PS : All images credit and content copyright : KBS
Mi Joo
dan Si Hwan berjalan bersama, tiba-tiba di kagetkan dengan kucing yang
tiba-tiba melintas. Si Hwan sempat ketakutan lalu bertanya apakah baik-baik
saja. Mi Joo menganguk kalau tak masalah dan berjalan di depan asrama tempat
Seol Ok belajar.
“Tempat
ini menyeramkan... Kudengar belum lama ini
terjadi gempa bumi di sini.. Jangan takut... Ada aku..” Ucap Si Hwan
dengan wajah ketakutan berjalan masuk. Mi Joo sudah lebih dulu berjalan masuk.
“Aku akan
memastikan kali ini aku lulus.” Ucap Mi Joo. Si Hwan pun meyakinkan ucapan Mi
Joo.
Semua
anggota tim asrama melakukan pemeriksaan. Seorang pria melihat para murid yang
membawa banyak barang, dan memasukan
semua barang ke dalam karung. Seol Ok membawa minuman mencoba
menyembunyikan dalam topinya, tapi si pria bisa mengetahuinya. Seol Ok mengaku
kalau itu obat miliknya.
“Kau
harus berhenti mengonsumsi ini agar bisa lulus ujian... Coba Lihat tanganmu
yang gemetar... Kau juga sudah cukup tua. Pergilah ke dokter, mengerti?” ucap
si pria dengan nada mengejek lalu berdiri didepan semua murid baru
“Di
Institut Cheongryul, jika kalian kedapatan minum-minum, mengakses internet,
ponsel, atau berpacaran, maka kalian akan dikeluarkan. Dan uang kalian tidak
akan dikembalikan.” Ucap Si pria. Semua menjawab kalau sudah mengerti.
“Tinggalkan
semua yang tidak kalian perlukan di sini selain tekad kalian untuk lulus ujian.
Mengerti? Kata Si pria meminta agar mereka menyerahkan ponsel juga.
Seol Ok
bertanya pada Dae Woon Apa semua institut berasrama seperti ini, menurutnya
Tempat asramanya sangat aneh. Dae Woon
mengetahui kalau Seol Ok pasti ingin pulang. Seol Ok menganguk
“Itu
normal... Dia hebat dalam mengelola tempat ini. Kau terus memikirkan bahwa kamu
harus lulus agar bisa cepat pulang, bukan?” kata Dae Woon. Seol Ok membenarkan.
“Untuk
itulah orang mendaftar di tempat seperti ini. Supaya cepat keluar.” Kata Dae
Woon.
Seorang
wanita memanggil Noo Ri sambil terus mencari,
mengaku kalau ia sebagai ibunya jadi ingin tahu keberadaan No Ri untuk
makan. Tapi tak ada yang menyahut dari sosok No Ri.
“Noo Ri,
kau sedang mengerjai ibu?” ucap Si Ibu akhirnya menemukan sosok kucing yang
sedang terbaring, lalu berjalan mendekat.
Ia pun
kaget karena ternyata kucing miliknya sudah mati begitu saja.
Di
lapangan Seol Ok mendengar suara jeritan dan bertanya pada Dae Woon apakah
tidak mendengar sesuatu. Dae Woon sedang sibuk merekam dengan kacamatanya
mengaku tak tahu. Seol Ok mengatakan
kalau mendengar sesuatu. Dae Woon seperti tak peduli memilih untuk merekam video.
Di
ruangan
Tuan
Hwang heran kalau ini adalah nama keisengan yang Anne Frank lakukan dengan
menyebut kalau itu namanya Keisengan Anne. Kyung Mi mendengar lelucon Tuan
Hwang langsung tertawa, Semua anggota binggung karena hanya Kyung Mi yang tertawa.
“Ada
pembeli yang menghabiskan sampel kami dan pemabuk yang membuat keributan dengan
mengatakan butuh makanan. Ini aku, Kim Kyung Mi, yang selama ini baik kepada
orang-orang begitu. Tidak peduli seburuk apa leluconmu, aku bisa menerima
semuanya” gumam Kyung Mi
“Baiklah.
Karena sepertinya kalian menyukai itu, akan kukatakan satu lelucon lagi. Karena
mobil cuma punya empat pintu, kita tidak bisa membuka tiga untuk seseorang.”
Kata Tuan Hwang. Kyung Mi pun terus tertawa dengan lelucon Tuan Hwang untuk mencari
perhatian.
Kyung Mi
keluar dari ruangan mengeluh karena dagunya sakit terlalu banyak tertawa. Lalu terdengar suara yang memanggil nama
Kyung Mi, tapi Kyung Mi memilih untuk kabur menuruni tangga berpura-pura tak
mendengarnya. Tapi Tuan Hwang tak pantang semangat, memanggilnya sampai Kyung
Mi menengok.
“Apa Kau
mau ke kantorku?” ucap Tuan Hwang mendekat. Kyung Mi pikir kalau kantor Tuan
Hwang ada di tempatnya sekarang.
“Ruangan
forensik di Polsek Joongjin.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi tak percaya karena
memang sudah lama mau ke sana.
“Karena
itulah aku menawarkan.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi ingin tahu Kapan boleh datang. Tuan Hwang mengatakan
Lebih cepat, lebih baik
“Aku berharap
kamu bisa merahasiakan ini dari murid-murid lain.” Bisik Tuan Hwang. Kyung Mi
binggung mendengarnya dan ingin tahu alasanya.
“Setiap
murid berharap untuk mengunjungi kantorku. Ya, tentu saja... Mereka akan kecewa
jika tahu aku hanya mengajakmu. Kita harus selalu waspada dengan iri hati. Khususnya
murid cemerlang seperti kau. Mengerti?” kata Tuan Hwang, Kyung Mi menganguk
mengerti.
“Kalau
begitu, boleh minta nomor ponsel Anda?” kata Kyung Mi mengeluarkan ponselnya.
“Menurutku
itu tidak bijak... Aku mengerti perasaanmu, tapi ini tidak berguna.” Kata Tuan
Hwang seperti geer.
“Aku
ingin menelepon Anda begitu tiba di Polsek Joongjin.” Ucap Kyung Mi
“Aku
tidak ingin menyakitimu. Kamu bisa menghubungiku lewat telepon kantorku.” Kata
Tuan Hwang. Kyung Mi pun hanya bisa menganggu mengerti dengan tingkah seniornya.
Dae Woon
tertidur di ruang belajar dan meminta maaf karena terbangu sambil menguap, lalu
mengintip dari depan pintu melihat sosok pria berkacamata yang diam-diam
mengambil sebatang rokok dari rak penyimpanan dan merekam dengan kacamatanya.
“Pegawai
itu baru saja mencuri rokok seorang siswa.” Ucap Dae Woon dan akhirnya bel
istirahat berbunyi.
Semua
anak keluar dari ruangan, seorang anak laki-laki mengambil rokoknya dan
mengeluh karena rokoknya Hilang lagi dan ingin tahu Siapa pelakunya. Dae Woon berpikir
kalau harus membuat film tentang pencuri rokok.
Seol Ok
keluar dari ruangan melihat Mi Joo berjalan dengan Si Hwan lalu memanggilnya
tapi percaya kalau keduanya ikut juga dalam asrama. Mi Joo juga kaget karena bertemu kembali
dengan Seol Ok. Seol Ok pun bertanya pakah mereka mendapat diskon 50 persen.
“Aku
mendapat diskon 60 persen.” Ucap Mi Joo. Seol Ok kaget dan merasa tertipu.
“Lalu Bagaimana
denganmu?” tanya Seol Ok pada Si Hwan.
Si Hwan mengatakan bukan datang
untuk belajar tapi akan bekerja sambilan.
“Ki Bum
bilang aku mendapat diskon 50 persen karena dia bicara dengan pamannya.” Kata
Seol Ok masih mengingat saat Ki Bum berkata di restoran.
“Jika kau
tertarik, aku akan bicara dengan pamanku. Mungkin kau bisa mendapatkan diskon
50 persen.” ucap Ki Bum
Mi Joo
binggung karena Ki Bum mengaku kalau asrama itu milik bibinya. Seol Ok makin
kaget merasa Ki Bum sudah kurang ajar dan dianggap sebagai penipuan. Tiba-tiba
Dae Woon datang dan langsung memeluk Seol Ok. Seol Ok langsung melirik sinis
menyuruh agar melepaskanya. Dae Woon pun melepaskan kalau merangkul adalah
kebiasaannya.
“Berapa
diskon yang kau dapatkan?” ucap Seol Ok penasaran. Dae Woon sempat binggung
maksud dari diskon.
“Kudengar
banyak yang masuk ke daftar tunggu, jadi, aku membayar 10 persen lebih banyak.”
Kata Dae Woon. Seol Ok bisa tersenyum bahagia karena ada yang lebih banyak
membayar dibanding dirinya.
“Hei..
Kalian juga di sini... Kau terkenal sebagai tersangka atas kasus pembunuhan
itu.” Ucap Dae Woon merangkul Mi Joo seperti teman lama.
“Singkirkan
tanganmu.” Kata Si Hwan kesal. Dae Woon berpikir keduanya itu sedang berkencan.
Keduanya terlihat gugup, Mi Joo pun meminta Si Hwan agar bisa bersabar
menghadapi temanya.
“Baiklah.
Kau tahu aku pemimpin yang baik. Aku mantan asisten pengajar di sekolah-sekolah
besar Ini bukan apa-apa.” Kata Si Hwan menyakian diri.
“Maafkan
aku, kau tahu bisa dikeluarkan karena berpacaran, kan? Perlukah aku melaporkannya
kepada pengawas asrama?” kata Dae Hwan mengancam.
Seol Ok
melihat peraturan di dinding, “Minuman alkohol dilarang. Internet dilarang, Ponsel
dilarang. Berpacaran dilarang.” Lalu bekomentar kalau menggoda diperbolehkan. Si Hwan setuju dengan
Seol Ok. Seol Ok pun melihat keduanya pasangan serasi.
“Kau terlihat
lelah di Noryang-dong jadi Pasti kalian bahagia sehingga wajah kalian cerah.”
Komentar Seol Ok melihat wajah Mi Joo dan Si Hwan
“Hei.... Aku
sudah menyuruhmu melepaskan kacamata itu.” Kata Seol Ok. Dae Hwan mengeluh
karena tidak boleh membawa kamera.
Seol Ok
memanggil seorang pengawas yang tak jauh darinya, memberitahu kalau Dae Woon yang punya kamera
tersembunyi. Si pegawai kaget dan Dae Woon berusaha untuk menghalanginya lalu mencoba mengoda kalau yang disembunyikan
adalah tanda cinta.
“Kembali
ke kamar kalian dan Jangan bergerombol.” Ucap Si pegawai kacamata memarahi Seol
Ok dkk.
“Go Si
Hwan... Kau bukan siswa di sini,kan? Kau di sini sebagai staf. Kembalilah
bekerja.” Kata si pegawai dengan jasnya, Si Hwan pun pergi meninggal Seol Ok
dkk.
Saat itu
seorang wanita bertanya pada pria berkacamata apakah lihat Han Gi Yong. Si pria
terlihat santai, Wanita itu dengan wajah panik kembali bertanya, Si pria
mengaku tidak melihatnya. Si wanita binggung kemna perginya Gi Yong.
“Ada
kelas khusus dari Akademi Polisi... Pasti dia di sana.” Ucap si pria kacamata.
“Tidak
ada! Aku sudah memeriksa.” Kata Si wanita. Seol Ok dari kejauhan melihat
keduanya yang berbicara cukup keras.
Wan Seung
duduk di meja kerjanya sambil bergumam ingin tahu tujuan Sung Ha karena tidak
mengawasinya. Sung Ha berkomentar kalau Detektif Ha bukan tipenya, terlepas
dari pilihan seksualnya. Wan Seung binggung dengan ucapan Sung Ha.
“Kau
sudah menatap marah kepadaku selama 75 menit. Kuharap kau bisa kembali bekerja.”
Ucap Sung Ha
“Aku
tidak menatapmu. Tapi Aku sedang mengerjakan rencana investigasiku.” Kata Wan Seung. Sung Ha ingin tahu apakah Ada kasus baru.
“Ada seorang
wanita yang menghilang. Dia bilang akan masuk institut berasrama. Tapi aku
tidak bisa mengontaknya.” Kata Wan Seung
“Apa
Nyonya Yoo masuk institut berasrama?” ucap Sung Ha. Wan Seung kaget
mendengarnya memuji Sung Ha hebat karena bisa menebaknya.
“Kau
mudah ditebak, Letnan Ha... Aku bisa membaca pikiranmu.” Kata Sung Ha. Wan
Seung bergumam kalau berpikir Sung Ha berhubungan dengan Seol Ok diam-diam.
“Ada yang
mencurigakan... Kenapa Polsek Joongjin? Kenapa harus Unit Dua?” keluh Wan Seung
kesal karena harus bertemu dengan Sung Ha.
“Lakukan
investigasi hanya jika ada laporan. Mungkin dia menghilang untuk menghindari
panggilanmu.” Kata Sung Ha
“Dia yang
lebih dahulu menggangguku... Kenapa dia menghindari panggilanku? Akulah yang
seharusnya menghilang.” Komentar Wan seung
“Kalau
begitu, tidak ada gunanya kau mencari dia.” Kata Sung Ha. Wan Seung mengelak
kalau tidak mencarinya lalu berjalan pergi.
Sung Ha
bertanya apakah Wan Seung mau pergi mencari Seol Ok, Wan Seung menjawab kala
mau pulang lalu bertanya-tanya apakah sudah berbuat salah kepada Seol Ok.
Saat
menuruni tangga, Wan Seung bertemu dengan Sung Woo yang memang mencarinya. Sung
Woo langsung menyuruh Wan Seung mengambil hasil identifikasi sidik jari dari
Tuan Hwang. Wan Seung mulai mengumpat
karena sudah tidak di Unit Satu dan menyuruh Na Ra saja yang
melakukanya. Na Ra panik mendengar nama
Tuan Hwang.
Ia masih
ingat perkataan sinis Tuan Hwang “Semua
orang penasaran bagaimana kamu lulus ujian polisi. Kau beruntung bisa hidup
dengan begitu enak. Jadi, baik-baiklah kepada ayahmu.”
“Yahh..
Baiklah, sebaiknya jangan... Kau pasti masih terguncang. Kalau begitu, ambil
sendiri hasilnya dan tidak ada teh di sana jadi Minumlah sebelum pergi.” Pesan
Wan Seung santai lalu berajak pergi.
“Aku juga
ingin tahu hasilnya... Kirimkan ke email padaku oke?” ucap Wan Seung akhirnya
pergi dengan Na Ra.
“Sampah
itu masih saja mengaturku.” Keluh Sung Ha kesal.
Ji
Seung bertanya apakah adiknya sudah
makan siang. Wan Seung heran dengan kakaknya karena seharusnya tidak perlu mencemaskan dirinya. Ji Seung
pikir Tidak ada lagi yang bisa dibicarakan
di sini. Wan Seung melihat kakaknya terlihat sehat.
“Tempat
ini tidak buruk dan Kakak bisa bicara empat mata denganmu juga.” Ucap Ji Seung
dengan nada mengoda. Wan Seung merasa kalau kakaknya berlebihan.
“Hei,
bagi kakak.. kau masih anak kecil... Seperti anak berusia lima tahun yang
melarang kakak ke sekolah agar bisa menemanimu bermain.” Ejek Ji Seung
“Hei... Aku
sudah mandiri sejak usia tiga tahun.” Ucap Wan Seung. Ji Seun malah makin
mengodanya kalau tak tahu kalau Bayi Wan Seung sudah mandiri sejak usia tiga
tahun. Keduanya hanya bisa tertawa.
“Kakak...
Apakah mengenal Sekretaris Kim?” tanya Wan Seung. Ji Seung sempat terdiam dan
memperlihatkan wajah serius mengingat sesuatu.
Flash Back
Ji Seung
melihat karangan bunga dari Sekretaris Kim. Ayahnya melihat nama Tuan Kim
berkata kalau saat mereka lemah makan Sek Kim yang pertama akan mengigit leher
mereka.
“Tidak,
kakak tidak mengenal Sekretaris Kim dan tidak pernah mendengar nama itu... Siapa
Sekretaris Kim? Apa Orang itu ada berkaitan dengan ini?” ucap Ji Seung
berpura-pura tak tahu.
“Lupakan
saja kalau tidak tahu.” Kata Wan Seung tak ingin membahasnya. Ji Seung pun ingin tahu keadan ayahnya. Wan Seung pikir kakaknya tahu kalau ayah mereka
adalah pria kuat.
“Kakak tahu
Ayah memang salah, tapi kau juga salah. ..Kembalilah sebagai anggota keluarga. Ingatlah
bahwa darah lebih kental daripada apa pun.” Nasehat Ji Seung
“Kakak
terdengar seperti Ayah.” Keluh Wan Seung melihat sikap kakaknya.
“Hei,
sudah sewajarnya anak-anak seperti ayah mereka.” Goda Ji Seung
Wan Seung
heran melihat sikap kakaknya seperti tak memilki masalah, Padahal sekarang adalah presdir dari Firma Hukum Ha dan Jung.
Ji Seung yakin akan bebas besok jadi adiknya jangan khawatir menurutnya dengan
masuk sel tahanan bisa mengetahui perasaan korban dan kesempatan bagus baginya untuk
menjadi pengacara lebih baik.
“Tapi
jangan terlalu sering.” Komentar Wan Seung. Ji Seung makin mengoda kalau
adiknya sedang mencemaskan kakaknya.
“Jangan
perlakukan aku seperti anak kecil. “ keluh Wan Seung. Ji Seung menyuruh adiknya
pergi saja karena tahu pasti sibuk. Wan
Seung pun pergi dan saat itu Ji Seung seperti menyimpan sesuatu rahasia yang
tak diketahui adiknya.
Wan Seung
berjalan di parkiran dan melihat sosok wanita yang dikenalanya berjalan tak
jauh darinya, tapi ketika memanggil si wanita sudahh cepat menghilang. Ia pikir
kalau hanya salah lihat dan akhirnya masuk ke
dalam mobil.
“Kedua
bersaudara itu lebih dekat dari dugaanku.” Komentar Hee Yeon tersenyum bisa
melihat Wan Seung yang baru bertemu dengan kakaknya.
Si Hwan
memeriksa "Ruang Kelas 2" dan ruanga lainya, Seol Ok dkk datang
bertanya apakah sedang mencari seseorang. Si Hwan memberitahu kala Seorang
murid menghilang. Seol Ok ingin tahu siapa orangnya. Si Hwan pikir kalau
diberitahu pun tak akan tidak akan tahu.
“Apa Han
Gi Yong?” ucap Seol Ok. Si Hwan kaget karena Seol Ok mengetahuinya.
“Tadi ada
yang mencarinya juga.” Kata Seol Ok mengingat saat seorang wanita bertanya pada
pria berkacamata apakah melihat Han Gi Yong.
“Bukankah
Gi Yong yang mengatakan seseorang mengikutinya?” ucap Mi Joo. Si Hwan
membenarkan.
“Apa Kau
tahu? Hari ini sudah satu pekan.” Ucap Mi Joo. Seol Ok dan Dae Hwan bingung apa
maksud Satu pekan.
“Semua
orang di sini membicarakannya.” Kata Mi Joo mengingat saat menuruni tangga.
Flash Back
Beberapa
anak membahas tentang Han Gi Yong kalau hari ini adalah hari ketujuhnya. Mereka
merasa seram membayangkanya. Sementara di ruang guru, Si Hwan mendengarkan
pembicaran para guru kalau Han Gi Yong
dan Kang Joo Yeon berpacaran.
“Lalu dia
mencampakkan Joo Yeon.” Ucap si Guru. Guru Lain tak percaya kalau Gi Yong itu
selingkuh dan memang berkencan
Si Hwan
menceritakan Ada orang yang menguntit Gi Yong, Mi Joo mengetahui Nama penguntit
itu Kang Joo Yeon, Si Hwan membenarkan, Seol Ok terlihat serius seperti
merasakan sesuatu yang aneh.
Flash Back
Joo Yen
mengajak Gi Yong untuk bicara saat di malam hari, tapi Gi Yong seperti
menolaknya. Gi Yong marah menurutnya Joo Yeon tak punya hak mengangu mereka.
Aku juga
menyukaimu. Kenapa aku tidak boleh berkencan denganmu?” ucap Joo Yeon sengaja
menjatuhkan tubuhnya pada Gi Yong tapi Gi Yong langsung mendorongnya agar
menjauh.
Dan pria
berkacamata sedang berpatroli melihat dengan senter. Gi Yong pun memilih untuk kabur. Joo Yeon pun
berteriak akan mengancam akan membunuh Gi Yong
“Dia bahkan mengikuti ke ruang
kelas karena Gi Yong tidak mau menemuinya sama sekali... Ada orang-orang yang
melihat mereka bertengkar.”
“Penguntit
itu dikeluarkan... Itu hari yang sibuk.” Ucap Si Hwan sudah ada di depan
lapangan.
Flash Back
Semua
akan berkumpul melihat Joo Yeon dibawa masuk ke dalam mobil bersama pegawai
sekolah. Joo Yeon sangat marah berteriak
pada Gi Yoon dan sosok wanita yang berdiri disebelahnya.
“Tunggu
saja.. Aku akan datang membunuhmu setelah satu pekan. Aku pasti akan menjadi
hantu dan membunuhmu! Dan Kau juga!” teriak Joo Yeon lalu masuk ke dalam mobil
meninggalkan asrama.
Pegawai
sekolah mengantar Joo Yeon melihat keadaannya seperti menahan sakit. Joo Yeon
merasa kalau perutnya sakit dan meminta agar bisa keluar sebentar. Pegawai pun
menghentikan mobil dan membiarkan Joo Yeon untuk menghidur udara dan kembali
menanyakan keadaanya, Joo Yeon mengaku sudah lebih baik.
Si
pegawai menerima telp dari seseorang memberitahu sedang tidak di kantor, Joo Yeon tanpa
pengawasan pegawai sekolah mencoba kabur dan akhirnya melompat dari tebing. Si
pegawai pun tak bisa menahan Joo Yeon yang memilih untuk bunuh diri.
“Pada
hari itu, si penguntit bunuh diri. Polisi dan para penduduk kota mencari ke
semua tempat di sekitar TKP, tapi tidak menemukan jasadnya.” Cerita Si Hwan
“Hentikan.
Itu membuatku takut... Berhentilah bicara.” Keluh Dae Hwon menutup telinganya.
“Aku
lapar...” kata Seol Ok setelah mendengar cerita Joo Yeon. Dae Hwon binggung
karena Seol Ok tak takut.
“Apa yang
menakutkan dari hantu?.. Yang menakutkan itu adalah pembunuh berantai... Jadi,
pukul berapa kita makan?” kata Seol Ok akan pergi ke kantin.
Mi Joo
mengatakan kalau Ini sudah lewat jam makan. Seol Ok mengeluh karena harus tidur
tanpa makan menurutnya Ini ketakutan yang sebenarnya dan Seharusnya makan
sesuatu dalam perjalanan tadi. Dae Hwon tak habis pikir dengan Seol Ok yang memikirkan
tentang makanan di saat dirinya takut setengah mati.
Sung Woo
masuk ruangan dan tak melihat sosok Tuan Hwang , berpikir kalau sedang
pergi. Tiba-tiba terdengar sara dari
kolong meja, Sung Woo kaget melihat Tuan Hwang ada dibawah meja lalu bertanya Apa
hasil akhir identifikasi sidik jari dari kasus Noryang-dong sudah keluar.
“Tuan
Gye... Di mana kau berdiri sekarang?” kata Tuan Hwang. Sung Woo binggung
mencoba untuk berjalan mundur.
“Apa Kantor
Unit Investigasi Sains?” kata Sung Woo. Tuan Hwang tiba-tiba menyuruh Sung Woo
agar Jangan bergerak selangkah pun dari
sana.
“Aku baru
menyapu dan mengepel kantor ini. Aku bahkan membebas hamakannya dengan lilin
berkilap alami. Tapi Kau menginjaknya dengan sepatu kotormu.” Ucap Tuan Hwang
“Ini baru
jadi, masih bersih.” Kata Sung Woo, Tuan Hwang melihat sepatu Sung Woo ingin
tahu Di mana membeli sepatu itu.
“Barang
ini diimpor langsung.” Kata Sung Woo. Tuan Hwang langsung mengajak Sung Woo
agar minum teh. Sung Woo yang ketakuan menolaknya.
Tuan
Hwang pikir kalau Sung Woo sedang bosan, lalu sengaja menghalangi pintu dengan
kursi. Sung Woo binggung apa yang akan dilakukan Tuan Hwang. Tuan Hwang
pikir Setidaknya saat ini, tidak ingin
diganggu orang. Sung Woo panik apa yang akan dilakukan pada dirinya sambil
menutup rapat jasnya.
Na Ra
melihat pengumuman "Rekrutmen
anggota Unit Dua Tindak Pidana Berat.... Woo Sung Ha dari Unit Dua Tindak Pidana
Berat" Ia tak percaya kalau Tuan Woo merekrut anggota timnya dan berpikir
kala harus melamar dan tersenyum bahagia karena akan satu tim dengannya, lalu
sengaja mengambil kertas pengumuman.
“Kau
membuat kontribusi besar di bidang investigasi sains nasional. Aku mendekati
tahap akhir dalam proses mendapatkan pangkalan data tambahan.” Ucap Tuan Hwang
ternyata hanya mengambil sepatu Sung Woo untuk mendapatkan bentuk sepatunya.
“Bagaimana
aku harus membalasnya?” kata Tuan Hwang. Sung Woo mengaku kalau senang
melakukannya jadi tak membutuhkan balasan.
“Apa Mau
kuberikan satu nasihat? Jika kau ingin melakukan kejahatan, pastikan kau
memakai sepatu lain. Kau akan langsung tertangkap jika mengenakan ini.” Pesan
Tuan Hwang yang sudah menemukan bentuk sol sepatu yang baru.
“Ini
mahal... Teganya kau memperlakukan kesayanganku seperti ini?” keluh Sung Woo
melihat sepatunya yang menghitam terkena cat.
“Tidak
adakah orang yang bilang kau lamban?” ucap Tuan Hwang. Sung Woo binggung
mendengarnya.
“Aku
sangat sibuk sekarang... dan Haruskah kau melakukan itu di kantorku?” kata Tuan
Hwang kesal melihat Sung Woo membersihkan sepatunya dan mendorng keluar dari
ruangan. Sung Woo kesal sendiri karena tujuan datang untuk Hasil identifikasi sidik jarinya tapi
tak mendapatkan apapun.
Seol Ok
mengajak untuk membeli roti, tapi Mi Joo melihat pengumuman kalau cuma murid
pria yang bisa memakai kantin sekarang. Seol Ok tak percaya kalau Pria dan wanita harus membeli
roti pada waktu berbeda. Mi Joo menceritakan lantai tempat tinggal dan toilet berbeda
jadi Pria dan wanita tidak pernah berpapasan.
“Ini
pasti neraka.” Keluh Dae Hwon. Si Hwan juga berpikiran yang sama karena pria dan wanita hampir tidak bertemu
di jam makan.
“Ada
pusat kebugaran.” Kata Mi Joo. Si Hwan ingin tahu kapan Mi Joo akan berolahraga
karena bisa bertemu.
“Apa
pusat kebugarannya untuk pria dan wanita?” tanya Seol Ok seperti
penasaran. Mi Joo mengatakan kalau itu
satu-satunya tempat bertemu pria dan wanita
“Kurasa
aku harus rajin berolahraga... Aku butuh kekuatan fisik agar bisa belajar.”kata
Dae Woon penuh semangat dan ingin tahu tempatnya.
Wan Seung
menaiki tangga rumah bertanya-tanya Apa mungkin Seol Ok akan marah karena masuk ke kamarnya tanpa izin.
Tapi karena penasaran ia tetap masuk, merasa Seol Ok pasti meninggalkan jejak. Ia melihat mainan
yang di atas meja karena baru tahu kalau Seol Ok menyukai barang seperti ini.
Ia lalu
teringat kembali dengan kematian orang tau Seol Ok dalam "Taksi"
karena melihat foto ayah dan ibu Seol Ok.
Flash
Back
Wan Seung
tahu kalau Orang tua Seol OK terkait dengan kasus Sillim-dong, dan Sopir taksi
dan istrinya bunuh diri. Seol Ok menegaskan kalau orang tuanya tidak bunuh diri
tapi Jelas mereka dibunuh.
“Aku akan
menyingkapnya untukmu.” Kata Wan Seung. Seol Ok pikir akan melakukannya sendiri.
Saat itu
Wan Seung melihat note yang ada di cermin "Chunhong-gun, Wonju, Provinsi
Gangwon" Jangan cari aku kecuali mendesak.” Ia pun sadar tidak bisa menemukan Seol Ok di Noryang-dong.
“Institut
macam apa yang ada di pegunungan di Provinsi Gangwon? Mungkinkah Ahjumma itu
ditipu orang? Dia terlalu naif hingga mudah ditipu.” Ucap Wan Seung heran .
Seorang
wanita masuk ke dalam ruang olahraga kaget melihat pria yang bersimba darah,
lalu akhirnya memilih unuk pergi da masuk ke dalam kamarnya. Dengan wajah panik
mengetahui Han Gi Yong sudah mati menurutnya Sesosok hantu muncul.
“Sesosok
hantu muncul dan membunu, Noo Ri dan Han Gi Yong.” Ucap Si wanita yang
mengingat perkataan Joo Yeon
“Tunggu saja.
Aku akan datang membunuhmu setelah satu pekan. Aku pasti akan menjadi hantu dan
membunuhmu!.. Satu pekan akan cepat berlalu... Saat itu, akan kubunuh kalian
semua... Matilah!” ucap Joo Yeon
In Ae
langsung membereskan semua pakaian dan pergi dengan mobilnya, sambil membawa No Ri yang sudah mati. Si
pegawai melihat In Ae mencoba menahanya tapi seperti tak bisa melawan In Ae
yang berhasil pergi dengan mobilnya.
Sementara
Wan Seung mengemudikan mobil sendirian heran karena institut ini berada di
tengah pegunungan, lalu berpikir Seol Ok sedang
diperbudak di gunung seperti budak-budak di ladang garam, lalu melhat
ada tumpukkan batu besar yang menghalangi jalan.
“Berita
melaporkan terjadi gempa bumi di tempat ini dan jalanannya ditutup. Kurasa itu
benar. Lalu Bagaimana caraku lewat?” ucap Wan Seung melihat dengan senternya.
“Ahh..
Aku tidak bisa... Tapi Tetap saja, aku harus membantunya mendapatkan pekerjaan
itu... Wah.. Apa aku berutang budi kepadanya di kehidupan lampau? Ini lebih
berbahaya daripada menangkap penjahat. Dan Aku terlalu tua untuk melakukan ini.
Apa tidak cukup aku menyelamatkan nyawanya? Haruskah aku mencarikannya
pekerjaan juga?” ucap Wan Seung mencoba berjalan menaiki bebatuan dan jalan
yang gelap sambil mengomel.
Sementara
In Ae mengemudikan mobil dengan membawa No Ri yang sudah mati mengatakan Kang
Joo Yeon kembali, Si Wanita gila itu kembali untuk membunuhnya. Lalu melihat
Wan Seung didepanya, tapi karena ketakutan memilih untuk memutar balik
mobillnya. Wan Seung berteriak memanggilnya.
“Omong-omong,
apa institut itu di ujung sana? Bisakah kau... Dasar Pelit sekali. Kenapa dia tidak
bisa memberiku tumpangan? Apa sulitnya memberiku tumpangan?” keluh Wan Seung
kesal harus kembali berjalan.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar