Wan Seung
melihat Ki Bum yang masuk ke toko lalu mendekat kalau anak itu untuk ujian itu,
Ki Bum berjalan mundur dengan wajah ketakutan. Wan Seung menegaskan bukan hanya
pihak lain yang terluka saat menikam seseorang.
“Orang
yang menikam juga terluka... Karena itulah pembunuh profesional memotong bagian
belakang pisaunya, atau membungkusnya.” Ucap Wan Seung siap membuka tangan Ki
Bum
Go Si
Hwan penjaga asrama datang mencari obeng, Seol Ok melihat ada yang aneh dengan
tangan Si Hwan dibalut dengan perban. Wan Seung langsung bertanya Kapan tangannya
terluka. Si Hwan mengaku kalau tertusuk obeng dan mereka juga melihat
kejadiannya.
Flash
Back
Seol Ok
datang bersama Wan Seung melihat Si Hwan mencoba membuka gagang pintu dengan
obeng. Seol Ok menyindir Si Hwan yang sangat
terampil.
Wan Seung
memastikan kalau bukan Si Hwan pelakunya dan melihat sandal yang dipakai
ternyata Jejak kakinya beda. Seol Ok pun memikirkan siapa pelakunya sebenarnya.
Seol Ok
dan Wan Seung menonton video kembali In Ho yang turun dari mobil dengan tangan
di Gips dari laptop. Kim Bum yang melihat keduanya mengeluh kalau mereka bisa
ambil video miliknya lalu pergi atau lebihbaik memberikan laptopnya saja.
“Astaga,
kau terlalu banyak bicara... Kau itu masih
tersangka.” Tegas Wan Seung
“Aku meminta
kalian membawa laptop itu dan memeriksanya perlahan.” Keluh Kim Bum
“Apa Kau
merasakan sesuatu? Menurutmu siapa pelakunya? Apa Kau tahu siapa pelakunya?”
tanya Wan Seung melihat wajah Seol Ok
menatap laptop tanpa berkedip.
“Apa dia
orangnya, Lee In Ho, manajer asrama itu, atau Yoon Mi Joo? Katakan... Dia
orangnya, bukan?” ucap Wan Seung menujuk pada Ki Bum karena merasa sikap Ki Bum
terlalu kurang ajar.
“Tolong
hentikan... Sungguh, aku tidak melakukannya.” Keluh Ki Bum yang selalu dituduh
sebagai pelakunya.
“Apa Kau
tahu club malam di Gangnam?” tanya Seol Ok. Ki Bum binggung bertanya balik
apakah Seol Ok akan pergi kesana.
Hee Yeon
bertemu dengan seorang wanita menanyakan kabar suaminya, Wanita itu mengaku cemas karena Jika tidak dipromosikan
lagi, maka suaminya harus meninggalkan kantornya. Ia berkomentar kalau Tidak seharusnya berkencan
seorang pegawai negeri sipil.
“Pekerjaan
itu tidak stabil sama sekali. Penghasilannya juga tidak banyak.” Ucap Si
wanita. Hee Yeon mengaku kalau sudah tahu.
“Mereka
melakukan hal-hal besar, tapi bayarannya sangat kecil. Omong-omong, kenapa kamu
tidak punya pacar? Apa kau mau aku jodohkan?” ucap si wanita.
“Aku
sudah menyukai seseorang.” Akui Hee Yeon dengan wajah sumringah.
“Yahh..
Kau terlalu cantik untuk melajang. Siapa pria beruntung itu?” tanya si wanita
penasaran.
“Dia
bahkan menyadari bahwa dia beruntung. Ini hanya perasaanku.” Kata Hee Yeon.
Si wanita
mengartikan kalau Hee Yeon menaksir seseorang, Hee Yeon berpikir dirinya
menyedihkan lalu memberikan sekotak kue, agar memberikan kue pada suaminya dan
meinta untuk menikmati kuenya dan bersemangat supaya bisa dipromosikan.
“Kau tahu
dia suka kue buatanmu... Berkatmu, dia akan mendapatkan promosi.”ucap si wanita
membuka kue dan terlihat foto pria sedang tidur di ranjang dengan seorang
wanita.
“Seorang
pejabat pemerintah tidak boleh terlibat skandal.” Ucap Hee Yeon. Si wanita
yakin kalau Kue buatan Hee Yeon pasti mahal.
“Terimalah
sebagai tanda persahabatan.” Ucap Hee Yeon, Si wanita pun memuji Hee Yeon
selalu sangat baik.
Si wanita
naik ke mobilnya mengucapkan Terima
kasih dengan wajah sumringah. Hee Yeon mengantarnya berpesan hati-hati di
jalan. Dan mobil pun pergi meninggalkan toko, tiba-tiba Petugas Kim datang
tanpa seragamnya, Hee Yeon senang melihat dan langsung menyapanya.
“Hai.
Selamat datang... Seharusnya kau lebih sering datang... Kau nyaris tidak pernah
mengunjungiku.” Ucap Hee Yeon
“Aku
tidak bisa kemari jika tidak dapat izi untuk meninggalkan kantor.” Kata Petugas
Kim
“Aku bangga
bisa menjamu seorang polisi bekas wajib militer... Masuklah. Aku punya teh
hitam yang enak.” Kata Hee Yeon
“Aku
lebih suka minuman Cola” ucap Petugas Kim. Hee Yeon dengan gugup mengaku
memilikinya juga dan mengajak agar segera masuk saja. Petugas Kim pun dengan
senang hati masuk ke dalam toko.
Petugas
Kim menghabiskan banyak minuman cola, Hee Yeon bertanya pada petugas Kim apakah
tahu di mana Detektif Ha tinggal sekarang. Petugas Kim mengaku tak tahu, Hee Yeon yakin Wan Seung tidak punya tempat
tinggal karena rumahnya terbakar.
“Menurutmu
dia tinggal bersama seseorang?” tanya Hee Yeon penasaran.
“Aku
tidak tertarik dengan Detektif Ha.” Ucap Petugas Kim dan meminta kembali cola
lagi.
“Kalau
begitu, apa kamu kenal orang lain yang mungkin tahu?” kata Hee Yeon memberikan cola
yang baru.
“Petugas
patroli? Kasus Na Jin Tae... Aku masih berpikir dia pelakunya. Warna sepatu
larinya juga aneh.” Ucap Petugas Kim. Hee Yoen binggung yang dimaksud Sepatu
larinya.
Petugas
Lee masuk ke rumah bawah tanah dengan sepatu ketsnya, merasa heran karena yang
jatuh hanya rak saja bukan perampokan. Hee Yeon mengaku kalau Asisten barunya
agak kikuk dan Tadinya ingin menelepon Detektif Ha karena takut
“Detektif
Ha? Apa Dari Polsek Joongjin?” ucap Petugas Lee. Hee Yeon langsung bersemangat
bertanya apakah mengenalnya.
“Dia
menangkap pelaku yang membakar tokoku.” Ucap Hee Yeon. Petugas Lee yakin kala
Hee Yeon juga kenal dengan Seol Ok.
“Tentu
saja... Dia menyukai kue buatanku... Omong-omong, bagaimana kau bisa mengenal
mereka?” tanya Hee Yeon
“Saat aku
bekerja di Polsek Baebang-dong...” kata Detektif Lee menceritakan perkenalan
dengan Seol Ok dan Wan Seung.
Hee Yeon
sudah ada di depan rumah Seol Ok.
Seorang bibi tetangga memberitahu tentang Pemilik rumah yang sebelumnya
tinggal dua wanita Tapi menurutnya sekarang pasangan suami-istri. Hee Yeon
seperti kaget kalau mereka sudah menikah.
“Mereka
sangat kasmaran... Mereka selalu berangkat kerja bersama-sama di pagi hari.”
Ucap Si bibi yang sebelumnya melihat Seol Ok dan Wan Seung pergi pagi sekali
lalu masuk ke dalam rumahnya.
Hee Yeon
menatap rumah yang kosong seperti mulai sinis mengetahui kalau Seol Ok dan Wan
Seung adalah Pasangan.
Seol Ok,
Wan Seung dan Ki Bum masuk ke dalam club. Seol Ok pikir Lee In Ho tidak ada di
club. Wan Seung pikir Lee In Ho bukan pelakunya, karena sudah mengecek semua
rekaman kamera CCTV di dekat pintu masuk dan aula dan ada di clubsampai pagi
pada hari insiden itu.
“Aku tahu
dia akan berada di sini. Ini club populer.” Kata Ki Bum. Wan Seung ingin tahu
apakah Ada tempat lain.
“Ada
banyak Club populer.” Kata Ki Bum. Wan Seung ingin tahu Populer seperti apa
“Wanita
cantik? Musik enak? Atau artis?” ucap Ki Bum. Wan Seung langsng menyebut itu Narkotika.Ki
Bum kaget mendengarnya.
Seol Ok
kembali mengingat saat bertemu dengan In Ho dirumahnya, menurutnya In Ho bukan
menangis karena sedih. Wan Seung tahu kalau itu karena mariyuana. Ki Bum pikir
Sepertinya In Ho bukan orang yang jago menari.
Wan Seung
menerima telp dari Sung Woo kalau ada Kekerasan di pusat game ilegal, lalu
menolak tugas karena sibuk yang harus menangkap pembunuh Lee Wang Sik.
“Pelakunya,
Yoon Mi Joo, sudah ditangkap... Kau tahu itu... Hei..” ucap Sung Woo berteriak
kesal dan Wan Seung langsung menutup telpnya.
“Ha Wan
Seung! Apa Dia menginvestigasi tanpa seizinku?.. Aku tidak tahan lagi.” Ucap
Sung Woo kesal
Wan Seung
akhirnya turun ke dance floor mengaku sudah lama berhenti ke club malam. Seol
Ok bertanya apakah Wan Seung yakin In Ho ada di club itu. Wan Seung tahu karena
Mobil In Ho terparkir di luar. Semua mencari dalam ruangan yang dipakai oleh
pelanggan.
“Apa
Begitu saja? Kau polisi. Lakukan dengan lebih saksama.” Ejek Ki Bum lalu dengan
kamera berpura-pura memegang pistol menyuruh mereka Jangan bergerak karena Polisi yang datang.
Di kantor
polisi
Tuan Jo
duduk bersama ketua tim, Sung Woo meminta agar bisa memutasi Detektif Ha ke
unit lain, karena tidak bisa punya teman dari akademi polisi sebagai
bawahannya. Tuan Jo pikir kalau Wan Seung pandai menangkap penjahat.
“Dia juga
pandai membuat masalah... Aku merasa seperti memegang sebuah bom waktu.” Ucap
Sung Woo kesal
“Lalu Aku
harus memutasinya ke mana?” tanya Tuan Jo seperti serba salah.
“Unit
Tiga... Bukankah kamu mengatakan butuh tenaga tambahan?” ucap Tuan Jo
“Semua
anggota unitku bekerja sangat keras, kami baik-baik saja.” Kata Ketua Tim tiga
Tuan Jo
bertanya pada Unit Empat. Tim unit 4 juga menolak, Tuan Jo pun meminta Unit Lima agar bisa
menerima Wan Seung. Ketua Tim 5 berpikir sudah berbuat salah jadi dilimpahkan
padanya dengan kesal akan keluar ruangan. Seung Woo meminta bawahnya kembali
duduk lagi.
“Kami
hanya berkata jujur.” Ungkap Sung Woo. Tuan Jo lalu bertanya kemana Tuan lee.
“Dia
ditugaskan...Seluruh unitnya ditugaskan... Unit Dua. Kita harus memutasinya ke
Unit Dua.” Ucap Sung Woo penuh semangat. Tuan Jo terlihat binggung.
“Benar,
tidak ada anggota unit itu yang akan keberatan. Biarkan dia berbuat sesuka hati
di sana.. Lagi pula, dia berkemauan keras, jadi, itu sempurna.” Ucap Sung Woo
penuh semangat kalau sudah diputuskan. Tuan Jo binggung karena tidak ada orang
di unit itu.
Sementara
Wan Seung akhirnya masuk ke ruangan melihat In Ho dengan teman-teman sedang
berkumpul, Ia berkomentar mereka semua pernah studi di luar negeri karena
Pergaulan yang mewah dan melihat banyak makanan cemilan diatas meja.
“Dasar
berandal... Kudengar zaman sekarang narkotika disamarkan sebagai camilan untuk
diedarkan... Apa aku salah? Benarkan? Tadi aku bangun subuh sehingga kadar gula
darahku rendah.” Ucap Wan Seung mencoba mengambil permen.
“Aku
hampir lupa bahwa tidak suka permen.” Kata Wan Seung langsung melepehkan begitu
saja. In Ho hanya menatap tanpa berkata-kata
“Jangan terlalu
banyak mengonsumsi gula... Gigi kalian bisa rusak.” Komentar Wan Seung lalu
melihat ada lembaran diatas meja.
“Apa ini?
Apa Kalian makan prangko sebagai camilan bar? Tenyata Hobi kami adalah
mengoleksi prangko. Jadi, Apa kalian membawanya ke kelab untuk dipamerkan?”
ucap Wan Seung dan melihat semua hanya diam dengan mulut ditutup
“Hei, kau
yang pendiam..Coba Buka mulutmu.” Ucap Wan Seung dan akhirnya bisa melihat ada
lembaran prangko di simpan dalam mulut.
“Apa
Kalian mengoleksinya di mulut? Ini LSD yang disamarkan dalam bentuk lem
prangko, bukankan begitu? Astaga, kalian sedang berpesta hari ini dengan
mariyuana, ekstasi, dan metamfetamina. Apa Kalian pernah mendengar Pengendus
Seodong? Itu aku.” Ucap Wan Seung menatap semua orang sebagai pencandu.
Seol Ok
datang bertanya apakah itu ruangan In Ho,
Wan Seung langsung berlari ke pintu mengaku bukan dan menyuruh cari di kamar lain dan
langsung menutup pintu. Ia kembali berbicara pada In Ho kalau sudah saatnya berhenti mengonsumsi narkotika.
“Hei..
Kau bilang bukan di kamar ini... Cepat keluar... Apa yang kau lakukan di sana?”
teriak Seol Ok mengendor pintu, saat menuruni tangga melihat pria yang datang
dan bertanya apa yang dilakukan Seol Ok.
“Lee In
Ho ada di kamar ini, kan? Apa kau tidak merasakan nyeri di pundak atau lehermu?
Itu terjadi kepada semua orang yang belajar dalam waktu lama.” Ucap Seol Ok
mencoba mencium bau si pria ternyata Aroma itu sangat segar.
“Aroma
itu sangat segar... Ini aroma yang sangat umum di Noryang-dong... Itu bau plester
pereda pegal” ucap Seol Ok.
Si pria
binggung bertanya siapa Seol Ok itu, Lalu Seol Ok melihat si pria yang datang
ke Gangnam jadi tidak memakai sandal hari ini. Ia juga melihat Tangan si pria
yang koto dengan bekas spidol penanda
dan tinta pena bahkan menempelkan plester pereda sakit di pergelangan
tangannya.
“Kau
mengangkat tumitmu tanpa sadar waktu berjalan dan itu menjadi kebiasaan... Kau
melakukan itu karena suaranya bisa mengganggu orang lain. Kau berbeda dari
teman-temanmu...Kau sering menulis sehingga jari tengahmu kapalan... Benarkan?”
ucap Seol Ok mengamati semua pada si pria saat turun dari mobil bersama In Ho
sebagai sopir.
“Sudah
sangat lama kau belajar untuk ujian advokat. Tapi Belakangan ini kau mendapat
bekas luka ini, benarkan?”Ucap Seol Ok, Si pria ingin kabur tapi tertahan
dengan Ki Bum yang sibuk merekam
“Dia
menuntut kau membayar 4.000 dolar karena mencuri sebuah pena.” bisa mengetahui
kalau si pria pernah bertemu kakek pemilik toko.
Flash Back
Si pria
ketakutan dari CCTV mengambil pulpen di minimarket, Lalu si kakek berpikir kalau akan melaporkan
ini kepada polisi. Ia mengetahui si pria adalah mantan narapidana, jadi tidak bisa
lulus ujian segiat apa pun belajar.
“Tapi kau
tidak punya pilihan selain diancam... Kau mencemaskan ujianmu.” Ucap Seol Ok.
Si Pria akhirnya memilih untuk kabur. Ki Bum binggung bertanya apakah memang
pria itu sebagai pelakunya.
“Jika
ingin membersihkan namamu dari tuduhan, cepat tangkap dia.” Kata Seol Ok
mendorng Ki Bum agar menangkapnya.
Ki Bum
sudah ada di atas meja dengan wajah ketakutan karena Si prai mengancam dengan pecahan
botol. Seol Ok menyuruh Ki Bum agar segera menangkapnya, menurutnya Orang tidak
akan mudah tewas hanya dengan ditikam botol bir.
“Kau bisa
lihat ada banyak orang di sekitar kita, Kamera pun sudah merekammu. Jadi Menyerahlah
sekarang.” Ucap Seol Ok.
“Bicara
apa kau? Kenapa kamu bicara soal kamera di waktu begini?” kata Ki Bum binggung
“Berikan
kamera itu.” Ucap si pria. Ki Bum yang ketakutan langsung menyerahkan
handycamnya. Seol Ok menolak menyuruh Ki Bum menangkap si pria saja.
“Apa
maksudmu? Aku tidak bisa menangkapnya... Aku bisa terbunuh.” Kata Ki Bum. Seol
Ok merasa kalau Orang tidak semudah itu mati.
“Berhentilah
mendorongku dan Lakukan sendiri.” Kata Ki Bum memilih untuk pergi.
“Itu
lebih tajam dari dugaanku.” Ucap Seol Ok melihat pecahan botol yang di pegang
oleh si pria.
Wan Seung
mulai berkelahi dalam ruangan dan akhirnya berhasil menangkap In Ho, lalu
berteriak memanggil Seol Ok karena sudah berhasil menangkap Lee In Ho. Seol Ok
tahu kalau In Ho dalam ruangan itu, Wan Seung binggung melihat Seol Ok diatas
meja bertanya apakah pria itu pelakunya dan langsung naik ke meja.
“Apa lagi
sekarang? Apa Kau mau menikamnya dengan itu? Lakukan saja” kata Wan Seung
menantang. Seol Ok panik melihat Wan Seung yang mencoba melawan si pria dan meminta
agar bisa berhati-hati.
Akhirnya
Wan Seung pun bisa melumpuhkkan si pria dan langsung memborgol tanganya. Ki Bum
langsung datang dengan cameranya berteriak Jangan bunuh pelaku, dengan mengaku
kalau suadh melakukan semuanya dan berhasil menangkap pelaku.
“Aku bisa
saja menghajarmu... Tahukah kau betapa aku menderita karenamu?” ucap Ki Bum
kesal karena dianggap sebagai pelaku. In Ho ingin kabur tapi ditahan oleh Seol
Ok yang bisa menarik In Ho.
“Aku
tidak melakukan apa pun... Aku tidak bersalah!” ucap In Ho menolak ditangkap.
“Apa
maksudmu, Berandal? Kau mengonsumsi narkotika. Dan Kenapa kau membunuh
kakekmu?” ucap Wan Seung. Ki Bum binggung karean berpikir si pria yang menjadi
pelakunya.
“Dia yang
membunuh kakekku, bukan aku.” Ucap In Ho. Si pria denga sinis menyangkal kalau
In Ho yang membunuhnya.
“Aku di
Gangnam pada hari itu.” Kata In Ho. Ki Bum binggung siapa sebenarnya pelakunya.
“Di
lengannya ada gips... Kurasa dia tidak bisa membunuh orang...Kalau begitu, pria
ini ‘kan? Tapi kenapa dia membunuh kakek temannya?”ucap Ki Bum binggung
“Mereka
berdua bukan teman biasa.” Kata Seol Ok bisa menebaknya. Wan Seung tahu kalau Lee
In Ho menyewanya untuk membunuh korban..
“Kau
sengaja ke Gangnam untuk membuat alibi... Kau membuat orang lain melakukan
pembunuhan itu.” Ucap Seol Ok. Wan Seun menegaskan In Ho mempekerjakannya untuk
membunuh korban.
“Mereka
terpojok karena butuh uang, Jadi bersekongkol.” Jelas Seol Ok. Ki Bum tak
percaya kala keduanya sangat jahat.
Keduanya
pun dibawa oleh mobil polisi, Ki Bum
merasa takut karena mereka terlihat Brutal sekali lalu bertanya bagaiman Seol Ok bisa tahu keduanya itu bekerja sama
dari menonton video saja. Seol Ok mengatakan kalau keduanya itu tidak cocok.
“Yang satu
adalah peserta ujian miskin dan mencuri barang karena tidak punya uang.
Sementara satu lagi mahasiswa yang studi di Inggris dan akan mewarisi banyak
uang jika kakeknya meninggal. Lalu Mereka tiba-tiba dekat... Bukankah itu
mencurigakan?” kata Seol Ok
Seol
Ok masuk mengingat saat keduanya turun
mobil didepan "Ino Mart" Wan Seung pikir In Ho itu akan tetap mewarisi uang itu, jadi, untuk apa
membunuh kakeknya. Seol Ok pikir Mungkin karena gips itu. Ki Bum binggung apa
maksud dengan gipsnya.
“Dia
memakai gips hampir pada saat bersamaan dengan mendapat teman-teman agresifnya
yang berbeda usia.” Ucap Seol Ok
Flash
Back
In Ho
pergi ke club dan dekat ancam oleh para gangster yang mengambil barang dan
memukulnya. Mereka meminta agar membawa uang dengan mengancam kalau akan mati
kalau tak membawanya, dan tahu kalau kake In Ho itu orang kaya.
“Pasti
dia diancam dengan masalah uang.” Ucap Seol Ok. Ki Bum tak habis pikir Seol Ok
bisa mengetahuinya.
“Selera
orang tidak mudah berubah... Aku sudah tahu saat melihat kalung, anting-anting,
dan arlojinya menghilang secara bersamaan.” Ucap Seol Ok. Kim Bum mengingat
kembali dengan video kalau In Ho sudah tak memakai jam dan perhiasanya.
“Aku akan
pulang terlambat karena interogasi.. Sampai jumpa di rumah.” Ucap Wan Seung
berjalan pergi. Seol Ok binggung karena pasti orang tahu kalau mereka tinggal
bersama.
“Di
rumah? Tunggu, Apa kalian berdua? Kenapa Di rumah? Apa Kalian tinggal bersama?”
tanya Ki Bum binggung.
“Aku
lapar karena tiba-tiba harus lari tadi.” Ucap Seol Ok berpura-pura
mengalihkanya. Ki Bum makin heran kalau Seol Ok yang tiba-tiba lapar
“Dia
sangat ceroboh sebagai seorang detektif.” Keluh Seol Ok keasl pada Wan Seung.
Wan Seung
kembali ke kantor memberitahu kalau sudah menangkap pembunuh Lee Wang Sik jadi
Sung Woo harus melepaskan Nona Yoon yang tidak bersalah. Sung Woo dengan nada
kesal meminta Wan Seung agar Berhentilah
mengaturnya, lalu memuji temanya. Detektif Yuk binggung dengan sikap Sung Woo
yang baik.
“Apa
ruang interogasi kosong? Izinkan aku memakainya, oke?” kata Wan Seung pada
Detektif Yuk lalu berjalan pergi.
Seol Ok
makan roti dengan cream, sementara Ki Bum makan wafel dengan berkomentarmasih
tidak bisa percaya karena In Ho harus berbuat sejahat itu bahkan keduanya bukan
teman. Seol Ok memberitahu Pria itu tertangkap kamera sedang mencuri di Ino Mart.
“Dia
diancam dengan itu, kan? Ino Mart terkenal dengan itu.” Ucap Ki Bum yakin
Flash Back
Si pria
dibawa Tuan Lee ke ruangan CCTV. Tuan Lee pikir akan melaporkan ini kepada
polisi dan mengetahui si pria sebagai mantan narapidana, jadi tidak bisa lulus
ujian segiat apa pun belajar.
“Kau tahu
itu, kan? Artinya kau akan hidup seperti ini seumur hidupmu.” Ucap Si kakek
sengaja mengancam agar mendapatkan uang imbalan.
In Ho
mendengar kakeknya yang mengancam pria yang mencuri di toko, lalu mulai
menrenakan menyusuri Gang yang tak ada camera CCTV dan Karaoke tutup pukul
2.30. In Ho menyuruh si pria agar melakukan sebelum pukul 3.30, saat anak-anak
pergi belajar.
Sebelumnya
In Ho datang dengan sebuah kue dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk
kakeknya. Kakeknya melihat hadiah yang diberikan cucunya, wajahnya terlihat
sumringah dan mengajak cucunya untuk foto.
“Kau membelikan
kaus ini untuk kakekmu. Apa Ingat?” ucap Wan Seung memperlihatkan foto kakek In
Ho dengan kaus hadiah.
Seol Ok
makan hottang memberitahu kalau Ada titik aneh di foto itu. Kim Bum binggun apa
maksudnya itu. Seol Ok bisa melihat titik aneh.
Flash Back
Seol Ok
melihat foto kalau In Ho membelikan hadiah barang mewah, tapi kue ulang tahunya
hanya dari minimarket.
“Dengar
baik-baik... Kaus bermerek mahal dan kue dari minimarket Kedengarannya janggal,
kan?” ucap Seol Ok, tapi Ki Bum merasa tak ada yang janggal.
“Seolah-olah
dia memanfaatkan hari ulang tahun kakeknya sebagai alasan untuk memberinya kaus
itu.” Ucap Seol Ok
Wan Seung
tak percaya kalau Kaus bermerek ini berharga 740 dolar dan Ada gambar buah-buahan
tropis di bagian depannya Tapi kausnya agak berbeda. In Ho mendengar ucapan Wan
Seung langsung memegang gipsnya dengan tangan bergetar.
Flash back
Saat
melihat harga kaosnya, Wan Seung heran dengan harga kaus yang mahal. Dan melihat
dengan jelas foto dari kaos yang diberikan In Ho untuk Tuan Lee.
Wan Seung
tahu kalau di gambar Jeruk, ada warna yang berbeda. Ia tahu kalau In Ho memberinya cat terang supaya
pria itu dengan mudah terlihat di malam hari.
Flash Back
Tuan Lee
berjalan di gang bertemu dengan seseorang dan terlihat warna dari buah jeruknya
sangat terang. Si pria pun sudah siap dengan pisaunya memangggilnya. Tuan Lee
melihat si pria langsung mengomel merasa sudah terlalu longgar dan tidak bisa
membiarkannya lagi. Si pria makin marah dan langsung melotot tajam.
“Berani
sekali kau melotot kepadaku! Dasar kurang ajar!” ucap Tuan Lee dan si pria
langsung menusuk pada bagian buah jeruk yang terlihat dalam kegelapan.
**
“Itu
Persis di aorta ventralis, di atas pusarnya, tempat dia dioperasi.” Ucap Wan
Seung
Flash
Back
Wan Seung
bertemu dengan Tuan Hwang melihat ada luka sobekan bertanya bekas luka apa itu.
Tuan Hwang mengatakan kalau itu Bekas operasi
dan Lokasinya menunjukkan bahwa itu aneurisma perut.
“Itu
untuk membantunya menikam dengan persis aorta ventralis bahkan di gang gelap..”
Ucap Wan Seung. In Ho makin tak bisa
menahan dengan tubuhnya yang terus bergetar.
Seol Ok
tahu kalau semua itu ide sempurna sebagai mahasiswa jurusan fesyen lalu mengaku
sudah kenyang sekali dan tidak sanggup makan lagi. Ki Bum mengeluarkan vitamin
dan Seol Ok langsung mengambilnya, wajahnya terlihat senang karena rasa mangga
kesukaanya. Ki Bum mengeluh karena Seol Ok yang bilang sudah tidak sanggup
makan.
“Inilah
yang kumakan untuk menjaga kesehatan. Sepertinya kau tidak peduli dengan
kesehatanmu.” Ejek Ki Bum. Seol Ok tak peduli langsung menghabiskanya dan
berjalan pergi.
“Pencurian
bukan masalah besar, tapi yang barang itu masalah... Hei.. Aku masih bicara.”
Keluh Ki Bum akhirnya mengikuti Seol Ok.
Wan Seung
tahu setelah Pria itu menikam Lee Wang Sik, pergi ke rumah Lee In Ho, yang
berada di lantai paling atas Ino Building, supaya tidak terekam oleh kamera
pengawas. Si pria kaget karena Wan Seung mengetahuinya, wan Seung mengaku
Dengan sedikit logika.
Ki Bum
dan Seol Ok akhirnya berpisah didepan parkiran. Ki Bum bertanya sebelum naik mobil bertanya apakah
boleh menelp sesekali. Seol Ok binggung untuk apa menelp. Ki Bum pikir mereka bisa
berbagi informasi saat ujian. Seol Ok pun memperbolehkanya.
“Wahh... Mulai
besok pasti antreannya sangat panjang.” Ucap Seol Ok harus kembali bangun pagi
supaya duduk didepan.
“Apa Kau
tertarik dengan institut berasrama? Kau tidak perlu mengantre jika belajar di
sana.” Ucap Ki Bum menawarkan. Seol Ok binggung apa maksud Institut berasrama
“Ya,
pamanku membukanya di Provinsi Gangwon... Tingkat kelulusannya sekitar 90
persen... Jadi, praktis tidak ada yang gagal.” Ucap Ki Bum. Seol Ok langsung
melotot penuh semangat lalu seperti ragu. Ki Bum binggung dengan ekpresi Seol
Ok.
In Ho
menceritakan pria paruh baya itu mengancam akan membunuh jika tidak membawa
uang itu. Ketika berada di club In Ho diancam akan dibunuh kalau tak membawa
uang dan mengetahui kalau kakeknya yang kaya raya.
“Tapi
kenapa kau tega membunuh kakekmu?” tanya Wan Seung tak habis pikir
“Dia hanya
perlu menjual Ino Building... Lagi pula, dia akan tetap memberikannya
kepadaku.” Ucap In Ho
“Kau membunuh
kakekmu.” Tegas Wan Seung. In Ho tetap menyangkal kalau tidak membunuhnya
“Hukumannya
sama dengan penghasutan pembunuhan” tegas Wan Seung.
“Kondisinya
tidak sehat setelah operasi itu. Lagi pula, umurnya tidak akan panjang dan
Detektif... Boleh aku pulang sebentar? Aku meninggalkan sesuatu yang penting di
sana.” Ucap In Ho
“Apa itu?
Apakah Kokaina? Metamfetamina?” kata Wan Seung. In Ho memohon sekali saja
karena hanya membutuhkannya satu kali.
“Hei....
coba Lihat wajah ini... betapa bahagianya dia dengan kaus yang kau belikan...
Kau sudah membunuh kakekmu dua kali.” Ucap Wan Seung mencoba menyadarkan. In Ho
pun hanya bisa menangis dengan kesalahanya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar