bel rumahnya, Jung Hyuk terlihat gugup. Se Ri meminta Jung
Hyuk Jangan terlalu waspada, karena ini
Korea Selatan, dan ia juga bukan warga biasa bahkan Gedung ini terkenal akan
keamanannya, tapi kaget melihat kakaknya datang.
“Apa? Kenapa
mereka kemari semalam ini?” ucap Se Ri heran melihat kaka dan istrinya datang
ke rumah.
“Siapa
mereka?” tanya Jung Hyuk melihat di layar interkom. Se Ri menjawab itu Kakak
kedua dan istrinya.
“Kenapa
kemari semalam ini? Makanlah. Setelah bunyikan bel, mereka akan pergi.” kata Se
Ri santai.
Didepan
rumah, Se Hyung terus mencoba menekan bel rumah lalu bertanya pada Nyonya Go
apakah Se Ri pergi. Nyonya Go pikir Se Ri pasti di rumah dan hanya
mengabaikannya tapi ia mengaku tahu sandinya. Se Hyung un menyuruh agar
menekanya.
Akhirnya
suara sandi pintu ditekan, Se Ri kaget. Jung Hyuk heran karena Se Ri bilang
keamanannya ketat. Se Ri pun menyuruh Jung Hyuk masuk ke kamarnya dan membawa
jaketnya juga, lalu mengumpat kesal pada sang kakak.
“Kalian
sedang apa? Ini bisa dianggap penerobosan.” Ucap Se Ri marah. Se Hyung tak
peduli karena menganggap ia adalah kakaknya
“ Hei,
dari mana...” ucap Se Ri mengeluh pada sang kakak ipar. Nyonya Go mengeluh
kalau telp mereka yang diblokir
“Kata
siapa boleh masuk? Kenapa kemari? Ada urusan apa?” ucap Se Ri akhirnya
membiarkan kakaknya masuk bahkan duduk.
“Se-ri...
Kami tahu segalanya.” Ucap Se Hyung. Se Ri ingin tahu tentang apa.
“Kami
tahu lokasimu saat kau menghilang.” Ucap Se Hyung. Se Ri penasaran apa maksudnya
tahu hal yang tak diketahui.
“Hei, jangan
berlagak bodoh. Aku muak. Kau ada di Korea Utara. Kau tokoh masyarakat. Apa
yang akan terjadi jika warga tahu?” ucap Se Hyung. Jung Hyuk diam-diam
mendengarnya.
"Itu
kecelakaan. Aku tak ingat apa pun." Kau bisa terus berdalih, tapi tak akan
ada yang percaya.” Sindir Se Hyung
“Aku tak
paham maksudmu.” Kata Se Ri. Se Hyung
pikir bisa menjelaskan sekali lagi.
“Permainan
sudah berakhir. Aku sudah mewariskan jabatan Ayah, dan CEO Grup Queens. Jadi,
jangan bersikap sok berkuasa. Aku tahu kau tak akan tinggal diam.” kata Se
Hyung
“Tapi
jika kau mau memperdaya Ayah atau melakukan hal licik lainnya... Mengubur orang
hidup-hidup mudah dilakukan akhir-akhir ini. Apa Kau paham maksudku? Banyak
yang bisa kulakukan agar kau tak bisa berjalan dalam keadaan hidup.”kata Se
Hyung mengancam.
“Kakak...
Aku masih tak paham apa maksudmu, jadi, tolong, bisa pergi sekarang?” ucap Jung
Hyuk tak peduli
“Apa Kau
akan terus berlagak bodoh? Jangan anggap kami bicara tanpa bukti... Kami punya
bukti.” Ucap Nyonya Go menyalakan rekaman diponselnya.
Terdengar
suara Seung Jung “Menurutmu? Mereka senang mengetahui kau masih hidup.” Se Ri
pun berkata “Sungguh? Siapa? Ibuku? Ayahku?” Seung Jung mengaku “Kudengar
semuanya. Semuanya, dari orang tuamu, sampai kakak-kakakmu.”
“Kami
punya rekaman lain juga. Kami punya foto juga. Ada banyak buktinya.” Kata
Nyonya Go
“Baiklah...
Jadi, menurut kalian, aku pergi ke Korea Utara, lalu bertemu Gu Seung
Jung. Kalian sudah tahu segalanya.” Kata
Se Ri. Se Hyung membenarkan.
“Tapi
kurasa, kalian tak berniat mengeluarkanku dari sana.” Sindir Se Ri. Se Hyung
kaget mendengarnya.
“Apa Kalian
mau aku di sana selamanya Atau mungkin kalian ingin aku mati?” ucap Se Ri
“Astaga,
apa maksud bocah ini? Kami berniat mengeluarkanmu dari sana. Tapi, ini masalah
besar. Jika tidak hati-hati, keluarga
kita bisa terlibat masalah...” kata Se Hyung.
“Konon
ada tiga tipe orang yang tak boleh kau lupakan. Orang yang membantumu saat
terjebak. Orang yang meninggalkanmu saat terjebak. Dan... orang yang menjebakmu
ke situasi itu. Karena itulah, aku tak akan melupakan kalian.” Kata Se Ri
“Apa Kau
mengancam kami? Beraninya kau mengancam...” ucap Se Hyung marah. Istrinya mulai panik mengajak
untuk pergi.
“Sadarilah
situasimu. Kau beruntung bisa hidup, jadi, bersyukurlah, jangan cari masalah.
Ini peringatan terakhir.” Kata Se Hyung mengancam.
Nyonya Do
pun menarik suaminya agar keluar dari rumah, lalu melihat sepatu pria di rak
sepatu.
Jung Hyuk
keluar dari kamar menatap Se Ri. Se Ri memperingatkan agar Jangan mengatakan
apa pun karena terlalu malu. Jung Hyuk mengaku tak akan bicara lalu menarik Se
Ri dan memeluknya. Se Ri merasa kalau ini lebih baik karena Hening dan hangat.
“Entah
kenapa... ini meredakan amarahku.” Ungkap Se Ri. Jung Hyuk mengaku kesal.
“Aku sangat
kesal sampai hampir lupa dengan situasiku sendiri. Tapi jangan lupa bahwa orang
yang tak boleh kau lupakan dalam hidup seharusnya orang yang kau suka.” Ucap
Jung Hyuk
“Jika mengingat
orang yang kau benci, hatimu hanya akan terluka. Kau hanya akan merugi. Aku
tahu kau sangat benci kalah dari orang lain.” Kata Jung Hyuk menatap Se Ri
“Benar...
Aku pebisnis. Aku paling benci kalah.” Kata Se Ri. Jung Hyuk meminta SeRi agar
Hanya ingat orang yang ia suka di hatinya.
“Dengan
begitu, kau bisa makan dan tidur dengan tenang.” Jelas Jung uk
“Walaupun
orang itu... tak ada di sisiku?” tanya Se Ri. Jung Hyuk membenarkan.
“Kau
benar. Kita harus makan dan tidur dengan baik agar tetap sehat. Kita harus
tetap sehat untuk mengalahkan yang lain. Saat kupikirkan lagi, itu lebih
menguntungkan.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk menegaskan kalau memang menguntungkan
lalu memeluk Se Ri kembali.
Sementara
empat sekawan dan Tuan Jung berada diatas bukit melihat banyak lampu yang
menyala dan sangat cantik. Tentra Pyo pikir Pemerintah Selatan tahu mereka
datang dan menyalakan semua lampu dan menurutnya Itu mustahil.
“Apakah
semua lampu ini akan menyala semalaman? Apa Tak ada pemadaman?” ucap Eun Dong
“Aku tak
tahu ini benar-benar seperti di drama. Aku tak bisa memercayainya.” Kata Eu
Meok.
“Jika
selalu terang seperti ini, U Pil pasti bisa mengerjakan PR tiap hari. Itu pasti
menyenangkan.” Kata Tuan Jung
“Aku
penasaran di mana Kapten Ri sekarang.” Kata Tentara Park menatap pemandangan
yang indah.
“Dari
semua tempat itu, aku lebih penasaran di mana kita akan menginap malam ini.”kata
Tentara Pyo
Akhirnya
di ruangan SAUNA ARANG, semua berkumpul terlihat sangat bahagia. Eun Dong pikir
Jika ada surga, pasti ini tempatnya dan berandai-andai bisa mengajak ibunya
kemari sekali saja. Eun Meok pikir Saat
melihatnya di drama, mengira tak akan senyaman ini.
“Kamerad...
Maksudku, kawan-kawan.. Kalian makin dilemahkan kapitalisme. Jangan hilang
fokus karena kenyamanan ini.” Tegas Tentara
Pyo. Keduanya menganguk mengerti
“Hari
ini, kita bayar 12.000 won per orang untuk masuk tempat ini. Nikmatilah
kehangatannya, jangan sia-siakan uangnya, agar kita bisa menjalankan misi di
tengah cuaca dingin besok.” Kata Tuan Jung
“Omong-omong,
aku lapar.” Ucap Tentara Pyo. Tuan Jung sudah memberitahu kalau sudah bayar 12.000 won untuk duduk di
sini...
Saat itu
tentara Park masuk ruangan dengan membawa banyak makanan. Tuan Jung bingung
bisa membelinya padahal ia yang menyimpan uangnya. Tentara Park mengaku tak tahu.
“Pemilik
toko memberikan kepadaku, dia bilang tak perlu uang tunai.” Ucap Tentara Park
memperlihatkan gelang ditanganya.
“Sungguh?
Dia berikan semuanya gratis?” ucap Tentara Pyo tak percaya. Tentara Park
mengangguk.
“Dia
bilang, aku hanya perlu tunjukkan ini.” Kata Tentara Park. Tuan Jung pikir Kapitalisme
sungguh baik.
“Gwang
Beom, mungkin dia berikan semuanya karena kau tampan. Kalau begitu, aku harus
coba.” Kata Tentara Pyo dan semua pun mulai makan.
Akhirnya
mereka tidur dengan sangat nyenyak dan berbaris speerti dibarak tentara. Pagi
hari mereka pun mandi dan keluar dengan wajah segar. Tuan Jung pikir mereka
bayar 12.000 won per orang untuk kemewahan.
“Penawarannya
lumayan.” Ungkap Tuan Jung lalu berjalan ke depan mengembalikan kunci.
“Kau
harus daftar keluar... Ada yang ambil pelayanan gosok badan. Semuanya 137.000
won.” Kata Bibi
“Siapa
yang menggosok badan?” tanya Tuan Jung lalu melihat wajah Tentara Pyo yang
tampak sangat cantik. Tentara Pyo hanya bisa diam sja.
Nyonya Na
datang dengan baju hanbook dan juga make up. Nyonya Yang pun memuji kalau
terlihat cantik. Nyonya Na pikir Nyonya Hyun Sedikit polesan saja membuatnya
tampak begitu modis dan menyuruh agar melakukanlah lebih sering.
“Aku
setuju. Kita tak pernah berdandan, tapi saat berdandan, kita bisa secantik para
aktris.” Kata Nyonya Yang. Semua pun menyetujuinya.
“Yeong
Ae!... Lihat siapa yang datang.” Ucap Nyonya Na melihat Nyonya Ma datang dengan
sangat cantik.
“Yeong
Ae, kau berpakaian modis sampai semua pria yang melihatmu jadi mimisan.” Puji Nyonya
Na.
“Ayolah.
Jangan bercanda.” Kata Nyonya Ma. Nyonya Na mengaku bukan seperti itu.
“Aku sampai
mengira musim semi datang di tengah musim dingin.” Puji Nyonya Yang. Nyonya Na pun
mengaku sama seperti itu.
“Omong-omong,
apakah peramal itu hebat?” tanya Nyonya Ma. Nyonya Na mengaku Dia hebat.
“Lima
tahun terakhir, dia meramal soal promosi suamiku, semuanya benar. Selama lima
tahun, dia gagal dipromosi. Dia hebat.” Kata Nyonya Na menyakinkan.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar